ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA SKRIPSI

  ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi oleh : Thomas Arian Adrianto

  NIM : 048114030

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi oleh : Thomas Arian Adrianto

  NIM : 048114030

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA

  Yang diajukan oleh : Thomas Arian Adrianto

  NIM : 048114030 telah disetujui oleh: Dosen pembimbing : Christine Patramurti, M.Si., Apt.

  Tanggal: 18 Januari 2008

  Pengesahan Skripsi Berjudul

  

ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN

KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG

BERGANDA

  Oleh : Thomas Arian Adrianto

  048114030 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Sanata Dharma pada tanggal : 4 Februari 2008 Mengetahui

  Dekan Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma Rita Suhadi,M.Si,Apt

  Pembimbing: Christine Patramurti,M.Si.,Apt Panitia Penguji: Tanda tangan 1. Christine Patramurti, M.Si, Apt. ....................................

  2. Drs. Sulasmono, Apt. ....................................

HALAMAN PERSEMBAHAN

  “SESUATU KESUKSESAN BUKAN HANYA KARENA KEBERUNTUNGAN TAPI JUGA KERJA KERAS” “JANGANLAH PERNAH MENJADI RESAH TENTANG APAPUN JUGA TETAPI NYATAKANLAH APAPUN ITU DENGAN SUATU UNGKAPAN SYUKUR”

KUPERSEMBAHKAN KEPADA:

  JESUS CHRIST SIMBAH PUTRI DISURGA BAPAK DAN MAMA KAKAK DAN ADIKU ALMAMATERKU TEMAN – TEMAN ANGKATAN 2004

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Thomas Arian Adrianto NIM : 048114030

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN

KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG

BERGANDA

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharmahak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan ke internet atau media lain untuk kepentikan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 25 Februari 2008 Yang menyatakan

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, penulis juga telah dapat menyusun skripsi penelitian yang berjudul “Analisis Bikomponen Campuran Siproheptadin

  

HCl dan Ketotifen Fumarat Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan

Aplikasi Panjang Gelombang Berganda”.

  Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak – pihak terkait yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan, kesempatan berdiskusi, informasi dan saran koreksi terhadap pelaksanaan penelitian ini.

  3. Drs. Sulasmono, Apt. dan Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan karya tulis ini.

  4. Bapak, Mama, Mbak Anti dan Febri yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

  5. Tante Neni, Mas Andhi, Tante Dita, dan Ganish, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

  6. Teman – teman seperjuangan, Tika, Novi, Reni, Lidia, Frenky yang telah rela berbagi suka dan duka, canda dan tawa, dan lain – lain.

  7. Pak Wagiman, Pak Sudiana selaku laboran kimia farmasi fakultas farmasi UGM yang telah rela menemani kami lembur hari minggu.

  8. Pak Mukmin dan mas wagiran yang telah sabar menemani kami melakukan penelitian.

  9. Mbak Rini dan tim ‘Algae’ yang berebut mikropipet Biohit dengan kami.

  10. Mahasiswa angkatan 2004 seluruhnya khususnya kelas FST atas semua kenangan, suka dan duka yang ditorehkan kepada penulis selama menuntut ilmu.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – satu.

  Ada peribahasa mengatakan bahwa “tak ada Mawar yang tidak

  

berduri”, oleh karena itu penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tidak ada

  suatu apapun yang sempurna termasuk pada penulisan penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan setiap pendapat, saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak dalam penyempurnaan penelitian ini di masa yang akan datang.

  Akhir kata, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik kepada mahasiswa, lingkungan akademisi maupun masyarakat umum. Atas perhatiaannya diucapkan terima kasih.

  Yogyakarta, Januari 2008

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Februari 2008 Thomas Arian Adrianto

  

INTISARI

Ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl merupakan obat antihistamin.

  Siproheptain HCl dan ketotifen fumarat memiliki struktur kimia yang mirip sehingga akan sulit dipisahkan secara konvensional, oleh karena itu kadar kedua senyawa dapat ditentukan secara simultan dengan metode panjang gelombang berganda secara spektrofotometeri UV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi, presisi, linearitas, LOD dan LOQ dari metode yang digunakan.

  Penelitian ini bersifat non–eksperimental deskriptif. Campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dibuat dalam 2 seri perbandingan dengan 6 kali pengulangan yaitu 2:1 dan 1:1. Panjang gelombang pengamatan yang digunakan sebanyak 5 panjang gelombang yang berada diaerah tumpang tindih kedua senyawa. Penetapan kadar dilakukan menggunakan operasi persamaan matriks.

  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Metode panjang gelombang berganda untuk analisis bikomponen secara spektrofotometri ultraviolet terhadap campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat memiliki akurasi, presisi dan linearitas yang baik. LOD dan LOQ untuk siproheptadin HCl berturut – turut sebesar 2,54 ppm dan 10,24 ppm sedangkan untuk ketotifen fumarat berturut – turut yaitu 0,30 ppm dan 0,87 ppm.

  Kata kunci: Siproheptadin HCl, ketotifen fumarat, metode panjang gelombang berganda, parameter validitas

  ABSTRACT Ketotifen fumarate and cyproheptadine HCl as antihistamine.

  Cyproheptadine HCl and ketotifen fumarate have similar chemical structure. So, it will difficult to separate it conventionally. Therefore, the dose of both substance can be defined stimulating by multiple wavelength with ultraviolet spectrophotometer. This research aim is for checking the accuracy, precision, linearity, LOD and LOQ from multiple wavelength method with used in this case.

  This research is non – experimental descriptive. Cyproheptadin HCl and ketotifen fumarate made in 2 comparison series with six replication are 2:1 and 1:1. The wave length of observation which use is 5 wave length in the overlapping area. The dose decided by matrix operation.

  The result is ultraviolet spectrofotometric bicomponents analisys of cyproheptadine HCl and ketotifen fummarat mixture with multiple wavelength methode has a good accuracy, precision and linearity. LOD and LOQ for continual cyproheptadin HCl 2,54 ppm and 10,24 ppm, then for continual ketotifen fumarate 0,30 ppm and 0,87 ppm.

  Keywords: Cyproheptadin HCl, Ketotifen fumarate, Multiple wavelength, Validities parameter

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i HALAMAN JUDUL .......................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................iii HALAMAN PENGESAHAN ..................... . ..................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................v KATA PENGANTAR ................................................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................ix

  INTISARI .......................................................................................................x

  

ABSTRACT .....................................................................................................xii

  DAFTAR ISI ...................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xviii

  BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1 A. Latar Belakang ..........................................................................1 B. Permasalahan ............................................................................3 C. Keaslian penelitian ...................................................................4 D. Manfaat Penelitian ....................................................................4 E. Tujuan Penelitian ......................................................................4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5 A. Ketotifen ...................................................................................5

  C. Spektrofotometri ultraviolet .....................................................7

  1. Deskripsi umum spektrofotometri UV ...............................7

  2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik (REM). ................................................................................8

  3. Pemilihan pelarut ................................................................10

  4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV ...............10

  D. Analisis multikomponen ..........................................................12

  E. Validitas Metode ......................................................................18

  1. Akurasi ...............................................................................18

  2. Presisi ..................................................................................19

  3. Linearitas.............................................................................19

  4. LOD dan LOQ ....................................................................19

  5. Range ..................................................................................20

  F. Keterangan Empiris ..................................................................21

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................23 A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................23 B. Definisi Operasional .................................................................23 C. Bahan – bahan Penelitian ..........................................................23 D. Alat – alat Penelitian .................................................................24 E. Tata Cara Penelitian ..................................................................24

  1. Pembuatan larutan Stok.......................................................24

  a. Pembuatan larutan stok ketotifen fumarat......................24

  c. Pembuatan seri larutan baku ketotifen fumarat..............24

  d. Pembuatan seri larutan baku siproheptadin HCl ............24

  e. Pembuatan sampel campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat ...........................................................25

  2. Optimasi metode ................................................................25

  a. Pengamatan spektrum serapan ketotifen fumarat...........25

  b. Pengamatan spektrum serapan siproheptadin HCl.........25

  c. Pengamatan panjang gelombang pengamatan................25

  d. Penentuan absorptivitas Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat ...........................................................26

  3. Penetapan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dalam campuran...........................................................27

  a. Penetapan kadar ketotifen fumarat dalam campuran......27

  b. Penetapan kadar siproheptadin HCl dalam campuran....27

  F. Analisis Hasil ............................................................................28

  1. Akurasi ................................................................................28

  2. Presisi ..................................................................................28

  3. Linearitas.............................................................................29

  4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ)..................................................................................29

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................30 A. Pembuatan Larutan Baku Siproheptadin HCl dan

  B. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan ............................31

  C. Penentuan Absorptivitas Siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat .......................................................................................36 D. Penetapan Kadar Siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat dalam campuran ..........................................................40 E. Parameter Validitas metode ......................................................42

  1. Akurasi ................................................................................42

  2. Presisi ..................................................................................42

  3. Linearitas.............................................................................43

  4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ)..................................................................................44

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN … ...................................................46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................47 LAMPIRAN .....................................................................................................48 BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................69

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Pelarut untuk daerah ultraviolet dan daerah tampak...................... 10 Tabel II. Parameter validitas yang dipersyaratkan untuk setiap kategori ...........................................................................................21 Tabel III. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi

  (r) siproheptadin HCl pada multi panjang gelombang................... 39 Tabel IV. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi

  (r) ketotifen fumarat pada multi panjang gelombang .................... 39 Tabel V. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin

  HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1 .......................... 41 Tabel VI. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin

  HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 1:1 ........................... 41 Tabel VII. Hasil perhitungan Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of

  Quantitation (LOQ) dari siproheptadin HCl dan ketotifen

  fumarat. .......................................................................................... 44

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur Ketotifen fumarat ............................................................. 5 Gambar 2. Struktur Siproheptadin HCl............................... ……... ........…. ...6 Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik ................................................. 8 Gambar 4. Spektra serapan senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang) ..................................................... 13 Gambar 5. Spaktra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu cara ..... 14 Gambar 6. Spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih dua cara...... 15 Gambar 7. Sistem kromofor dan sistem terkonjugasi dari Siproheptadin

  HCl .............................................................................................. 32 Gambar 8. Sistem kromofor, auksokrom dan sistem terkonjugasi dari ketotifen fumarat ......................................................................... 32 Gambar 9. Spektra hasil scanning siproheptadin HCl ................................... 34 Gambar 10. Spektra hasil scanning ketotifen fumarat.................................... 35 Gambar 11.Spektra tumpang tindih siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (1:1) ................................................................................ 36

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sertifikat analisis ketotifen fumarat..............................................49 Lampiran 2. Sertifikat analisis siproheptadin HCl............................................50 Lampiran 3. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan contoh perhitungan seri larutan baku siproheptadin HCl ........................51 Lampiran 4. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan contoh perhitungan seri larutan baku ketotifen fumarat ......................... 53 Lampiran 5. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (2:1) dan contoh perhitungan konsentrasi sampel ......... 55 Lampiran 6. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (1:1) dan contoh perhitungan konsentrasi sampel ......... 57 Lampiran 7. Harga serapan jenis dan koefisien korelasi Siproheptadin

  HCl pada 5 panjang gelombang .................................................. 59 Lampiran 8. Harga serapan jenis dan koefisien korelasi Siproheptadin

  HCl pada 5 panjang gelombang ................................................ 60 Lampiran 9. Absorbansi sampel pada 5 panjang gelombang............................61 Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar dan recovery siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat ...................................................................62 Lampiran 11. Hasil perhitungan kadar, recovery, KV dari sampel ..................63 Lampiran 12. Uji Chi – squere siproheptadin HCl pada campuran 1:1............64 Lampiran 13. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat

  Lampiran 14. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat dan sampel 1:1 .........................................................................66 Lampiran 15. Perhitungan LOD .......................................................................67 Lampiran 16. Perhitungan LOQ .......................................................................68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat yang diberikan di Rumah Sakit umumnya merupakan obat yang

  diresepkan oleh dokter, tidak terkecuali untuk pasien anak. Umumnya pasien anak tidak menyukai obat karena rasanya yang pahit dan sukar untuk ditelan, hal ini dapat menjadi masalah dalam kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Keadaan seperti itu dapat diatasi dengan memberikan bentuk sediaan obat yang cocok untuk pasien anak yaitu sirup. Bentuk sediaan sirup umumnya disukai karena lebih mudah ditelan daripada tablet dan rasanya yang manis, akan tetapi tidak semua obat dapat dibuat dalam bentuk sirup karena ada beberapa obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan atau obat tersebut sukar larut dalam air. Masalah ini dapat diatasi dengan pembuatan obat dalam bentuk sediaan padat. Sediaan obat padat yang cocok untuk pasien anak yaitu pulveres karena sediaan pulveres lebih mudah ditelan daripada tablet.

  Bentuk sediaan pulveres memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu dokter dapat mengkombinasikan dua atau lebih obat menjadi satu demi tercapainya tujuan terapi. Sebagai salah satu contohnya kombinasi siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (2:1) yang digunakan sebagai anti – histamin untuk pengobatan asma pada pasien anak di rumah sakit X. Pada prakteknya di rumah sakit X, pulveres dari kombinasi siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat

  (2:1) dibuat dengan menggerus tablet, kemudian dibagi – bagi secara visual sesuai dosis yang diinginkan dan dikemas. Pembagiaan dosis secara visual mengakibatkan tidak ada jaminan untuk keseragaman sediaan.

  Patient safety merupakan isu kritis yang harus ditangani dengan tepat

  karena menyangkut keselamatan pasien terutama pada pasien anak yang rentan terhadap adverse effect. Obat hasil racikan yang digunakan di Rumah Sakit di Indonesia sebagian besar tidak dilakukan pemeriksaan baik kualitatif maupun kuantitatif, sehingga tidak ada jaminan keamanan dan khasiat penggunaannya.

  Jika dilihat dari sudut farmasetika dan good manufacturing practice (GMP) obat jadi yang dibuat oleh suatu industri merupakan produk akhir dan tidak layak untuk diformulasikan kembali (reformulasi) atau dicampur dengan obat lain.

  Proses peracikan obat umumnya akan mempengaruhi stabilitas dari sediaan yang dibuat, baik stabilitas fisika maupun stabilitas kimia. Proses peracikan obat di Rumah Sakit X dibuat dengan jumlah yang berlebih dimaksudkan untuk persediaan, oleh karena itu uji stabilitas perlu dilakukan untuk menjamin kelayakan sediaan yang dibuat. Stabilitas fisika dapat diketahui dengan melihat perubahan sediaan (meliputi bau, warna, rasa dan bentuk), sedangkan stabilitas kimia dapat dilihat dari kandungan zat aktifnya. Uji stabilitas kimia dapat dilakukan melalui pemerikasaan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk melakukan uji stabilitas secara kimia untuk campuran obat siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat yang dibuat oleh Rumah Sakit X.

  Pada pemeriksaan kuantitatif dibutuhkan suatu metode analisis yang sesuai. Metode yang dapat digunakan salah satunya yaitu spektrofotometri.

  Analisis suatu zat dalam campuran secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan teknik tunggal maupun simultan tergantung dari spektra dari masing – masing komponen. Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat memiliki struktur kimia yang mirip sehingga akan sulit dipisahkan secara konvensional, oleh karena itu petetapan kadarnya dapat dilakukan secara simultan. Salah satu teknik penetapan kadar secara simultan dengan spektrofotometri yaitu dengan aplikasi panjang gelombang berganda. Perhitungan kadar secara spektrofotometri dengan aplikasi panjang gelombang berganda dapat dilakukan melalui perhitungan matriks seperti yang telah dilakukan oleh Zainuddin (1999). Agar metode ini memiliki hasil yang dapat dipertanggungjawabkan maka perlu dilakukan validasi metode. Suatu metode dapat dikatakan memiliki validitas yang baik maka akurasi, presisi, dan koefisien korelasi (r) harus memenuhi persyaratan validitas yang didukung oleh LOD dan LOQ dari masing – masing senyawa.

1. Permasalahan

  Bagaimanakah akurasi, presisi, linearitas, limit of detection (LOD) dan

  

limit of quantitation (LOQ) dari penggunaan metode spektrofotometri ultraviolet

  (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple wavelength) pada analisis bikomponen campuran siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat?

  2. Keaslian Penelitian

  Sepengetahuan penulis, penetapan kadar campuran secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple wavelength) telah banyak digunakan. Namun penetapan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran secara spektrofotometri

  (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple

  ultraviolet ) belum pernah dilakukan sebelumnya. wavelength

  3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan metode alternatif untuk penetapan kadar senyawa campuran.

  b. Manfaat praktis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan metode penetapan kadar yang cepat dan praktis karena metode ini tidak diperlukan pemisahan terlebih dahulu.

B. Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi, presisi, linearitas,

  

limit of detection (LOD) dan limit of quantitation (LOQ) dari penggunaan metode

  spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple wavelength) pada analisis bikomponen campuran siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketotifen Ketotifen fumarat berbentuk serbuk kristal berwarna putih dengan titik

  leleh antara 190 C sampai 196

  C. Kelarutan ketotifen yaitu larut dalam air, etanol, praktis tidak larut dalam kloroform. Dalam larutan asam ketotifen fumarat memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 297 nm (Clarke, 1986). Berikut adalah struktur dari ketotifen fumarat: O

  S

CH

N

3 Gambar 1. Struktur ketotifen fumarat

  C H NOS BM 309,43

  19

  19

  (Anonim, 1989) Ketotifen, sebagai antihistamin dilaporkan tidak memiliki efek klinis pada asma broonkial dan terbukti mengecewakan. Ketotiifen memiliki efek samping mengantuk, mulut kering, pusing, stimulasi susunan syaraf pusat. Dosis kali sehari, untuk anak diatas 2 tahun dosis yang diberikan yaitu 1 mg 2 kali sehari (Anonim, 2000).

B. Siproheptadin HCl

  Siproheptadin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5% C H N.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian

  21

  21

  siproheptadin HCl yaitu serbuk hablur, putih sampai agak kuning; tidak berbau atau praktis tidak berbau. Kelarutan siproheptadin yaitu sukar larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam kloroform, agak sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Dalam larutan asam, siproheptadin HCl memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 286 nm (Clarke, 1986). Berikut adalah struktur dari siproheptadin HCl:

  

N

  Cl

  H

CH

3 Gambar 2. Struktur siproheptadin HCl

  C H N.HCl.1,5H O BM 350,89

  21

  21

  2 Siproheptadin HCl digunakan sebagai antihistamin. Obat ini memiliki indikasi sebagai hay fever, urtikaria, migren. Obat ini memiliki efek samping mual, muntah, anemia hemolitik, leucopenia, agranulositosis, trombositopenia. Dosis yang diberikan yaitu 4 mg 3-4 kali sehari, rentang dosis: 4-20 mg sehari maksimal 32 mg sehari; untuk anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan, anak 2-6 tahun 2 mg 2-3 kali sehari maksimal 12 mg sehari, anak 7-14 tahun 4 mg 2-3 kali sehari maksimal 16 mg sehari (Anonim, 2000).

C. Spektrofotometri Ultraviolet

1. Deskripsi umum spektrofotometri UV

  Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) (Mulja dan Suharman, 1995).

  Interaksi antara senyawa yang mepunyai gugus kromofor dengan radiasi elektromagnetik pada daerah UV-Vis (100-800 nm) akan menghasilkan transisi elektromagnetik dan spektra absorbansi elektromagnetik. Jumlah radiasi elektromagnetik yang diserap akan sebanding dengan jumlah molekul penyerapnya, sehingga spektra absorbansi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektrum visible mempunyai rentang absorbansi antara 400-800 nm, sedangkan spektrum UV mempunyai rentang aborbansi antara 100-400 nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi (Fessenden, 1995).

2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik (REM)

  Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi ( π), sigma (σ), dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai elektron anti-bonding (Mulja dan Suharman, 1995).

  

σ* Anti bonding

Anti bonding

  π* E

n Non bonding

  π Bonding σ Bonding

  

Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik (Mulja dan Suharman, 1995)

  Jika suatu elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tidak sama, maka tenaga yang diserap dalam proses eksitasi dapat mengakibatkan terjadinya satu atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terlihat. Transisi- transisi tersebut dapat diklasifikasikan seperti berikut (Sastrohamidjodjo, 2001):

  Transisi σ → σ*. Eksitasi elektron σ → σ* memberikan energi yang terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal kovalen dan menduduki orbital σ, sebagai contoh pada alkana. Tingkat energi yang dibutuhkan untuk eksitasi sangat besar. Transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet jauh (100 – 190 nm) (Mulja dan Suharman, 1995; Christian, 2004).

  Transisi π → π*. Transisi ini menunjukkan pergeseran merah dengan adanya substitusi gugus – gugus yang memberi atau menarik elektron dan dengan kenaikan dalam tetapan dielektrik dari pelarut. Dalam kedua keadaan ini akan menstabilkan “tingkatan tereksitasi polar” (Sastrohamidjodjo, 2001). Transisi ini diberikan oleh ikatan rangkap dua dan tiga (alkena dan alkuna) (Mulja dan Suharman, 1995). transisi ini juga yang paling mudah terbaca dan bertanggung jawab terhadap spektra elektronik dalam daerah UV dan Visible (Christian, 2004).

  Transisi n → π*. Transisi dari jenis ini meliputi transisi elektron – elektron heteroatom tak berikatan ke orbital anti ikatan π*. Serapan ini terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan intensitas rendah. Transisi n → π* menunjukkan pergeseran batoromik dalam pelarut-pelarut yang lebih polar dan dengan substituen yang bersifat pemberi elektron (Sastrohamidjodjo, 2001).

  Transisi n → σ*. Senyawa – senyawa jenuh yang mengandung heteroatom seperti oksigen, nitrogen, belerang, atau halogen, memiliki elektron – elektron yang tidak berikatan disamping elektron – elektron

  σ. Senyawa – senyawa heteroatom menunjukkan jalur serapan yang kemungkinan disebabkan oleh transisi elektron – elektron dari orbital tak berikatan atom – atom hetero ke orbital anti ikatan σ*. Transisi n → σ* membutuhkan tenaga yang lebih sedikit daripada transisi σ → σ* (Silverstein, 1991).

  3. Pemilihan pelarut

  Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Menurut Mulja dan Suharman, untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain: a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

  c. Kemurniaannya harus tinggi atau derajat untuk analisis Pada umumnya pelarut yang sering digunakan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol. Namun demikian perlu diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis (penggal UV = UV cut off) (Mulja dan Suharman, 1995).

  Tabel I. Pelarut untuk daerah ultraviolet dan daerah tampak (Day

and Underwood, 1996)

  Jenis pelarut UV cut off (nm) Jenis pelarut UV cut off (nm) Air 190 Kloroform 250

  Metanol 210 Karbon tetraklorida 265 Sikloheksana 210 Benzena 280

  Heksana 210 Toluena 285 Dietil eter 220 Piridina 305

  p- Dioksan 220 Aseton 330

  Etanol 220 Karbon disulfida 380

  4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV

  Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar terpantulkan, maka:

  Io = Ia + It +Ir

  Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4% cahaya masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti misalnya sel pembanding, sehingga persamaannya menjadi:

  Io = Ia + It

  Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya medium yang menyerap.

  Hukum Beer. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Beer menemukan hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang dikemukakan oleh Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.

  Menurut Mulja dan Suharman (1995), dari kedua hukum tersebut dapat diperoleh suatu persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara transmitan atau absorban terhadap konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan

  Ita.b.c

  T

  = =10

  Io

  1 A = log = a.b.c

  

T

  dimana: T = persen transmitan a = absorptivitas Io = intensitas radiasi yang datang b = tebal kuvet It = intensitas radiasi yang diteruskan c = konsentrasi (gram/liter)

  Absorptivitas ( a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai sampel.

  Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan – satuan dari b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absortivias molar

  • 1 -1 -1 -1

  dan dilambangkan dengan ε dan diberi satuan M cm atau liter.mol .cm didefinisikan sebagai daya serap molar atau absorptivitas molar (Rohman, 2007), sehingga rumus lambert – beer dapat ditulis menjadi

  A = .b.c ε

  Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1 cm,1%) atau 1% (Anonim,1995). Menurut Rohman (2007), hubungan antara yaitu:

  ε dengan E 1cm 1%

BM

x ε = E 1cm

  10 D. Analisis multikomponen Analisis kuantiitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainnya (Mulja dan Suharman, 1995).

1. Kemungkinan I

  Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi kemungkinan I dapat dilihat pada gambar 4. Konstituen X dan Y semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang dan (Day and Underwood, 1996).

  λ

  1 λ

2 X Y

  a b s o r b a n

  λ λ

  1

  2 Panjang gelombang Gambar 4. Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang

tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan) (Day and Underwood,

1996)

2. Kemungkinan II

  Tumpang tindih satu-cara (dari) spektra: seperti ditunjukkan pada gambar 5, Y tidak mengganggu pengukuran X pada , tetapi X memang menyerap

  λ

  1

  cukup banyak bersama-sama Y pada . Pendekatan soal ini pada prinsipnya λ

  

2

sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbans larutan pada λ .

  1 Kemudian absorbans yang disumbangkan oleh larutan X pada dihitung dari

  λ

  2

  absortifitas molar X pada , yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan ini λ

  2

  dikurangkan dari absorbans terukur larutan pada λ sehingga akan diperoleh

  2

  absorban yang disebabkan oleh Y; konsentrasi Y kemudian dapat diukur dengan cara yang umum (Day and Underwood, 1996). Spektra kemungkinan dua dapat dilihat pada gambar 5.

  X Y a b s o r b a n

  λ

  1 λ

  2 Panjang gelombang Gambar 5. Spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu

cara: X dapat diukur tanpa gangguan Y, namun X mengganggu pengukuran

Y (Day and Underwood, 1996)

3. Kemungkinan III

  Tumpang tindih dua cara (dari) spektra: bila tidak dapat ditemukan panjang gelombang di mana X atau Y menyerap secara eksklusif, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6

  A c( λ 2) A c( λ 1) A Y Y( λ 2) A λ1) X(

  X A λ 2) X( A Y( λ 1) λ

1 λ

  2 Panjang gelombang Gambar 6. Spektra serapan senyawa X dan Y. dimana serapan

kedua komponen saling mempengaruhi (Sastroamidjojo, 2001)

  Spektra saling tumpang tindih dari dua komponen X dan Y, pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ , komponen Y juga mempunyai

  1

  absorbansi tersendiri. Demikian juga pada absorbansi maksimum senyawa Y pada λ , komponen X juga mempunyai absorbansi tersendiri. Spektrum serapan dari

  2

  campuran X dan Y merupakan jumlah dari dua kurva individu. Sehingga dapat ditulis persamaan – persamaan absorbansi total pada setiap panjang gelombang sebagai berikut:

  Pada : λ

  1 A = . b . c dan = a . b . c X( λ1) ε X( λ1) X ε Y( λ1) Y( λ1) Y

  Absorbansi campuran pada λ1: Ac λ1) = A λ1) +A λ1)

  ( X( Y(

  = . b. c (1) + . b . c ε

  λ1) ε λ1) X(

  

X Y( Y

  pada : λ

  2 A = ε . b . c dan A = ε . b . c X( λ2) X( λ2)

  X Y( λ2) Y( λ2) Y

  Absorbansi campuran pada λ :

  2 Ac = A +A ( λ2) X( λ2) Y( λ2)

  = . b . c . b . c (2) ε

  • X( λ2)

  

X ε Y( λ2) Y

  dimana: Ac dan Ac = absorbansi – absorbansi campuran yang teramati dari

  (λ1) (λ2)

  campuran pada panjang gelombang dan λ

  1 λ

  2 A dan A = absorbansi – absorbansi komponen X dalam X(λ1) X(λ2)

  campuran pada panjang gelombang λ dan λ

  1

  2 A dan A = absorbansi – absorbansi komponen X dalam Y(λ1) Y(λ2)

  campuran pada panjang gelombang λ dan λ

  1

  2

  , , , = absorptivitas molar dari komponen X dan Y pada ε X(λ1) ε X(λ2) ε Y(λ1) ε Y(λ2) panjang gelombang dan

  λ

  1 λ

  2

  c dan c = konsentrasi komponen X dan Y dalam campuran

  X Y

  Absorptivitas - absorptivitas molar ditentukan pengukuran terhadap larutan murni X dan Y pada kedua panjang gelombang tersebut. Jadi untuk dua konsentrasi X dan Y yang tidak diketahui diperoleh dengan menyelesaikan dua persamaan (1) dan (2) secara bersama dengan pengukuran absorbansi campuran pada dua panjang gelombang yang berbeda (Pescok, 1986).

  Penggunaan teknik persamaan simultan memerlukan beberapa persyaratan agar diperoleh hasil yang memuaskan, antara lain harga selisih

  (Zainuddin, 1999) atau harga rasio serapan jenis antar komponen pada panjang gelombang serapan maksimum cukup besar. Pada campuran multikomponen yang ada, terutama pada sediaan farmasi syarat tersebut akan sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda (multiple regression) melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang (multiple

  ) (Zainuddin,1999).

  wavelength

  Jika suatu campuran bikomponen diamati serapannya pada multi panjang gelombang 1, 2, 3, 4, …..j, maka akan diperoleh j persamaan yaitu: Ac = .c .c a a +

  1 1x x 1y y

  Ac = .c .c a a +

  2 2x x 2y y

  Ac = .c .c a a +

  3 3x x 3y y . . . . . . . . . .

  . . . . . . . . . . . a a Ac = + .c .c

  j jx x jy y

  Dimana: A , A , A , …A = serapan campuran pada panjang gelombang 1, 2, 3, ... j. a a a a c1 c2 c3 cj a a a a 1x 2x 3x jx

, , , … = absorptivitas senyawa X pada panjang gelombang 1, 2, 3, j

1y 2y 3y jy

, , , … = absorptivitas senyawa Y pada panjang gelombang 1, 2, 3, j

c = konsentrasi senyawa X x c = konsentrasi senyawa Y y Jika masing – masing disusun dalam persamaan matriks [:] maka akan didapat persamaan matriks sebagai berikut:

  A = a x c

c ij im

[ ] [ ] [ ]

  Dari persamaan matriks tersebut maka dapat ditentukan harga c dan c

  1

  2

  secara bersamaan, dengan persamaan matriks: 1 −1

  c x a x a x Ac

  = a

  [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

  

[ ] Perhitungan tersebut akan valid jika pengukuran serapan dilakukan pada multi panjang gelombang dengan jumlah melebihi komponen dan dikenal dengan istilah over-determained system (Zainuddin cit Massart, 1999).

Dokumen yang terkait

PENETAPAN KADAR CAMPURAN ISONIAZID DAN PIRIDOKSIN HCl DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV MULTIKOMPONEN.

0 2 6

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE ANALISIS ZAT PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA CABE MERAH GILING SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

0 0 6

OPTIMASI DAN ANALISIS KADAR CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF SKRIPSI

0 0 18

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI

0 2 17

ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C DAN NATRIUM BENZOAT PADA MINUMAN SARI BUAH SECARA SIMULTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI

0 0 17

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS HISTAMIN DENGAN PEREAKSI KOBALT(II) DAN ALIZARIN S SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI

0 0 12

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT DALAM CAMPURAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DENGAN TEKNIK DERIVATIF DAN TIGA PANJANG GELOMBANG RESTYA FEBRI RAHMADANI

0 0 15

VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR TABLET FLOATING GLIBENKLAMID DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET VISIBLE

0 0 17

5 EVALUASI CARA PENENTUAN BEYOND USE DATE (MASA EDAR) SEDIAAN RACIKAN PULVERES CAMPURAN KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl DARI RUMAH SAKIT X SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi I

0 0 95

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X SKRIPSI

0 0 114