BAB VI - DOCRPIJM cbd9f95ed9 BAB VIBab 6 Aspek Teknis Per Sektor Kota Yogyakarta

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1

Pengembangan Permukiman

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arah Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),
serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal dalam hal ini terkait indikator SPM Persentase berkurangnya
luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2019.
.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka

UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-1

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan
Lisiba.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman.
e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas kabupaten/kota.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan
dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-2

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraanperumahan

dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat nasional.
e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman.
h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh pada tingkat provinsi.
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-3

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada

tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada
tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
B. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pengembangan permukiman mengacu pada Permen PU No.
08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka
Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis
dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan

dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun
sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau
kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-4

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis

Isu-isu strategis terkait pengembangan permukiman Kota Yogyakarta saat ini adalah:
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga
kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang
tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan
kumuh.
 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan
kawasan permukiman.
 Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta
perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman
B. Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional
mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500

kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit
Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial
yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan
15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Sedangkan kondisi eksisting pengembangan permukiman Kota Yogyakarta yang akan
diuraikan meliputi data kawasan kumuh dan data kondisi Rusunawa MBR, yang dijelaskan
melalui tabel-tabel berikut ini.

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-5

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tabel 6. 1Data Kawasan Kumuh di Kota Yogyakarta Tahun 2014
No

Kecamatan

Kelurahan

Lokasi

1

M antrijeron

Gedongkiw o

RW 1, 2

2

M ergangsan

Brontokusuman

RW 16. 17, 18, 19, 20, 21, 22

Keparakan

RW 2, 7, 8, 9, 10, 13

Wirogunan

RW 1, 2, 3,4,7, 22

Giw angan
Sorosutan

RW 1,6,8,9,12,13
RW
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17

Pandean

RW 8,9,13

Warungboto

RW 7,8,9

Semaki

RW 10

Rejow inangun

RW 7,8,9

Purbayan

RW 1,4,5,7,9,10

Prenggan

RW 1,3,11,13

Baciro

RW 1,3,4,5,6,7

Klitern

RW 1,3,4,6,7,8

Terban

RW 1,4,5,6,10,11

Suryatmajan

RW 1,2,3,4,7,8,9,10,11,13,14,15

Tegalpanggung

RW 1,2,3,13,14

Purw okinanthi

RW 1,2,4,5,7,9

Gunungketur

RW 1,3,6,7

Praw irodirjan

RW 1,2,3,5,6,8,10,11,12,14,15,16,17,18

Ngupasan

RW 1,2,4,5,6,7,8,9

Notoprajan

RW 1,2,3,4

Ngampilan

RW 1,2,9,11,12

Parangpuluhan

RW 5,6,7,10

Wirobrajan

RW 6,7,9

3

4

5

6
7
8
9
10

11
12

13

Umbulharjo

Kotagede

Gondokusuman

Danurejan
Pakualaman
Gondomanan
Ngampilan
Wirobrajan

Gedong Tengen
Jetis

Tegalrejo

Pakuncen

RW 8,10,11

Pringgokusuman

RW 1,2,3,4,5,6,8,17,22,25

Sosromenduran

RW 3,10,11

Bumijo

RW 1,3,9,10,11,2,13

Gow ongan

RW 7,8,9,10,11,12,13

Cokrodiningratan

RW 5,6,7,8,9,`0,``

Tegalrejo

RW 1,2,3,10,11,12

Bener

RW 1,3,4,5,6,7

Kricak

RW 7,8,12,13

Karangw aru

RW 1,2,3,4,5,6,11,14
TOTAL

Luas
(Ha)

2,00
18,22

85,02

21,69

20,93

8,63
7,63
25,70
12,53

13,08

12,43

22,23

28,61

278,70

Sumber: Keputusan Walikota Nomor 393 Tahun 2014

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-6

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tabel 6.2Data Kondisi Rusunawa MBR di Kota Yogyakarta Tahun 2014
No.

Nama Rusunawa

Kecamatan

Kabupaten Jml Unit

Tahun Huni

1

Cokrodirjan

Danurejan

Kota Yk

72

2004/2005

2

Juminahan

Danurejan

Kota Yk

68

2004

3
4

Jogoyudan 1
Jogoyudan 2

Jetis
Jetis

Kota Yk
Kota Yk

96
96

2009
2009

5

Jogoyudan 3

Jetis

Kota Yk

96

2009

6

Jogoyudan 4

Jetis

Kota Yk

96

2009

Sumber: DPUPESDM DIY
C. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengembangan permukiman secara nasional diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih
terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
terpencil, dan kawasan perbatasan.
Tantangan pengembangan permukiman secara nasional diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro
Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur
permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota
Hasil identifikasi permasalahan dantantangan pengembangan permukiman Kota Yogyakarta
dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel 6.3Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota
Yogyakarta
No.
Aspek
Permasalahan
Tantangan
Solusi
1

Teknis

 Terdapat Kawasan
Kumuh

 Target MDGs
Pengurangan
Kawasan Kumuh
 Terdapat Kawasan
Prioritas

 Penyediaan
infrastruktur dasar
permukiman bagi
penanganan
kawasan kumuh

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-7

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

No.

Aspek

Permasalahan

Tantangan

Solusi

Pengembangan
Permukiman
2

3

Kelembagaan  Terbatasnya
kapasitas
kelembagaan
pemerintah daerah
dalam pengelolaan
infrastruktur dasar
pengembangan
permukiman
Pembiayaan
 Terbatasnya
kapasitas keuangan
daerah

4

Peran Serta
Masyarakat/
Swasta

5

Lingkungan

 Rendahnya
kepedulian
masyarakat dalam
pemeliharaan
infrastruktur dasar
pengembangan
kawasan
permukiman
 Rendahnya
keterlibatan
masyarakat dalam
pengelolaan
infrastruktur dasar
pengembangan
kawasan
permukiman
 Penurunan kualitas
lingkungan hidup
akibat dari
kepadatan
permukiman

 Reformasi birokrasi
dan tuntutan
pelayanan prima
dalam pemenuhan
infrastruktur dasar
pengembangan
permukiman bagi
masyarakat
 Potensi alternatif
pembiayaan
infrastruktur diluar
APBN/APBD melalui
sumber pembiayaan
PHLN & KPS
 Potensi sumber
daya masyarakat
dalam pengelolaan
infrastrukrtur dasar
pengembangan
kawasan
permukiman

 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
pemerintah daerah
dalam pengelolaan
infrastruktur dasar
pengembangan
permukiman
 Peningkatan
pembiayaan
infrastruktur dasar
pengembangan
permukiman melalui
PHLN & KPS
 Pemberdayaan
kelompok
masyarakat sebagai
upaya meningkatkan
peran serta
masyarakat dalam
pengelolaan
infrastruktur dasar
pengembangan
kawasan
permukiman

 Perubahan iklim
akibat pemanasan
global
 Agenda MDGs
dalam menjaga
kelestarian
lingkungan hidup

 Pengelolaan
infrastruktur dasar
pengembangan
kawasan
permukiman yang
berwawasan
pelestarian
lingkungan hidup
dan "Sustainable

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-8

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

No.

Aspek

Permasalahan

Tantangan

Solusi
Human Settlements
Development”

Selain itu sektor pengembangan permukiman Kota Yogyakarta juga menghadapi tantangan
pemenuhan pencapaian target Standar Pelayanan Minimum Bidang Cipta Karya Tahun 2019
“100 – 0 – 100” sebagai berikut ini.
Tabel 6.4 Tantangan Pemenuhan Target SPM Sektor Pengembangan Permukiman
Kondisi Eksisting
2013/ 2014

Jenis
Pelayanan
Dasar

Penanganan
Permukiman
Kumuh
Perkotaan

Sasaran

Berkurangnya
permukiman
kumuh
diperkotaan

Indikator

Persentase luas
kaw asan kumuh
perkotaan

Target
2019

Satuan

Capaian

Backlog

Luas
Kaw asan
Kumuh
(ha)

8,58%

-8,58%

278,7

% Luas
Kaw asan
0%

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.
Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus
dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 20102014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh),
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014
sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua
Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya
2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW
Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi
dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman. Analisis kebutuhan
dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel
berikut.
Tabel 6.5 Kebutuhan & Target Program Pengembangan Permukiman Kota Yogyakarta untuk
Lima Tahun Ke Depan
No

Kecamatan

Kelurahan

Luas
(Ha)

Target Penanganan Tahun Ke - (Ha)
1

1

M antrijeron

Gedongkiw o

2

M ergangsan

Brontokusuman

2,00
18,22

2

3

4

5

2,00
18,22

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-9

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

No

Kecamatan

Kelurahan

Luas
(Ha)

Target Penanganan Tahun Ke - (Ha)
1

2

3

4

5

Keparakan
Wirogunan
3

Umbulharjo

Giw angan

28,34

28,34

28,34

Sorosutan
Pandean

85,02

Warungboto
Semaki
4

Kotagede

Rejow inangun
Purbayan

21,69
21,69

Prenggan
5

Gondokusuman

Baciro
Klitern

20,93
20,93

Terban
6

Danurejan

Suryatmajan
Tegalpanggung

7

Pakualaman

Purw okinanthi

8

Gondomanan

Praw irodirjan

Gunungketur
Ngupasan
9

Ngampilan

Notoprajan
Ngampilan

10

Wirobrajan

8,63

8,63

7,63

7,63
25,70

25,7
12,53

12,53

Parangpuluhan
Wirobrajan

13,08
13,08

Pakuncen
11

Gedong Tengen

Pringgokusuman
Sosromenduran

12

Jetis

12,43

12,43

Bumijo
Gow ongan

22,23
22,23

Cokrodiningratan
13

Tegalrejo

Tegalrejo
Bener
Kricak

28,61
28,61

Karangw aru
278,70

27,70

30,75

63,11

61,70

95,44

6.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Permukiman
A. Program Kegiatan
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
dari:

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-10

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa
serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan
dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapatberupa
kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana
diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
 Infrastruktur permukiman RSH
 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
 Infrastruktur perdesaan PPIP
 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
B. Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari
kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan
Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
a. Rusunawa
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-11

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR





Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
• Ada calon penghuni
b. RIS PNPM
• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
• Tingkat kemiskinan desa >25%.
• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5%dari
BLM.
c. PPIP
• Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
• Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program
Cipta Karya lainnya
• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
• Tingkat kemiskinan desa >25%
d. PISEW
• Berbasis pengembangan wilayah
• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii)
produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)
pendidikan, serta (vi) kesehatan
• Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan
kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan
bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3)
penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan
utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam
kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu
hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan
dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-12

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah
apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan
kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat
aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana
a. Kondisi Jalan
b. Drainase
c. Air bersih
d. Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan
indikasi penyediaandana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Usulan prioritas program dan kegiatan berikut pembiayaan yang dibutuhkan diuraikandalam
tabel berikut ini.

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-13

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tabel 6.6 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Yogyakarta Tahun 2015-2019
SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA)
No.

Kegiatan

Detail Lokasi

Vol.

Sat.

APBN

Tahun
RM

1

Peningkatan PSD Permukiman Kumuh

2
3
4
5

Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh

6

Peningkatan PSD Permukiman Kumuh

7
8
9
10

Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh
Peningkatan PSD Permukiman Kumuh

Brontokusuman, Keparakan
(Kel. Pandeyan, Muja-muju,
Kec. Umbulharjo
Kws. Sungai Code
Kws. Sungai Code
Kws. Sungai Code
Kws. Sungai Code
(Kel. Prenggan,
Rejowinangun (utara
lapangan karang),
Purbayan) Kec. Kotagede
Pandeyan
Warung Boto
Kws. Gajahwong
Kws. Gajahwong

APBD
PROV.

PHLN

APBD
KAB/KOTA

PERUSAHAAN
DAERAH

SWASTA/
MASYARAKAT

CSR

DAK

1
1
1
1
1

kws
Kws
Kws
Kws
Kws

2015
2016
2017
2018
2019

1.150
1.000
1.000
1.000
1.000

-

-

100
100
100
100
100

-

-

-

1

kws

2015

1.250

-

-

100

-

-

-

1

kws

2016

1.000

-

-

100

-

-

-

1
1
1

kws
Kws
Kws

2017
2018
2019

1.000
2.000
2.000

-

-

100
500
500

-

-

-

Total

2015

2.400

-

-

200

-

-

-

-

Total

2016

2.000

-

-

200

-

-

-

-

Total

2017

2.000

-

-

200

-

-

-

-

Total

2018

3.000

-

-

600

-

-

-

-

Total

2019

3.000

-

-

600

-

-

-

-

12.400

-

-

1.800

-

-

-

-

TOTAL

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-14

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.2

Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arah Kebijakan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan
gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada
Undang-undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU
No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang
harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBLyang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan
gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan
pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi
bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam
peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-15

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat
pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa
RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi
kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen
RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal dalam hal ini terkait indikator SPM persentase jumlah Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan.sebesar 60% pada tahun 2019.
B. Lingkup Kegiatan
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8
tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan
bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan
serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan
pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan
bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunandan
lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan
bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-16

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL,
yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan
gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 6. 1Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehinggaterjadi
peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh
dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-17

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda
Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda
Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar
acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan
tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di
kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah isu Pemanasan Global (Global
Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2)
sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan
global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di
seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan
dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana
alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.Agenda Habitat juga merupakan
salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL.
Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni
1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB
yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.
Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua
tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements
Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan
permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis Kota Yogyakarta untuk bidang PBL dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-18

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

f.

Pelibatan
pemerintah
daerah
dan
swasta
serta
masyarakat
dalam
penataanbangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung
di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin di Kota Yogyakarta pada akhir tahun 2012 adalah
20.253KK atau 68.188 jiwa.
b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL
adalahdengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan
kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM
adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah
menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106
Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota
adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32
Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Sedangkan kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan Kota Yogyakarta yang
akan diuraikan meliputi peraturan daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan,
dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), data penanganan kebakaran,
data kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta data kawasan tradisional bersejarah, yang
dijelaskan melalui tabel-tabel sebagai berikut ini.
Tabel 6.7Peraturan Daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Yogyakarta
No.
No. Perda
Substansi Pengaturan






Sumber: Biro Hukum Yogyakarta, 2014
1.

No. 2 Tahun 2012

Persyaratan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pemanfaatan Bangunan Gedung
Pelestarian Bangunan Gedung
Pembongkaran Bangunan Gedung
Perizinan Bangunan Gedung

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-19

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tabel 6.8Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kota Yogyakarta
No

RTBL Kawasan

1

Kawasan Kota Gedhe

2

Kawasan Njeron Beteng

3

Kawasan Maliboro

Visi Penataan

Tahun
Penyusunan RTBL
Pelestarian Kawasan Budaya dan 2010
Pariwisata
Pelestarian Kawasan Budaya dan 2013
Pariwisata
Pelestarian Kawasan Budaya, 2013
Pariwisata dan Perdagangan

Sumber: Satker PBL DIY& Bappeda Yogyakarta

No

1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16

Tabel 6.9Penanganan Kebakaran Kota YogyakartaTahun 2014
Kelembagaan
Jumlah
Daerah/
Nama
Intensitas
Prasarana &
Kawasan Rawan
Jumlah
Dinas
Kejadian
Sarana
Kebakaran
/Instansi
SDM
Kebakaran
Kebakaran
Kebakaran
Klitren
Bausasran
Tegal Panggung
Bener
Gowongan
Badan
Pringgokusuman
Penanggul
Gedungkiwo
10 armada
24
angan
Patehan
18 regu
3 pos
keejadian
Bencana
Panembahan
pemadam
per tahun
Daerah
Prawirodirjan
Kota
Wirobrajan
Yogyakarta
Notoprajan
Warungboto
Prenggan
Brontokusuman
Gunungketur

Ketersediaan
RISPK

Tersedia
(2007)

Sumber: BPBD Kota Yogyakarta

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-20

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Tabel 6.10Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota YogyakartaTahun 2014
No
RTH pada Jenis Pemanfaatan
Luasan
Persentase Persentase
2
Ruang
RTH (m )
thd RTH
thd
(%)
Wilayah
(%)
1 Jalur Hijau
108.215
2,740
0,333
2

Lapangan OR

253.415

6,417

0,780

3

Rekreasi

262,226

6,641

0,807

4
5

Taman Umum
Taman Kawasan Permukiman

68.897
33.734

1,745
0,854

0,212
0,104

6

Privat Besar

393.943

9,976

1,212

7

Kawasan Lindung Budaya

199.505

5,052

0,614

8
9

Perkantoran
Pendidikan

181.197
303.493

4,589
7,686

0,558
0,934

10

Fasilitas Umum

185.301

4,692

0,570

11

Daerah Aliran Sungai

339.818

8,605

1,046

12
13

Lahan Kosong dan Persawahan
Permakaman

1.440.849
178.292

36,487
4,515

4,433
0,549

RTH Kota Yogyakarta

3.948.885

100,00

12,150

Sumber: Diskimpraswil Kota Yogyakarta
Tabel 6.11 Kawasan Tradisional Bersejarah Kota YogyakartaTahun 2014
No.

Nama Kawasan

Lokasi

1

Kawasan Keraton Yogyakarta

Kecamatan Keraton

2
3

Kawasan Njeron Beteng
Kawasan Puro Pakualaman

Kecamatan Keraton
Kecamatan Puro Pakualaman

4

Kawasan Kotagedhe

Kecamatan Kotagedhe

Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahandan
tantangan nasional yang dihadapi, antara lain:
a. Penataan Lingkungan Permukiman:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna
pengembangan lingkungan permukiman;
 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama
kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman
yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk
peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-21

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

b. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan
efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang,
kecil di seluruh Indonesia;
 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan);
 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian;
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
 Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,
saranaolah raga.
c. Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di
daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
d. Target Pemenuhan SPM Penataan Ruang
Kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunyamelakukan pengelolaan
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. StandarSPM terkait dengan sektor
PBL sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini, yang dapatdijadikan acuan bagi
Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektorPenataan Bangunan dan
Lingkungan.
Sedangkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan
lingkungan Kota Yogyakarta dijelaskan melalu tabel berikut ini.
Tabel 6.12 Identifikasi Permasalahan dan TantanganPenataan Bangunan dan Lingkungan
Kota Yogyakarta
No.
1

Aspek
Teknis

Permasalahan
 Terbatasnya Ruang
Terbuka Hijau
 Belum tertatanya

Tantangan
 Meningkatnya
kebutuhan NSPM
terutama yang

Solusi
 Peningkatan sarana
dan prasarana dasar
pendukung

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-22

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

No.

Aspek

Permasalahan
kawasan tradisional
bersejarah
 Kurang tegaknya
peraturan terkait
Bangunan Gedung

2

3

Tantangan

Solusi

berkaitan dengan
pengelolaan dan
penyelenggaraan
bangunan gedung
(keselamatan,
kesehatan,
kenyamanan dan
kemudahan);
 Implementasi
Keistimewaan DIY

revitalisasi kawasan
tradisional
bersejarah
 Peningkatan Ruang
Terbuka Hijau
 Sosialisasi dan
penegakan
peraturan terkait
Bangunan Gedung

Kelembagaan  Terbatasnya
kapasitas
kelembagaan
pemerintah daerah
dalam Penataan
Bangunan &
Lingkungan
Pembiayaan
 Terbatasnya
kapasitas keuangan
daerah

 Reformasi birokrasi
dan tuntutan
pelayanan prima
dalam Penataan
Bangunan &
Lingkungan bagi
masyarakat
 Potensi alternatif
pembiayaan
infrastruktur diluar
APBN/APBD melalui
sumber pembiayaan
PHLN & KPS

 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
pemerintah daerah
dalam Penataan
Bangunan &
Lingkungan
 Peningkatan
pembiayaan
infrastruktur dasar
Penataan Bangunan
& Lingkungan
melalui PHLN &
KPS

 Rendahnya
kepedulian
masyarakat dalam
pemeliharaan
infrastruktur dasar
Penataan Bangunan
& Lingkungan
 Rendahnya
keterlibatan
masyarakat dalam
Penataan Bangunan
& Lingkungan
 Penurunan kualitas
lingkungan hidup
akibat dari
kepadatan
permukiman

 Potensi sumber
daya masyarakat
dalam pengelolaan
infrastrukrtur dasar
Penataan Bangunan
& Lingkungan

 Pemberdayaan
kelompok
masyarakat sebagai
upaya meningkatkan
peran serta
masyarakat dalam
Penataan Bangunan
& Lingkungan

 Perubahan iklim
akibat pemanasan
global
 Agenda MDGs
dalam menjaga
kelestarian

 Penataan Bangunan
& Lingkungan yang
berwawasan
pelestarian
lingkungan hidup
dan "Sustainable

4

Peran Serta
Masyarakat/
Swasta

5

Lingkungan

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-23

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

No.

Aspek

Permasalahan

Tantangan

Solusi

lingkungan hidup

Human Settlements
Development”

6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan program penataan bangunan dan lingkungan Kota Yogyakarta untuk lima
tahun ke depan disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.13 Kebutuhan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Yogyakarta
untuk Lima Tahun Ke Depan
Uraian
Lokasi
Satuan
Target Tahun keNo.
Target
1
2
3
4
5
Penataan Lingkungan Permukiman
1

Dukungan PSD
Penataan dan
Revitalisasi Kawasan

Kawasan Keraton

Kawasan
Beteng

Kws.

3

Kawasan Pakualaman

Kws.

1

Kawasan Gemawang

Kws.

1

Kws. Kota Baru
Kws
Dukungan Prasarana Kawasan Langensari, Kws.
dan Sarana Ruang Kws. Sungai Code
Terbuka Hijau
Dukungan PSD Kws. Kawasan Keraton
Tradisional
dan
Bersejarah
Kawasan
Pakualaman

1

Njeron Kws.

Kws. Sungai Code
Kws
Kws. Sungai Gajah Kws
Wong
2

1

1

1

1

1

1

1

1

1
1

1
1

1
1

1
1

1

1

1

Kws.

1

Puro Kws.

1

Penyelenggaraan Bangunan Gedung
1

Pembinaan
Teknis Kota Yogyakarta
Penataan Bangunan
Gedung

Kegiatan

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

Pemberdayaan Komunitas untuk Penangunlangan Kemiskinan
1

Bantuan
Langsung Kota Yogyakarta
Masyarakat
(BLM)
PNPM ND

Paket

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

VI-24

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL
A. Program dan Kegiatan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan
sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
A. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
• Program Bangunan dan Lingkungan;
• Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
• Rencana Investasi;
• Ketentuan Pengendalian Rencana;
• Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
B. RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam
Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,
kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada ban