PERKAWINAN SEJENIS (HOMOSEKSUAL) DALAM PERSEKTIF HAM DAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESA SAMBONGREJO KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO) - Test Repository

  

PERKAWINAN SEJENIS (HOMOSEKSUAL) DALAM

PERSEKTIF HAM DAN HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS DI DESA SAMBONGREJO KECAMATAN

SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO)

  

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri

  

(IAIN) Salatiga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Farikhatul Ulya

  

NIM : 21213001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

  ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

         

         

katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan

matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan Yang memelihara dan mentadbirkan

sekalian alam. tiada sekutu bagiNya, dan Dengan Yang demikian sahaja

Aku diperintahkan, dan Aku (di antara seluruh umatku) adalah orang Islam

Yang awal pertama - (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi

perintahNya)". (Q.S. Al-

  

An’am: 162-163)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tuaku Bapak Salim dan Ibu Intini yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepadaku, merawatku hingga aku dewasa, memberikan dukungan dan do’anya tanpa henti padaku. Terimakasih atas

kesabaran dan kasih sayang yang kalian berikan untukku selama ini.

  ➢ Kepada adikku Muhamad Alfian Nur Hafid yang telah menjadi supporter terbaik

  KATA PENGANTAR

  

   

Ya Allah, dzat yang maha segalanya.

  Alhamdulillahi robbil’alamin, segala

  puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perkawinan Sejenis (Homoseksual) dalam Persektif HAM Dan Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro)

  ” Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi utusanMu Muhammad

  Rasul KekasihMu sang pembawa risalah Uswatun Khasanah beserta keluarga dan para sahabatnya. Mudah-mudahan kita diakui sebagai umatnya dan mendapat syafaat di yaumul qiyamah kelak.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Skripsi ini berjudul “Perkawinan Sejenis (Homoseksual) dalam Perspektif HAM Dan Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro)

  ” Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga 3.

  Bapak Syukron Ma’mun, M.Si. Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam IAIN Salatiga 4. Ibu Luthfiana Zahriani, S.H, M.H. Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  7. Kedua orang tua saya yang telah mengasuh, mendidik, membimbing penulis, baik moral maupun spiritual.

  8. Bapak H.Sulastam Kepala Desa Sambongrejo beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo.

  9. Bapak dan Ibu yang ada di Desa Sambongrejo yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  10. Januri Sudjak S.Pd, Indhah Setiawati S.Psi dan Eni Daryani S.Pd terimakasih atas motivasi yang selalu diberikan kepadaku, yang banyak mengajarkanku tentang kehidupan.

  11. Kakak-kakakku Alfyatul Jamilah, Siti Nilna Faizah, Lynda Fitri Ariyanti, Nova Rodiana, dan Syaiful Aziz yang selalu ada untukku, memberikan semangat dan kecerian dalam hidupku. Yang telah ikhlas menjagaku dan menjadi orang tua keduaku. Sungguh aku sangat bersyukur dipertemukan dengan seseorang yang luar biasa seperti kalian.

  12. Untuk jagoan-jagoan kecilku Azkal Azkiya, Rahayu Ajeng, dan Rayyan Hayyan Al Ayyubi kalian adalah semangat baru untuk kami semua.

  13. Bunda-bunda PAUD Wafdaa Kids Center yang sudah banyak mengajarkanku tentang banyak hal, memberiku sebuah keluarga baru yang penuh kebahagian.

  14. Untuk sahabatku tercinta, Aida Berliana Cahyaningrum Arifin yang selalu siap sedia dalam keadaan apapun, Rangga Pradikta, Rimanur Sa’diyah, Fatkur Fanni, Mita Alfira R, Agus Ali Lutfvi M, Budi Waluyo, dan Dwi Ariyanto. Bersyukur dapat bersahabat dengan kalian para manusia yang luar biasa.

  15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

  Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 20 September 2017 FARIKHATUL ULYA

  ABSTRAK

  Ulya, Farikhatul. 2017. Perkawinan Sejenis Dalam Perspektif HAM Dan Hukum

  Islam (Studi Kasus Di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro) . Fakultas S

  yari’ah. Program Studi Hukum Keluarga Islam. Instutut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Luthfiana Zahriani, S.H, M.H.

  

Kata kunci: pernikahan sejenis, pasal 10 undang-undang Hak Asasi Manusia dan

Hukum islam.

  Penikahan menurut hukum Islam merupakan ketentuan yang mengikat setiap muslim. Pernikahan yang sah dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Seiring dengan modernitas zaman yang mengalami perubahan merupakan bagian dari teori stimulus value role yang menjelaskan bahwa perkawinan terjadi karena situasi yang bebas.Salah satu kebebasan perkawinan yang dimaksud adalah kebebasan perkawinan sesama jenis sebagaimana yang terjadi di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Hal ini ketika dikaitkan dengan HAM dan hukum dalam islam, apakah sesuai dengan ketentuan hukum yang terkadung dalam undang-undang HAM dan Hukum Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam Bagaimana pelaksanaan perkawinan sejenis di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegroro, Bagaimana sikap dan upaya pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh Agama, dan Kantor Urusan Agama pada pasangan perkawinan Homoseksual di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, serta Bagaimana perspektif HAM dan hukum islam terhadap pasangan perkawinan Homoseksual di desa Sambongrejo kecamatan Sumberejo kabupaten Bojonegoro.

  Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif. Peneliti menggunakan penelitian lapangan (field research), dan pendekatan yuridis sosiologis. Data yang ingin diperoleh adalah adanya pasangan laki-laki dengan laki-laki homoseksual dalam sebuah pernikahan studi kasus di Desa Sambongrejo Kec. Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Informan berjumlah dua pasang pelaku pernikahan sejenis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan interview (wawancara) kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah bahwa pasangan perkawinan sejenis (homoseksual) yang ada di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro tidak melangsungkan pernikahan tetapi mereka memilki komitmen untuk hidup bersama “marriage like” sebagai pasangan suami dan istri dan sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Adapun sikap dan upaya dari pemerintah desa Sambongrejo, tokoh agama,dan tokoh masyarakat terhadap pasangan sejenis, Adapun upayanya hanya menasehati. Sedangkan Pihak KUA Kecamatan Sumberrejo tidak melayani pernikahan sejenis, pihak KUA berupaya melakukan pendekatan persuasif kepada pasangan perkawinan sejenis yang ada di desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro tersebut dengan dibantu oleh P3N setempat dengan menjelaskan kepada pasangan sejenis tersebut bahwa perkawinan sesama jenis tidak dapat dilegalkan di negara Indonesia dan dilarang dalam hukum Islam.

  Berdasarkan perspektif HAM perkaiwinan sejenis tidak dapat dilegalkan, bahwa setiap warga diberikan kebebasan untuk menikah dengan siapa saja tetapi harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia tentang perkawinan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Perkawinan pasangan sejenis (homoseksual) tersebut dalam perspektif hukum Islam dilarang karena bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-

  A’raaf ayat 80-81, surat Huud ayat 78-80, hadis nabi, dan Kompilasi Hukum Islam

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………………... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING….……………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN.……………………………………………………… iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………. iv HALAMAN MOTO…………………………………...……………………………. v HALAMAN PERSEMBAHAN…………………..………………………………… vi KATA PENGANTAR………………………………………………………………. vii ABSTRAK………………………………………………………………………….. ix DAFTAR I SI………………………………………………………………………... xi BAB. I : PENDAHULUAN A.

  Latarbelakang Masalah……………………………………….. 1

  B. Rumusan Masalah.…………………………………………....

  5 C. Tujuan Penelitian …………………………….

  6 D. Kegunaan Penelitian ……………………………………...

  6 E. Penegasan Ist ilah …………………………………………….. 7 F. Kajian Pustaka……………………………………………..

  9 G. Metode Penelitian ………………………………………....

  11 H. Sistematika Penulisan BAB. II : KAJIAN TEORI A.

  Perkawinan Sejenis Menurut Hukum Islam………………….. 19

  B. Perkawinan sejenis m enurut UU No 1 Tahun 1974………….. 30 C. Perkawinan sejenis menurut UU No. 39 tahun 1999

  33 BAB. III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum desa Sambongrejo Kec. Sumberrejo Kab.

  Bojonegoro………………………………………………..

  45 1. Letak Geografis desa Sambongrejo………………………... 45 2. Struktur organisasi desa Sambongrejo……………………. 46 3. Jumlah penduduk desa Sambongrejo ……………………... 47

  51 1. Pasangan Karmin dan Mbak Chandra alias Ali

B. Perkawinan Sejenis di Desa Sambongrejo Kec. Sumberrejo Kab. Bojonegoro…………………………………….…..

  51 2. Pasangan Romi dan Mbak Harnik

  55 BAB. IV : PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Sejenis di Desa Sambongrejo Kab.

  Bojonegoro…………………………………………………

  59 B. Sikap dan upaya pemeritah desa terhadap pasangan sejenis di Desa Sambongrejo

  61

  5. Perkawinan sejenis dalam perspektif HAM dan Hukum islam

  78 BAB. V : PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………… 96 B. Saran………………………………………………………….. 96 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….

  97 LAMPIRAN- LAMPIRAN………………………………………………………….. 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam dengan perangkat ajarannya (syariat) telah mengatur manusia

  dalam segala aspek kehidupan, dari masalah ubudiyah, muamalah, jinayah, munakahat dan lain sebagainya. Dengan demikian syariat Islam adalah konsep kehidupan yang komprehensip karena mencakup seluruh kehidupan manusia.

  Salah satu dari ajaran Islam yaitu disyariatkannya perkawinan dengan tujuan terwujudnya hubungan yang harmonis antara pasangan laki-laki dan perempuan dalam satu wadah. Menikah merupakan sunnah agama. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluaga yang sakinah, mawadah, warahmah, serta kekal berdasarkan keTuhanan yang Maha Esa(Anggota

  IKAPI,2011: 76). Hukum perkawinan dalam Islam adalah hukum yang tidak terlepas dari akidah dan akhlak Islami sehingga dalam perkawinan dapat mewujudkan keluarga yang bertauhid dan berkakhlak. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Ar-Rum:21

             

         

  “Dan di antara tanda-tanda Yang membuktikan kekuasaannya

  hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikannya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya Yang demikian itu mengandungi keterangan- keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang Yang berfikir”(Tohir, 2009: 406).

  Dalam perkawinan mengandung nilai ubudiyah, karena itu menikah merupakan satu ikatan yang kokoh “mitsaqaan gholidza” oleh karenanya dalam memperhatikan keabsahannya adalah menjadi suatu kewajiban yang prinsipil (Anshary, 2010: 10).

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan sangat berpegang teguh kepada aturan-aturan yang diatur dalam hukum Islam, walaupun tidak secara tegas mengatur tentang rukun perkawinan, tetapi Undang-Undang tersebut menyerahkan persyaratan sahnya perkawinan kepada ketentuan yang diatur oleh agama orang yang akan melangsungkan perkawinan tersebut.

  Namun demikian Undang-Undang tersebut mengatur tentang secara jelas tentang syarat-syarat perkawinan. Sedangkan Kompilasi Hukum Islam secara jelas mengatur tentang rukun perkawinan. Hal ini diatur dalam pasal 14 yang secara keseluruhan sama seperti dengan yang ada dalam hukum Islam.

  Keseluruhan rukun perkawinan tersebut menurut Amir Syarifudin mengikuti fikih Syafi’i dengan tidak mengikutkan mahar dalam rukun nikah. Di dalam hukum Islam rukun nikah terdiri dari: a.

  Calon mempelai laki-laki dengan calon mempelai perempuan b. Wali dari calon mempelai perempuan c. Dua orang saksi

  Dalam rukun nikah diatas sudah jelas pernikahan sah jika dilakukan oleh seorang laki-laki dengan perempuan, Allah SWT sudah merancang dengan begitu indahnya bahwa setiap makhluk di dunia ini diciptakan untuk berpasang- pasangan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

  

           

           “ Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu)” ( Tohir, 2009: 516).

  Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara laki-laki dengan perempuan (Salim, 2002: 61). Adapun faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan ikatan perkawinan yaitu: 1.

  Adanya saling suka dan menanggapi 2. Untuk melindungi kehormatan seseorang 3. Waktu dan uang 4. Adanya keterlibatan emosional 5. Adanya rasa aman.

  Kelima faktor tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda tergantung bagaimana adat istiadat masing-masing daerah. Yang pada intinya tujuan

  Seiring dengan modernitas zaman yang mengalami perubahan merupakan bagian dari teori stimulus value role yang menjelaskan bahwa perkawinan terjadi karena situasi yang bebas dalam memilih akibat stimulus ketertarikan fisik .

  Salah satu kebebasan perkawinan yang dimaksud adalah kebebasan perkawinan sesama jenis atau sering disebut dengan perkawinan gay atau

  

homoseksual . Perkawinan sejenis adalah perkawinan yang dilakukan oleh

  pasangan yang memiliki jenis kelamin yang sama yaitu antara laki-laki dengan laki-laki atau bisa juga perempuan dengan perempuan.

  Namun di dalam kehidupan masyarakat hubungan seksual yang menyimpang menjadi perhatian khusus yang dilakukan oleh beberapa orang. perbuatan hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki yang disebut dengan sodomi dan pelaku tersebut disebut dengan homoseksual serta hubungan seksual yang dilakukan antara perempuan dengan perempuan melalui oral seks yang pelakunya disebut dengan lesbian (Jurnal Cendekia Vol.12 :69).

  Akhir- akhir ini LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender) banyak menjadi bahan perbincangan dalam masyarakat, antara pihak pro dan kontra yang tak henti-hentinya berdebat mengenai gerakan LGBT ini serta mengenai keabsahnnya dari berbagai sudut pandang baik dari segi budaya, legalitas maupun segi agama.

  Bagi mereka kaum lesbian, gay, biseksual dan transeksual meyakini para tokoh seperti Professor Musdah Mulia Yang mendukung adanya pernikahan sesama jenis. Menurut beliau menjadi seorang lesbian, gay, biseksual, dan transgender adalah kodrati, dalam bahasa fikih disebut dengan sunatulah.

  Sebagaimana kasus perkawinan yang ada di desa Sambongrejo kecamatan Sumberejo kabupaten Bojonegoro, dimana ada dua pasangan yang memiliki jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki dengan laki-laki yang melakukan perkawinan. Berangkat dari latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut ke dalam sebuah judul skripsi yang berjudul PERKAWINAN SEJENIS (HOMOSEKSUAL) DALAM

  PERSPEKTIF HAM DAN HUKUM ISLAM (studi kasus di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro)”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan perkawinan sejenis di Desa Sambongrejo

  Kecamatan Sumberrejo Kabupeten Bojonegoro? 2. Bagaimana sikap dan upaya pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh

  Agama, dan kantor urusan agama (KUA) pada pasangan perkawinan sejenis (Homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro? 3. Bagaimana perspektif HAM dan hukum Islam terhadap perkawinan sejenis

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perkawinan sejenis (homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

  2. Untuk mengetahui sikap dan upaya pemerintah desa, tokoh agama, dan KUA pada pasangan perkawinan sejenis (Homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro .

  3. Untuk mengetahui perspektif HAM dan hukum Islam terhadap pasangan perkawinan sejenis (Homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro D.

   Kegunaan Penelitian

  Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana keilmuan khususnya dalam bidang pengetahuan hukum dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Secara Praktis a.

  Untuk KUA, agar KUA lebih meningkatkan sosialisasinya terhadap masyarakat agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

  b.

  Untuk pengurus desa setempat, agar lebih memperhatikan warga desanya dan memberikan sosialisasi agar kejadian tersebut tidak terjadi c.

  Untuk jurusan syari’ah, sebagai tambahan referensi dan bahan kajian serta memperkaya wawasan di bidang pernikahan.

E. Penegasan Istilah

  Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah dalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1.

  Perkawinan Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa disebut dengan dua kata yaitu Nakaha (nikah) dan zawaj. Kedua kata-kata ini yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Alquran dan hadis Nabi. Sebagaimana dalam surat An-Nuur ayat 32:

                     “Dan kahwinkanlah orang-orang bujang (lelaki dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang Yang soleh dari hamba-hamba kamu, lelaki dan perempuan. jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurniaNya kerana Allah Maha Luas (rahmatNya dan limpah kurniaNya), lagi Maha mengetahu i”. (Tohir, 2009: 354).

  Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan berbunyi: “ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

  dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan yang maha Esa ”.

  Dalam At- Tanzil Al-Hakim perkawinan disebutkan dalam dua landasan pokok yaitu Landasan kedua adalah karena berdasarkan

  ijtimaiyyah ) hubungan seksual (mihwar Al-Alaqah Al- jinsiyyah).

  Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-M u’minun ayat 5-7:

                          “ Dan mereka Yang menjaga kehormatannya, kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka Sesungguhnya mereka tidak tercela:Kemudian, sesiapa Yang mengingini selain dari Yang demikian, maka merekalah orang-orang Yang melampaui batas;

   2.

  Homoseksual Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan seksual antara pelaku yang memiliki jenis kelamin yang sama atau gender yang sama.

  Homoseksualitas merupakan salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas, dan heteroseksualitas.

  Istilah umum dalam homoseksualitas yaitu lesbian untuk perempuan pecinta sesama jenis dan Gay untuk laki-laki pecinta sesama jenis.

  Hubungan homoseksual setara dengan hubungan heteroseksual dalam hal-hal penting secara psikologis. Hubungan ini telah dikagumi akan tetapi menjadi hubungan yang dikutuk sepanjang sejarah. sejak abad ke -19 telah ada gerakan menuju pengakuan akan keberadaan pelaku homoseksual yang mencakup hak untuk pernikahan dan kesatuan sipil, hak adopsi dan pengasuhan, hak kerja, hak untuk memberikan pelayanan militer, dan hak untuk mendapatkan jaminan sosial kesehatan.

F. Kajian Pustaka

  Judul skripsi Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Sesama

  

Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi Dan Perlindungan Kaum Homo Seksual

  karya Fatchurrochman , dijelaskan bahwa sesuatu yang terjadi pada kaum Homoseksual adalah sesuatu yang fitrah, sehingga masyarakat tidak perlu mengucilkan dan seharusnya bersikap sebaliknya untuk mendukung segala hak-hak kaum Homoseksual. Selain itu dijelaskan pula bahwa khoirul Adib juga menyuarakan perubahan Undang-Undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa perkawinan harus antara laki-laki dan perempuan.

  Judul skripsi yang berjudul “Kawin Sesama Jenis Dalam Pandangan

  

Siti Musdah Mulia” karya Abdul Haq Syawqi, dalam karya skripsinya, Abdul

  banyak membahas pemikiran tentang dukungan terhadap perkawinan sejenis yang dikemukakan oleh tokoh Siti Musdah Mulia yang mendukung atas adanya perkawinan sesama jenis. Alasan dibolehkannya perkawinan sejenis tersebut adalah tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, salah satu berkah Tuhan bahwa perempuan dan laki-laki adalah sederajat tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi sosial, ataupun orientasi sosial baik antar lesbian maupun non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan manusia hanya dibedakan mengenai ketaatannya saja.

  Artikel yang berjudul

  “ Suami-Suami Part I Dan Suami-Suami Part II”

  karya Fe yang menjelaskan tentang kehidupan sehari-harinya sebagai seorang yang menyukai pasangan sejenis. Dia menjelaskan bahwa perkawinan sejenis masih pada tahapan marriage-like yaitu komitmen antara kedua pihak untuk pasangan suami istri. pembagian peran dalam sebuah komitmen pernikahan tidak didasari oleh jenis kelamin tapi bisa juga didasari oleh aspek lain.

  Homoseksual Dalam Perspektif Hukum Pidana Dan Hukum Islam Studi Komparatif Normatif karya Aziz Ramadhani menjelaskan tentang perbedaan

  pandangan Homoseksual antara hukum Islam dengan hukum pidana dan perbedaan dari segi pemberian hukuman bagi pelaku homoseksual.

  Menurutnya perlindungan hukum terhadap hak asasi pihak-pihak yang menjadi korban dalam KUHP masih kurang maksimal sedangkan dalam hukum pidana Islam sudah maksimal. Jenis hukuman yang diberikan menurut KUHP dijatuhi ancaman pidana 5 tahun sedangkan dalam hukum Islam bagi yang sudah menikah dirajam sampai mati dan bagi yang belum menikah dipukul 100 kali.

  Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan diatas yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini tentang perkawinan sejenis dalam perspektif Pasal 10 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM , hukum Islam dan menguraikan sikap dan upaya pemerintah, tokoh masyarakat dan KUA setempat terhadap adanya perkawinan homoseksual di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

G. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan penyusun adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dilakukan di objek penelitian yaitu di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Dan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis.

  2. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini penyusun menggunakan penelitian yang bersifat dreskriptif, yaitu memberikan penilaian terhadap perilaku sebagian warga

  Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro yang melakukan perkawinan sejenis. dan sikap pemerintah Desa Sambongrejo kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro dengan adanya perkawinan homoseksual.

  3. Ruang Lingkup Penelitian a.

  Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah individu yang dijadikan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian. Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu pihak yang melakukan perkawinan sejenis (homoseksual) .

  b.

  Obyek Penelitian

  Obyek penelitian adalah fokus dari penelitian. objek penelitian pada penelitian ini adalah para pihak yang melakukan perkawinan sejenis (homoseksual).

  c.

  Pengumpulan data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode- metode sebagai berikut:

  1.) Observasi Atau Pengamatan

  Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Teknik observasi digunakan berkaitan dengan perilaku manusia, proses gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal ini penyusun menggunakan jenis observasi non partisipan dimana penulistidak terlibat langsung dalam kehidupan aktivitas sehari- hari objek yang diamati (Sugiyono, 2012: 145).

  Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi yang berperan pasif dimana observasi dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung.

  Dalam penelitian ini penyusun melakukan observasi langsung di objek penelitian yaitu di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. 2.)

  Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Dalam hal ini penyusun mewawancarai pelaku perkawinan sejenis, tokoh agama, masyarakat, dan pejabat desa setempat menegenai perkawinan sejenis tersebut.

  Dalam metode ini penulis menggunakan tehnik interview

  guide yaitu cara mengumpulkan data dengan menyampaikan

  secara langsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana penulis tidak melakukan wawancara dengan cara yang ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini (Koentjaraningrat, cet IV: 138).

  3.) Dokumentasi

  Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 1992: 131)

  Dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulismenyelidiki benda-benda tertulis seperti, peraturan rapat, catatan harian dan lain hidup dan sebagainya.

4. Sumber Data

  Data merupakan suatu keterangan fakta dari objek yang diteliti. Sumber data dari penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dan statistik) (Moleong, 2007: 157).

  Sumber data dibedakan menjadi 2: a. Data Primer

  Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai sumber utama melakukan interprestasi data. Data atau informasi diperoleh langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberikan data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan yang diperoleh dari lapangan berupa bantuan foto atau rekaman suara dari handphone atau alat lainnya. Sedangkan observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan oleh pasangan perkawinan homoseksual serta sikap dan upaya dari pemerintah, masyarakat Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

  Data sekunder adalah data yag diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya dari berbagai literatur, majalah, internet, jurnal ilmiah,arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut diantaranya adalah buku referensi.

  Buku referensi adalah koleksi buku yang memuat informasi yang spesifik, paling umum serta saking banyak digunakan sebagai bahan rujukan untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi diantaranya kamus baik umum maupun biografi, buku indeks, buku yang berisi informasi buku-buku bidang tertentu, dan lain sebagainya.

  5. Metode Analisis Data Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008: 369).

  6. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan terhadap keabsahan suatu data harus dilakukan secara tepat.

  Teknik pengecekan dalam penelitian ini harus ada sebuah kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulas, pengecekan sejawat, kecukupan referensia, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian.

  Untuk mengetahui perolehan data dalam suatu penelitian yang telah dikumpulkan memiliki tingkat kebenaran atau tidak. Maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007: 330).

  Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Dengan demikian data yang diperoleh akan dikontrol oleh data yang sama dengan sumber yang berbeda.

7. Tahap-Tahap Penelitian a.

  Penelitian Pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku tentang nikah dan buku yang lain yang berkaitan dengan homoseksual.

  b.

  Pengembangan Desain Setelah penulis banyak mengkaji tentang hukum pernikahan, kemudian penulis melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung pasangan pernikahan sejenis homoseksual Di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

  c.

  Penelitian Sebenarnya

  Dalam penelitian ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk meneliti secara lebih mendalam tentang kasus yang sebenarnya terjadi mengenai pasangan pernikahan sejenis homoseksual di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan sebagai gambaran tentang pembahasan penelitian ini. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, fokus penelitian, manfaat hasil penelitian dan metode penelitian.

  Bab dua, berisi tentang kajian teori mengenai perkawinan sejenis menurut hukum Islam, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM .

  Bab tiga adalah berisi tentang hasil penelitian mengenai gambaran umum objek penelitian perkawinan sejenis (Homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Serta menguraikan hasil wawancara dengan pasangan perkawinan sejenis, keluarga, dan tetangga.

  Bab empat, berisi pembahasan atau analisis mengenai pelaksanaan perkawinan sejenis di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, perkawinan sejenis (homoseksual) dalam perspektif HAM dan masyarakat dan KUA pada pasangan perkawinan sejenis (Homoseksual) di Desa Sambongrejo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.

  Bab lima adalah penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkawinan Sejenis Menurut Hukum Islam Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berasal dari kata

  

nakaha yang berarti nikah atau zawaj. Kedua kata ini sudah menjadi bahasa

  keseharian orang Arab. Kata nakaha banyak terdapat dalam Alquran maupun Hadis.

  Demikian pula banyak terdapat kata zawaja dalam Alquran dalam arti kawin, seperti dalam surat al-Ahzab ayat 37 yang berbunyi:

  

             

                                    

  “Dan (ingatlah Wahai Muhammad) ketika Engkau berkata kepada

  orang Yang telah dikurniakan oleh Allah (dengan nikmat Islam) dan Yang Engkau juga telah berbuat baik kepadanya: "Jangan ceraikan isterimu itu dan bertaqwalah kepada Allah", sambil Engkau menyembunyikan Dalam hatimu perkara Yang Allah akan menyatakannya; dan Engkau pula takut kepada (cacian manusia padahal Allah jualah Yang berhak Engkau takuti (melanggar perintahNya). kemudian setelah Zaid selesai habis kemahuannya terhadap isterinya (dengan menceraikannya), Kami kahwinkan Engkau dengannya supaya tidak ada keberatan atas orang- orang Yang beriman untuk berkahwin Dengan isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah selesai habis kemahuannya terhadap isterinya (lalu menceraikannya). dan sememangnya perkara Yang dikehendaki Allah itu tetap berlaku”. (Amir:

  2014, 35)

  

! ِباَبهشلَا َرَشْعَم اَي ( ملسو هيلع الله ىلص ِ ه َاَللَ ُلوُس َر اَنَل َلاَق هنع الله يضر ٍدوُعْسَم ِنْب ِ ه َاَللَ ِدْبَع ْنَع

ْعِطَت ْسَي ْمَل ْنَم َو , ِج ْرَفْلِل ُنَصْحَأ َو , ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُههنِإَف , ْج هوَزَتَيْلَف َةَءاَبْلَا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ِهْيَلَع ٌقَفهتُم ) ٌءاَجِو ُهَل ُههنِإَف ِم ْوهصلاِب ِهْيَلَعَف

  Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” Muttafaq Alaihi.

  Dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa Perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu akad yang sangat kuat atau mitsaqan

  ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

  ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (Tim Redaksi Nuansa Aulia: 2012, 2).

  Ketentuan- ketentuan mengenai perkawinan menurut syari’at Islam mengikat kepada setiap muslim, dan setiap muslim harus menyadari bahwa didalam perkawinan mengandung nilai ubudiyah, maka memperhatikan keabsahannya menjadi hal yang sangat prinsipil (Anshary: 2010, 11).

  Allah menciptakan manusia sesuai fitrahnya, yaitu makhluk hidup yang berpasang-pasangan dan mengatur tentang kecenderungan orientasi seksualnya didasarkan pada pasangannya, dan mengembangkan keturunan antara suami dan istri melalui pernikahan. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 1 antara lain:

              