perkembangan islam menurut tokoh di indo
A. K.H. Ahmad Dahlan
1. Biografi Ahmad Dahlan
Beliau dilahirkan di kauman (Yogyakarta) tahun 1868 dan meninggal pada
tanggal 25 Pebruari 1923. Nama kecilnya Muhammad Darwis. Ayahnya bernama.
K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar kraton Yogyakarta.
Ibunya bernama Siti Aminah. Beliau berasal dari keluarga yang didaktis dan alim
dalam ilmu agama. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik sebagai putera kiyai.
Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji AlQur’an, dan kmitab-kitab agama. Menejelang dewasa, ia mempelajari dan
mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama’ besar pada waktu itu.
Diantaranya , K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqih), K.H.Mahfudz dan Syekh
Khayyat Sattokh (ilmu hadis) ,Syekh Amin dan Sayyid Bakri (Qiraat Al-Qur’an).
Dalam usia relatif muda, beliau telah mampu menguasai beberapa disiplin ilmu
keislaman.
Setelah beliau lulus pendidikan dasar di madrasah dalam bidang nahwu,
fiqih dan tafsir di Yogyakarta, beliau pergi ke makkah pada tahun 1890 untuk
menuntut ilmu di sana selama satu tahun. Salah satu gurunya adalah Syekh
Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903, beliau kembali ke makkah dan menetap di
sana selama dua tahun. Sepulang dari makkah beliau berganti nama Haji Ahmad
Dahlan. Kemudian beliau menikah dengan siti Waalidah putri Kyai Penghulu Haji
Fadhil.1
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan
Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
2. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan Islam
Beliau mengatakan, uapaya strategis untuk menyelamatkan umat islam
dari
berpikir
statis
menuju
pemikiran
yang
dinamis
adalah
melalui
1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 327
pendidikan.umat islam dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang
tajan dalam membaca dinamika kehidupan yang akan datang. Adapun kunci bagi
kemajuan umat islam adalah kemabali pada Al-Qur’an dan hadits, mengarahkan
umat islam pada pemahaman ajaran islam yang komprehensif, dan menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Pendidikan
islam
hendaknya
menjadi
media
dan
mampu
mengembangkanal-ruh dan al-akal.hal ini disebabkan di alam ini ada dua dimensi
yaitu dimensi pisika dan metapisika. Manusia adalah integrasi dari dua dimensi
yaitu dimensi ruh dan jasad. Maka aktivitas pendidikan harus mampu
mengembangkan dimensi tersebut. Dan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan
secara langsung sesuai prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadits.Ahmad Dahlan
melihat bahwa problem epistemologi pendidikan islam tradisional disebabkan
karena ideologi ilmiahnya terbatas pada dimensi religius yang membatasi pada
pengkajian kitab-kitab klasik, khususnya dalam madzhab syafi’i. Sikap ilmiah
yang demikian mengakibatkan umat islam tidak mampu menganalisa ilmu
pengetahuan secara kritis sehingga kurag mampu berkompetisi secara preoduktif
dan kreatif terhadap perkembangan peradaban kekinian.
Menurut ahmad Dahlan pendidikan islam hendaknya diarahkan untuk
membentuk manusia muslim yang berbudi pakerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang demi
kemajuan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan ini, hendaknya pendidikan
islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum
maupun
agama,
untuk
mempertajam
intelektualitas
dan
memperkokoh
spiritualitas peserta didik. Upaya ini akan terwujud jika proses pendidikan bersifat
integral dan epistemologi islam hendaknya dijadikn landasan metodologis dalam
kurikulum dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmad Dahlan,
Materi pendidikan adalah pengajaran Al-Qur’an dan hadits, membaca, menulis,
berhitung, ilmu bumi, dan menggambar. Sistem pemdidikan yang diapakai beliau
adalah klasikal, beliau ingin menggabungkan sistem pendidkan belanda dengan
sistem pendiidkan tradisional secara integral.
Materi Al-Qur’an dan hadits yaitu ibadah, persmaan derajat, fungsi
perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian
kebenaran Al-Qur’an dan hadits menurut akal, kerjasama anatara agamakebudayaan keamajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan,,nafsu dan
kehendak, demokratisasi, dan liberalisasi, kebebasan berpikir, dinamika
kehidupan dan peranannya, dan akhlak.
Komitmen ahmad dahlan terhadap pendidikan agama adalah sanagat kuat,
untuk itu beliau masuk orgnasisasi Budi Oetomo pada tahun 1909, untuk
mendapatkan peluang mengajarkan pendidikan agama kepada para anggotanya.
Komitmen terhadap pendidikan selanjutnya menjadi salah satu ciri khas organisasi
yang didirikannya pada tahun 1912 yaitu Muhammadiyah.
Pandangan ahmad dahlan dalam pendidikan juga dapat dilihat dalam
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang
pendidikan muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan
dengan sistem pendidikan gubernemen. Disamping itu , Muhammadiyah
mendirikan sekolah yang agamis yaitu madrasah diniyah di minangkabau untuk
memperbaiki pengajian Al-Qur’an yang tradisional. Pada tanggal 8 Desember
1921, Muhammadiyah mendirikan pondok Muhammadiyah sebagai sekolah
pendidikan guru agama. Dalam sekolah tersebut pelajaran umum diberikan oleh
dua orang guru dari sekolah pendidikan guru (kweekschool), sedangkan ahmad
dahlan dan beberapa orang lainnya memberikan pelajaran agama yang lebih
mendalam.
Muhammadiyah
berhasil melanjutkan model pembaruan pendidikan
dikarenakan lingkungan sosial yang dihadapi adalah terbatas pada pegawai, guru
maupun pedagang. Kelompok ini banyak menguasai perusahaan percetakan yang
secara ekonomis sangat penting di masyarakat. Oleh karena itu, muhammadiyah
dengan model pendidikan barat ditambah dengan pendidikan agama, mendapatkan
hasil yang baik dalam kalangan ini. Diantara sekolah-sekolah yang tertua dan
besar yaitu :
a. Kweekschool Muhammadiyah, di Yogyakarta
b. Mu’allimin Muhammadiyah, di Solo, Yogyakarta dan Jakarta
c. Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta
d. Kulliyah Muballigh/Muballigat di Padangpanjang Sumatera Tengah
e. Tabligh School dan HIK School di Yogyakarta
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa ide-ide pendidikan menurut
Ahmad Dahlan yaitu
a. Pembaruan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren
menjadi sistem sekolah.
b. Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau
madrasah.
c. Perubahan pada metode pengajaran sosrogan menjadi metode yang
bervariasi.
d. Dengan organisasi Muhammadiyah beliau berhasil mengembangkan
lembaga pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.2
Peran ahmad dahlan
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti
gagasan-gagasan pembaharuan Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif
menyebarkan gagasan pembaharuan Islam ke pelosok-pelosok tanah air.Sambil
berdagang batik, KH. Ahmad Dahlan melakukan tabligh dan diskusi keagamaan dan
pada akhirnya atas desakan dari para muridnya pada tahun 1912 M, KH. Ahmad Dahlan
mendirikan perkumpulan Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat berani. Baginya
kebenaran harus tetap dilaksanakan dan ditegakkan, sekalipun harus berhadapan
dengan kekuasaan. Beliau pun patut diberikan penghargaan terhadap ide, jasa, dan
perjuangannya. Hal ini dibuktikan dalam usaha dan jasa-jasanya yang besar:3
a. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut
mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar di Yogyakartamenghadap
ke jurusan Timur dan orang-orang sholat di dalamnyamenghadap ke arah
barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnyamenuju Ka’bah dari tanah Jawa
2 Drs. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1997, hal.206-208
3 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya agung,
1996),hlm 267-268.
haruslah miring ke arah utara +24derajat dari sebelah barat. Berdasarkan
ilmu pengetahuan tentang ilmufalak bahwa orang tidak boleh menghadap
kiblat menuju barat lurus,melainkan harus miring ke utara +24 derajat.
Oleh sebab itu, KH.Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya
sendiri, supayamenuju ke arah kiblat yang betul. Memang perubahan yang
diadakanoleh KH. Ahmad Dahlan itu mendapat tantangan keras dari
pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.
b. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan secara popular,bukan
saja di pesantren, melainkan beliau pergi ke tempat-tempat lainseperti
mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH.
Ahmad Dahlan adalah bapak muballigh Islam di Jawa Tengah.
c. Memberantas
bid’ah,
khurafat
dan
takhayul
yang
bertentangan
denganajaran Islam.
d. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912, yanghidup
dan
tersebar
seluruh
Indonesia
sampai
sekarang.
Pada
permulaanberdirinya Muhammadiyah mendapat halangan dan rintangan
yangsangat hebatnya, bahkan KH. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar
dari mazhab meninggalkan ahli sunnah wal jamaah.4
Pendeknya bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan
kepadanya,tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga
Muhammadiyah menjadi salah satu perkumpulan yang terbesar diIndonesia serta
berjasa kepada rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah dari Taman KanakKanak sampai Sekolah Tinggi. Dalam masalah pemikiran dan perjuangannya
mendakwahkan Islamdi Indonesia, KH. Ahmad Dahlan memang banyak
4 Agama Islam di Indonesia saat itu telah bercampur dengan kepercayaan lain yang
bertentaandengan Islam yang murni. Faham Hinduisme dan animism merongrong semangat
tauhid. KaumMuslimin mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh Islam seperti minta
berkah kepadakburan keramat, meminta tolong kepada kuburan sihir, kepada benda-benda sakti
dan sebagainya. Kepercayaan kepada Tuhan telah dikaburkan dengan syirik. Karena kaum
muslimim telahmengkaurkan tauhid, goyanglah tiang lurus dari agama. Hal inilah menimbulkan
bid’ah(pembaharuan ajaran agama Islam yang menyalahi ajaran yang benar), khurafat (ajaran
yangbukan-bukan), takhayul (kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada, tetapi sebenarnya
tidak ada, misalnya membersihkan dunia Islam dari kepercayaan yang dianggap jahiliyah),
Lihatbukunya Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam
olehPergerakan Muhammadiyah, (Jember : Universitas Muhammadiyah Jember, 1985), hlm 57
mengadopsi pemikirandan perjuangan tokoh-tokoh Islam dari Timur Tengah (Ibnu
Taimiyah,Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha) yang menjadi motivator
daninovator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan.
Dalam perjalanannya, beliau banyak mendapatkan perlawanan dari
pertentangan dari masyarakat. Sebab, apa yang dipergunakan KH. Ahmad Dahlan
dalam mengambil suatu kesimpulan dan hukum pada saat itu dianggap melenceng
dan jauh dari tradisi yang sudah mendarah daging dalam komunitas Indonesia.5
Namun, berkat keuletan serta kerja keras, akhirnya sedikit demisedikit
tantangan dan halangan yang dihadapi KH. Ahmad Dahlan semakin melemah, dan
hingga saat ini sudah tidak terasa lagipengaruhnya. KH. Ahmad Dahlan telah ikut
serta memajukan dan menyejahterakan bangsa dan negara Indonesia. Atas jasa-jasa KH.
Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan
pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.Dasardasar penetapan itu adalah sebagai berikut:6
a. KH. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus
belajardan berbuat.
b. Dengan
organisasi
Muhammadiyah
yang
didirikannya,
telah
banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecedasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat
dengan dasar iman dan Islam.
c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha
sosial
dan
pendidikan
yang
amat
diperlukan
bagi
kebangkitan
dankemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian perempuan Indonesia (Aisyiah) telah
memelopori
kebangkitan
perempuan
Indonesia
untuk mengecap
pendidikan.
5Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi Singkat (1869-1923) , ( Yogyakarta : Garasi,
2009),hlm 43
6 ibid, hal. 44
K. H. Hasyim Asy’ari
1. Biografi
Beliau lahir di desa Nggedang Jombang Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli
1871. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd Wahid Ibn
Abd Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang
dikenal dengan jaka tingkir sultan hadiwijaya ibn Abdullah ibn abd Aziz ibn abd
al-Fattah ibn Maulana Ishaq dari sunan giri.7
Guru pertama beliau adalah ayahnya sendiri yang mendidikny membaca
Al-Qur’an dan literatur islam lainnya. Jenjang pendidikan yang ditempuh beliau
adalah di berbagai pesantern. Pada awalnya, beliau menjadi santri di pesantren
Wonokojo Probolinggo, lalu pindah di langitan, Tuban. Dari langitan pindah ke
bangkalan yang diasuh oleh kyai kholil. Dan terakhir sebelum ke Makkah beliau
sempat nyantri di pesantren siwalan panji, sidoarjo. Pada pesantren terakhir
inilahbeliau diambil menantu oleh Kyai Ya’qub pengasuh pesantren tersebut.8
Sepulang dari Makkah untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmunya
beliau membuka Pesantren Tebuireng pada tanggal 26 Rabi’ul Awwal tahun 1899
M. Pada tahun 1919 beliau mendirikan madrasah Salafiyah sebagai tangga untuk
measuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Pada tahun 1929 beliau
menunjuk K.H. Ilyas menjadi kepala Madrasah Salafiyah, maka di bawah
pimpinan K.H. Ilyas dimasukkan pengaetahun umum ke dalam madrasah yaitu
1. Membaca dan menulis huruf latin
2. Mempelajari bahasa indonesia
3. Mempelajari ilmu bumi dan sejarah indonesia
4. Mempelajari ilmu hitung.9
2. Pemikiran pendidikan.
Diantara karaya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab
adab al-alim wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum
wa ma yataqaff al-muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada
7 Hasyim Asy’ari, Adab Ta’lim wa Muta’allim, Jombang : Turats al Ilamy, 1415 H, hal, 3
8 Ensiklopedi Islam II, Jakarta : PT Ikhtiyar Baru Van Hooeve, 1994, hal.102-103
9 Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992, hal.202-203
tahun 1451 H. Kitab tersebu terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta
keutamaan mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika
seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap pelajaran, etika yang harus
dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru terhadap
murid-muridnya dan etika terhadap buku. Dari 8 bab dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu
a.
Signifikansi pendidikan
Berkaitan dengan pendidikan ,di dalam kitab tersebut beliau banyak
mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan ilmu dan orang yang
berilmu. Dan dalam pembahasan bab pertama dilengkapi dengan berbagai hadits
Nabi dan pendapat berbagai ulama’. Diantara isinya yaitu tentang tujuan ilmu
pengetahuan adalah mengamalkannya, mkasudnya agar ilmu yang dimiliki
menghasilkan manfaat sebagai bekal di kehidupan akhherat, syariat mewajibkan
menuntut ilmu dan memperoleh pahala yang besar, ilmu merupakan sifat yang
menjadikan jelas identitas pemiliknya.,bertauhid itu harus mempunyai iman.
Maka barang siapa beriman maka ia harus bertauhid. Keimanan mewajibkan
adanya syariat, sehingga orang yang tidak menjalankan syariat maka berarti ia
tidak beriman dan bertauhid. Sementara orang yang bersyariat harus beradab.
Dengan demikian beradab berarti ia juga bertauhid, beriman dan bersyariat.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu pertama
bagai murid hendaknya berniat suci, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal
duniawi, jangan melecehkan dan menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam
mengajarkan ilmunya meleuruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata.
Dalam penjelasannya tidak ada definisi khusus tentang belajar. Tetapi yang
menjadi titik tekan pengertian belajar adalah ibadah mencari ridha Allah yang
mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilia islam,
bukan hannya sekedar menghilangkan kebodohan.10
b. Tugas dan tanggung jawab murid
1) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
10 Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002, hal. 100-168.
Etika dalam belajar yaitu membersihkan hati dari keduniawian, membersihkan
niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar. Sabar dan qana’ah,pandai
mengatur waktu,menyederhanakan makan dan minum, bersikap hati-hati (wara’),
menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan dan
kebodohan, menyedikitkan waktu tidur, meninggalkan hal-hal yang kurang
berfaedah.
2) Etika seorang murid terhadap guru
Etika seorang murid terhadap guru yaitu memperhatikan dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru, memilih guru yang wara’ dan profesional, mengikuti
jejak-jejak guru, memuliakan guru, memperhatikan hak guru, bersabar terhadap
kekerasan guru, berkunjung ke rumah guru, duduk dengan rapi dan sopan ketika
berhadapan dengan guru, berbicara dengan sopan dan lemah lembut,
mendengarkan fatwanya, jangn sekali-kali menyela-nyela ketika guru sedang
menjelaskan, menggunakan anggota yang kanan ketika menyerahkan sesuatu
kepadanya.
3) Etika murid terhadap pelajaran
Etika murid terhadap pelajaran yaitu memperhatikan ilmu yang fardhu
‘ain, mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardhu ‘ain, berhati-hati dalam
menanggapi ikhtilaf ulama’, mendiskusikan dan menyetorkan hasilnya kepada
orang yang dipercaya, menganlisa dan menyimak ilmu, mempunyai cita-cita
tinggi, bergaul dengan orang yang ilmu lebih tinggi, ucapkan salam ketika sampai
di majlis ta’lim, hendaklah bertanya jika belum paham,, jangan mendahukui
antrian, selalu membawa catatan, pelajari pelajaran yang telah diberikan, sealalu
semanagat dalam belajar.
c.
Tugas dan tanggung jawab guru
1) Etika seorang guru
Etika yang harus dimiliki seorang guru antara lain : selalu mendekatkan diri
kepada Allah, takut kepada Allah, bersikap tenang, wara’, khusu’, mengadukan
persoalan kepada Allah, tidak menggunakan untuk meraih keduniawian semata,
zuhud, menghindari hal-hal yang rendah, menghindari tempat-tempat yang kotor
dan tempat ma’siyat, mengamalkan sunnah Nabi, bersikap ramah, ceria, suka
menebarkan salam, semangat menambah ilmu pengetahuan, tidak sombong,
membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.
2) Etika guru dalam mengajar
Etika guru ketika mengajar yaitu mensucikan diri dari hadts dan kotoran,
berpakaian rapi, sopan dan berbau wangi, berniat ibadah, menyampaikan perintah
allah, selalu membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, mengucapkan salam
ketika masuk kelas, berdo’a dahulu sebelum memulai pelajaran, berpenampilan
yang kalem, menjauhkan diri dari banyak bergurau dan tertawa, jangan mengajar
ketikakondisi marah, lapar, dan mengantuk, mengambil tempat duduk yang
strategis, mendahukukan materi yang penting, menciptakan ketenangan dalam
belajar, dan memberikan kesempatan bertanya jika ada yang belum jelas atau
belum paham.
3) Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Etika terhadap pelajaran yaitu berusaha memiliki buku yang diajarkan, merelakan
dan mengizinkan apabila ada teman yang pinjam, meletakkan buku pelajaran di
tempat yang terhormat, memeriksa dahulu ketika membeli atau meminjam buku, ,
bila menyalin buku pelajaran syari’ah
hendaknya bersuci dahulu dan
mengawalinya dengan basmalah.
F. Prof. Dr. Mahmud Yunus
1. Biografi
Mahmud Yunus lahir di Batusangkar, Sumatra Barat pada tanggal 10
Pebruari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Beliau termasuk tokoh
pendidikan islam indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan
agama ke sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).
2. Usaha dan Pemikiran Pendidikan
Usaha yang dilakukan Mahmud Yunus di bidang pendidikan setelah
kembali ke indonesia yaitu memperbaruai madrasah yang pernah dipimpinnya di
sungayang yang bernama al-Jami’ah al-Islamiyah, dengan mendirikan sekolah
yang kurikulumnya memadukan ilmu agama dan ilmu umum yaitu Normal Islam.
Madrasah ini yang pertama kali memiliki Laboratorium ilmu fisika dan kimia di
Sumatra Barat. Pembaruan di diutamakan pada metode mengajar bahasa arab.
Mahmud Yunus memilki komitmen dan perhatian yang besar terhadap
upaya membangun, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama islam,
Diantara gagasan dan pemikirannya adalah :
a.
Dari segi tujuan pendidikan islam, hendaknya lulusan pendidikan islam
mutunya lebih baik dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah yang sudah
maju.
b.
Dari segi kurikulum,beliau menawarkan pengajaran bahasa arab yang
integrated antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam ilmu bahasa arab.
c.
Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang bercorak individual
kepada sistem pengajaran klasikal.
d.
Dari segi metode pengajaran, hendaknya cara mengajarkan agama sesuai
dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan dengan menggunakan metode yang
bervariasi.
Peran Buya Hamka
Aktivitas Buya Hamka dalam Bidang Dakwah
Muhammadiyah mempunyai satu tugas yaitu dakwah amar ma’ruf nahi
munkar yang dilaksanakan dengan jalur-jalur tabligh, pendidikan, pembinaan
atau penyantunan kesejahteraan sosial dan sebagainya. Semua amal usaha
Muhammadiyah adalah dalam rangka dakwah Islam yang mencakup pelaksanaan
pembangunan nasional terutama dalam sektor keagamaan, pendidikan, sosial dan
kesehatan.11
Buya Hamka dilahirkan dari keluarga yang cinta Agama dan memiliki
kemampuan mendakwahkan. Hal ini menyebabkan Buya Hamka kecil ingin
keluar dari pagar daerah kelahirannya dan menimba ilmu dari tokoh ulama yang
dijumpainya. Ilmu yang diterima kemudian diserapnya dan diteruskan melalui
dakwah lisan dan tulisan. Melalui dua media komunikasi ini, Buya Hamka
11 Prodjokusumo, Muhammadiyah Membangun dan Berdakwah dahulu, Sekarang dan Masa
Datang. Jakarta: Yayasan Amal Bakti Masyarakat, 1990,hlm. 40-41.
kemudian dikenal oleh bangsanya sebagai sastrawan, budayawan, ulama dan
sejarawan.12
Banyak cara yangdilakukan Buya Hamka dalam melakukan dakwah atau
fatwanya, bukan melalui pantun ataupun syair ciptaannya tetapi dengan
menimbulkan gelak tawa orang yang mendengarnya. Dakwah atau fatwa
disampaikannya pada saat berpidato dihadapan banyak orang maupun secara
perorangan pada anak-anaknya serta pada tamu yang sengaja datang untuk
meminta fatwa.13
Khotbah-khotbahnya
didengar
oleh
kaum
muslimin
yang
sering
mendengarkan kuliah-kuliah subuhnya melalui radio. Selain mengisi kegiatan
khotbah diradio, Buya Hamka juga terkadang hadir dalam seminar-seminar ilmiah
terutama yang berkaitan erat dengan agama dan sejarah baik sebagai peserta
maupun sebagai pengkhotbah.Buya Hamka pernah memaksa anak-anaknya untuk
melakukan sholat dan mengaji, karena sejak kecil mereka sudah diajari untuk
bangun pagi dan melakukan sholat shubuh.Buya Hamka mengetuk pintu kamar
anak-anaknya dan memanggil anak sulungnya yaitu Zaky, Rusydi dan kemudian
Fakhri. Buya Hamka tidak akan berhenti mengetuk pintu sebelum anak-anaknya
benar-benar bangun danmelaksanakan ibadah sholat shubuh. Apabila ada anakanaknya yang berpura-pura sakit, Buya Hamka pura-pura menaruh perhatian
dengan memegang kepala anaknya dan kemudian menyuruh agar mengambil air
wudhu. Hal ini dilakukan Buya Hamka agar anak-anaknya melaksanakan sholat
karena sholat merupakan kewajiban sebagai umat Islam.14
Pada awal tahun 1950-an, Buya Hamka telah menjadi salah satu tokoh
Muhammadiyah Nasional karena pada kongres ke 32 di Purwokerto terpilih
menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aktivitas non-politis inilah
yang kemudian mendorong Buya Hamka untuk menetap di Kebayoran Baru
karena pada tahun 1950-1952, Dr. Syamsudin yang pada saat itu menjabat sebagai
Menteri Sosial mendirikan Yayasan Nurul Islam. Buya Hamka kemudian
12 Mansur Suryanegara, “Prof.Dr.Hamka Sejarawan dan Pelaku Sejarah”. Dalam Buya Hamka
(Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978,hlm.135.
13 Rusydi, op.cit., hlm. 77
14 ibid
dihubungi untuk mengelola yayasan ini.Proyek inilah yang kemudian melahirkan
Masjid Al-Azhar15 yang sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan dakwah di
Jakarta.Penduduk asli Betawi sebenarnya kurang senang dengan berdirinya mesjid
modern dan imamnya yang merupakan orang Padang, sedangkan orang-orang
gedongan masih merasa segan untuk datang ke mesjid tersebut.Tetapi satu dua
orang gedongan yang datang menginginkan agar mesjid ini bisa lebih modern
lagi. Semakin hari, jamaah mesjid Al-Azhar ini bertambah banyak. Orang-orang
betawi yang tadinya curiga melihat orang-orang gedongan mulai bisa bergaul di
mesjid dan mendengar pengajian-pengajian yang Buya Hamka berikan. Suasana
kekeluargaan antara para jamaah pun terjalin sangat erat.Secara berangsur-angsur
Buya Hamka mengumpulkan jamaah masjid yang sebagian besar merupakan
tukang becak dan kuli-kuli bangunan yang bekerja di masjid tersebut. Lama
kelamaan jumlah jamaah yang datang semakin banyak. Selain tukang becak dan
kuli bangunan, para pedagang pasar pun tertarik untuk datang kemasjid, terutama
karena mereka mendengar pengajian tersebut diadakan oleh Buya Hamka.
Kegiatan yang dilakukan Buya Hamka ini mendapat perhatian dari orangorang terkemuka antara lain Jenderal Sudirman yang merupakan Komandan
Seskoad Bandung dan Kolonel Muchlas Rowi yang juga menjabat sebagai Kepala
Pusroh Islam Angkatan Darat di Jakarta.Sekitar bulan Juli tahun 1961, Jenderal
Sudirman mengajak Buya Hamka untuk mendirikan sebuah perpustakaan Islam di
komplek Masjid Al-Azhar tersebut. Usul mendirikan perpustakaan tersebut
diterima dengan senang hati oleh Buya Hamka. Peresmian pendirian Yayasan
Perpustakaan Islam Pusat tersebut dihadiri oleh banyak undangan. Pengguntingan
pita dilakukan oleh ibu Fatmawati.Selain ibu Fatmawati, hadir pula Jenderal A.H.
Nasution dan Ruslan Abdul Ghani yang mencatatkan diri sebagai anggota
perpustakaan itu.16
15 Masjid Agung Al-Azhar adalah masjid yang paling banyak pengaruhnya di tanah air. Masjid
ini terletak di tengah kota Kebayoran Baru yaitu kota satelit Jakarta yang paling modern. Masjid
ini menjadi pelopor dalam berbagai macam kegiatan, seperti penggunaan pengeras suara untuk
azan dan pengajian Al-Quran.Masjid Agung Al-Azhar dengan Buya Hamka mempunyai peranan
yang sangat menonjol karena berhasil menarik jamaah dari kalangan sosial-kultural.Lihat
:Nurcholish Madjid,“Buya Hamka, Profil Seorang Ulama berjiwa Independen”. Dalam Buya
Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1978,hlm.242.
16 ibid, hal 165
Dalam kegiatan dakwah yang dilakukannya, Buya Hamka mengatakan
tujuan yang akan ditempuhnya yaitu dengan membina umat Islam dan
meningkatkan dakwah Islam. Bentuk-bentuk kegiatan dakwah mulai terlihat
ketika perayaan Maulid nabi Muhammad SAW dikomplek Masjid yang dilakukan
oleh HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) dibawah pimpinan Mayor M.Yunan
Helmi Nasution.Bentuk dakwah ini dilakukan dengan suatu pementasan arena
terbuka. Cerita pementasan tersebut mengangkat kisah serbuan pasukan gajah ke
kota Mekkah yang akhirnya mampu dilumpuhkan oleh burung Ababil. Pesan yang
dapat diambil dari kisah tersebut adalah bahwa betapapun kuat dan berkuasanya
seseorang, Tuhan dengan malaikat-malaikatnya pasti akan menghancurkannya.
Dakwah yang dilakukan oleh Buya Hamka di mesjid Al-Azhar mulai
mendapatkan perhatian dari daerah dan kota lain. Banyak bermunculan
organisasi-organisasi dakwah diberbagai daerah-daerah. Buya Hamka juga pernah
diundang untuk menghadiri seminar dakwah di Surabaya yang diadakan oleh
organisasi-organisasi Islam setempat pada tanggal 23 Februari 1962. Seminar
dakwah di Surabaya tersebut ditulisnya dalam majalah Gema Islam 17 dengan
disertai ajakan agar umat Islam mengumandangkan dakwah Islam. Rosihan
Anwar pernah menulis dalam buku Kenang-Kenangan 70 tahun
Buya Hamka : “ Jasa Hamka dengan penerbitan Gema Islam itu menurut hemat
saya ialah mengumandangkan dengan santer da’wah Islamiyah. Ia melihat
kedudukan Umat Islam di masa itu terjepit dan terdesak “.18
Selain mengadakan acara dakwah di mesjid Al-Azhar Jakarta, Buya
Hamka lebih senang memenuhi permintaan dakwah dari jamaah dari kalangan
rakyat biasa. Cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi pernah mengundangnya
17 Gema Islam berdiri pada tahun 1962, merupakan majalah pengetahuan dan kebudayaan
Islam.Pemimpin umumnya pada waktu itu adalah Mayor Jenderal sudirman, penanggungjawabnya
adalah Kolonel M.Rowi, pimpinan redaksi Rusydi Hamka. Para pembantu nya antara lain : Dr.
Hamka, K.H. Fakih usman, Jusuf Abdullah Puar, Sidi Gazalba, Abubakar Atceh, Osman Raliby,
Abdullah sjahrir, Bahrum Rangkuti, Aisjah Aminy, Barorah Baried, Ny. Mahmudah Mawardi dan
H.Musaffa Basjir.Gema Islam berusaha untuk memanggil umat Islam untuk merapatkan
barisannya.Para penulis dan pengarang seperti Buya Hamka menyumbangkan tulisan untuk Gema
Islam dengan tujuan memelihara dan mempertahankan identitas umat Islam. Lihat Rosihan
Anwar,“Hamka dan Gema Islam dan Kumandang Da’wah.” Dalam Buya Hamka (Ed). KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978,hlm.155.
18 Rosihan Anwar,ibid., hlm. 156.
untuk berdakwah dan mengaji di beberapa mesjid-mesjid kecil selama seminggu.
Selain menghadiri undangan dakwah cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi,
Buya Hamka juga datang menghadiri undangan warga Sulawesi Selatan dan
Ternate yang ingin mendengarkan kuliah subuh darinya.
Sahabat Buya Hamka seperti Pak Hasyim pernah meminta agar anakanaknya mencegah agar Buya Hamka tidak memenuhi permintaan peresmian
mesjid di Garageh dan Bukittinggi pada tahun 1980 dikarenakan faktor usia Buya
Hamka saat itu. Tetapi Buya Hamka berkata : “ Puas hati saya bertemu dengan
orang-orang desa yang jauh itu. Mereka benar-benar ikhlas menerima dan
mendengar pengajian saya. Saya percaya da’wah saya akan menjadi amalan
mereka “.19
Selain melakukan dakwah secara lisan, Buya Hamka juga melakukan
dakwah melaluitulisan. Dakwahnya ini ditulis dalam karya sastra yang dibuatnya.
Lewat tokoh-tokoh dalam karya sastranya, Buya Hamka berdakwah dengan
menampilkan ajaran-ajaran Islam mengenai akidah, ibadah, mu’amalah, akhlak,
filsafat dan sejarah.20
Dalam bukunya yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah, lewat tokoh
utamanya yang bernama Hamid, Buya Hamka mengemukakan hal-hal seputar
ibadah Haji, menggambarkan betapa damainya orang beribadah di bawah
lindungan Ka’bah, serta Tanah Suci Mekah yang membuat hati damai dan
tenteram. Zainuddin sebagai tokoh utama dalam buku karangannya yang berjudul
Karamnya Kapal Van Der Wijk, Buya Hamka menampilkan adat bangsa Indonesia
sehingga terasa adat-adat bangsa Indonesia dengan ajaran-ajaran Islam.
Selain itu, percakapan-percakapan yang ada dalam buku tersebut juga
melukiskan betapa tingginya ajaran-ajaran Islam. Secara keseluruhan, buku ini
menggambarkan makna dari Islam itu sendiri.Lewat tokoh-tokoh utama dalam
karyanya yang berjudul Dari Lembah Penghidupan, Buya Hamka juga
menampilkan berbagai ajaran Islam terutama mengenai akhlak dan tata cara
kehidupan sosial menurut Islam. Dari karyanya ini, dapat disimpulkan bahwa
19 Rusydi.Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka.Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, hlm.105.
20 Hamka, Perjalanan Terakhir Buya Hamka. Jakarta: Panji Masyarakat, 1981, hlm. 139.
Islam mengajarkan kesabaran, tolong-menolong, cinta kasih kepada sesama
manusia dan sayang kepada orang yang tidak mampu. Dalam karyanya ini Buya
Hamka menjelaskan bahwa Islam membenci permusuhan, pertengkaran,
penindasan, pemerasan.21
Selain itu, Buya Hamka juga selalu mengikuti dari dekat perkembangan
Pemuda Muhammadiyah. Buya Hamka selalu memberikan saran-saran, dorongan
dan semangat yang berguna bagi perkembangan Pemuda Muhammadiyah. Buya
Hamka banyak memberikan perhatian kepada pemuda termasuk pelajar dan
Mahasiswa. Beliau selalu memberikan bimbingan baik dari kursus-kursus atau
konferensi-konferensi mulai dari tingkat yang paling bawah sampai tingkat
nasional.22
Buya Hamka selalu menekankan dan mendorong serta memberi semangat
kepada anggota Pemuda Muhammadiyah untuk bersungguh-sungguh menuntut
ilmu agar bisa maju dan berkembang, berbakti kepada orang tua, berbakti kepada
agama, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu dorongan yang diberikan Buya
Hamka kepada Pemuda Muhammadiyah ini juga bertujuan agar para pemuda
tersebut menjadi kader-kader agama dan bangsa yang militan. Buya Hamka selalu
menunjukkan betapa hebatnya peranan pemuda, betapa kuat iman mereka seperti
yang telah dibuktikan oleh para pemuda sahabat Nabi Muhammad yang turut
mengembangkan dan mempertahankan Islam serta turut merobah jalannya
sejarah. Buya Hamka juga menyebut bagaimana hebatnya peranan seorang
pemuda Muhammadiyah yang dikenal sebagai bapak TNI yaitu Jenderal
Sudirman.
Buya Hamka banyak mendapat perhatian masyarakat dan mendapat
tempat tersendiri di kalangan pemuda karena cara menyampaikan pidatonya yang
khas dengan bahasa yang baik dan penuh irama.23Dalam perkembangan Pemuda
Muhammadiyah ini, Buya Hamka ikut pela menghadiri Mu’tamar Pemuda
Muhammadiyah di Garut pada tahun 1963, Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah
21 Ibid.,hlm. 140.
22 Lukman Harun, “Prof.Dr.Hamka yang Saya Kenal”. Dalam Buya Hamka (Ed). KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978, hlm. 247.
23 ibid,.
tahun 1966 di GOR Istora Senayan serta Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah
tahun 1975 di Semarang. Buya Hamka betul-betul menghayati dan memahami
aspirasi Pemuda Muhammadiyah dan mau menerima pendapat dan pemikiranpemikiran pemuda, hal itulah yang membuat Buya Hamka disenangi dan
dihormati oleh para pemuda
Peran di Bidang Pendidikan
1.Mendirikan Tabligh School
Pengalaman beberapa tahun dalam menggerakan Muhammadiyah
memunculkan sebuah ide untuk membentuk sebuah kader. Abdullah Kamil
menganjurkan kepada kawan-kawannya pemimpin Muhammadiyah Padang
Panjang supaya membentuk sekolah agar dapat mencetak kader Muhammadiyah.
Usul beliau diterima baik dan pada tahun 1929 berdiri sebuah sekolah bernama
Tabligh School. Buya Hamka diserahi amanat untuk memimpin Tabligh
Schooltersebut.
Guru-guru yang mengajar antara lain Sutan Mansur, Buya Hamka, Sutan
Mangkuto, Abdullah Kamil dan Dt Sinaro Panjang. Mata pelajaran yang diajarkan
antara lain mengenai kepemimpinan dan semangat penyebaran dakwah
Muhammadiyah.Pelajar yang diterima sebagai murid sekurang-kurangnya telah
menempuh sekolah sampai kelas 5 di SumateraThawalib atau sederajat. Pada
masa itu, di Yogyakarta juga berdiri sebuah perguruan yang bernama Tabligh
school. Tujuan didirikan Tabligh Schoolini sama dengan Tabligh School yang ada
di Padang Panjang yaitu kebutuhan akan kader Muhammadiyah. Almarhum Haji
Marzuki Yatim merupakan salah satu murid keluaran Tabligh School Yogyakarta
yang pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam International.
Tabligh School Muhammadiyah Padang Panjang juga telah melahirkan
beberapa kader Muhammadiyah yang cakap yaitu Buya Abdul Malik Ahmad yang
pernah menjabat sebagai wakil ketua 1 Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Buya
Haji Zainul Abidin Syuaib atau yang lebih dikenal dengan Buya ZAS yang pernah
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera
Barat.Sebagai seorang mubaligh dan pemimpin Muhammadiyah pada masa itu,
nama
Buya
Hamka
mulai
terkenal
disamping
pemimpin-pemimpin
Muhammadiyah yang lain. Buya Hamka kerap hadir disetiap adanya Mu’tamar
Muhammadiyah sebagai utusan dari Padang Panjang. Nama Buya Hamka mulai
dikenal di luar daerah Minangkabau dan mulai menjadi perhatian dari pemimpinpemimpin Muhammadiyah di daerah lain.24
Mendirikan Kulliyatul Mubalighin
Awal tahun 1935, Kulliyatul Mubalighin Muhammadiyah Padang Panjang
mulai didirikan. Buya Hamka tidak lagi menggunakan nama Tabligh School untuk
sekolah ini karena isi dan pelajaran di dalamnya memang berbeda. Tujuan
didirikannya Kulliyatul Muballighin ini adalah untuk mencetak kader, dan untuk
mendukung hal tersebut, kemudian disebarkan program dan maklumat
pembukaan Kulliyatul Muballighin ke cabang-cabang Muhammadiyah di
Sumatera Barat. Kulliyatul Mubhalighin juga membuka kesempatan kepada para
pemuda-pemuda tamatan Sumatera Thawallib, Irsyadunnas, Sekolah Diniyah
yang mempunyai kecakapan sederajat untuk mengikuti kulliyah tersebut. Banyak
sekali pemuda yang berasal dari berbagai daerah datang ke Padang Panjang untuk
belajar di Kulliyatul Mubalighin. Guru-guru yang mengajar di Kulliyatul
Mubhalighin antara lain, Buya Hamka, Sutan Mansyur, Abdullah Kamil dan Sutan
Mangkuto.25
Awal pertama Kulliyatul Mubalighin dibuka, pelajar yang datang belum
begitu ramai. Kelas yang dibuka baru 2 kelas yaitu kelas satu dan kelas Tajhizi
atau kelas persiapan. Kelas satu digunakan oleh pelajar keluaran Thawallib atau
Diniyah dan Irsyadunnas. Pelajar Kulliyatul Mubalighin yang pertama yaitu
Abdur Rahim, dia kehilangan ayah dan ibunya sejak kecil dan kemudian diasuh
oleh bibinya. Bibinya berkeinginan untuk mendidik dia lebih baik, tetapi suasana
kehidupan yang sulit tidak memberikan kesempatan padanya. Bibinya pernah
mendengar pengajian dan ceramah Buya Hamka, maka timbullah pikiran dari
bibinya itu untuk menyerahkan Abdur Rahim kepada Buya Hamka. Didorong rasa
24 Agus Hakim, op.cit.,hlm. 52.
25 Mansur Suryanegara, op.cit., hlm. 54
santun serta kewajiban menurut Islam, Abdur Rahim kemudian diterima oleh
Buya Hamka dan Ummi Raham sebagai anak angkat.
Abdur Rahim sudah menamatkan sekolah rendahnya, dan mulailah dia
diajar oleh Buya Hamka tentang bahasa Arab dan Agama. Abdur Rahim
merupakan anak yang tekun dalam belajar, cepat tanggap dan ingatannya pun
kuat. Melihat kecakapan dan kecerdasan otaknya yang seimbang dengan mereka
yang belajar di Thawallib dan Diniyah, maka Abdur Rahim kemudian dimasukkan
ke Kulliyatul Mubalighin sebagai murid yang pertama. Pada waktu Buya Hamka
dan istrinya pindah ke Medan, Abdur Rahim ikut bersamanya. Pelajarannya di
Kulliyatul Mubhalighin hanya sampai akhir tahun pertama. Walaupun begitu
dengan asuhan Buya Hamka, dia sudah berhasil membaca kitab-kitab besar
hingga menjadi alim ulama.
Awal permulaan Kulliyatul Mubalighin, Muhammadiyah belum memberi
tempat yang khusus untuk berkuliah. Pelajaran yang diberikan dua hari sekali,
pertama di pagi hari yaitu di tempat sembahyang didalam asrama Muhammadiyah
dan yang kedua pada malam hari sesudah sholat Isya yang bertempat di Lokal
HIS Muhammadiyah. Mata pelajaran utama yang diberikan pada saat itu adalah
Agama dan Bahasa Arab, yaitu : Tafsir Alquran, Tauhid, Al-Akhlak, Bahasa
Inggris, dan Manthiq. Kitab-kitab yang dipakai yaitu Al-Qur’an, dan Tafsir
Almanar.26 Selain pelajaran-pelajaran tersebut, Buya Hamka juga mengajarkan
mata pelajaran Thabaqatul Umam.27 Pelajaran ini berguna bagi calon da’i atau
kader Mubaligh agar calon mubaligh tersebut mengerti watak, adat istiadat,
kebiasaan, larangan atau pantangan bagi setiap kota atau negara yang akan
didatanginya.
Hampir setahun Kulliyatul Mubalighin berdiri, timbul keinginan dari para
pendiri dan pengasuhnya agar sekolah ini menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Untuk
itu
Buya
Hamka
mengajukan
usul
kepada
sidang
Konferensi
Muhammadiyah Minangkabau agar Kulliyatul Mubalighin bukan hanya menjadi
milik cabang Muhammadiyah Padang Panjang tetapi juga menjadi bagian dari
26 ibid, hal. 56
27 Ethnology yaitu pengetahuan tentang bangsa-bangsa.
Muhammadiyah daerah Minangkabau. Usul Buya Hamka itu kemudian disetujui
oleh Konferensi dan Kulliyatul Mubalighin menjadi milik dan tanggungjawab
Muhammadiyah daerah Minangkabau. Menginjak tahun kedua Kulliyatul
Mubalighin,
mulai
diusahakan
perbaikan-perbaikan
dan
peningkatan
pembelajarannya. Guru-guru yang mengajar antara lain adalah Sutan Mansur, Haji
Rosul, Syekh Daud Rasyidi, Buya Hamka sebagai Direktur, Sutan Mangkuto,
Abdullah Kamil, Dt Sinaro Panjang dll.
Ketika tahun kedua ajaran baru akan dimulai pada 1936, Buya Hamka
hijrah ke kota Medan. Di Medan Buya Hamka menjabat sebagai redaktur majalah
Pedoman Masyarakat. Kepergian Buya Hamka ke Medan menimbulkan
kekecewaan bagi murid dan juga kakak iparnya yaitu Sutan Mansur. Setelah Buya
Hamka meninggalkan Padang Panjang, hubungan pelajar Kulliyatul Mubalighin
dengan Buya Hamka tetap terjaga dengan baik walaupun Buya Hamka tidak lagi
mengajar disana. Buya Hamka memberi kesempatan kepada pelajar Kulliyatul
Mubalighin untuk berlatih dan belajar menambah pengalaman menjadi penulis
untuk mengisi halaman Pedoman Masyarakat.Pada tahun 1945, Buya Hamka
kembali dari Medan ke Padang Panjang. Kedatangan Buya Hamka disambut
hangat oleh sahabat-sahabat dan Sutan Mansur kakak iparnya. Buya Hamka
kembali mengajar di Kulliyatul Mubhalighin sampai tahun 1949.
Murid keluaran Kulliyatul Mubalighin itu antara lain Syamsuddin Ahmad,
Syamsiah Syam dan juga Dr. Zakiyah Derajat yang dulu menjabat sebagai kepala
Direktorat Perguruan Tinggi Agama di Kementerian Agama RI.
1. Biografi Ahmad Dahlan
Beliau dilahirkan di kauman (Yogyakarta) tahun 1868 dan meninggal pada
tanggal 25 Pebruari 1923. Nama kecilnya Muhammad Darwis. Ayahnya bernama.
K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar kraton Yogyakarta.
Ibunya bernama Siti Aminah. Beliau berasal dari keluarga yang didaktis dan alim
dalam ilmu agama. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik sebagai putera kiyai.
Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji AlQur’an, dan kmitab-kitab agama. Menejelang dewasa, ia mempelajari dan
mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama’ besar pada waktu itu.
Diantaranya , K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqih), K.H.Mahfudz dan Syekh
Khayyat Sattokh (ilmu hadis) ,Syekh Amin dan Sayyid Bakri (Qiraat Al-Qur’an).
Dalam usia relatif muda, beliau telah mampu menguasai beberapa disiplin ilmu
keislaman.
Setelah beliau lulus pendidikan dasar di madrasah dalam bidang nahwu,
fiqih dan tafsir di Yogyakarta, beliau pergi ke makkah pada tahun 1890 untuk
menuntut ilmu di sana selama satu tahun. Salah satu gurunya adalah Syekh
Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903, beliau kembali ke makkah dan menetap di
sana selama dua tahun. Sepulang dari makkah beliau berganti nama Haji Ahmad
Dahlan. Kemudian beliau menikah dengan siti Waalidah putri Kyai Penghulu Haji
Fadhil.1
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan
Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
2. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan Islam
Beliau mengatakan, uapaya strategis untuk menyelamatkan umat islam
dari
berpikir
statis
menuju
pemikiran
yang
dinamis
adalah
melalui
1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 327
pendidikan.umat islam dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang
tajan dalam membaca dinamika kehidupan yang akan datang. Adapun kunci bagi
kemajuan umat islam adalah kemabali pada Al-Qur’an dan hadits, mengarahkan
umat islam pada pemahaman ajaran islam yang komprehensif, dan menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Pendidikan
islam
hendaknya
menjadi
media
dan
mampu
mengembangkanal-ruh dan al-akal.hal ini disebabkan di alam ini ada dua dimensi
yaitu dimensi pisika dan metapisika. Manusia adalah integrasi dari dua dimensi
yaitu dimensi ruh dan jasad. Maka aktivitas pendidikan harus mampu
mengembangkan dimensi tersebut. Dan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan
secara langsung sesuai prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadits.Ahmad Dahlan
melihat bahwa problem epistemologi pendidikan islam tradisional disebabkan
karena ideologi ilmiahnya terbatas pada dimensi religius yang membatasi pada
pengkajian kitab-kitab klasik, khususnya dalam madzhab syafi’i. Sikap ilmiah
yang demikian mengakibatkan umat islam tidak mampu menganalisa ilmu
pengetahuan secara kritis sehingga kurag mampu berkompetisi secara preoduktif
dan kreatif terhadap perkembangan peradaban kekinian.
Menurut ahmad Dahlan pendidikan islam hendaknya diarahkan untuk
membentuk manusia muslim yang berbudi pakerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang demi
kemajuan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan ini, hendaknya pendidikan
islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum
maupun
agama,
untuk
mempertajam
intelektualitas
dan
memperkokoh
spiritualitas peserta didik. Upaya ini akan terwujud jika proses pendidikan bersifat
integral dan epistemologi islam hendaknya dijadikn landasan metodologis dalam
kurikulum dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmad Dahlan,
Materi pendidikan adalah pengajaran Al-Qur’an dan hadits, membaca, menulis,
berhitung, ilmu bumi, dan menggambar. Sistem pemdidikan yang diapakai beliau
adalah klasikal, beliau ingin menggabungkan sistem pendidkan belanda dengan
sistem pendiidkan tradisional secara integral.
Materi Al-Qur’an dan hadits yaitu ibadah, persmaan derajat, fungsi
perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian
kebenaran Al-Qur’an dan hadits menurut akal, kerjasama anatara agamakebudayaan keamajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan,,nafsu dan
kehendak, demokratisasi, dan liberalisasi, kebebasan berpikir, dinamika
kehidupan dan peranannya, dan akhlak.
Komitmen ahmad dahlan terhadap pendidikan agama adalah sanagat kuat,
untuk itu beliau masuk orgnasisasi Budi Oetomo pada tahun 1909, untuk
mendapatkan peluang mengajarkan pendidikan agama kepada para anggotanya.
Komitmen terhadap pendidikan selanjutnya menjadi salah satu ciri khas organisasi
yang didirikannya pada tahun 1912 yaitu Muhammadiyah.
Pandangan ahmad dahlan dalam pendidikan juga dapat dilihat dalam
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang
pendidikan muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan
dengan sistem pendidikan gubernemen. Disamping itu , Muhammadiyah
mendirikan sekolah yang agamis yaitu madrasah diniyah di minangkabau untuk
memperbaiki pengajian Al-Qur’an yang tradisional. Pada tanggal 8 Desember
1921, Muhammadiyah mendirikan pondok Muhammadiyah sebagai sekolah
pendidikan guru agama. Dalam sekolah tersebut pelajaran umum diberikan oleh
dua orang guru dari sekolah pendidikan guru (kweekschool), sedangkan ahmad
dahlan dan beberapa orang lainnya memberikan pelajaran agama yang lebih
mendalam.
Muhammadiyah
berhasil melanjutkan model pembaruan pendidikan
dikarenakan lingkungan sosial yang dihadapi adalah terbatas pada pegawai, guru
maupun pedagang. Kelompok ini banyak menguasai perusahaan percetakan yang
secara ekonomis sangat penting di masyarakat. Oleh karena itu, muhammadiyah
dengan model pendidikan barat ditambah dengan pendidikan agama, mendapatkan
hasil yang baik dalam kalangan ini. Diantara sekolah-sekolah yang tertua dan
besar yaitu :
a. Kweekschool Muhammadiyah, di Yogyakarta
b. Mu’allimin Muhammadiyah, di Solo, Yogyakarta dan Jakarta
c. Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta
d. Kulliyah Muballigh/Muballigat di Padangpanjang Sumatera Tengah
e. Tabligh School dan HIK School di Yogyakarta
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa ide-ide pendidikan menurut
Ahmad Dahlan yaitu
a. Pembaruan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren
menjadi sistem sekolah.
b. Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau
madrasah.
c. Perubahan pada metode pengajaran sosrogan menjadi metode yang
bervariasi.
d. Dengan organisasi Muhammadiyah beliau berhasil mengembangkan
lembaga pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.2
Peran ahmad dahlan
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti
gagasan-gagasan pembaharuan Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif
menyebarkan gagasan pembaharuan Islam ke pelosok-pelosok tanah air.Sambil
berdagang batik, KH. Ahmad Dahlan melakukan tabligh dan diskusi keagamaan dan
pada akhirnya atas desakan dari para muridnya pada tahun 1912 M, KH. Ahmad Dahlan
mendirikan perkumpulan Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat berani. Baginya
kebenaran harus tetap dilaksanakan dan ditegakkan, sekalipun harus berhadapan
dengan kekuasaan. Beliau pun patut diberikan penghargaan terhadap ide, jasa, dan
perjuangannya. Hal ini dibuktikan dalam usaha dan jasa-jasanya yang besar:3
a. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut
mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar di Yogyakartamenghadap
ke jurusan Timur dan orang-orang sholat di dalamnyamenghadap ke arah
barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnyamenuju Ka’bah dari tanah Jawa
2 Drs. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1997, hal.206-208
3 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya agung,
1996),hlm 267-268.
haruslah miring ke arah utara +24derajat dari sebelah barat. Berdasarkan
ilmu pengetahuan tentang ilmufalak bahwa orang tidak boleh menghadap
kiblat menuju barat lurus,melainkan harus miring ke utara +24 derajat.
Oleh sebab itu, KH.Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya
sendiri, supayamenuju ke arah kiblat yang betul. Memang perubahan yang
diadakanoleh KH. Ahmad Dahlan itu mendapat tantangan keras dari
pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.
b. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan secara popular,bukan
saja di pesantren, melainkan beliau pergi ke tempat-tempat lainseperti
mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH.
Ahmad Dahlan adalah bapak muballigh Islam di Jawa Tengah.
c. Memberantas
bid’ah,
khurafat
dan
takhayul
yang
bertentangan
denganajaran Islam.
d. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912, yanghidup
dan
tersebar
seluruh
Indonesia
sampai
sekarang.
Pada
permulaanberdirinya Muhammadiyah mendapat halangan dan rintangan
yangsangat hebatnya, bahkan KH. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar
dari mazhab meninggalkan ahli sunnah wal jamaah.4
Pendeknya bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan
kepadanya,tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga
Muhammadiyah menjadi salah satu perkumpulan yang terbesar diIndonesia serta
berjasa kepada rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah dari Taman KanakKanak sampai Sekolah Tinggi. Dalam masalah pemikiran dan perjuangannya
mendakwahkan Islamdi Indonesia, KH. Ahmad Dahlan memang banyak
4 Agama Islam di Indonesia saat itu telah bercampur dengan kepercayaan lain yang
bertentaandengan Islam yang murni. Faham Hinduisme dan animism merongrong semangat
tauhid. KaumMuslimin mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh Islam seperti minta
berkah kepadakburan keramat, meminta tolong kepada kuburan sihir, kepada benda-benda sakti
dan sebagainya. Kepercayaan kepada Tuhan telah dikaburkan dengan syirik. Karena kaum
muslimim telahmengkaurkan tauhid, goyanglah tiang lurus dari agama. Hal inilah menimbulkan
bid’ah(pembaharuan ajaran agama Islam yang menyalahi ajaran yang benar), khurafat (ajaran
yangbukan-bukan), takhayul (kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada, tetapi sebenarnya
tidak ada, misalnya membersihkan dunia Islam dari kepercayaan yang dianggap jahiliyah),
Lihatbukunya Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam
olehPergerakan Muhammadiyah, (Jember : Universitas Muhammadiyah Jember, 1985), hlm 57
mengadopsi pemikirandan perjuangan tokoh-tokoh Islam dari Timur Tengah (Ibnu
Taimiyah,Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha) yang menjadi motivator
daninovator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan.
Dalam perjalanannya, beliau banyak mendapatkan perlawanan dari
pertentangan dari masyarakat. Sebab, apa yang dipergunakan KH. Ahmad Dahlan
dalam mengambil suatu kesimpulan dan hukum pada saat itu dianggap melenceng
dan jauh dari tradisi yang sudah mendarah daging dalam komunitas Indonesia.5
Namun, berkat keuletan serta kerja keras, akhirnya sedikit demisedikit
tantangan dan halangan yang dihadapi KH. Ahmad Dahlan semakin melemah, dan
hingga saat ini sudah tidak terasa lagipengaruhnya. KH. Ahmad Dahlan telah ikut
serta memajukan dan menyejahterakan bangsa dan negara Indonesia. Atas jasa-jasa KH.
Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan
pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.Dasardasar penetapan itu adalah sebagai berikut:6
a. KH. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus
belajardan berbuat.
b. Dengan
organisasi
Muhammadiyah
yang
didirikannya,
telah
banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecedasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat
dengan dasar iman dan Islam.
c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha
sosial
dan
pendidikan
yang
amat
diperlukan
bagi
kebangkitan
dankemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian perempuan Indonesia (Aisyiah) telah
memelopori
kebangkitan
perempuan
Indonesia
untuk mengecap
pendidikan.
5Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi Singkat (1869-1923) , ( Yogyakarta : Garasi,
2009),hlm 43
6 ibid, hal. 44
K. H. Hasyim Asy’ari
1. Biografi
Beliau lahir di desa Nggedang Jombang Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli
1871. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd Wahid Ibn
Abd Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang
dikenal dengan jaka tingkir sultan hadiwijaya ibn Abdullah ibn abd Aziz ibn abd
al-Fattah ibn Maulana Ishaq dari sunan giri.7
Guru pertama beliau adalah ayahnya sendiri yang mendidikny membaca
Al-Qur’an dan literatur islam lainnya. Jenjang pendidikan yang ditempuh beliau
adalah di berbagai pesantern. Pada awalnya, beliau menjadi santri di pesantren
Wonokojo Probolinggo, lalu pindah di langitan, Tuban. Dari langitan pindah ke
bangkalan yang diasuh oleh kyai kholil. Dan terakhir sebelum ke Makkah beliau
sempat nyantri di pesantren siwalan panji, sidoarjo. Pada pesantren terakhir
inilahbeliau diambil menantu oleh Kyai Ya’qub pengasuh pesantren tersebut.8
Sepulang dari Makkah untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmunya
beliau membuka Pesantren Tebuireng pada tanggal 26 Rabi’ul Awwal tahun 1899
M. Pada tahun 1919 beliau mendirikan madrasah Salafiyah sebagai tangga untuk
measuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Pada tahun 1929 beliau
menunjuk K.H. Ilyas menjadi kepala Madrasah Salafiyah, maka di bawah
pimpinan K.H. Ilyas dimasukkan pengaetahun umum ke dalam madrasah yaitu
1. Membaca dan menulis huruf latin
2. Mempelajari bahasa indonesia
3. Mempelajari ilmu bumi dan sejarah indonesia
4. Mempelajari ilmu hitung.9
2. Pemikiran pendidikan.
Diantara karaya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab
adab al-alim wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum
wa ma yataqaff al-muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada
7 Hasyim Asy’ari, Adab Ta’lim wa Muta’allim, Jombang : Turats al Ilamy, 1415 H, hal, 3
8 Ensiklopedi Islam II, Jakarta : PT Ikhtiyar Baru Van Hooeve, 1994, hal.102-103
9 Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992, hal.202-203
tahun 1451 H. Kitab tersebu terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta
keutamaan mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika
seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap pelajaran, etika yang harus
dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru terhadap
murid-muridnya dan etika terhadap buku. Dari 8 bab dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu
a.
Signifikansi pendidikan
Berkaitan dengan pendidikan ,di dalam kitab tersebut beliau banyak
mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan ilmu dan orang yang
berilmu. Dan dalam pembahasan bab pertama dilengkapi dengan berbagai hadits
Nabi dan pendapat berbagai ulama’. Diantara isinya yaitu tentang tujuan ilmu
pengetahuan adalah mengamalkannya, mkasudnya agar ilmu yang dimiliki
menghasilkan manfaat sebagai bekal di kehidupan akhherat, syariat mewajibkan
menuntut ilmu dan memperoleh pahala yang besar, ilmu merupakan sifat yang
menjadikan jelas identitas pemiliknya.,bertauhid itu harus mempunyai iman.
Maka barang siapa beriman maka ia harus bertauhid. Keimanan mewajibkan
adanya syariat, sehingga orang yang tidak menjalankan syariat maka berarti ia
tidak beriman dan bertauhid. Sementara orang yang bersyariat harus beradab.
Dengan demikian beradab berarti ia juga bertauhid, beriman dan bersyariat.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu pertama
bagai murid hendaknya berniat suci, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal
duniawi, jangan melecehkan dan menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam
mengajarkan ilmunya meleuruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata.
Dalam penjelasannya tidak ada definisi khusus tentang belajar. Tetapi yang
menjadi titik tekan pengertian belajar adalah ibadah mencari ridha Allah yang
mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilia islam,
bukan hannya sekedar menghilangkan kebodohan.10
b. Tugas dan tanggung jawab murid
1) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
10 Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002, hal. 100-168.
Etika dalam belajar yaitu membersihkan hati dari keduniawian, membersihkan
niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar. Sabar dan qana’ah,pandai
mengatur waktu,menyederhanakan makan dan minum, bersikap hati-hati (wara’),
menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan dan
kebodohan, menyedikitkan waktu tidur, meninggalkan hal-hal yang kurang
berfaedah.
2) Etika seorang murid terhadap guru
Etika seorang murid terhadap guru yaitu memperhatikan dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru, memilih guru yang wara’ dan profesional, mengikuti
jejak-jejak guru, memuliakan guru, memperhatikan hak guru, bersabar terhadap
kekerasan guru, berkunjung ke rumah guru, duduk dengan rapi dan sopan ketika
berhadapan dengan guru, berbicara dengan sopan dan lemah lembut,
mendengarkan fatwanya, jangn sekali-kali menyela-nyela ketika guru sedang
menjelaskan, menggunakan anggota yang kanan ketika menyerahkan sesuatu
kepadanya.
3) Etika murid terhadap pelajaran
Etika murid terhadap pelajaran yaitu memperhatikan ilmu yang fardhu
‘ain, mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardhu ‘ain, berhati-hati dalam
menanggapi ikhtilaf ulama’, mendiskusikan dan menyetorkan hasilnya kepada
orang yang dipercaya, menganlisa dan menyimak ilmu, mempunyai cita-cita
tinggi, bergaul dengan orang yang ilmu lebih tinggi, ucapkan salam ketika sampai
di majlis ta’lim, hendaklah bertanya jika belum paham,, jangan mendahukui
antrian, selalu membawa catatan, pelajari pelajaran yang telah diberikan, sealalu
semanagat dalam belajar.
c.
Tugas dan tanggung jawab guru
1) Etika seorang guru
Etika yang harus dimiliki seorang guru antara lain : selalu mendekatkan diri
kepada Allah, takut kepada Allah, bersikap tenang, wara’, khusu’, mengadukan
persoalan kepada Allah, tidak menggunakan untuk meraih keduniawian semata,
zuhud, menghindari hal-hal yang rendah, menghindari tempat-tempat yang kotor
dan tempat ma’siyat, mengamalkan sunnah Nabi, bersikap ramah, ceria, suka
menebarkan salam, semangat menambah ilmu pengetahuan, tidak sombong,
membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.
2) Etika guru dalam mengajar
Etika guru ketika mengajar yaitu mensucikan diri dari hadts dan kotoran,
berpakaian rapi, sopan dan berbau wangi, berniat ibadah, menyampaikan perintah
allah, selalu membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, mengucapkan salam
ketika masuk kelas, berdo’a dahulu sebelum memulai pelajaran, berpenampilan
yang kalem, menjauhkan diri dari banyak bergurau dan tertawa, jangan mengajar
ketikakondisi marah, lapar, dan mengantuk, mengambil tempat duduk yang
strategis, mendahukukan materi yang penting, menciptakan ketenangan dalam
belajar, dan memberikan kesempatan bertanya jika ada yang belum jelas atau
belum paham.
3) Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Etika terhadap pelajaran yaitu berusaha memiliki buku yang diajarkan, merelakan
dan mengizinkan apabila ada teman yang pinjam, meletakkan buku pelajaran di
tempat yang terhormat, memeriksa dahulu ketika membeli atau meminjam buku, ,
bila menyalin buku pelajaran syari’ah
hendaknya bersuci dahulu dan
mengawalinya dengan basmalah.
F. Prof. Dr. Mahmud Yunus
1. Biografi
Mahmud Yunus lahir di Batusangkar, Sumatra Barat pada tanggal 10
Pebruari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Beliau termasuk tokoh
pendidikan islam indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan
agama ke sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).
2. Usaha dan Pemikiran Pendidikan
Usaha yang dilakukan Mahmud Yunus di bidang pendidikan setelah
kembali ke indonesia yaitu memperbaruai madrasah yang pernah dipimpinnya di
sungayang yang bernama al-Jami’ah al-Islamiyah, dengan mendirikan sekolah
yang kurikulumnya memadukan ilmu agama dan ilmu umum yaitu Normal Islam.
Madrasah ini yang pertama kali memiliki Laboratorium ilmu fisika dan kimia di
Sumatra Barat. Pembaruan di diutamakan pada metode mengajar bahasa arab.
Mahmud Yunus memilki komitmen dan perhatian yang besar terhadap
upaya membangun, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama islam,
Diantara gagasan dan pemikirannya adalah :
a.
Dari segi tujuan pendidikan islam, hendaknya lulusan pendidikan islam
mutunya lebih baik dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah yang sudah
maju.
b.
Dari segi kurikulum,beliau menawarkan pengajaran bahasa arab yang
integrated antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam ilmu bahasa arab.
c.
Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang bercorak individual
kepada sistem pengajaran klasikal.
d.
Dari segi metode pengajaran, hendaknya cara mengajarkan agama sesuai
dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan dengan menggunakan metode yang
bervariasi.
Peran Buya Hamka
Aktivitas Buya Hamka dalam Bidang Dakwah
Muhammadiyah mempunyai satu tugas yaitu dakwah amar ma’ruf nahi
munkar yang dilaksanakan dengan jalur-jalur tabligh, pendidikan, pembinaan
atau penyantunan kesejahteraan sosial dan sebagainya. Semua amal usaha
Muhammadiyah adalah dalam rangka dakwah Islam yang mencakup pelaksanaan
pembangunan nasional terutama dalam sektor keagamaan, pendidikan, sosial dan
kesehatan.11
Buya Hamka dilahirkan dari keluarga yang cinta Agama dan memiliki
kemampuan mendakwahkan. Hal ini menyebabkan Buya Hamka kecil ingin
keluar dari pagar daerah kelahirannya dan menimba ilmu dari tokoh ulama yang
dijumpainya. Ilmu yang diterima kemudian diserapnya dan diteruskan melalui
dakwah lisan dan tulisan. Melalui dua media komunikasi ini, Buya Hamka
11 Prodjokusumo, Muhammadiyah Membangun dan Berdakwah dahulu, Sekarang dan Masa
Datang. Jakarta: Yayasan Amal Bakti Masyarakat, 1990,hlm. 40-41.
kemudian dikenal oleh bangsanya sebagai sastrawan, budayawan, ulama dan
sejarawan.12
Banyak cara yangdilakukan Buya Hamka dalam melakukan dakwah atau
fatwanya, bukan melalui pantun ataupun syair ciptaannya tetapi dengan
menimbulkan gelak tawa orang yang mendengarnya. Dakwah atau fatwa
disampaikannya pada saat berpidato dihadapan banyak orang maupun secara
perorangan pada anak-anaknya serta pada tamu yang sengaja datang untuk
meminta fatwa.13
Khotbah-khotbahnya
didengar
oleh
kaum
muslimin
yang
sering
mendengarkan kuliah-kuliah subuhnya melalui radio. Selain mengisi kegiatan
khotbah diradio, Buya Hamka juga terkadang hadir dalam seminar-seminar ilmiah
terutama yang berkaitan erat dengan agama dan sejarah baik sebagai peserta
maupun sebagai pengkhotbah.Buya Hamka pernah memaksa anak-anaknya untuk
melakukan sholat dan mengaji, karena sejak kecil mereka sudah diajari untuk
bangun pagi dan melakukan sholat shubuh.Buya Hamka mengetuk pintu kamar
anak-anaknya dan memanggil anak sulungnya yaitu Zaky, Rusydi dan kemudian
Fakhri. Buya Hamka tidak akan berhenti mengetuk pintu sebelum anak-anaknya
benar-benar bangun danmelaksanakan ibadah sholat shubuh. Apabila ada anakanaknya yang berpura-pura sakit, Buya Hamka pura-pura menaruh perhatian
dengan memegang kepala anaknya dan kemudian menyuruh agar mengambil air
wudhu. Hal ini dilakukan Buya Hamka agar anak-anaknya melaksanakan sholat
karena sholat merupakan kewajiban sebagai umat Islam.14
Pada awal tahun 1950-an, Buya Hamka telah menjadi salah satu tokoh
Muhammadiyah Nasional karena pada kongres ke 32 di Purwokerto terpilih
menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aktivitas non-politis inilah
yang kemudian mendorong Buya Hamka untuk menetap di Kebayoran Baru
karena pada tahun 1950-1952, Dr. Syamsudin yang pada saat itu menjabat sebagai
Menteri Sosial mendirikan Yayasan Nurul Islam. Buya Hamka kemudian
12 Mansur Suryanegara, “Prof.Dr.Hamka Sejarawan dan Pelaku Sejarah”. Dalam Buya Hamka
(Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978,hlm.135.
13 Rusydi, op.cit., hlm. 77
14 ibid
dihubungi untuk mengelola yayasan ini.Proyek inilah yang kemudian melahirkan
Masjid Al-Azhar15 yang sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan dakwah di
Jakarta.Penduduk asli Betawi sebenarnya kurang senang dengan berdirinya mesjid
modern dan imamnya yang merupakan orang Padang, sedangkan orang-orang
gedongan masih merasa segan untuk datang ke mesjid tersebut.Tetapi satu dua
orang gedongan yang datang menginginkan agar mesjid ini bisa lebih modern
lagi. Semakin hari, jamaah mesjid Al-Azhar ini bertambah banyak. Orang-orang
betawi yang tadinya curiga melihat orang-orang gedongan mulai bisa bergaul di
mesjid dan mendengar pengajian-pengajian yang Buya Hamka berikan. Suasana
kekeluargaan antara para jamaah pun terjalin sangat erat.Secara berangsur-angsur
Buya Hamka mengumpulkan jamaah masjid yang sebagian besar merupakan
tukang becak dan kuli-kuli bangunan yang bekerja di masjid tersebut. Lama
kelamaan jumlah jamaah yang datang semakin banyak. Selain tukang becak dan
kuli bangunan, para pedagang pasar pun tertarik untuk datang kemasjid, terutama
karena mereka mendengar pengajian tersebut diadakan oleh Buya Hamka.
Kegiatan yang dilakukan Buya Hamka ini mendapat perhatian dari orangorang terkemuka antara lain Jenderal Sudirman yang merupakan Komandan
Seskoad Bandung dan Kolonel Muchlas Rowi yang juga menjabat sebagai Kepala
Pusroh Islam Angkatan Darat di Jakarta.Sekitar bulan Juli tahun 1961, Jenderal
Sudirman mengajak Buya Hamka untuk mendirikan sebuah perpustakaan Islam di
komplek Masjid Al-Azhar tersebut. Usul mendirikan perpustakaan tersebut
diterima dengan senang hati oleh Buya Hamka. Peresmian pendirian Yayasan
Perpustakaan Islam Pusat tersebut dihadiri oleh banyak undangan. Pengguntingan
pita dilakukan oleh ibu Fatmawati.Selain ibu Fatmawati, hadir pula Jenderal A.H.
Nasution dan Ruslan Abdul Ghani yang mencatatkan diri sebagai anggota
perpustakaan itu.16
15 Masjid Agung Al-Azhar adalah masjid yang paling banyak pengaruhnya di tanah air. Masjid
ini terletak di tengah kota Kebayoran Baru yaitu kota satelit Jakarta yang paling modern. Masjid
ini menjadi pelopor dalam berbagai macam kegiatan, seperti penggunaan pengeras suara untuk
azan dan pengajian Al-Quran.Masjid Agung Al-Azhar dengan Buya Hamka mempunyai peranan
yang sangat menonjol karena berhasil menarik jamaah dari kalangan sosial-kultural.Lihat
:Nurcholish Madjid,“Buya Hamka, Profil Seorang Ulama berjiwa Independen”. Dalam Buya
Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1978,hlm.242.
16 ibid, hal 165
Dalam kegiatan dakwah yang dilakukannya, Buya Hamka mengatakan
tujuan yang akan ditempuhnya yaitu dengan membina umat Islam dan
meningkatkan dakwah Islam. Bentuk-bentuk kegiatan dakwah mulai terlihat
ketika perayaan Maulid nabi Muhammad SAW dikomplek Masjid yang dilakukan
oleh HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) dibawah pimpinan Mayor M.Yunan
Helmi Nasution.Bentuk dakwah ini dilakukan dengan suatu pementasan arena
terbuka. Cerita pementasan tersebut mengangkat kisah serbuan pasukan gajah ke
kota Mekkah yang akhirnya mampu dilumpuhkan oleh burung Ababil. Pesan yang
dapat diambil dari kisah tersebut adalah bahwa betapapun kuat dan berkuasanya
seseorang, Tuhan dengan malaikat-malaikatnya pasti akan menghancurkannya.
Dakwah yang dilakukan oleh Buya Hamka di mesjid Al-Azhar mulai
mendapatkan perhatian dari daerah dan kota lain. Banyak bermunculan
organisasi-organisasi dakwah diberbagai daerah-daerah. Buya Hamka juga pernah
diundang untuk menghadiri seminar dakwah di Surabaya yang diadakan oleh
organisasi-organisasi Islam setempat pada tanggal 23 Februari 1962. Seminar
dakwah di Surabaya tersebut ditulisnya dalam majalah Gema Islam 17 dengan
disertai ajakan agar umat Islam mengumandangkan dakwah Islam. Rosihan
Anwar pernah menulis dalam buku Kenang-Kenangan 70 tahun
Buya Hamka : “ Jasa Hamka dengan penerbitan Gema Islam itu menurut hemat
saya ialah mengumandangkan dengan santer da’wah Islamiyah. Ia melihat
kedudukan Umat Islam di masa itu terjepit dan terdesak “.18
Selain mengadakan acara dakwah di mesjid Al-Azhar Jakarta, Buya
Hamka lebih senang memenuhi permintaan dakwah dari jamaah dari kalangan
rakyat biasa. Cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi pernah mengundangnya
17 Gema Islam berdiri pada tahun 1962, merupakan majalah pengetahuan dan kebudayaan
Islam.Pemimpin umumnya pada waktu itu adalah Mayor Jenderal sudirman, penanggungjawabnya
adalah Kolonel M.Rowi, pimpinan redaksi Rusydi Hamka. Para pembantu nya antara lain : Dr.
Hamka, K.H. Fakih usman, Jusuf Abdullah Puar, Sidi Gazalba, Abubakar Atceh, Osman Raliby,
Abdullah sjahrir, Bahrum Rangkuti, Aisjah Aminy, Barorah Baried, Ny. Mahmudah Mawardi dan
H.Musaffa Basjir.Gema Islam berusaha untuk memanggil umat Islam untuk merapatkan
barisannya.Para penulis dan pengarang seperti Buya Hamka menyumbangkan tulisan untuk Gema
Islam dengan tujuan memelihara dan mempertahankan identitas umat Islam. Lihat Rosihan
Anwar,“Hamka dan Gema Islam dan Kumandang Da’wah.” Dalam Buya Hamka (Ed). KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978,hlm.155.
18 Rosihan Anwar,ibid., hlm. 156.
untuk berdakwah dan mengaji di beberapa mesjid-mesjid kecil selama seminggu.
Selain menghadiri undangan dakwah cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi,
Buya Hamka juga datang menghadiri undangan warga Sulawesi Selatan dan
Ternate yang ingin mendengarkan kuliah subuh darinya.
Sahabat Buya Hamka seperti Pak Hasyim pernah meminta agar anakanaknya mencegah agar Buya Hamka tidak memenuhi permintaan peresmian
mesjid di Garageh dan Bukittinggi pada tahun 1980 dikarenakan faktor usia Buya
Hamka saat itu. Tetapi Buya Hamka berkata : “ Puas hati saya bertemu dengan
orang-orang desa yang jauh itu. Mereka benar-benar ikhlas menerima dan
mendengar pengajian saya. Saya percaya da’wah saya akan menjadi amalan
mereka “.19
Selain melakukan dakwah secara lisan, Buya Hamka juga melakukan
dakwah melaluitulisan. Dakwahnya ini ditulis dalam karya sastra yang dibuatnya.
Lewat tokoh-tokoh dalam karya sastranya, Buya Hamka berdakwah dengan
menampilkan ajaran-ajaran Islam mengenai akidah, ibadah, mu’amalah, akhlak,
filsafat dan sejarah.20
Dalam bukunya yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah, lewat tokoh
utamanya yang bernama Hamid, Buya Hamka mengemukakan hal-hal seputar
ibadah Haji, menggambarkan betapa damainya orang beribadah di bawah
lindungan Ka’bah, serta Tanah Suci Mekah yang membuat hati damai dan
tenteram. Zainuddin sebagai tokoh utama dalam buku karangannya yang berjudul
Karamnya Kapal Van Der Wijk, Buya Hamka menampilkan adat bangsa Indonesia
sehingga terasa adat-adat bangsa Indonesia dengan ajaran-ajaran Islam.
Selain itu, percakapan-percakapan yang ada dalam buku tersebut juga
melukiskan betapa tingginya ajaran-ajaran Islam. Secara keseluruhan, buku ini
menggambarkan makna dari Islam itu sendiri.Lewat tokoh-tokoh utama dalam
karyanya yang berjudul Dari Lembah Penghidupan, Buya Hamka juga
menampilkan berbagai ajaran Islam terutama mengenai akhlak dan tata cara
kehidupan sosial menurut Islam. Dari karyanya ini, dapat disimpulkan bahwa
19 Rusydi.Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka.Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, hlm.105.
20 Hamka, Perjalanan Terakhir Buya Hamka. Jakarta: Panji Masyarakat, 1981, hlm. 139.
Islam mengajarkan kesabaran, tolong-menolong, cinta kasih kepada sesama
manusia dan sayang kepada orang yang tidak mampu. Dalam karyanya ini Buya
Hamka menjelaskan bahwa Islam membenci permusuhan, pertengkaran,
penindasan, pemerasan.21
Selain itu, Buya Hamka juga selalu mengikuti dari dekat perkembangan
Pemuda Muhammadiyah. Buya Hamka selalu memberikan saran-saran, dorongan
dan semangat yang berguna bagi perkembangan Pemuda Muhammadiyah. Buya
Hamka banyak memberikan perhatian kepada pemuda termasuk pelajar dan
Mahasiswa. Beliau selalu memberikan bimbingan baik dari kursus-kursus atau
konferensi-konferensi mulai dari tingkat yang paling bawah sampai tingkat
nasional.22
Buya Hamka selalu menekankan dan mendorong serta memberi semangat
kepada anggota Pemuda Muhammadiyah untuk bersungguh-sungguh menuntut
ilmu agar bisa maju dan berkembang, berbakti kepada orang tua, berbakti kepada
agama, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu dorongan yang diberikan Buya
Hamka kepada Pemuda Muhammadiyah ini juga bertujuan agar para pemuda
tersebut menjadi kader-kader agama dan bangsa yang militan. Buya Hamka selalu
menunjukkan betapa hebatnya peranan pemuda, betapa kuat iman mereka seperti
yang telah dibuktikan oleh para pemuda sahabat Nabi Muhammad yang turut
mengembangkan dan mempertahankan Islam serta turut merobah jalannya
sejarah. Buya Hamka juga menyebut bagaimana hebatnya peranan seorang
pemuda Muhammadiyah yang dikenal sebagai bapak TNI yaitu Jenderal
Sudirman.
Buya Hamka banyak mendapat perhatian masyarakat dan mendapat
tempat tersendiri di kalangan pemuda karena cara menyampaikan pidatonya yang
khas dengan bahasa yang baik dan penuh irama.23Dalam perkembangan Pemuda
Muhammadiyah ini, Buya Hamka ikut pela menghadiri Mu’tamar Pemuda
Muhammadiyah di Garut pada tahun 1963, Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah
21 Ibid.,hlm. 140.
22 Lukman Harun, “Prof.Dr.Hamka yang Saya Kenal”. Dalam Buya Hamka (Ed). KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978, hlm. 247.
23 ibid,.
tahun 1966 di GOR Istora Senayan serta Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah
tahun 1975 di Semarang. Buya Hamka betul-betul menghayati dan memahami
aspirasi Pemuda Muhammadiyah dan mau menerima pendapat dan pemikiranpemikiran pemuda, hal itulah yang membuat Buya Hamka disenangi dan
dihormati oleh para pemuda
Peran di Bidang Pendidikan
1.Mendirikan Tabligh School
Pengalaman beberapa tahun dalam menggerakan Muhammadiyah
memunculkan sebuah ide untuk membentuk sebuah kader. Abdullah Kamil
menganjurkan kepada kawan-kawannya pemimpin Muhammadiyah Padang
Panjang supaya membentuk sekolah agar dapat mencetak kader Muhammadiyah.
Usul beliau diterima baik dan pada tahun 1929 berdiri sebuah sekolah bernama
Tabligh School. Buya Hamka diserahi amanat untuk memimpin Tabligh
Schooltersebut.
Guru-guru yang mengajar antara lain Sutan Mansur, Buya Hamka, Sutan
Mangkuto, Abdullah Kamil dan Dt Sinaro Panjang. Mata pelajaran yang diajarkan
antara lain mengenai kepemimpinan dan semangat penyebaran dakwah
Muhammadiyah.Pelajar yang diterima sebagai murid sekurang-kurangnya telah
menempuh sekolah sampai kelas 5 di SumateraThawalib atau sederajat. Pada
masa itu, di Yogyakarta juga berdiri sebuah perguruan yang bernama Tabligh
school. Tujuan didirikan Tabligh Schoolini sama dengan Tabligh School yang ada
di Padang Panjang yaitu kebutuhan akan kader Muhammadiyah. Almarhum Haji
Marzuki Yatim merupakan salah satu murid keluaran Tabligh School Yogyakarta
yang pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam International.
Tabligh School Muhammadiyah Padang Panjang juga telah melahirkan
beberapa kader Muhammadiyah yang cakap yaitu Buya Abdul Malik Ahmad yang
pernah menjabat sebagai wakil ketua 1 Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Buya
Haji Zainul Abidin Syuaib atau yang lebih dikenal dengan Buya ZAS yang pernah
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera
Barat.Sebagai seorang mubaligh dan pemimpin Muhammadiyah pada masa itu,
nama
Buya
Hamka
mulai
terkenal
disamping
pemimpin-pemimpin
Muhammadiyah yang lain. Buya Hamka kerap hadir disetiap adanya Mu’tamar
Muhammadiyah sebagai utusan dari Padang Panjang. Nama Buya Hamka mulai
dikenal di luar daerah Minangkabau dan mulai menjadi perhatian dari pemimpinpemimpin Muhammadiyah di daerah lain.24
Mendirikan Kulliyatul Mubalighin
Awal tahun 1935, Kulliyatul Mubalighin Muhammadiyah Padang Panjang
mulai didirikan. Buya Hamka tidak lagi menggunakan nama Tabligh School untuk
sekolah ini karena isi dan pelajaran di dalamnya memang berbeda. Tujuan
didirikannya Kulliyatul Muballighin ini adalah untuk mencetak kader, dan untuk
mendukung hal tersebut, kemudian disebarkan program dan maklumat
pembukaan Kulliyatul Muballighin ke cabang-cabang Muhammadiyah di
Sumatera Barat. Kulliyatul Mubhalighin juga membuka kesempatan kepada para
pemuda-pemuda tamatan Sumatera Thawallib, Irsyadunnas, Sekolah Diniyah
yang mempunyai kecakapan sederajat untuk mengikuti kulliyah tersebut. Banyak
sekali pemuda yang berasal dari berbagai daerah datang ke Padang Panjang untuk
belajar di Kulliyatul Mubalighin. Guru-guru yang mengajar di Kulliyatul
Mubhalighin antara lain, Buya Hamka, Sutan Mansyur, Abdullah Kamil dan Sutan
Mangkuto.25
Awal pertama Kulliyatul Mubalighin dibuka, pelajar yang datang belum
begitu ramai. Kelas yang dibuka baru 2 kelas yaitu kelas satu dan kelas Tajhizi
atau kelas persiapan. Kelas satu digunakan oleh pelajar keluaran Thawallib atau
Diniyah dan Irsyadunnas. Pelajar Kulliyatul Mubalighin yang pertama yaitu
Abdur Rahim, dia kehilangan ayah dan ibunya sejak kecil dan kemudian diasuh
oleh bibinya. Bibinya berkeinginan untuk mendidik dia lebih baik, tetapi suasana
kehidupan yang sulit tidak memberikan kesempatan padanya. Bibinya pernah
mendengar pengajian dan ceramah Buya Hamka, maka timbullah pikiran dari
bibinya itu untuk menyerahkan Abdur Rahim kepada Buya Hamka. Didorong rasa
24 Agus Hakim, op.cit.,hlm. 52.
25 Mansur Suryanegara, op.cit., hlm. 54
santun serta kewajiban menurut Islam, Abdur Rahim kemudian diterima oleh
Buya Hamka dan Ummi Raham sebagai anak angkat.
Abdur Rahim sudah menamatkan sekolah rendahnya, dan mulailah dia
diajar oleh Buya Hamka tentang bahasa Arab dan Agama. Abdur Rahim
merupakan anak yang tekun dalam belajar, cepat tanggap dan ingatannya pun
kuat. Melihat kecakapan dan kecerdasan otaknya yang seimbang dengan mereka
yang belajar di Thawallib dan Diniyah, maka Abdur Rahim kemudian dimasukkan
ke Kulliyatul Mubalighin sebagai murid yang pertama. Pada waktu Buya Hamka
dan istrinya pindah ke Medan, Abdur Rahim ikut bersamanya. Pelajarannya di
Kulliyatul Mubhalighin hanya sampai akhir tahun pertama. Walaupun begitu
dengan asuhan Buya Hamka, dia sudah berhasil membaca kitab-kitab besar
hingga menjadi alim ulama.
Awal permulaan Kulliyatul Mubalighin, Muhammadiyah belum memberi
tempat yang khusus untuk berkuliah. Pelajaran yang diberikan dua hari sekali,
pertama di pagi hari yaitu di tempat sembahyang didalam asrama Muhammadiyah
dan yang kedua pada malam hari sesudah sholat Isya yang bertempat di Lokal
HIS Muhammadiyah. Mata pelajaran utama yang diberikan pada saat itu adalah
Agama dan Bahasa Arab, yaitu : Tafsir Alquran, Tauhid, Al-Akhlak, Bahasa
Inggris, dan Manthiq. Kitab-kitab yang dipakai yaitu Al-Qur’an, dan Tafsir
Almanar.26 Selain pelajaran-pelajaran tersebut, Buya Hamka juga mengajarkan
mata pelajaran Thabaqatul Umam.27 Pelajaran ini berguna bagi calon da’i atau
kader Mubaligh agar calon mubaligh tersebut mengerti watak, adat istiadat,
kebiasaan, larangan atau pantangan bagi setiap kota atau negara yang akan
didatanginya.
Hampir setahun Kulliyatul Mubalighin berdiri, timbul keinginan dari para
pendiri dan pengasuhnya agar sekolah ini menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Untuk
itu
Buya
Hamka
mengajukan
usul
kepada
sidang
Konferensi
Muhammadiyah Minangkabau agar Kulliyatul Mubalighin bukan hanya menjadi
milik cabang Muhammadiyah Padang Panjang tetapi juga menjadi bagian dari
26 ibid, hal. 56
27 Ethnology yaitu pengetahuan tentang bangsa-bangsa.
Muhammadiyah daerah Minangkabau. Usul Buya Hamka itu kemudian disetujui
oleh Konferensi dan Kulliyatul Mubalighin menjadi milik dan tanggungjawab
Muhammadiyah daerah Minangkabau. Menginjak tahun kedua Kulliyatul
Mubalighin,
mulai
diusahakan
perbaikan-perbaikan
dan
peningkatan
pembelajarannya. Guru-guru yang mengajar antara lain adalah Sutan Mansur, Haji
Rosul, Syekh Daud Rasyidi, Buya Hamka sebagai Direktur, Sutan Mangkuto,
Abdullah Kamil, Dt Sinaro Panjang dll.
Ketika tahun kedua ajaran baru akan dimulai pada 1936, Buya Hamka
hijrah ke kota Medan. Di Medan Buya Hamka menjabat sebagai redaktur majalah
Pedoman Masyarakat. Kepergian Buya Hamka ke Medan menimbulkan
kekecewaan bagi murid dan juga kakak iparnya yaitu Sutan Mansur. Setelah Buya
Hamka meninggalkan Padang Panjang, hubungan pelajar Kulliyatul Mubalighin
dengan Buya Hamka tetap terjaga dengan baik walaupun Buya Hamka tidak lagi
mengajar disana. Buya Hamka memberi kesempatan kepada pelajar Kulliyatul
Mubalighin untuk berlatih dan belajar menambah pengalaman menjadi penulis
untuk mengisi halaman Pedoman Masyarakat.Pada tahun 1945, Buya Hamka
kembali dari Medan ke Padang Panjang. Kedatangan Buya Hamka disambut
hangat oleh sahabat-sahabat dan Sutan Mansur kakak iparnya. Buya Hamka
kembali mengajar di Kulliyatul Mubhalighin sampai tahun 1949.
Murid keluaran Kulliyatul Mubalighin itu antara lain Syamsuddin Ahmad,
Syamsiah Syam dan juga Dr. Zakiyah Derajat yang dulu menjabat sebagai kepala
Direktorat Perguruan Tinggi Agama di Kementerian Agama RI.