GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

FORUM MANAJEMEN

   Vol. 02 No. 2

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH

Oleh : Rela Driteny,SE,MM.

  

ABSTRAK

SPIP,

  Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat diatur

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 60 Tahun 2008 Tanggal 28

Agustus 2008. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

  Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, Pimpinan

dan akuntabel. Menteri/ lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

  Kata Kunci: SPIP, Proses, Pimpinan.

I. DEFINISI Untuk memahami definisi di atas

  Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebaiknya dipahami beberapa variabel dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 definisi sebagaimana diuraikan di bawah didefinisikan sebagai berikut : ini, yaitu:

  Sistem Pengendalian Intern adalah

  a. Kriteria Penyelenggaraan SPIP yaitu

  

proses yang integral pada tindakan dan Proses yang Integral Pada Tindakan

kegiatan yang dilakukan secara terus dan Kegiatan Pimpinan dan Seluruh

menerus oleh pimpinan dan seluruh Pegawai.

pegawai untuk memberikan keyakinan Variabel ini menyatakan bahwa SPIP

memadai atas tercapainya tujuan adalah suatu proses yang dibangun

organisasi melalui kegiatan yang efektif secara “terpasang menjadi satu”

dan efisien, keandalan pelaporan (built-in) pada tindakan dan kegiatan

keuangan, pengamanan aset negara, pimpinan dan seluruh pegawai.

dan ketaatan terhadap peraturan Dengan demikian, untuk membangun

perundang-undangan SPIP sebaiknya difahami berbagai

  Sedangkan Sistem Pengendalian proses manajemen penyelenggaraan Intern Pemerintah didefinisikan sebagai pemerintahan pada berbagai berikut: tingkatan manajemen dan prioritas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pengendaliannya.

  yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah

  Dengan penerapan SPIP pada

  Sistem Pengendalian Intern yang

  tindakan dan kegiatan, diharapkan

  diselenggarakan secara menyeluruh di

  akan dihasilkan proses

  lingkungan pemerintah pusat dan

  pembangunan SPIP yang ekonomis,

  pemerintah daerah efisien, dan efektif.

FORUM MANAJEMEN

   Vol. 02 No. 2

  Proses yang Dilakukan Secara Terus Menerus Oleh Pimpinan dan Seluruh Pegawai yang merupakan Kriteria Utama dari Penerapan SPIP.

  Penerapan SPIP bukan sekedar formalitas untuk memenuhi suatu ketentuan peraturan perundang- undangan, SPIP harus diterapkan sebagai suatu budaya/kultur pengendalian (control culture) yang menjadi bagian dari budaya kerja organisasi.

  b. Kriteria Tujuan Penyelenggaraan Penerapan SPIP yaitu Untuk Memberikan Keyakinan yang Memadai Atas Tercapainya Tujuan Organisasi.

  Variabel ini menyatakan bahwa penyelenggaraan penerapan SPIP ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Dalam definisi pada PP Nomor 60 Tahun 2008, keyakinan memadai tersebut ditunjukkan dengan/melalui:

  1. kegiatan yang efektif dan efisien, 2. keandalan pelaporan keuangan, 3. pengamanan aset negara, dan 4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

  Keyakinan memadai menurut sudut pandang akuntansi ditunjukkan dengan SPI yang menghasilkan keempat hal tersebut di atas. Dengan demikian penerapan SPIP ditujukan untuk menghasilkan kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

  c. Kriteria Aktor Penerapan yaitu dilaksanakan oleh Pimpinan dan Seluruh Pegawai dan Diselenggarakan Secara Menyeluruh di Lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Variabel ini menyatakan bahwa SPIP dilaksanakan oleh pimpinan dan seluruh pegawai secara menyeluruh di lingkungan Pemerinatah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian, mandat pelaksanaan SPIP ini lebih dibebankan pada orang dan/atau jabatan.

  II. PENYELENGGARAAN SPIP

  Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 maka untuk menyelenggarakan SPIP diperlukan hal-hal sebagai berikut.

  a. Pengaturan Penyelenggaraan

  Pasal 58 UU No. 1 Tahun 2004 menyatakan “Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan peraturan pemerintah”. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah telah menetapkan PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP yang berlaku bagi penyelenggaraan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam pasal

  60 PP 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa ketentuan penyelenggaraan SPIP di tingkat Pemerintah Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah dengan tetap

FORUM MANAJEMEN

   Vol. 02 No. 2

  berpedoman pada PP 60 Tahun

  Pasal 56 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004 2010. menyatakan bahwa Kepala satuan

  Berdasarkan pada kedua pasal kerja perangkat daerah selaku tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengguna Anggaran/Pengguna mandat instruktif untuk Barang memberikan pernyataan menyelenggarakan SPIP ada pada bahwa pengelolaan APBD telah para kepala pemerintahan, yaitu diselenggarakan berdasarkan sistem Presiden dengan Peraturan pengendalian intern yang memadai Pemerintah dan Kepala Daerah dan akuntansi keuangan telah dengan Peraturan diselenggarakan sesuai dengan Gubernur/Bupati/Walikota. standar akuntansi pemerintahan.

b. Pengaturan Penyelenggaraan Pada beberapa pasal pada PP No 60

  Sesuai dengan pasal Pasal 2 angka Tahun 2008 disebutkan bahwa (1) PP Nomor 60 Tahun 2008 pimpinan instansi pemerintah dinyatakan bahwa untuk mencapai mempunyai kewajiban berikut: pengelolaan keuangan negara yang

  1. Menciptakan dan memelihara efektif, efisien, transparan, dan lingkungan pengendalian yang akuntabel, menteri/pimpinan menimbulkan perilaku positif dan lembaga, gubernur, dan kondusif untuk penerapan Sistem bupati/walikota wajib melakukan Pengendalian Intern dalam pengendalian atas penyelenggaraan lingkungan kerjanya (Pasal 4 PP kegiatan pemerintahan. No. 60 tahun 2008). Hal ini senada dengan pasal 6 UU

  2. Melakukan penilaian risiko (Pasal No.17 Tahun 2010 tentang 13 PP No. 60 Tahun 2008). pemegang kuasa pengelolaan

  3. Menyelenggarakan kegiatan keuangan, yaitu Menteri, Pimpinan pengendalian sesuai dengan Lembaga, dan Kepala Daerah. ukuran, kompleksitas, dan sifat Selanjutnya, untuk mengatur dari tugas dan fungsi Instansi penerapan SPIP diperlukan acuan, Pemerintah yang bersangkutan pedoman, atau sejenis. (Pasal 18 PP No. Tahun 2008).

c. Penerapan

  4. Mengidentifikasi, mencatat, dan

  Pasal 55 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004 mengkomunikasikan informasi menyatakan bahwa Menteri/pimpinan dalam bentuk dan waktu yang lembaga selaku Pengguna tepat (Pasal 41 PP No. 60 Tahun Anggaran/Pengguna Barang 2008). memberikan pernyataan bahwa

  5. Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan APBN telah Sistem Pengendalian Intern (Pasal diselenggarakan berdasarkan sistem 43 PP No. 60 Tahun 2008). pengendalian intern yang memadai Selanjutnya dalam Pedoman Teknis dan akuntansi keuangan telah yang dikeluarkan oleh BPKP diselenggarakan sesuai dengan ditetapkan bahwa untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan.

FORUM MANAJEMEN

  Pada pasal 43 PP No. 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa “Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing”.

  2) Komitmen terhadap kompetensi, agar tidak tergantung satu orang. 3) Kepemimpinan yang kondusif. 4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.

  Penjelasan mengenai 5 unsur pengendalian adalah sebagai berikut: ad1. Lingkungan pengendalian sebagaimana dimaksud diciptakan oleh pimpinan instansi pemerintah yang merupakan dasar fondasi SPIP melalui: 1) Penegakan integritas dan nilai etika. yang intinya kejujuran atas tindakan dan ucapan yang merupakan cerminan dari nilai etika dasar, menurut Josepfson Institute

  5. Pemantauan.

  4. Komunikasi dan Informasi.

  3. Kegiatan Pengendalian.

  2. Penilaian Risiko.

  1. Lingkungan Pengendalian.

  3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 , SPIP memiliki 5 (lima) unsur penting sebagai berikut:

  Dalam pasal

  III. UNSUR-UNSUR SPIP

   Vol. 02 No. 2

  SPIP dilakukan dengan melalui tahapan.

  d. Untuk menerapkan SPIP harus melalui proses yang sistematis sesuai dengan tahapannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menerapkan SPIP pada suatu instansi pemerintah diperlukan acuan, pedoman, dan sejenis untuk menerapkan instrumen-instrumen pengendalian termasuk pemeliharaan lingkungan pengendalian.

  c. Berdasarkan kegiatan pengendalian yang disusun terhadap tugas dan fungsi instansi pemerintah maka pimpinan instansi pemerintah wajib memberikan pernyataan bahwa terhadap penyelenggaraan pengelolaan keuangan telah dilakukan pengendalian intern.

  b. Pelaksanaan kegiatan pengendalian dilakukan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi (pada tingkat yang optimum dan bukan pada tingkat maksimum).

  a. Dalam menerapkan SPIP pada suatu instansi pemerintah wajib dibangun unsur-unsur SPIP sebagaimana pada pasal 3 PP Nomor 60 Tahun 2008.

  f. Pengembangan (Improving). Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut.

  e. Pelaksanaan (Performing).

  d. Pembentukan (Forming).

  c. Penetapan norma (Norming).

  b. Pemetaan.(Mapping).

  a. Pemahaman (Knowing).

  d. Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP

FORUM MANAJEMEN

  2) kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

  Pasal 43 PP Nomor 60 Tahun 2008 ayat (1) dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut

  Intern Pemantauan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada

  Unsur komunikasi dan informasi merupakan pencerminan interaksi antar strata pemerintahan dan/atau antara pimpinan, pegawai, dan metode kerja dalam mencapai tujuan dan/atau kinerja yang ditetapkan. Komunikasi dan informasi wajib diselenggarakan dengan efektif dan untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif maka pimpinan instansi pemerintah harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus (Pasal 42 PP Nomor 60 tahun 2008). ad.5 Pemantauan Sistem Pengendalian

  6) kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. ad.4. Komunikasi dan Informasi.

  4) kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; 5) prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; dan

  3) kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah;

   Vol. 02 No. 2

  5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. 6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia. 7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. 8) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. ad 2. Penilaian risiko menurut pasal 13 ayat 2 PP Nomor 60 Tahun 2008, terdiri dari :

  Penerapan kegiatan pengendalian menurut pasal 16 ayat 2 PP Nomor

  ad.3. Kegiatan Pengendalian.

  risiko merupakan sesuatu yang ada unsur ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi.

  kegiatan berkaitan dengan proses pengelolaan keuangan oleh instansi pemerintah. Hal tersebut dilakukan karena

  Penilaian risiko dilakukan terhadap tujuan-tujuan yang ditetapkan pada instansi pemerintah hingga tujuan suatu

  1) Identifikasi risiko dan 2) Analisis risiko

  60 Tahun 2008, sekurang- kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah;

FORUM MANAJEMEN

  kepada soft controls yaitu Perangkat

  5. Kegiatan pengendalian dilaksanakan sesuai dengan ukuran, kompleksitas proses manajemen, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah. Kegiatan pengendalian merupakan pencerminan dari aktualisasi penerapan kebijakan SPIP oleh suatu instansi pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian yang ditetapkan secara keseluruhan dan pada titik-titik proses manajemen

  4. Penilaian risiko dilakukan karena Risiko merupakan sesuatu yang ada unsur ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi karena merupakan potensi masalah dimasa yang akan datang.

  3. Pengendalian adalah Proses yang hidup dan berkembang pada organisasi dan bukan sesuatu yang bersifat formalitas, sedangkan Lingkungan Pengendalian merupakan fondasi dari SPIP.

  Pengendalian yang Sifatnya berwujud dan mudah ditata, sebagai contoh pengelolaan pemakaian kendaraan dinas, rumah dinas yang merupakan aset-aset milik negara.

  Hard controls yaitu Perangkat

  Pengendalian yang Sifatnya tidak berwujud karena lebih sukar dan sulit ditata daripada Hard controls. Sebagai contoh soft control: nilai etika dasar dari pegawai, dimana intinya kejujuran atas tindakan dan ucapan yang merupakan cerminan dari nilai etika dasar.

  2. SPIP lebih banyak ditekankan

   Vol. 02 No. 2

  “Proses” dari manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan merupakan “Tone at the Top”, dimana peran yang besar datangnya dari Pimpinan.

  1. Kata kunci Pengendalian adalah

  V. KESIMPULAN

  Penerapan kegiatan pengendalian menurut Pasal 16 ayat 3 PP No. 60 Tahun 2008 dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :

  IV. PENERAPAN KEGIATAN PENGENDALIAN

  rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan adalah pencerminan penerapan kegiatan pengendalian dan komunikasi pengendalian yang terus menerus dilakukan pada suatu instansi pemerintah.

  • review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
  • pembinaan sumber daya manusia;
  • pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
  • pengendalian fisik atas aset;
  • penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
  • pemisahan fungsi;
  • otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
  • pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
  • pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
  • akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
  • dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan - kejadian penting.

FORUM MANAJEMEN

   Vol. 02 No. 2

  yang memerlukan pen engendalian melalui pemantauan berkelanjutan, sesuai kebutuhan. evaluasi terpisah, dan an tindak lanjut

  6. Komunikasi dan informa masi wajib rekomendasi hasil aud udit dan reviuw diselenggarakan dengan ef efektif dan lainnya. untuk menyelenggarakan k komunikasi

  8. SPIP akan terhambat a t apabila adanya yang efektif maka pimpina inan instansi factor-faktor sebagai be berikut pemerintah harus menyedi ediakan dan

  a. Pengabaian Manaj ajemen karena memanfaatkan berbagai be bentuk dan tergantung dari S Sumber Daya sarana komunikasi. Manusianya.

  7. Pemantauan adalah pe pencerminan

  b. Kolusi penerapan kegiatan pen engendalian c. Kelalaian dan dan komunikasi pengenda dalian yang d. Kelelahan terus menerus dan ber erkelanjutan Apabila digamba barkan dalam harus dilakukan pada da instansi bentuk rubik, SPIP adalah s h seperti gambar pemerintah, sebagaiman ana yang berikut: dimaksud bunyi pasal 43 P

  3 PP Nomor

  60 Tahun 2008 ayat (1) dila dilaksanakan

FORUM MANAJEMEN

   Vol. 02 No. 2

VI. PENUTUP KATA Perilaku yang baik muncul karena kebiasaan yang baik.

  Kita menjadi adil dengan melakukan perbuatan adil, menjadi penyabar dengan bertindak sabar dan menjadi pemberani dengan melakukan tindakan yang berani.

  (Aristoteles)

DAFTAR PUSTAKA

  Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 2007, Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Jakarta.

  INTOSAI. 2004, Guidelines for control standards for the public sector, Brussels.

  TH Moeler, Robert, Brink’s Modern Internal Auditing, John Wiley, 6 edition, 2005.

  Undang.-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

  Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

  Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

  Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

  Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tanggal 3 November 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

5 48 75

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH

1 3 10

PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PROSES REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH INSPEKTORAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA INSPEKTORAT KABUP

0 0 13

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA

1 7 13

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN PERANAN APIP DALAM REVIU LAPORAN KEUANGAN

0 1 62

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

0 0 13

SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Dinas Pemerintahan Kota Medan)

0 0 12

PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO,

0 0 73

PENGARUH INDEPENDENSI APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ASET (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas)

0 0 17