BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM ad7a8e8fb0 BAB VIBab VI

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir
e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum,

permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah,

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun


persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari

khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan

Kemiskinan.

berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan

dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan

yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1

Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang

perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan
atau perdesaan.
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan

dari

pengembangan

6.1.1 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
a. Isu Srategis Pengembangan Permukiman
Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

terdiri

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan

kawasan

permukiman

perdesaan,


kawasan

pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

saat ini adalah:
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden
yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

Panjang Nasional.


 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk

hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota

bertambahnya kawasan kumuh.

tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

 Perlunya

kerjasama

lintas

sektor

untuk

mendukung

sinergitas

dalam

pengembangan kawasan permukiman.

VI- 1


RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan

b. Kondisi Eksisiting Pengembangan Permukiman

permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan

Secara umum, peraturan pengembangan permukiman di Kabupaten Luwu masih

kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam

sagat lemah. Sampai Tahun 2014, peraturan yang terkait dengan pengembangan

memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan

permukiman hanya diatur oleh Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang


permukiman.

RTRW Kabupaten Luwu serta Surat Keputusan Bupati tentang Penetapan Lokasi

Dalam lingkup pengembangan permukiman Kabupaten Luwu, isu-isu strategis dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Luwu
No

Isu Srategis
Fisik

Degradasi fisik lingkungan di sepanjang DAS,
pesisir,
banjir perkotaan dan keberadaan
permukiman kumuh

2


Ekonomi

Didominasi masyarakat miskin perkotaan di sepanjang
kawasan pesisir, daerah manfaat sungai dan dominan
menempati hunian yang tidak layak huni

3

Sosial

Rawan konflik sosial akibat penguasaan lahan yang timpang
khususnya pada kawasan pesisir dan daerah manfaat sungai

4

Lingkungan

Penurunan kualitas lingkungan hidup akibat aktivitas
pembangunan yang melampaui daya tampung ruang dan daya
dukung lingkungan kawasan pesisir dan daerah manfaat

sungai

5

Prasarana Permukiman

Keterbatasan infrastruktur permukiman mengondisikan daya
hubung antar lingkungan permukiman relatif sangat rendah

6

Sarana Permukiman

Ketersediaan sarana permukiman yang sangat terbatas dalam
kerangka mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat

7

Kelembagaan


Fungsi dan peran kelembagaan masyarakat
pelaksanaan pembangunan relatif masih rendah

kawasan
kawasan

Sistem transportasi perkotaan belum berkembang dengan baik
untuk mendukung mobilitas dan aksesibiltas penduduk

9

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi
masyarakat relatif masih
penyelenggaraan pembangunan perkotaan

Pembiayaan

rendah

No

1
1

Jenis
Produk
Pengaturan
2
Peraturan
Daerah

Nomor/
Tahun
3
06/2011

4
RTRW
Kab. Luwu

5
Pasal 32
Kawasan peruntukan pemukiman terdiri atas :
a.
Kawasan permukiman perkotaan, terdiri
dari atas kurang lebih 4.464 (empat ribu
empat ratus enam puluh empat) hektar
tersebar di Kecamatan Belopa, Belopa
Utara, Larompong Selatan, Larompong,
Suli, Kamanre, Bajo, Ponrang, Ponrang
Selatan, Bua, Walenrang dan Lamasi;
b. Kawasan permukiman perdesaan, terdiri
dari atas kurang lebih 2.773 (dua ribu tujuh
ratus tujuh puluh tiga) hektar tersebar di
seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten
Luwu kecuali Kecamatan Belopa dan
Belopa Utara.

Tabel 6.3
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Luwu Tahun 2013

dalam

Sinkronisasi perangkat kebijakan pembangunan belum
berjalan efektif sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang perkotaan
Ketersediaan
anggaran
pembangunan
pada
sektor
permukiman masih terbatas dan dominan pembangunan
perumahan secara swadaya

No

Lokasi Kawasan
Kumuh

Luas
Kawasan

Jumlah
Rumah
Permanen

Jumlah
Rumah Semi
Permanen

Jumlah
Penduduk

1

2

3

4

5

6

1.

Kawasan Hati Damai

16.8155

2.

Kawasan Batu Murrung

5.2607

12

Investasi

Investasi pembangunan pada sektor permukiman sangat
terbatas

3.

Kawasan Ulo-Ulo 01

2.8053

13

Budaya

Akulturasi budaya antara penduduk pendatang dan komunitas
lokal

4.

Kawasan Ulo-Ulo 02

5.3467

14

Legalitas Lahan

Konflik lahan perkotaan cukup tinggi akibat instrumen
pengendalian pembangunan belum berjalan efektif

5.

Kawasan Lamunre

30.7017

15

Kependudukan

Tingkat kepadatan penduduk
cukup tinggi khususnya
kawasan pesisir dan daerah manfaat sungai

6.

Kawasan Pogang

9.2326

16

Spesifikasi Wilayah

Keberadaan kawasan permukiman kumuh cenderung sporadis
pada muara sungai, sepanjang DAS dan kawasan pesisir.

7.

Kawasan Lauwa

8.2189

8.

Kawasan Ta' Date 01

8.7208

Sumber: Buku SPPIP Kab. Luwu Tahun 2013

Amanat Kebijakan Daerah

Perihal

Perkotaan

Transportasi

11

Perda/Perbup/Peraturan Lainnya

dalam

8

Regulasi

Tabel 6.2
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan
Permukiman

Keterangan

1

10

Kawasan Kumuh.

VI- 2

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

9.

Kawasan Ta' Date 02

10.4310

10

Kawasan Lonnyi

19.9159

Sumber : Surat Keputusan Bupati Luwu tentang penetapan Kawasan Kumuh, Tahun

Tabel 6.5
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten
Luwu
No

2014

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional

Pengendalian Pemanfaatan ruang
pada
jalan
arteri
serta
pengurangan alih fungsi lahan
produktif

b.

Ekonomi :
Tingkat
pendapatan
masyarakat
masih
dibawah standar ratarata

Peningkatan
masyarakat

c.

Sosial :
Konflik
pemanfaatan
lahan utamanya pada
kawasan pesisir

d.

Lingkungan :
Pencemaran sungai dan
air laut akibat perilaku
dan aktivitas masyarakat

e.

Prasarana Permukiman :
Sistem jaringan jalan,
sistem drainase dan
sistem
persampahan
belum tertangani secara
optimal

Keberadaan
fungsi-fungsi
komersil
dan
kawasan
fungsional strategis dominan
berlokasi
pada
kawasan
perkotaan di motori oleh
kehadiran
pemilik
modal
sehingga
berimbas
pada
lemahnya akses masyarakat
terhadap
sumberdaya
reproduksi ruang perkotaan
kabupaten Luwu
Konflik
sosial
dalam
penguasaan
lahan
dan
keberadaan
kawasan
permukiman
kumuh
pada
daerah
muara
sungai,
sepanjang pesisir
yang
memerlukan
instrumen
pengendalian dan relokasi
kawasan permukiman kumuh
Degradasi lingkungan akibat
pencemaran aktivitas kegiatan
masyarakat sepanjang DAS
dan
kawasan
pesisir
perkotaan Kabupaten Luwu
Ketersediaan
infrastruktur
perkotaan
yang
belum
memadai akan membutuhkan
biaya pembangunan yang
cukup tinggi

f.

Sarana Permukiman :
Distribusi
pelayanan
fasos dan fasum yang
belum terpenuhi secara
merata pada kawasan
permukiman perkotaan

Efektivitas
pengembangan
sarana
permukiman
yang
belum optimal berpengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan
perkotaan
Kabupaten Luwu

Pemerataan pembangunan fasos
dan fasum pada lingkungan
permukiman

2

Kelembagaan :
Lemahnya
koordinasi
antar
instansi
pemerintah
dalam
pelaksanaan

Ego sektoral yang cukup tinggi
berimbas
pada
lemahnya
koordinasi dalam pelaksanaan
pembangunan
perkotaan
Kabupaten Luwu

Koordinasi dan evaluasi antar
instansi
pemerintah
perlu
ditingkatkan

2) Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,
daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3) Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1) Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3) Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian ProgramProgram Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4) Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
5) Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah
6) Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta
Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di Kabupaten Luwu terdapat permasalahan dan
tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik. Penjabaran permasalahan
dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Luwu serta
merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Luwu.

4

Perkembangan
kawasan
perkotaan cenderung linier
dan pembentukan clustercluster permukiman baru akan
bardampak pada alih fungsi
guna lahan dari lahan produktif
menjadi lahan terbangun

dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur

provinsi dan kabupaten/kota.

3

Fisik :
Kerusakan lingkungan
pada daerah bantaran
sungai dan kawasan
pesisir
pantai
serta
perkembangan kawasan
permukiman sepanjang
jalur Trans Sulawesi
cenderung linier

1) Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga

khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.

Alternatif Solusi

2
Aspek Teknis

Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

2) Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta

Tantangan Pengembangan

1
1
a.

antara lain:

yang masih terbatas.

Permasalahan
Pengembangan
Permukiman

pendapatan

Pengendalian pemanfaatan lahan
pada si sepanjang aliran sungai
dan muara sungai

Perubahan perilaku masyarakat di
daerah pesisir dan DAS

Pembangunan
permukiman

prasarana

VI- 3

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

6.1.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

pembangunan
3

4

5

6

7

8

Transportasi :
Ketersedian sarana dan
prasarana transportasi
belum memadai

Partisipasi Masyarakat :
Peran kelembagaan
masyarakat masih
sangat rendah
Regulasi :
Efektifitas pelaksanaan
kebijakan pembangunan
belum berjalan maksimal
Pembiayaan :
Alokasi
pembiayaan
pembangunan
yang
bersumber dari APBD II
sangat terbatas
Investasi :
Investasi
pembangunan
permukiman
berkembang
baik

dalam
belum
dengan

Budaya :
Modernisasi kota akan
berimbas pada kultur
budaya
masyarakat
Kabupaten Luwu

9

Legalitas Lahan :
Mekanisme pelaksanaan
pembangunan
tidak
sesuai peruntukan dan
belum didasarkan pada
peraturan yang berlaku

10

Kependudukan :
Tingkat
kepadatan
penduduk cukup tinggi
pada kawasan pesisir
dan DAS

11

Spesifikasi Wilayah :
Abrasi, sedimentasi dan
degradasi
kualitas
lingkungan DAS dan
kawasan pesisir

Perkembangan kota yang
cenderung linier sepanjang
jalan Trans Sulawesi akan
berdampak pada alih fungsi
lahan, fungsi jalan dan beban
lalu lintas yang cukup tinggi,
dan berpengaruh signifikan
pada pola pengembangan
aktivitas ekonomi perkotaan
Keterlibatan
masyarakat
dalam
pelaksanaan
pembangunan relatif rendah,
sehingga berimplikasi pada
lemahnya
partisipasi
masyarakat.
Penyelengaraan
pembangunan
belum
sepenuhnya didasarkan pada
efektifitas
instrumen
pengendalian pembangunan
secara berkelanjutan
Keterbatasan sumber-sumber
pendanaan untuk pembiayaan
pembangunan
permukiman
dan infastruktur perkotaan

Pembangunan
sarana
prasarana transportasi

dan

Dukungan kebijakan investasi
yang
belum
maksimal
berdampak
pada
minat
investor untuk berinvestasi di
Kabupaten Luwu masih cukup
rendah

Penyusunan program investasi
pembangunan yang baik

Modernisasi
kota
yang
berlangsung dalam konteks
pengembangan fungsi-fungsi
kegiatan ekonomi
akan
berdampak segregasi sosial
budaya masyarakat
Pengguasaan lahan dalam
jumlah besar oleh kelompokkelompok
tertentu
mengondisikan alih fungsi
guna lahan produktif cukup
tinggi

Perlu akulturasi perkembangan
budaya antara budaya modern
dan budaya lokal

Tingkat kepadatan penduduk
yang cukup tinggi pada
kawasan
pesisir
dan
sepanjang
DAS
mengondisikan
degradasi
kualitas lingkungan perkotaan
Pemulihan
kualitas
lingkungan, khususnya pada
daerah aliran sungai dan
kawasan
pesisir
serta
keberadaan
kawasan
permukiman
kumuh
akan
membutuhkan
biaya
rehabilitasi lingkungan yang
cukup tinggi

Relokasi
dan
permukiman
pada
pesisir dan DAS

Tabel 6.6
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5
Tahun
No

Peningkatan peran kelembagaan
masyarakat dalam pembangunan

1
1

URAIAN
2
Jumlah Penduduk

Unit

Tahun I

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun
V

Ket

3

4

5

6

7

8

9

Kepadatan
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk

Penyusunan
regulasi
dan
efektifitas pelaksanaan kebijakan
pembangunan

Proyeksi
Persebaran
Penduduk Miskin
2

Sasaran
Penurunan Kaw.
Kumuh

3

Kebutuhan
Rusunawa

4

Kebutuhan RSH

5

Kebutuhan
Pengembangan
Kaw. Baru

Peningkatan alokasi pembiayaan
pembangunan

Tabel 6.7
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang
Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No
1

1
Optimalisasi
fungsi
dan
mekanisme sesuai peraturan yang
berlaku

penataan
kawasan

2
Pengendalian pembangunan pada
kawasan pesisir dan DAS

3
4

URAIAN

Unit

Tahun I

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun
V

Ket

2

3

4

5

6

7

8

9

Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk Miskin
Desa Potensial
untuk Agropolitan
Desa Potensial
untuk Minapolitan
Kebutuhan
Rawan Bencana

6.1.3 Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor
Pengembangan Permukiman

Sumber : Buku SPPIP Kabupaten Luwu Tahun 2013

VI- 4

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan
terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa
serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) Pengembangan

kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil.
2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat
berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review
bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
 Infrastruktur permukiman RSH
 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
 Infrastruktur perdesaan PPIP
 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut.

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari
kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

VI- 5

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal

lainnya
 Ada calon penghuni

kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat

RIS PNPM

didalamnya.

 Sudah ada kesepakatan dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan
 menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,
apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan
faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat
menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam

Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti

 Tingkat kemiskinan desa >25%

pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

PISEW

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk

 Berbasis pengembangan wilayah

kawasan permukiman kumuh.

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi,

3. Status Kepemilikan Tanah

(ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

pendidikan, serta (vi) kesehatan

b. Status sertifikat tanah yang ada.

 Mendukung komoditas unggulan kawasan.
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air
limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh

Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)

dengan

ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan

penanganannya.

prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,
dan permukiman,

serta prasarana,

sarana dan utilitas umum, serta (4)

pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan

indikasi

penyediaan

dana

dan

mekanisme

kelembagaan

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.

rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria
yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam
ruang kota.

VI- 6

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

6.1.4 Usulan Kebutuhan Program Kegiatan

6

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

7

Tabel 6.8
Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Luwu
No

Program/Kegiatan

Volume/
Satuan

Biaya (Rp)

1

Penyusunan RPKPP Kawasan
Prioritas

Laporan

1.100.000.000

2

Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan Belopa

Paket

2.500.000.000

3

Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan Padang
Sappa

4

Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan
Batusitanduk

Paket

500.000.000

Paket

500.000.000

Lokasi
Belopa,
Padang
Sappa
Kawasan
Prioritas
Belopa
Kawasan
Prioritas
Padang
Sappa
Kawasan
Prioritas
Padang
Sappa
Kawasan
Kumuh
Kota
Belopa
Kecamatan
Bajo
Kec.
Belopa &
Belopa
Utara

5

Penangan Kawasan Kumuh di
Kota Belopa

Paket

6

Penyediaan Sarana &
Prasarana Agropolitan

Paket

1.000.000.000

7

Penyediaan Sarana &
Prasarana Minapolitan

Paket

1.000.000.000

8

Infrastruktur Pendukung
Kegiatan Ekonomi & Sosial

Paket

1.000.000.000

Kab. Luwu

1.000.000.000

Ulo-Ulo,
Padang
Sappa,
Balambang

9

Penangan Kawasan Potensial

1.000.000.000

Paket

8

Kesiapan

9

Penyediaan Sarana &
Prasarana Agropolitan
Penyediaan Sarana &
Prasarana Minapolitan
Infrastruktur
Pendukung Kegiatan
Ekonomi & Sosial
Penangan Kawasan
Potensial

Dokumen
SPPIP

6.2

1
1
2

3

4
5

2
Penyusunan RPKPP
Kawasan Prioritas
Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan
Belopa
Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan
Padang Sappa
Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Kawasan
Batusitanduk
Penangan Kawasan
Kumuh di Kota Belopa

x

APBD
Kab.
5
x

x

x

3

x

x

x

x

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

Dokumen
SPPIP

mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

SK
Kawasan
Kumuh

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-Undang dan

RTRW

a. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

peraturan antara lain:
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan

RTRW

amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

RTRW

pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

RTRW

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
dipersiapkan

harus

sesuai

dengan

persyaratan

dalam

penggunaan,

penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Tabel 6.9
Usulan Pembiayaan Proyek
APBD
Prov
4

x

Rencana Program Investasi Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

telah

APBN

x

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Dokumen
SPPIP

b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

Program/Kegiatan

x

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2014

Dokumen
SPPIP

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2014

No

x

b. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Masyarakat

Swasta

CSR

Total

6

7

8

9

UU

No.

28

tahun

2002

memberikan

amanat

bangunan

gedung

harus

diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;

x

x

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.

x

x

VI- 7

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan

dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan

persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada

Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga

gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.

terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

bahwa

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

dalam

penyelenggaraan

bangunan gedung

yang

meliputi kegiatan

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran
masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
c. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan
tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;

bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai

 Pelatihan teknis.

acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
d. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen

pemukiman

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.
6.2.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
a. Isu Strategis Sektor PBL

RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,

Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda

dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun

Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional

perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang

kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-

menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan

jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui

berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan

peraturan walikota/bupati.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,

e. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015,

dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib

khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut

yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga

VI- 8

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

a) Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,

separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi

kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam

b) Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

gedung di kab/kota;

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming).

c) Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib,

Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai

andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;

akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan
global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka

d) Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah

laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini

negara;

memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu

e) Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan

munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

rumah Negara.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a) Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau

mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah

sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar
terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang

b) Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-

mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan

cash sesuai MoU PAKET;

perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14

c) Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam

Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable

penanggulangan kemiskinan.

Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario

penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis Kabupaten Luwu untuk bidang PBL

rencana tindak yang meliputi:

dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

a) Revitalisasi

1) Penataan Lingkungan Permukiman

b) Ruang Terbuka Hijau

a) Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan

b) PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

d) Penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan

c) Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH)

lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6.10
Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Luwu

di perkotaan;
d) Revitalisasi
bangunan

dan

pelestarian

bersejarah

lingkungan

berpotensi

wisata

permukiman
untuk

tradisional

dan

menunjang

tumbuh

rangka pemenuhan

Standar

No
1
1

Kegiatan Sektor PBL
2
Penataan Lingkungan Permukiman

2

Penyelenggaraan Bangunan Gedung
& Rumah Negara
Pemberdayaan Komunitas Dalam
Penanggulangan Kemiskinan

kembangnya ekonomi lokal;
e) Peningkatan kualitas lingkungan dalam
Pelayanan Minimal;
f)

3

a.
b.

Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan
bangunan dan lingkungan.

a.
b.
a.

Isu Strategis PBL Kab. Luwu
3
Belum tersusun RTBL KSK Kabupaten
Belum tersusunnya NSPK sector PBL
Belum ada TABG
Rendahnya DDUB yang disiapkan oleh
Pemerintah Daerah
Kurag sinerginya program Pemerintah
Daerah dengan Pemerintah Pusat

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2014

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

VI- 9

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

b. Kondisi Eksisting Sektor PBL

3) Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi

Secara umum, peraturan sector PBL di Kabupaten Luwu masih sangat lemah.
Sampai Tahun 2014, peraturan yang terkait dengan pengembangan permukiman

utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
4) Masih

rendahnya

dukungan

pemda

dalam

pembangunan

lingkungan

hanya diatur oleh Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang RTRW

permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah

Kabupaten Luwu serta Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Bangunan

untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

Gedung.
Tabel 6.11
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan
Bangunan Lingkungan

1
1

Jenis Produk
Pengaturan
2
Peraturan
Daerah

Nomor/
Tahun
3
06/2011

Amanat Kebijakan Daerah

Perihal
4
RTRW
Kab. Luwu

Pasal 32
Kawasan peruntukan pemukiman
terdiri atas :
d. Kawasan permukiman perkotaan,
terdiri dari atas kurang lebih 4.464
(empat ribu empat ratus enam
puluh empat) hektar tersebar di
Kecamatan Belopa, Belopa Utara,
Larompong Selatan, Larompong,
Suli, Kamanre, Bajo, Ponrang,
Ponrang Selatan, Bua, Walenrang
dan Lamasi;
e. Kawasan permukiman perdesaan,
terdiri dari atas kurang lebih 2.773
(dua ribu tujuh ratus tujuh puluh
tiga) hektar tersebar di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten
Luwu kecuali Kecamatan Belopa
dan Belopa Utara.
Terkait dengan PBL

Peraturan
8/2013
Bangunan
Daerah
Gedung
Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2014

penataan

bangunan

dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan);
4) Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
5) Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian;
6) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
7) Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
8) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan
efisien;
9) Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
1) Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,

c. Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL
kegiatan

sedang, kecil di seluruh Indonesia;
3) Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan

5

2.

Dalam

efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
2) Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar,

Perda/Perbup/Peraturan Lainnya
No

1) Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan

dan

lingkungan

terdapat

beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
1) Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
2) Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk
lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur
guna pengembangan lingkungan permukiman;

sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
1) Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
2) Masih

adanya

tuntutan

reformasi

peraturan

perundang-undangan

dan

peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
3) Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di
daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

VI- 10

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

6.2.3 Analisis Kebutuhan PBL

serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem

Lingkungan (RTBL),

Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun.

Rencana

Induk

Sistem

Proteksi

Kebakaran

(RISPK),

pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukimantradisional dan

RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan

bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang

kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya

Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta
kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan

1. Rencana Tata Bangun Lingkungan (RTBL)

kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum

juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan

rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta

rancang

benda.

bangun

suatu

lingkungan/kawasan

yang

dimaksudkan

untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta

3. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian

Permukiman Tradisional adalah:

rencana,

a) Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

dan

pedoman

pengendalian

pelaksanaan

pengembangan

lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
 Program Bangunan dan Lingkungan;
 Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
 Rencana Investasi;

b) Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
c) Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk
menjamin kelangsungan kegiatan;
d) Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi

 Ketentuan Pengendalian Rencana;

masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam

 Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

upaya pemberdayaan masyarakat.

2. RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

4. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14

dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem

tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan

Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem

Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM

Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem

Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang

yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang

salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem

perkotaan.

proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,

VI- 11

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

Tabel 6.12
SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No

Jenis Pelayanan Dasar

Standar
Minimal
Indikator

Pelayanan

Waktu
Pencapaian

Keterangan

2015

Dinas yang
membidangi
Perijinan
(IMB).

6.2.4 Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor PBL
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang

Nilai

mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam
VI.

Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan

Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)

VIII.

Penataan
Ruang

Penyediaan
Ruang
Terbuka
Hijau (RTH)
Publik

Terlayaninya
masyarakat
dalam
pengurusan
IMB
Tersedianya
pedoman
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara
Tersedianya
luasan RTH
publik
sebesar 20%
dari
luas wilayah
kota/
kawasan
perkotaan.

100 %

100 %

2015

Dinas yang
membidangi
Pekerjaan
Umum.

mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan
lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani
pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
a. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

30 %

2024

Dinas yang
membidangi
Pekerjaan
Umum.

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2014

Berbasis Komunitas:
 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya;
 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

b. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

Kriteria Lokasi :

1) Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan

 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

dan kemudahan);

 Kawasan yang dilestarikan/heritage;

2) Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

 Kawasan rawan bencana;

3) Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah

budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central

negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga

business district);

perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan

daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang

kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP

dan/atau pengembangan wilayahnya;

(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui

 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk
Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.

VI- 12

RENCANA TERPADU & PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015 - 2025

 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan

c. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

estetis;

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen

 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

kawasan,

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

program/rencana

investasi,

arahan

pengendalian

rencana

dan

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:

f.

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK):
 Ada Perda Bangunan Gedung;

(jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm scenario pengembangan wilayah (jika

 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

luas perencanaan < 5 Ha);
 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang

 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata
Ruang;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi

g. Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman

Kawasan:

Tradisional/Ged Bersejarah:

 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-

 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

Bersejarah;
 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

 Ada DDUB;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

d. Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No.

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
h. Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:

26/2007 tentang Tata ruang);
 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH public minimal 20% dari luas

 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
SK/peraturan bupati/walikota);

wilayah kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Khusus

diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi
prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

(RTH Publik);

e. Kriteria

 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,

Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

 Memiliki Perda BG (mini