6.1 Petunjuk Umum - DOCRPIJM 1504177968Bab 6 u Keuangan

KEUANGAN DAN RENCANA

  BAB PENINGKATAN PENDAPATAN Petunjuk Umum Profil Keuangan Kabupaten Brebes

  VI  Analisis Permasalahan Keuangan Daerah Rencana Peningkatan Pendapatan euangan dan rencana peningkatan pendapatan di wilayah Kabupaten Brebes, terkait kegiatan Penyusunan Review RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Brebes tahun anggaran 2010 akan diuraikan sebagai berikut .

  K

6.1 Petunjuk Umum

  Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

  Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

  Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

  Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Brebes didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Brebes disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  1. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

  3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

  4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan.

  Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.

  Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan: a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; b.

  Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

  Tujuan pembangunan daerah tidak akan terwujud apabila tidak mendapat dukungan anggaran yang memadai. Proses perencanaan pembangunan harus memiliki keterkaitan yang erat dengan proses perencanaan penganggaran. Prakiraan kemampuan daerah yang diformulasikan dalam pagu indikatif anggaran menjadi bagian yang sangat vital dalam perencanaan pembangunan. Kondisi demikian akan mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan daerah dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah. Dalam penyusunan arah kebijakan keuangan daerah diperlukan suatu pendekatan yang komprehensif dan strategis, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran, sebab akan sangat berdampak pada penciptaan kondisi makro ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. Sejalan dengan fungsi alokasi dan kondisi keterbatasan kemampuan keuangan daerah yang ada, maka perlu diciptakan suatu sistem yang memungkinkan pemerintah daerah menjadi lebih efisien, efektif dan akuntabel dalam merumuskan kebijakan keuangannya.

  Kebijakan otonomi daerah telah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah. Pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan daerah lebih dititikberatkan kepada kewenangan pengeluaran dibandingkan kewenangan penerimaan sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan sumber-sumber keuangannya secara lebih terarah, hemat, dan tepat sasaran sebagaimana mandat otonomi daerah. Dalam rangka meningkatkan kemandirian daerah, sudah saatnya digali semua potensi sumberdaya dan modal dasar daerah yang dimiliki. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi yang maksimal atas potensi sumberdaya manusia tersebut dikembangkan menjadi pendukung utama dari berbagai kegiatan yang akan menghasilkan nilai tambah yang berdaya saing tinggi sehingga mampu mendukung kemandirian daerah. Dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah juga tidak lepas dari wewenang pemerintah pusat untuk sharing pendanaan dalam program-program yang dilaksanakan daerah. Daerah perlu mengkaji aspek keuangan agar dapat membiayai setiap program pembangunan.

  Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana di Kabupaten Brebes, yang meliputi: 1.

  Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun 2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dan penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomi secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

  Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dan semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.

6.1.1 Komponen Keuangan

  A. Komponen Penerimaan Pendapatan Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pendapatan daerah, dimana merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sumber-sumber pendapatan daerah meliputi pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah dan pinjaman daerah.

  a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari:

  1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak-pajak daerah ini diatur oleh UU no. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

  2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

  3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD, dan

  4. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.

  b.

  Pendapatan Transfer Pendapatan transfer meliputi dana perimbangan, transfer pemerintah pusat lainnya, dan transfer pemerintah provinsi. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas :

  1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun pribadi, sedangkan BHBP antara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

  2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan “celah fiskal” yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal ditambah alokasi dasar.

  3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.

  c.

  Lain-Lain Pendapatan Daerah Pendapatan daerah selain dari PAD dan dana perimbangan, juga didapatkan dari Pendapatan Lain-Lain yang Sah. Pendapatan tersebut menunjukkan bagi hasil provinsi yang meningkat selama lima tahun terakhir. Sedangkan dana transfer pusat tidak dapat diprediksikan. B.

  Komponen Pengeluaran Belanja Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek, dan rincian objek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan C.

  Komponen Pembiayaan Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek, dan rincian objek pembiayaan. Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

  Pengelolaan pembiayaan daerah diarahkan pada kebutuhan percepatan pembangunan dengan mempertimbangkan kekuatan APBD. Struktur pembiayaan daerah yang terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan memungkinkan untuk terjadi kinerja anggaran defisit atau surplus. Apabila performance budgeting memperlihatkan terjadinya defisit anggara, maka harus dikreasi jenis penerimaan daerah yang akan dijadikan pilihan untuk menutup defisit. Sebaliknya apabila terjadi surplus anggaran, maka harus dirumuskan jenis pengeluaran daerah yang akan dijadikan pilihan untuk prioritas distribusi dan alokasi surplus anggaran.

6.1.2 Komponen Makro Ekonomi

  Faktor makro ekonomi daerah yang turut berpengaruh dalam pembiayaan pembangunan adalah :

  1. Pertumbuhan Ekonomi, faktor ini dapat dijelaskan dari kondisi perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB). Prosentase pertumbuhan PDRB suatu daerah menunjukkan besarnya pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dari data PDRB juga dapat diketahui kontribusi sektor lapangan usaha/sektor ekonomi yang dominan dan berperan dalam mendukung besarnya angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Tinggi rendahnya angka pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemajuan perekonomian daerah tersebut.

  Kemajuan perekonomian daerah dapat menjadi potensi untuk meningkatkan pendapatan daerah sehingga keuangan daerah tersebut dalam kondisi yang mendukung untuk membiayai pelaksanaan pembangunan infrastruktur di daerah.

2. Inflasi, faktor ini dapat dijelaskan dari kondisi perkembangan harga sembilan bahan pokok.

  Prosentase kenaikan rata-rata harga sembilan bahan pokok akan menaikkan angka inflasi daerah tersebut. Dari data harga sembilan bahan pokok juga dapat diketahui kontribusi bahan pokok yang berperan dalam menaikkan angka inflasi di daerah tersebut. Tinggi rendahnya angka inflasi suatu daerah akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

  3. Pendapatan Perkapita, faktor ini dapat dijelaskaan dari kondisi perbandingan angka PDRB dengan jumlah penduduk di suatu daerah. Pendapatan perkapita dapat digunakan untuk menjelaskan tingkat kemakmuran masyarakat di daerah tersebut. Tingkat kemakmuran masyarakat sangat erat hubungannya dengan kemampuan daya beli masyarakat. Semakin tinggi kemampuan daya beli masyarakat di daerah tersebut, maka diharapkan akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membayar pajak maupun retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan komponen keuangan daerah yang pada akhirnya akan digunakan untuk pelaksanaan pembiayaan pembangunan infrastruktur di daerah.

6.2 PROFIL KEUANGAN KABUPATEN BREBES

6.2.1 Keuangan Daerah

  Profil keuangan daerah ini menjelaskan kondisi keuangan Kabupaten Brebes dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program PU/Cipta Karya Kabupaten Brebes. Kondisi keuangan daerah selama 5 tahun terakhir untuk mengetahui kemampuan pendanaan RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kabupaten Brebes.

  Pengelolaan keuangan daerah diperlukan suatu pendekatan yang komprehensif dan strategis, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran, sebab akan sangat berdampak pada penciptaan kondisi makro ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. Sejalan dengan fungsi alokasi dan kondisi keterbatasan kemampuan keuangan daerah yang ada, maka perlu diciptakan suatu sistem yang memungkinkan pemerintah daerah menjadi lebih efisien, efektif, dan akuntabel dalam merumuskan kebijakan keuangannya.

  Kebijakan otonomi daerah telah memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Kabupaten Brebes untuk mengelola keuangan daerah, terutama pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan daerah lebih dititikberatkan kepada kewenangan pengeluaran dibandingkan kewenangan penerimaan sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan sumber-sumber keuangannya secara lebih terarah, hemat, dan tepat sasaran sebagaimana mandat otonomi daerah.

  Dalam rangka meningkatkan kemandirian Kabupaten Brebes perlu meningkatkan potensi sumberdaya dan modal dasar daerah yang dimiliki. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi yang maksimal atas potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya keuangan, untuk selanjutnya sumberdaya tersebut dikembangkan menjadi pendukung utama dari berbagai kegiatan yang akan menghasilkan nilai tambah yang berdaya saing tinggi sehingga mampu mendukung kemandirian daerah.

  Kondisi keuangan daerah Kabupaten Brebes, dari sisi pendapatan, pada tahun 2009 memiliki jumlah pendapatan sebesar Rp. 945.919.571.421,00. Pendapatan tersebut berasal dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan komponen pendapatan transfer. Sedangkan lain-lain pendapatan yang sah pada tahun 2009 tidak memberikan sumbangan pendapatan daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Brebes masih didominasi dari komponen pendapatan transfer yaitu sebesar Rp.

  

865.644.550.208,00 atau 91,51%. Sedangkan pendapatan daerah dari PAD hanya memberikan

  kontribusi sebesar 8,49%. Komponen pendapatan transfer berasal dari pendapatan dana perimbangan, transfer pemerintah pusat lainnya dan transfer pemerintah provinsi. Pendapatan dana perimbangan memiliki kontribusi terbesar dalam komponen pendapatan transfer. Pendapatan dana perimbangan berasal dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, yang dari keempat dana tersebut dana alokasi umum memberikan kontribusi yang terbesar bagi pendapatan dana perimbangan. Untuk lebih jelasnya, kondisi pendapatan daerah Kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Brebes

  

TAHUN 2009 (Dalam Rupiah)

Jenis Pendapatan Jumlah Penerimaan Kontribusi

  1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 80.275.021.213 8,49 a.

  15.405.412.677 1,63 Pajak Daerah

  b. Retribusi Daerah 39.384.119.604 4,16 c.

  2.358.964.964 0,25 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengolahan

  Kekayaan yang dipisahkan d.

  23.126.523.968 2,48 Lain-lain Pendapatan yang sah

  2. PENDAPATAN TRANSFER 865.644.550.208 91,51 a.

  807.183.028.688 85,33 Dana Perimbangan

  b. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 20.743.950.000 2,19 c.

  58.461.521.520 4,09 Transfer Pemerintah Provinsi

  3. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH J U M L A H 945.919.571.421 100

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka Tahun 2009

  Kondisi keuangan daerah Kabupaten Brebes, dari sisi belanja, pada tahun 2009 memiliki jumlah belanja sebesar Rp. 926.528.771.219,00. Belanja tersebut berasal dari komponen Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Belanja Transfer. Belanja daerah Kabupaten Brebes masih didominasi dari komponen Belanja Operasi yaitu sebesar Rp. 794.401.562.427,00 atau

  Belanja Tanah 2.286.166.550 0,25

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka , telah diolah

  Transfer Bagi Hasil ke Desa 87.880.890 0,010

  4. BELANJA TRANSFER 87.880.890 0,01 a.

  Belanja Tidak Terduga 1.322.017.000 0,14

  3. BELANJA TIDAK TERDUGA 1.322.017.000 0,14 a.

  Belanja Aset Lainnya

  e. Belanja Aset Tetap Lainnya 835.326.650 0,08 f.

  Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 58.877.701.852 6,36

  Banja Gedung dan Bangunan 46.388.980.000 5,01 d.

  b. Belanja Peralatan dan Mesin 22.329.135.850 2,41 c.

  2. BELANJA MODAL 130.717.310.902 14,11 a.

  

85,74%. Sedangkan belanja daerah dari belanja modal hanya memberikan kontribusi sebesar 14,11%

  19.594.099.500 2,12

  68.022.662.800 7,34 g. Belanja Bantuan Keuangan

  1.684.000.000 0,18 f. Belanja Bantuan Sosial

  Belanja Subsidi e. Belanja Hibah

  c. Belanja Bunga 79.514.063 0,01 d.

  Belanja barang & jasa 122.775.936.531 13,25

  Belanja Pegawai 582.245.349.533 62,84 b.

  1. BELANJA OPERASI 794.401.562.427 85,74 a.

  

Tahun 2009 (Dalam Rupiah)

JENIS BELANJA JUMLAH KONTRIBUSI

Tabel 6.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes

  dan belanja lainnya kontribusinya kurang dari 1%. Komponen belanja operasi berasal dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan, dengan dominasi kontribusi belanja pegawai yang terbesar yaitu 62,84%. Untuk lebih jelasnya, kondisi belanja daerah Kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

JUMLAH BELANJA DAERAH 926.528.771.219 100,00

  Kondisi keuangan daerah Kabupaten Brebes, dari sisi pembiayaan, pada tahun 2009 memiliki jumlah pembiayaan sebesar Rp. 84.957.712.603,00. Pembiayaan tersebut berasal dari komponen penerimaan pembiayaan dan pengeluaran daerah. Pembiayaan daerah Kabupaten Brebes masih lebih besar dari komponen penerimaan pembiayaan yaitu sebesar Rp. 120.279.639.632,00. Sedangkan pembiayaan daerah dari pengeluaran daerah hanya sebesar Rp. 35.321.927.029,00. Komponen penerimaan pembiayaan berasal dari penerimaan sisa lebih perhitungan anggaran, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Sedangkan komponen pengeluaran daerah berasal dari pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah daerah, dan pembayaran pokok utang. Untuk lebih jelasnya, kondisi pembiayaan daerah Kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.3 Realisasi Pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes

  

Tahun 2009 (Dalam Rupiah)

JENIS PEMBIAYAAN JUMLAH KONTRIBUSI

  1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN 120.279.639.632 100,00 a.

  114.917.498.182 95,54 Penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) b.

  0,00 Pencairan Dana Cadangan

  c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 0,00 d.

  2.000.000.000 1,66 Penerimaan Pinjaman Daerah e.

  3.362.141.450 2,80 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah f.

  0,00 Penerimaan Piutang Daerah

  2. PENGELUARAN DAERAH 35.321.927.029 100,00 a.

  22.800.000.000 64,55 Pembentukan Dana Cadangan b.

  3.363.000.000 9,52 Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah

  c. Pembayaran Pokok Utang 9.158.927.029 25,03 d.

  0,00 Pemberian Pinjaman Daerah

PEMBIAYAAN NETTO 84.957.712.603

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka , telah diolah

6.2.2 Keuangan Perusahaan Daerah

  Perusahaan daerah air minum Kabupaten Brebes merupakan perusahaan milik Pemerintah Kabupaten Brebes yang bergerak pada pengelolaan air minum atau air bersih bagi masyarakat Kabupaten Brebes. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Brebes tergolong perusahaan yang memberikan pelayanan dan jasa serta menyelenggarakan kemanfaatan umum dan meningkatkan pendapatan daerah. Kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Brebes sebagai berikut.

Tabel 6.4 Laba Rugi PDAM Kabupaten Brebes

  

Tahun 2005-2009 (dalamRibuan Rupiah)

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

  1 Pendapatan usaha

Penjualan Air 6,042,559 8,044,737 10,907,875,276 11,012,359,256 13,253,447,109

Non Air 780,797 682,073 527,574,741 829,525,400 1,374,489,766 Jumlah 6,823,356 8,726,810 11,435,450,017 11,841,884,656 14,627,936,875

  

2 Biaya Langsung Usaha 3,535,128 4,154,601 5,269,774,747.25 5,616,432,508.00 7,063,340,988.00

Laba ( Rugi ) Usaha 3,288,228 4,572,209 6165675269.75 6,225,452,147.00 7,564,596,306.00

  

3 Biaya Umum & Administrasi 4,030,728 4,412,647 5,177,421,298.80 5,697,405,011.00 6,412,962,763.00

Laba ( Rugi ) Bersih Usaha -742.5 159,562 988,253,970.95 528,047,136.00 1,151,633,543.00

  4 Pendapatan / ( biaya ) lain : Pendapatan Lain - lain 105,283 23,407 117,483,683 143,023,333 179,918,920 Biaya Lain - lain 72,131 2,242 41,066,639.92 4.309.373. 3,652,798

  

5 Laba ( Rugi ) Sebelum pajak -709,348 180,727 1,064,671,014.03 646,529,565.00 1,327,899,666.00

Kerugian Luar Biasa - - - Laba ( Rugi ) Sebelum pajak - - -

Pajak Penghasilan - 36,718 305,582,490.30 162,743,406.00 511,565,687.00

6 Laba ( Rugi ) Setelah Pajak -709,348 144,009 759,088,523.73 483,836,159.00 816,333,978.00

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perusahaan daerah air minum (PDAM) Kabupaten Brebes mampu memperbaiki kinerja dari defisit pada tahun 2005 menjadi surplus pada tahun 2009. Perusahaan daerah air minum (PDAM) Kabupaten Brebes dapat diindikasikan perusahaan yang sehat.

6.2.3 Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes mengalami perkembangan secara fluktuatif sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 yang lalu. Keadaan ini dipengaruhi dengan adanya perubahan iklim usaha perekonomian di daerah Brebes, disamping peran Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan dana APBD yang berbasis kinerja untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Brebes. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dipengaruhi pula dengan perkembangan yang ada dari sektor-sektor perekonomian yang menjadi kontributor Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes.

  Untuk lebih jelasnya, selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun 2005

  • – 2009 kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Brebes (Tahun 2005

  • – 2009) PDRB HARGA BERLAKU PDRB HARGA KONSTAN TAHUN Nilai (Rp juta,-) Pertumbuhan (%) Nilai (Rp juta,-) Pertumbuhan (%)

  

2005 7.269.010,25 21,98 4.318.218,91 4,83

2006 8.402.057,26 15,59 4.551.196,99 5,39

2007 9.550.916,47 13,67 4.769.145,46 4,79

2008 11.134.037,67 16,58 4.998.528,18 4,81

2009 12.532.516,70 12,56 5.247.897,41 4,99

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka Tahun 2009

  Pertumbuhan ekonomi riil Kabupaten Brebes dalam perkembangan selama periode lima tahun ini (2005

  • – 2009) yang ditunjukkan dari angka pertumbuhan PDRB berdasar Harga Konstan, mengalami perkembangan yang cukup mantap, terutama dalam 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007 - 2009, yang pertumbuhannya selalu meningkat. Pada tahun 2007 dalam periode lima tahun tersebut terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena adanya pengaruh faktor eksternal yang mempengaruhi produksi sektor ekonomi di Kabupaten Brebes.

6.2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Struktur perekonomian Kabupaten Brebes secara umum dapat ditunjukkan dengan besarnya pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha terhadap total PDRB nya. Sektor dengan pertumbuhan dan kontribusi yang tinggi menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor

  

unggulan daerah. Sektor ekonomi dengan pertumbuhan tinggi tetapi kontribusi tidak terlalu tinggi

  menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor potensial daerah. Sedangkan sektor dengan

  

pertumbuhan rendah tetapi kontribusi tinggi menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor

andalan daerah.

  Berdasarkan Harga Berlaku dimana faktor inflasi berpengaruh didalamnya, pertumbuhan ekonomi rata-rata Kabupaten Brebes dari tahun 2005 sampai dengan 2009 adalah 14,37 %. Beberapa sektor ekonomi yang angka pertumbuhannya di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (18,07 %), Sektor Pertambangan dan Penggalian (15,09 %), Sektor Bangunan (20,69 %), sektor industri pengolahan (21,26%), sektor listrik, gas, dan air minum (14,65%), dan Sektor Jasa-Jasa (19,04 %). Sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang rentan terhadap faktor inflasi. Sedangkan sektor-sektor yang pertumbuhannya dibawah pertumbuhan ekonomi kabupaten adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restorant (13,59%), dan Sektor Pertanian (12,39). Untuk lebih jelasnya, pertumbuhan sektor ekonomi berdasarkan PDRB harga berlaku dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.6 PDRB Kabupaten Brebes Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000

  Untuk lebih jelasnya, pertumbuhan sektor ekonomi berdasar PDRB harga konstan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

  

9. Jasa-jasa 178.314,25 184.727,67 199.263,35 229.930,27 248.548,46 8,66

P D R B Kab. Brebes 4.346.424,43 4.551.196,99 4.769.145,46 4.998.528,18 5.247.897,41 4,83

  8. Keuangan, Persewaan & Jasa 111.138,90 117.060,93 125.529,93 141.932,38 148.935,22 7,59

  7. Pengangkuitan & Komu- Nikasi 110.530,84 115.134,67 125.414,44 136.678,59 152.456,66 8,37

  6. Perdagangan, Restoran & Hotel 890.368,95 931.282,40 978.712,84 1.030.397,44 1.065.334,10 4,59

  

5. Bangunan 81.956,57 86.485,38 91.544,36 96.706,28 112.414,05 8,22

  

4. Listrik, Gas & Air Bersih 36.337,84 38.045,00 41.335,44 43.889,97 46.235,91 6,21

  

3. Industri Pengolahan 440.160,16 476.796,22 525.893,30 569.684,02 633.770,12 9,54

  2. Pertambangan & Peng- galian 52.204,40 55.437,40 59.040,62 60.623,65 68.606,31 7,07

  

1. Pertanian 2.445.412,48 2.546.227,29 2.622.411,18 2.688.685,59 2.771.596,58 3,18

  Tahun 2005 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) LAPANGAN USAHA TAHUN ( r ) 2005 2006 2007 2008 2009

Tabel 6.7 PDRB Kabupaten Brebes (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000)

  

tertinggi adalah sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sedangkan sektor yang memiliki pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian.

  Tahun 2005 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) LAPANGAN USAHA TAHUN ( r ) 2005 2006 2007 2008 2009

  Secara sektoral berdasarkan harga riil, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 4,83%. Pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Brebes yang tingginya diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes adalah semua sektor ekonomi kecuali sektor pertanian dan sektor perdagangan, restoran, dan hotel. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka Tahun 2009

  

9. Jasa-jasa 293.944,40 346.331,13 405.125,24 503.920,58 590.303,29 19,04

P D R B Kab. Brebes 7.325.671,18 8.402.057,25 9.550.916,47 11.134.037,67 12.532.516,70 14,37

  8. Keuangan, Persewaan & Jasa 183.980,51 214.345,85 246.933,40 307.006,52 367.417,82 18,88

  7. Pengangkuitan & Komu- Nikasi 262.607,19 310.400,31 348.773,76 431.199,44 510.386,21 18,07

  6. Perdagangan, Restorant & Hotel 1.513.279,16 1.759.675,84 1.980.751,57 2.316.984,50 2.518.885,78 13,59

  

5. Bangunan 145.416,41 168.840,74 196.788,30 245.257,27 308.538,31 20,69

  

4. Listrik, Gas & Air Bersih 62.462,88 71.591,73 85.246,60 96.648,44 107.914,77 14,65

  

3. Industri Pengolahan 708.028,26 815.311,60 949.045,36 1.208.034,97 1.530.865,63 21,26

  2. Pertambangan & Peng- galian 88.537,58 102.673,92 116.677,34 130.165,24 155.343,83 15,09

  

1. Pertanian 4.037.414,75 4.612.886,10 5.221.574,91 5.894.820,70 6.442.861,07 12,39

  Sumber : Kabupaten Brebes Dalam Angka Tahun 2009

  Berdasarkan harga riil sampai dengan tahun 2009, kontribusi sektor ekonomi yang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Brebes adalah dari Sektor Pertanian yaitu sebesar 52,81 % dari total PDRB Kabupaten Brebes. Pada urutan berikutnya sektor dominan lainnya adalah Sektor Perdagangan (20,30 %) dan Industri Pengolahan (12,08 %) dan Sektor Jasa-Jasa (4,73 %). Sedangkan sektor-sektor yang lainnya memberikan kontribusinya rata-rata di bawah 4 %, yaitu Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa (2,84 %), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (2,91 %), Sektor Bangunan (2,14 %), Sektor Pertambangan dan Galian (1,31 %), dan terendah adalah dari Sektor Listrik, Gas dan Air (0,88 %).

  Yang perlu diperhatikan adalah ada beberapa sektor yang memiliki kontribusi yang semakin menurun dalam 5 tahun terakhir, tetapi juga ada sektor ekonomi yang memiliki kontribusi yang semakin meningkat. Sektor ekonomi yang menurun kontribusinya adalah sektor pertanian. Sektor ekonomi yang meningkat kontribusinya adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor

  

keuangan, persewaan, dan jasa. Sedangkan sektor ekonomi lainnya memiliki kontribusi yang

fluktuatif dalam lima tahun terakhir.

Tabel 6.8 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB

  

(Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Brebes

PROPORSI (%) LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009

  

1. Pertanian 56,26 55,95 54,99 53,79 52,81

  

2. Pertambangan dan Penggalian 1,20 1,22 1,24 1,21 1,31

  

3. Industri Pengolahan 10,13 10,48 11,03 11,40 12,08

  

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,84 0,84 0,87 0,88 0,88

  

5. Bangunan 1,89 1,90 1,92 1,94 2,14

  

6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 20,49 20,46 20,52 20,61 20,30

  

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,54 2,53 2,62 2,73 2,91

  8. Keuangan, Persewaan & Jasa 2,56 2,57 2,63 2,84 2,84

  

9. Jasa-jasa 4,10 4,06 4,18 4,60 4,73

PDRB Kabupaten Brebes 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

  Sumber : Kabupaten Brebes dalam Angka Tahun 2009

  Dari kondisi pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi dapat diketahui sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan, sektor potensial, dan sektor andalan. Sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Brebes adalah sektor industri pengolahan. Sektor potensial dalam perekonomian Kabupaten Brebes adalah sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor

  

bangunan. Sedangkan sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten Brebes adalah sektor

pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

6.2.5 Pendapatan Per Kapita

  Salah satu alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah adalah pendapatan per kapita. Pendapatan rata-rata per kapita Kabupaten Brebes pada tahun 2009 mencapai Rp. 2.661.255.910.000,- (harga Konstan) dan Rp. 6.565.044.470.000,- (Harga Berlaku). Tingkat pertumbuhan rata-rata pendapatan per kapita selama kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2005

  • – 2009 secara riilnya sebesar 4,54%, sedangkan berdasarkan harga berlaku pertumbuhan rata- rata pendapatan per kapita Kabupaten Brebes adalah 14,19%. Dengan positifnya nilai angka pertumbuhan rata-rata dari pendapatan per kapita Kabupaten Brebes ini menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat Brebes secara umum. Untuk lebih jelasnya tentang Pendapatan Per Kapita Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.9 Pendapatan Per Kapita Di Kabupaten Brebes

  

Tahun 2005 -2009 (dalam jutaan rupiah)

URAIAN HARGA KONSTAN R (%) 2005 2006 2007 2008 2009

  

PDRB Kab BREBES 4.346.424.437,42 4.551.196.992,01 4.769.145,46 4.998.528,18 5.247.897,41 4,83

PDRB per KAPITA 2.521.554,95 2.629.439,55 2.742.704,05 2.864.120,05 2.999.444,69 4,43

Pendapatan per Kapita 2.227.885,26 2.323.962,35 2.409.105,81 2.512.453,36 2.661.255,91 4,54

HARGA BERLAKU 2005 2006 2007 2008 2009

  

PDRB Kab BREBES 7.325.401.185,52 8.402.057.256,02 9.550.916,47 11.134.037,67 12.532.516,70 14,37

PDRB per KAPITA 4.249.792,42 4.854.261,78 5.492.668,98 6.379.722,06 7.162.981,23 13,94

Pendapatan per Kapita 3.861.744,52 4.478.784,97 5.044.290,37 5.785.126,55 6.565.044,47 14,19

  Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka Tahun 2009

6.2.6 Perekonomian Kecamatan

  Gambaran mengenai peranan masing-masing kecamatan terhadap perekonomian di Kabupaten Brebes tercermin dari besarnya PDRB tiap kecamatan. Empat kecamatan yang mempunyai andil terbesar dalam membentuk perekonomian Kabupaten Brebes adalah Kecamatan Paguyangan sebesar Rp. 1,23 T; Kecamatan Brebes Rp. 1,17 T; Kecamatan Bumiayu Rp. 1,11 T dan Kecamatan Bulakamba sebesar 1,02 T. Sedangkan kecamatan yang lainnya mempunyai PDRB di bawah 1 trilyun rupiah. Sedangkan kontribusi PDRB tiap kecamatan berdasar harga konstan juga menunjukkan empat kecamatan tersebut yang mempunyai kontribusi terbesar dalam membentuk perekonomian Kabupaten Brebes. Untuk lebih jelasnya, PDRB per Kecamatan atas dasar harga Berlaku dan atas dasar harga konstan di Kabupaten Brebes tahun 2007

  • – 2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6.10 Produk Domestik Regional Bruto per Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Brebes Tahun 2007 – 2009 (jutaan rupiah) No Kecamatan 2007 2008 2009 r (%)

  9 Banjarharjo 249.831,30 259.390,59 270.595,66 4,07

  3 Bumiayu 416.866,15 439.073,89 460.396,27 5,09

  4 Paguyangan 458.737,48 485.187,31 518.828,92 6,35

  5 Sirampog 196.996,95 206.074,31 215.644,93 4,63

  6 Tonjong 220.419,78 230.156,09 241.129,44 4,59

  7 Larangan 265.488,20 274.583,27 285.566,84 3,71

  8 Ketanggungan 375.204,81 391.598,42 408.699,66 4,37

  10 Losari 240.650,28 248.202,74 257.122,37 3,37

  2 Bantarkawung 226.914,80 231.937,20 240.931,93

  11 Tanjung 351.829,93 370.944,89 389.741,72

  5.25

  12 Kersana 80.646,84 86.287,92 91.297,56 6,40

  13 Bulakamba 393.349,80 409.012,26 425.913,41 4,06

  14 Wanasari 260.879,24 275.348,70 288.182,03 5,10

  15 Songgom 133.408,87 139.278,71 144.991,02 4,25

  16 Jatibarang 275.855,77 296.288,88 319.863,18 7,68

  3.04

  1 Salem 201.125,42 207.619,91 216.660,32 3,79

  1 Salem 443.673,81 443.673,81 492.047,94 5,31

  9 Banjarharjo 602.526,41 602.526,41 671.774,82 5,59

  2 Bantarkawung 496.397,37 496.397,37 548.054,77 5,08

  3 Bumiayu 997.655,93 997.655,93 1.112.285,92 5,59

  4 Paguyangan 1.049.695,50 1.049.695,50 1.231.116,07 8,30

  5 Sirampog 451.837,54 451.837,54 507.011,25 5,93

  6 Tonjong 490.673,51 490.673,51 550.021,18 5,88

  7 Larangan 599.508,29 599.508,29 663.673,96 5,22

  8 Ketanggungan 870.405,71 870.405,71 966.768,74 5,39

  10 Losari 583.762,32 583.762,32 645.281,84 5,14

Tabel 6.11 Produk Domestik Regional Bruto per Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Brebes Tahun 2007 – 2009 (jutaan rupiah) No Kecamatan 2007 2008 2009 r (%)

  11 Tanjung 871.580,75 871.580,75 978.471,14 5,96

  12 Kersana 197.699,06 197.699,06 227.771,97 7,34

  13 Bulakamba 918.417,15 918.417,15 1.023.087,91 5,55

  14 Wanasari 578.120,51 578.120,51 644.056,17 5,55

  15 Songgom 305.321,28 305.321,28 340.402,98 5,59

  16 Jatibarang 638.012,94 638.012,94 759.744,08 9,12

  17 Brebes 1.038.749,58 1.038.749,58 1.170.945,96 6,17 PDRB Kab. Brebes 11.134.037,67 11.134.037,67 12.532.516,70 6,10 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka Tahun 2009

  17 Brebes 420.939,85 447.543,09 472.332,15 5,93 PDRB Kab. Brebes 4.769.145,46 4.998.528,18 5.247.897,41 4,90 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka Tahun 2009

  • – 2009. Berdasarkan PDRB harga berlaku, kecamatan yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi kabupaten adalah Kecamatan Jatibarang, Paguyangan, dan Kersana. Sedangkan berdasarkan PDRB harga konstan, kecamatan yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi kabupaten adalah Kecamatan Jatibarang, Kersana, Paguyangan, Brebes, Tanjung, Wanasari, dan Bumiayu.

  8 Ketanggungan 5.695.621,64 6.632.774,35 7.347.774,56 13,58

  17 Brebes 5.668.333,44 6.676.197,60 7.510.444,96 15,11

PDRB Kab. Brebes 5.492.668,98 6.379.722,06 7.162.981,23 14,20

  16 Jatibarang 6.596.830,42 8.026.733,55 9.551.123,01 20,33