IMPLIKASI KETELADANAN DAN HABITUASI PADA NILAI-NILAI KARAKTER SISWA DI SDN 2 TLOGODEPOK KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 – 2017 - STIE Widya Wiwaha Repository
IMPLIKASI KETELADANAN DAN HABITUASI PADA
NILAI-NILAI KARAKTER SISWA
DI SDN 2 TLOGODEPOK KECAMATAN MIRIT
KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2016 – 2017
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Oleh Diajukan oleh TITI SUBARKAH 151603128 Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA STIE Widya WiwahaJangan Plagiat
LEMBAR PENGES AHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : TITI SUBARKAH
NIM : 151603128 Telah menyusun penelitian untuk Tesis S-2 dengan judul “Implikasi Keteladanan Dan Habituasi Pada Nilai-Nilai Karakter Siswa Di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen Tahun 2016 – 2017”
Wiwaha
Yogyakarta, Agustus 2017
Plagiat Widya
M engetahui, Dosen Pembimbing Peneliti
Jangan STIE Ir. Muh.Awal S atrio N,MM TITI S UBARKAH NIK. 931028 NIM .151603128
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2017 Peneliti,
Wiwaha TITI S UBARKAH
Plagiat
NIM .151603128
Widya
Jangan STIE
ABS TRAK
Titi Subarkah: Implikasi Keteladanan dan Habituasi Pada Nilai-Nilai Karakter Siswa Di Sdn 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen Tahun 2016 – 2017. Tesis: Program Pascasarjana, STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk:M endeskripsikan proses implikasi Keteladanan dan Habituasi dalam menanamkan nilai-nilai karakter siswa di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen tahun 2016-2017.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas I-III. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, dilanjutkan dengan mengadakan reduksi data, menyajikan data ke dalam tabel dan verifikasi data untuk mengambil kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
Wiwaha
91,59% dari 18 nilai karakter yang muncul pada siswa sudah terlihat sangat baik dan maksimal setelah kepala sekolah dan guru mengimplikasi keteladanan dan habituasi. Implikasi keteladanan dan habituasi dalam nilai-nilai karakter siswa mencakup dua tahap yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Perencanaan meliputi
Plagiat
kegiatan sosialisasi perangkat kurikulum, perencanaan tata tertib sekolah dan siswa, serta pegarahan dari bagian kurikulum mengenai perencanaan nilai
Widya
karakter. Pelaksanaan Implikasi meliputi langkah-langkah:Integrasi dalam M ata Pelajaran, Integrasi dalam muatan lokal, Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar, Kegiatan pembelajaran, dan Kegiatan ekstrakurikuler.
Jangan STIE Kata kunci: Keteladanan, Habituasi, Nilai-nilai Karakter
ABS TRACT
Titi Subarkah: Implications of Exemplary and Habituation on Student
Character Values at SDN 2 Tlogodepok Mirit Subdistrict Kebumen Regency in the
Academic year 2016 - 2017. Thesis: Postgraduate, STIE Widya Wiwaha
Yogyakarta, 2017.This study aims to: Describe the process of implication Exemplary and
Habituation in instilling student character values in SDN 2 Tlogodepok Mirit
Subdistrict Kebumen Regency in the Academic year 2016-2017.This research uses qualitative approach with descriptive research type.
This research was conducted at SDN 2 Tlogodepok Mirit Subdistrict Kebumen
Regency. The subjects of this research are teachers and students of class I-III.
Data collection techniques in this research using observation and interview. The
data analysis process starts from reviewing all observation data, interview, and
documentation study, followed by data reduction, presenting data into tables and
verifying data to draw conclusions. Technique examination of data validity using
source triangulation.Based on the results of research and discussion, it can be concluded that:
91.59% of the 18 values of characters appearing on the students already look very
good and maximal after principals and teachers implies exemplary and
Wiwaha
habituation. The implications of modeling and habituation in students' character
values include two stages of planning and implementation. Planning includes
curriculum tool socialization activities, school and student disciplinary
arrangements, as well as anger from the curriculum section on character value
Plagiat
planning. Implementation Implications include steps: Integration in Subjects,
Integration in local content, Development of School Cultures and Learning
Widya Activities Centers, Learning Activities, and Extracurricular Activities.
Keywords: Exemplary, Habituation, Character Values
Jangan STIE
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang M aha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penelitian untuk Tesis S-2 dengan judul “Implikasi Keteladanan Dan Habituasi Pada Nilai-Nilai Karakter Siswa Di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen Tahun 2016 – 2017”
Tesis S-2 ini disusun untuk melengkapi persyaratan tesis S-2 Program Studi M agister M anajemen Pendidikan STIE Widya Wiwaha Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa untuk mewujudkan tesis S-2 ini, penulis telah banyak
Wiwaha
memperoleh bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena
:
itu perkenankanlah peneliti menyampaikan terima kasih kepada
Plagiat 1.
Ir. Muh.Awal Satrio N,MM, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
Widya
waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dari awal sampai akhir penulisan tesis S-2 ini.
Jangan STIE
2. Kepala SD Negeri 2 Tlogodepok yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
3. Guru SD Negeri 2 Tlogodepok yang telah membantu dalam penelitian 4.
Para siswa SD Negeri 2 Tlogodepok yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
5. Semua pihak yang turut membantu tesis S-2 ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa tesis S-2 ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti. M eskipun demikian, peneliti berharap semoga tesis S-2 ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya
Yogyakarta, Agustus 2017 Peneliti
Wiwaha Plagiat Widya Jangan
STIE
DAFTAR IS I
HALAM AN JUDUL……………………………………………………… i HALAM AN PENGESAHAN……………………………………………. ii HALAM AN PERNYATAAN ................................................................... iii ABSTRAK......……………………………………………………….…… iv ABSTRACT ……………………………………………………………… v KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi DAFTAR ISI…………………………………………………………….... viii DAFTAR TABEL …………………………………………………….….. xi
Wiwaha
DAFTAR GAM BAR …………………………………………………...… xii DAFTAR LAM PIRAN………………………………………………..….. xiii
Plagiat Widya
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..........................................................................1 B. Perumusan M asalah......................................................................
STIE C. Pertanyaan Penelitian ................................................................
8 Jangan
8 D. Tujuan Penelitian.......................................................................
8 E. M anfaat Penelitian..................................................................... 9
BAB II LANDAS AN TEORI................................................................... 11 A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
11
1. Implikasi Keteladanan dan Habituasi ……………............... 11
1) Pengertian Keteladanan…………………………………… 11 2) prinsip – prinsip Keteladanan dalam Pendidikan................. 12 3) kelebihan dan Kelemahan M etode Keteladanan................. 15
b. Habituasi ……………………………………..……………. 19 1) Pengertian Habituasi......………………………………….. 19 2) Tujuan Habituasi.................................................................. 21 3) Langkah-langkah Habituasi.................................................. 22
2. Nilai-nilai Karakter Siswa........................................................ 22
a. Pengertian Nilai-nilai ……………………………………
22
b. Pengertian Karakter ……………………………..………
24 Wiwaha
c. Pengertian Nilai-nilai Karakter ..………………..………
26
d. Fungsi Pendidikan Karakter dalam Pengembangan nilai
Plagiat
karakter …………………………………………….……
35 Widya
e. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Pengembangan nilai karakter …………………………………………….……
36
f. Cara Pengembangan Nilai-nilai Siswa.................................. 36
Jangan STIE
B. Penelitian yang Relevan.........................................................
42 C. Kerangka Penelitian................................................................ 43 BAB III METODE PENELITIAN....................................................
47 A. Rancangan/Disain Penelitian...............................................
47 B. Definisi Operasional............................................................
49 1. Implikasi.......... ...............................................................
49
3. Habituasi...........................................................................
58 BAB IV HAS IL PENELITIAN DAN PEMBAHAS AN.................... 61 A. Deskripsi Data........................................................................
94 STIE
91 LAMPIRAN..........................................................................................
90 DAFTAR PUS TAKA...........................................................................
89 B. Saran.........................................................................................
74 BAB V S IMPULAN DAN S ARAN.......................................................... 89 A. Simpulan...................................................................................
62 B. Pembahasan.............................................................................
57 F. M etode Analisis Data ...........................................................
49
55 2. Alat Pengumpulan Data ...................................................
55 1. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
51 E. Pengumpulan Data ...............................................................
50 D. Instrumen Penelitian ...........................................................
50 2. Sampel ...........................................................................
50 1. Populasi .......... ...............................................................
4. Nilai-nilai Karakter............................................................ 49 C. Populasi dan Sampel...........................................................
Widya Wiwaha Jangan Plagiat
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal terhadap Nilai-nilai Karakter Siswa…..
4 Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Nilai-nilai Karakter Siswa …...
52 Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Pelaksanaan Pengembangan Keteladanan Dan Habituasi …………………………………………….…...
54 Tabel 4.1 Hasil Observasi Awal terhadap Nilai-nilai Karakter Siswa…..
60 Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil observasi kondisi awal tenaga pendidik dan kependidikan dalam melaksanakan keteladanan dan habituasi 65
Tabel 4.3 Hasil Observasi Implikasi Keteladanan Dan HabituasiWiwaha
Bulan Ke-I……………………….…........................................ 54
Tabel 4.4 Hasil Observasi Implikasi Keteladanan Dan HabituasiPlagiat
Bulan Ke-II……………………….…........................................ 68
Widya
Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Nilai-nilai Karakter pada SiswaBulan Ke-I……………………….…........................................ 71
Tabel 4.6 Hasil Observasi Terhadap Nilai-nilai Karakter pada SiswaJangan STIE
Bulan Ke-II……………………….…....................................... 72
Tabel 4.7 Persentase Hasil Observasi Implikasi Keteladanan DanHabituasi.............................................................................. 86
Tabel 4.8 Persentase Hasil Observasi Terhadap Nilai-nilai Karakter
pada Siswa .............................................................................. 87
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir...…..............................................
46 Gambar 3.1 Tahap Analisis Data ………….…………………….........
59 Gambar 4.1 Diagram Persentase Nilai Karakter Siswa Kondisi Awal…
63 Gambar 4.2 Hasil Implikasi Keteladanan dan Habituasi........................
69 Gambar 4.3 Hasil Observasi terhadap Nilai Karakter Siswa….………
73 STIE
Widya Wiwaha Jangan Plagiat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal 1. Surat Permohonan Izin Penelitian.............................................................95 2. Surat Izin Penelitian ….............……........................................................
96
3. Instrumen Lembar Observasi Siswa.......................................................... 97
4. Lembar Observasi Guru dalam Implikasi keteladanan dan habituasi dalam penanaman Nilai-nilai karakter siswa…….................................. 99
5. Lembar Instrumen Wawancara………................................................... 101
6. Hasil Rekap Observasi Siswa ………....................................................... 105
7. Hasil Observasi Guru dalam Implikasi keteladanan dan habituasi
Wiwaha
dalam penanaman Nilai-nilai karakter siswa……….............................. 108
Plagiat
8. Hasil wawancara Guru dalam Implikasi keteladanan dan habituasi dalam penanaman Nilai-nilai karakter siswa………............................... 110
Widya Jangan STIE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta
didik tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Wiwaha
M aha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan
Plagiat
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
Widya
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, sangat jelas bahwa
Jangan STIE
pendidikan di Indonesia diharapkan tidak hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja namun penting memperhatikan penanaman nilai- nilai karakter pada siswa dan pengembangan kultur (budaya) sekolah sebagai aspek pembentukan karakter. Namun, dalam kenyataan di lapangan fungsi pembentukan karakter yang diharapkan dalam pendidikan nasional belum terwujud secara optimal. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Nilai atau value (bahasa inggris) atau velere (bahasa latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (M uslich, 2011:84). Nilai merupakan dasar acuan dan motivasi dalam bertingkah laku di kehidupan sehari-hari. M enurut Kemendiknas (2010:3), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
Wiwaha pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Implikasi nilai karakter masih banyak kendala yang dihadapi.
Plagiat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suharyono kepala UPTD (Unit
Widya
SDN 2 Tlogodepok) Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen diperoleh data bahwa sebagian besar di SDN 2 Tlogodepok di pada dasarnya sudah melaksananakan pendidikan karakter. Namun ada beberapa guru belum
Jangan STIE
mengetahui tentang implikasi nilai-nilai karakter, selain itu ada anggapan dari beberapa guru yang menyatakan implikasi nilai-nilai karakter merupakan sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri. Selain itu juga, pembentukan karakter siswa tidak semata-mata menjadi tugas guru atau sekolah, melainkan juga keluarga dan masyarakat. Siswa menghabiskan waktu dan beraktivitas tidak hanya di sekolah, namun juga di rumah dan di masyarakat sebagai sekolah, guru merupakan orang yang memiliki peran sangat penting dalam pembentukan karakter siswa.
Asep Barhia (2012:27) beralasan pendidikan karakter mempunyai tujuan mulia karena memiliki manfaat serta tujuan yang cukup mulia bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab pendidikan formal tetapi semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan. Hal ini sependapat dengan Doni
Wiwaha
(2007:135), dengan menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insane
Plagiat
pendidik, seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lain-lain,
Widya
diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman prilaku, pengayaan nilai individu dengan cara memberikan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik dan
Jangan STIE
mencipatakan sebuah lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan, keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.
Usia sekolah dasar (sekitar umur 6 – 12 tahun) merupakan tahap penting bagi pelaksanaan pendidikan karakter, bahkan hal yang fondamental bagi kesuksesan perkembangan karakter peserta didik. Sigit Dwi K. (2007: motorik tak terkecuali perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang bertumbuh pesat. Oleh karena itu jika menghendaki pendidikan karakter dapat berhasil maka pelaksanaannya harus dimulai sejak masa kanak-kanak dan usia SD.
Banyaknya tindakan amoral yang dilakukan peserta didik seperti mencontek, tawuran, membolos dan tindakan lainnya mengindikasikan bahwa pendidikan formal gagal dalam membentuk karakter peserta didik. Sjarkawi (2006: 45) menyatakan bahwa perilaku dan tindakan amoral disebabkan oleh moralitas yang rendah. M oralitas yang rendah antara lain disebabkan oleh pendidikan moral di sekolah yang kurang efektif.
Wiwaha
Berdasarkan hasil pengamatan penulis sebelum diadakannya tindakan penelitian yang dilaksanakan di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit
Plagiat
Kabupaten Kebumen pada kondisi awal siswa terhadap nilai-nilai karakter
Widya
yang dimiliki siswa kelas I-VI di SD Negeri 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen sebelum diadakan penelitian yaitu dari 122 hanya menunjukkan rata-rata 54,17% nilai-nilai karakter berdasakan indicator
Jangan STIE
penjabaran 18 nilai-nilai karakter siswa yang dimiliki siswa dari kelas I-VI masih dalam kategori kurang baik, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam sistem pengembangan sekolah yang dapat meningkatkan nilai-nilai karakter pada siswa. Jadi, pembentukan karakter siswa yang dilaksanakan belum berjalan maksimal karena dalam pelaksanaannya mengalami kendala. Pembentukan karakter siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari rasa daerah, kurangnya sopan santun siswa, kurangnya rasa nasionalisme pada siswa dan lain-lain. Hasil wawancara Kepala Sekolah serta guru-guru di SDN 2 Tlogodepok, diperoleh data bahwa sebagian besar pada dasarnya sekolah sudah melaksananakan pendidikan karakter. Namun ada beberapa guru belum mengetahui tentang pelaksanaan pendidikan karakter, selain itu ada anggapan dari beberapa guru yang menyatakan pendidikan karakter merupakan sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Dari hal tersebut dapat diidentifikasi masalah yang terjadi SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen sebagai berikut: (1) M ulai lunturnya karakter anak Indonesia sekarang ini; (2) Kurangnya rasa
Wiwaha
hormat anak didik terhadap gurunya. (3) Perlunya penanaman karakter yang baik dimulai dari lingkungan keluarga; (4) Strategi guru untuk
Plagiat
mengembalikan karakter siswa atau membentuk karakter siswa yang baik; (5)
Widya
Perbaikan sistem pengelolaan sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter melalui penanaman nilai-nilai karakter pada siswa; (6) Kurang terampilnya para guru mengintregasikan pendidikan karakter dalam proses
Jangan STIE
pembelajaran, tidak hanya mementingkan kemampuan intelektual siswa saja.
Kondisi-kondisi sebagaimana digambarkan memerlukan pemecahan yang fundamental dan komprehensif. Pemecahan mendasar terkait dengan pendidikan moral dan motivasi diri, dan pemecahan komprehensif mencakup seluruh lapisan masyarakat. Gerakan pendidikan karakter berbangsa merupakan solusi yang penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk diterapkan di sekolah. Ada delapan belas nilai karakter yang perlu diimplementasi di sekolah, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Puskur. 2009). Jika didasarkan pada pendapat M .Nuh (2014:10), Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan
Wiwaha
salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter terkait erat
Plagiat
kaitannya dengan ―habit atau kebiasaan serta keteladanan yang terus
Widya menerus dipraktekan atau dilakukan.
Sehingga menurut penulis perlu adanya metode keteladanan dan habituasi di sekolah oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di
Jangan STIE
sekolah tersebut agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik seorang pendidik harus memberikan contoh dalam bentuk prilaku yang sesuai dengan ajaran agama sebagaimana yang ia ajarkan di kelas. M enurut Ishlahunnissa’ (2010: 42) pengertian keteladanan berarti penanaman akhlak, adab, dan kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya diajarkan dan dibiasakan dengan memberikan contoh nyata. Keteladanan dalam pendidikan dalam mempersiapkan dan membentuk serta mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan dengan cara memberikan keteladanan kepada anak didiknya diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam jiwa anak sehingga akan tercipta jiwa yang bertaqwa dan berilmu pengetahuan. Serta diikuti dengan implikasi metode habituasi, yang berarti proses penciptaan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan para siswa dimana saja membiasakan diri untuk berperilaku sesuai nilai dan telah menjadi karakter dirinya, karena telah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses intervensi (M uchlas Samani & Hariyanto, 2011:239). Dengan demikian, keberhasilan pada dunia pendidikan, khususnya keberhasilan
Wiwaha
pembelajaran yang dilakukan seorang guru salah satunya juga ditentukan oleh seberapa besar keteladanan dan habituasi yang diberikan pendidik dan tenaga
Plagiat kependidikan. Widya
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk menganalisis dan mengkaji mengenai pengembangan karakter siswa yang harus dilakukan melalui metode keteladanan dan habituasi yang mengarahkan pada
Jangan STIE
terwujudnya karakter yang diandalkan pada siswa sekolah dasar. M aka dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul mengenai “Implikasi Keteladanan Dan Habituasi Pada Nilai-Nilai Karakter Siswa Di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen Tahun 2016 – 2017”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu: “nilai-nilai pembentuk karakter siswa di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen masih rendah dan belum sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah tersebut yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010)” C.
Pertanyaan Penelitian “Bagaimanakah implikasi Keteladanan dan Habituasi dalam menanamkan
nilai-nilai karakter siswa di SDN 2 Tlogodepok Kecamatan M irit Kabupaten
Wiwaha
Kebumen tahun 2016-2017?”
Plagiat D.
Tujuan Penelitian Widya
Berpedoman pada butir masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk: “M endeskripsikam langkah-langkah proses mengimplikasi Keteladanan dan
Habituasi dalam menanamkan nilai-nilai karakter siswa di SDN 2 Tlogodepok
Jangan STIE
Kecamatan M irit Kabupaten Kebumen tahun 2016-2017”
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
M anfaat teoritis yang dapat diambil yaitu bahwa penelitian ini dijadikan dasar dan acuan untuk menambah pengetahuan bagi khasanah pendidikan berkaitan dalam pengembangan karakter pada siswa melalui strategi keteladanan dan habituasi
2. Manfaat praktis
a. Bagi S iswa Wiwaha
Siswa diharapkan dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi pada dunia nyata, melatih kreativitas dan komunikasi siswa, dan
Plagiat
mengembangkan karakter siswa yang telah ada dalam dirinya seperti
Widya
tanggung jawab, gotong royong, peduli dengan orang lain, jujur dan sebagainya serta dapat mengembangkan kemampuan ide atau gagasannya.
b. Bagi Guru Jangan STIE
Guru dapat menambah wawasan mengenai pengembangan karakter siswa melalui pelaksanaan metode keteladanan dan habituasi
c. Bagi S ekolah
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan pembentukan karakter peserta didik sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter sehingga dapat
d. Bagi Peneliti Lain
1) Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam pengembangan karakter siswa dan menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya serta menjadi bekal bagi peneliti sehingga dapat menjadi guru yang benar-benar pantas digugu
lan ditiru.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu pengalaman dan latihan guna memecahkan masalah secara nyata serta memperoleh gambaran yang nyata tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
Wiwaha Plagiat Widya Jangan
STIE
BAB II
LANDAS AN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Implikasi Keteladanan dan Habituasi a. Keteladanan 1) Pengertian KeteladananM enurut W,J,S.Purwadarmitha dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, (1993:1036), keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang berarti sesuatu atau perbuatan yang patut ditiru atau di contoh.
M enurut Arif Armai (2002:81), keteladanan dasar katanya “ teladan”
Wiwaha
yaitu: “ (perbuatan atau barang dsb.) yang patut ditiru dan dicontoh.” Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau
Plagiat
dicontoh. Keteladanan adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh oleh
Widya
seseorang dari orang lain. M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Depdiknas, 2007: 1160), definisi dari teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (baik dalam
Jangan STIE
perkataan, perbuatan, perlakuan dan sikap). Berdasarkan pernyataan tersebut teladan dapat diartikan sebagai sifat-sifat baik atau nilai-nilai luhur manusia. Sifat-sifat baik atau nilai-nilai luhur itulah yang dapat membuat seseorang yang memilikinya dianggap tidak hanya unik tetapi juga istimewa dan menarik. Sifat-sifat baik atau nilai-nilai luhur tersebut dapat dimiliki oleh siapapun tanpa dibatasi oleh apapun.
Keistimewaan dan kemenarikan yang dimiliki oleh seseorang itulah yang membuatnya pantas untuk diteladani atau dijadikan teladan.
Keteladanan khususnya dalam dunia pendidikan sering melekat pada diri seorang guru yang bertugas sebagai pendidik. Keteladanan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan lainnya dilingkungan sekolah maupun luar sekolah yang dijadikan teladan atau contoh bagi para siswanya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 17). Keteladanan yang merupakan perilaku dari seseorang dalam hal ini khususnya seorang guru baik dilakukan secara sengaja maupaun tidak sengaja, kemudian
Wiwaha
dicontoh oleh seseorang yang mengetahui atau melihatnya dalam hal ini khususnya seorang siswa. Keteladanan dari seorang guru yang selalu
Plagiat
ditunjukkan dalam setiap kesempatan tentunya akan ditiru oleh
Widya
siswanya, yang ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku siswa tersebut. Peniruan dari keteladanan seorang guru yang ditunjukkan oleh siswa dalam sikap dan perilakunyalah yang pada akhirnya nanti akan
Jangan STIE
menjadi karakter siswa tersebut.
2) Prinsip-prinsip Keteladanan dalam Pendidikan
Prinsip disebut juga dengan asas atau dasar. Asas adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pelaksanaan metode keteladanan pada dasarnya sama
M ujib (1993: 241) mengklasifikasikan prinsip penggunaan metode keteladanan adalah :
a) Memperdalam tujuan bukan alat. Prinsip ini menganjurkan
keteladanan sebagai tujuan bukan sebagai alat. Prinsip ini sebagai antisipasi dari berkembangnya asumsi bahwa keteladanan pendidik hanyalah sebuah teori atau konsep tetapi keteladanan merupakan tujuan. Keteladanan yang dikehendaki di sini adalah bentuk perilaku guru atau pendidik yang baik. Karena keteladanan itu ada dua yaitu keteladanan baik dan keteladanan jelek.
b) Memperhatikan pembawaan dan kecenderungan anak didik.
Wiwaha
Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan dan kecenderungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka
Plagiat
seorang guru hendaknya memiliki sifat yang terpuji, pandai
Widya
membimbinng anak-anak, taat beragama, cerdas, dan mengerti bahwa memberikan contoh pada mereka akan mempengaruhi pembawaan dan tabiatnya. Dalam psikologi, kepentingan
Jangan STIE
penggunaan keteladanan sebagai metode pendidikan didasarkan adanya insting (gharisha) untuk beridentifikasi dalam diri setiap manusia, yaitu dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan tokoh yang diidolakannya. Atas dasar karakter manusia secara fitrah mempunyai naluri untuk meniru, maka metode yang digunakan pun adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan keteladanan yang bagaimana untuk diterapkan dan disesuaikan serta diselaraskan melalui kecenderungan dan pembawaan anak tersebut
c) Sesuatu yang bisa diindra ke rasional
Tidak dapat dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah memahami sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indranya.
Sementara hal-hal yang bersifat hissi atau rasioal apalagi hal-hal yang bersifat irasional, kemampuan akal sulit untuk menangkapnya.
Oleh karena itu prinsip berangsur-angsur merupakan prinsip yang sangat perlu diperhatikan untuk memilih dan mengaplikasikan sebuah metode dalam proses pendidikan.Inti pemakaian prinsip ini
Wiwaha
dalam metode keteladanan adalah pengenalan yang utuh terhadap anak didik berdasarkan umur, kepribadian, dan tingkat kemampuan
Plagiat
mereka. Sehingga prinsip tersebut dapat menegakkan (contoh
Widya
tauladan yang baik) terhadap peserta didik. Prinsip yang diterapkan dari pembahasan yang indrawi menuju pembahasan yang rasional ini dalam kontek keteladanan adalah keteladanan merupakan sebuah
Jangan STIE
bentuk prilaku seseorang yang dapat dilihat dan ditiru. Bentuk aplikasi dari rasional atas keteladanan adalah menciptakan sebuah perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang menjunjung norma agama. Dengan keteladanan dijadikan sebuah metode dalam pendidikan memberi stimulus pada anak didik untuk berbuat setelah mengetahui kenyataan bahwa apa yang ajarkan dan dilakukan oleh
3) Kelebihan dan Kelemahan Metode Keteladanan
M enurut Arif Armai (2002: 128), pada hakekatnya kelebihan dan kelemahan metode keteladanan tidak bisa dilihat secara kongkrit. Namun secara abstrak dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a) Kelebihan Metode Keteladanan
Di antara kelebihan metode keteladanan adalah: (1) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah. Seorang guru tidak hanya memberikan pelajaran di kelas saja. Kadang ia harus memberikan pendidikan di luar sekolah. Bentuk pendidikan yang diajarkan dan dipraktekkan
Wiwaha
adalah pendidikan prilaku keberagamaan seperti menanamkan akidah, tata cara beribadah, budi pekerti (akhlak) ataupun
Plagiat
pendidikan lainnya. Dengan memberi contoh keteladanan akan
Widya
memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah.
(2) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajar anak
Jangan STIE
didik. Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan seorang guru kepada anak didiknya untuk mendapatkan data sejauh mana keberhasilan mereka dalam belajar. Guru akan mudah melakukan evaluasi tergadap materi pelajaran yang ia berikan kepada anak didiknya jika ia memahami dan menguasai materi yang ia berikan. Jika seorang guru tidak menguasai materi pelajaran yang ia berikan maka ia akan kesulitan dalam mengevaluasi keberhasilan terhadap materi-materi pelajaran yang ia berikan kepada anak didik (3) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik seorang pendidik harus memberikan contoh dalam bentuk prilaku yang sesuai dengan ajaran agama sebagaimana yang ia ajarkan di kelas. Pendidikan dengan cara memberikan keteladanan kepada anak didiknya diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam jiwa anak sehingga akan tercipta jiwa yang bertaqwa dan berilmu pengetahuan. (4) Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan
Wiwaha
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik. Lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat merupakan sebuah elemen
Plagiat terpenting dalam membentuk watak dan kepribadian anak didik. Widya
Sekolah tidak akan berhasil mencetak anak yang berbudi luhur jika dalam keluarga tidak terdapat pendidikan yang baik. Keluarga merupakan pendidikan pertama yang dikenal oleh anak jika
Jangan STIE
bertentangan dengan pendidikan sekolah maka akan menimbulkan konflik pada psikisnya. Begitu juga masyarakat akan menciptakan suatu konfik batin jika pendidikan di keluarga, sekolah tidak sesuai dengan realitas yang terjadi di masyarakat. Keteladanan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat sangatlah memberikan pengaruh terhadap prilaku anak didik.
(5) Keteladanan seorang pendidik akan tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa.Guru adalah mitra anak didik dalam proses belajar mengajar. Selain itu guru merupakan orang yang dihormati dan dianggap memiliki kelebihan dari mereka. Keteladanan akan sifat kasih sayang seorang pendidik akan menciptakan rasa empati dan tumbuh sikap menghormati sehingga timbul keharmonisan dalam berinteraksi antara murid dan guru. (6) Secara tidak langsung guru dapat menciptakan ilmu yang diajarkannya.Keteladanan adalah sebuah metode pendidikan yang bukan sekedar konsep belaka. Namun keteladanan merupakan
Wiwaha
sebuah aplikasi dari penerapan ilmu yang diajarkan seorang guru kepada anak didiknya. Dengan memberi contoh dalam berprilaku
Plagiat
yang baik dengan sendirinya akan mempengaruhi anak didik untuk
Widya meniru terhadap apa yang guru lakukan tanpa harus disuruh.
(7) M endorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh siswanya. Guru merupakan tempat rujukan segala macam ilmu.
Jangan STIE
Untuk itu guru harus memiliki kridebelitas sebagai guru.Yakni seorang guru harus memiliki sifat yang terpuji yang patut untuk ditiru dan memiliki keilmuan yang mantap. Guru dalam pandangan masyarakat merupakan bapak yang patut menjadi contoh dalam kehidupan.
b) Kelemahan Metode Keteladanan
M enurut Nasution (2000:81), adapun kelemahan dari metode keteladanan adalah: (1) Orang tua maupun guru merupakan orang yang diidolakan oleh seorang anak. Untuk itu mereka harus memiliki sifat yang baik. Namun jika mereka memiliki sifat yang tercela akan membentuk karakter anak menjadi orang yang perkepribadian jelek. Anak akan mudah meniru perbuatan jelek yang dilakukan oleh gurunya dari pada meniru perbuatan yang baik, untuk itu seorang guru tidak boleh berlaku buruk atau
Wiwaha
melanggar syariat. Jika seorang guru tidak lagi mememiliki sifat yang baik maka akan menciptakan karakter anak didik
Plagiat
menjadi anak yang jahat. Jika figur yang dicontoh tidak baik,
Widya
maka mereka cenderung untuk mengikuti tidak baik (2) Jika seorang guru hanya memberikan pelajaran di dalam kelas dan tidak mempraktekkan apa yang ia ajarkan dalam prilaku
Jangan STIE
seharihariannya tentu akan mengurangi rasa empati murid padanya. Bahkan seorang tidak lagi akan menaruh rasa hormat jika guru atau pendidik tidak lagi memlaksanakan apa yang ia katakan kepada anak didiknya. Bila hal tersebut dilakukan akan menimbulkan verbalisme yakni anak mengenal kata-kata tetapi tidak menghayati dan mengamalkan isinya.
b. Habituasi 1) Pengertian Habituasi
Habituasi atau kebiasaan sering digunakan di kalangan masyarakat untuk menunjukkan perilaku yang sering dilakukan oleh seseorang. Istilah habituasi ini sering diberi definisi oleh banyak pihak. Namun, menurut James W. (2009), seorang psikolog atau ahli psikologi di dalam bukunya, Biological Psychology, menulis bahwa habituasi merupakan penurunan respon/ tanggapan terhadap rangsangan/ stimulus yang diberikan, dan tidak dijumpai perubahan pada rangsangan lain selain dari rangsangan yang diberikan. Pusat
Wiwaha
Bahasa Depdiknas (2008:518), mengartikan habituasi dalam bentuk
Nomina (kata benda) sebagai “pembiasaan pada, dengan, atau untuk Plagiat
sesuatu; penyesuaian supaya menjadi terbiasa (terlatih) pada habitat
Widya
dan sebagainya”. Habituasi adalah proses penciptaan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan para siswa dimana saja membiasakan diri untuk berperilaku sesuai nilai dan telah
Jangan STIE