MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAM
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari empat komponen yaitu
mineral 45 %, air 25 %, udara 25 %, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang
pertanian ilmu tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui, karena tanah
merupakan salah satu komponen kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan.
Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai
tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat hidup organisme tanah.
Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi
tanah baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya interaksi antara tanah dan
tumbuhan, dimana tanah menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan
tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara
makro dan mikro, air, udara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang berperan
penting dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari
memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti Pedologi,
yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah, mengenai
pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan
kimia), dan klasifikasi tanah. Edaphologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan
air, tanah, dan tanaman mengenai sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Teh (Camelia sinensis) merupakan komoditas tanaman perkebunan yang
dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi menjadi minuman. Indonesia merupakan
salah satu negara yang mengandalkan beberapa komoditas perkebunan yang salah
satunya adalah teh. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sudah
dikembangkan di indonesia sebagai negara tropis dan telah menembus pasaran
internasional, teh di ekspor keberbagai negara besar eropa seperti jerman. Teh
selama ini telah mampu memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa
negara, sebagai salah satu sasaran utama yang ingin dicapai dalam sektor
komoditas non-migas. Produksi dan pengembangan komoditas teh merupakan
salah satu core businnes suatu perkebunan. Pengembangan produk unggulan terus
dilakukan seiring dengan upaya pemerintah untuk terus mendorong penguatan
perekonomian nasional. Dengan adanya peningkatan dan upaya menjaga kualitas
teh tetap baik dengan pengembangan komoditas teh yang unggul merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya saing perekonomian.
Teh merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari daerah sub tropis
diduga berasal dari pegunungan Himalaya. Tanaman teh dapat tumbuh baik bila
ditanam di dataran tinggi baik daerah tropis maupun sub tropis pada ketinggian
800 – 1200 Mdpal. Tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah tanah yang subur
dengan kemasaman tanah 4,5 – 6,0. Tanah yang baik untuk pertanaman teh yaitu
tanah andisol, yaitu tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu
volkan dari letusan gunung berapi, batuapung, sinder, lava, dan sebagainya.
Permasalahan dalam pengembangan teh pada daerah tropis merupakan salah satu
hal yang perlu diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa sifat tanah (fisik,
kimia, dan biologi).
1. Kondisi cuaca
Terhambatnya kegiatan produksi, seringkali disebabkan oleh cuaca hujan.
Jika hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara
ptimal, khususnya pada pemetikan pucuk teh segar dilapangan. Hasil dari
pemetikan the tersebut akan mengandung banyak air yang meneybabkan selisih
timbangan dilapangan dan di pabrik.
2. Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang tidak mendukung seringkali menjadi penyebab dalam
produktivitas teh yang berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi
pucuk dan the basah yang pada akhirnya berdampak pada teh jadi yang dihasilkan.
Namun pada dasarnya faktor produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:
1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat dirubah dengan segera untuk
memenuhi faktor-faktor produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya : tanah,
gedung mesin dan sebagainya.
2. Variable Input yaitu faktor-faktor produksi yang dapat dirubah dengan segera
sesuai dengan perubahn produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: bahan
mentah, tenaga kerja, dan lain-lain.
Selain itu pengaruh terhadap produksi teh di daerah tropika yaitu
mengenai lahan (tanah) terutama ditinjau dari sudut luas lahan dan tingkat
kesuburannya. Namun pada umumnya lahan untuk perkebunan teh baik di pulau
jawa atau sumatera kondisi tanah nya sudah mendukung baik dari segi kesuburan
maupun luas lahannya. Mungkin lahan di daerah pulau jawa lebih subur dibanding
pulau sumatera karena pulau jawa terdapat banyak pegunungan dan gunung
berapai, dimana tanah yang baik untuk komoditas teh adalah tanah andisol yaitu
tanah yang berasal dari letusan gunung berapi dari abu vulkanik. Selanjutnya
faktor pemberian pupuk juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua faktor
produksi yang telah disebutkan diatas. Pemupukan pada dasarnya dilakukan untuk
meningkatkan kandungan unsur hara mikro dan makro dalam tanah untuk
meningkatkan produksi tanaman, karena pupuk dianggap sebagai nutrisi bagi
tanaman sehingga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk
secara tepat dan teratur akan dapat meningkatkan hasil produksi baik secara
kualitas maupun kuantitasnya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah produksi tanaman teh pada iklim tropis
2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap produksi tanaman teh.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman teh
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Theales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis (L.)O.K
Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang selalu berdaun
hijau. Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan teh adalah keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh tidak tahan
terhadap kekeringan, yang dapat mengakibatkan produksi dan produktivitas
tanaman teh menurun. Menurut tanaman Rahman et al (2010), klon jenis asam
yang kebanyakan tanaman di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang
tinggi akan tetapi tidak toleran terhadap cuaca ekstrim. Kondisi ini dapat
diantisipasi dengan melakukan seleksi klon klon teh yang tahan terhadap cekaman
kekeringan sehingga adanya perubahan iklim global tidak berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman teh.
2.2 Tekstur Tanah
Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan
massa tanah yang ada. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)
bagian yaitu butiran padat (solid), bagian air (water) dan bagian udara (air).
Keberadaan materi air dan udara biasanya menempati pada ruangan antara butiran
atau pori pada massa tanah tersebut. Berat tanah memiliki hubungan yang erat
dengan volume tanah dalam tiga fase yang dipisahkan yaitu berupa butiran padat,
air dan udara (Das, 1998).
Tekstur tanah adalah perbandingan relative antara tiga golongan fraksi
tanah, yaitu pasir, debu, dan lempung. Fraksi tanah dikelompokkan berdasarkan
ukuran tertentu yang dapat berupa tanah kasar ataupun tanah yang halus. Pola
sebaran tanah pada masing-masing horizon memberikan ciri yang tidak sama
yaitu semakin dalam jeluk maka tekstur tanah yang dihasilkan akan semaikn halus
(Rajamuddin, 2009).
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (diameter 2,00 0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm) dan liat (70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan
penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak
sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 derajat C pertumbuhan
tanaman teh akan terlambat. Pada ketinggian 400 – 800 mdpal kebun-kebun teh
memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa
sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak
perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus
diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun
rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada
penyebaran hama dan penyakit.
Persaingan perdagangan teh di pasar dunia merupakan tantangan bagi
Indonesia untuk meningkatkan produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya.
Produksi teh di Indonesia ditinjau dari sentra produksi teh yang hampir menyebar
ke berbagai daerah, yaitu pulau jawa, dan pulau sumatera. Daerah Lumajang
merupakan salah satu daerah dipulau jawatimur yang mengusahakan tanaman teh.
Laju pertumbuhan areal penanaman setiap tahun dari tahun 1984-1989 mencapai
3,2%. Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah terhadap usaha pengembangan,
pembudayaan dan perluasan terhadap usaha tanaman teh hingga keberbagai
daerah lain ( Nazzarudin et al., 1996). Luas lahan perkebunan teh yang semakin
berkurang bukan menjadi penghambat untuk meningkatkan produksi teh. Dalam
usaha pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh akan selalu
dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat membatasi, antara lain serangan hama dan
patogen. Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah, karena
terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya atau bilamana pengetahuan itu
telah ada namaun sarana dan prasarana belum ada. Tanaman mengalami sakit,
tidak normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil tanaman
mengalami penurunan. Sekitar 65 persen dari produksi teh Indonesia diekspor.
Negara-negara utama tujuan ekspor adalah Jerman, Rusia, Inggris, dan Pakistan.
Ekspor didominasi oleh perkebunan besar, baik milik negara maupun swasta,
sedangkan sebagian besar petani lebih berorientasi pasar domestik (Indonesia
memiliki tingkat konsumsi teh yang rendah per kapita).
3.1.3 Sifat Fisik Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Teh akan tumbuh dengan baik pada tanah yang berhumus dan bersifat
gembur yang memiliki kemampuan menghisap air yang sagat baik hingga ke
dasar tanah. Humus adalah lapisan sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami
penguraian menjadi fraksi-fraksi yang lebih stabil. Lapisan ini terjadi karena
proses pengendapan akibat adanya pencucian dari lapisan di atasnya.
Humus merupakan lapisan bahan organik yang berasal dari daun, kayu dan
lainnya yang menjadi lapuk sesudah mengalami proses pelapukan di atas
permukaan tanah. Ciri-ciri humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama
pada lapisan tanah atas sehingga tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan
regim suhu, kelembapan dan aerasi. Humus bersifat koloidal seperti liat tetapi
amorfous, luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat dengan kapasitas
tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. Humus mempunyai
kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K, humus juga
merupakan sumber energi jasad mikro serta memberikan warna gelap pada tanah.
Kondisi tanah yang berhumus sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman teh
di daerah tropis. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman teh untuk
membantu proses pertumbuhannya dan meningkatkan produksinya. Serta akan
berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus
juga berperan utama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air.
Selain keadaan tanah yang berhumus tanah tanaman teh juga harus memiliki sifat
dengan kadar lengas. Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang
terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Penyerapa air tanaman
teh oleh perakaran tergantung pada persediaan kelembaban air dalam tanah.
Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur, kedalaman dan struktur tanah.
Ketersediaan lengas tanah tergantung pada potensial air, distribusi akar dan suhu.
Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara, yaitu : akar tumbuh ke dalam
tanah atau lengas bergerak ke akar. Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik
karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan sangat sedikit usaha untuk
menggalinya kecuali untuk mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang
ditempati. Sehingga kadar lengas sangat berperan dalam proses pertumbuhan
perakaran tanaman teh.
Pada tanah tropika banyak memiliki retakan atau (ped) dalam kebanyakan
horison. Akan tetapi, ped tropika ini kecil dan kadang-kadang tidak terlihat jelas
batas-batasannya dan tidak membentuk agregat struktur seperti bongkahan. Di
daerah tropika lebih banyak ditemukan tanah yang berwarna merah dan coklat,
akan tetapi tanah hitam juga di temukan secara luas di daerah rendah. Faktor yang
mepengaruhi warna tanah tropika adalah perbandigan silikon, besi dan humus
yang terkandung oleh tanah tropika, untuk tanah merah dan dan coklat di
sebabkan oleh adanya zat besi dan derajat oksidasi yang tinggi. Tanah hitam
terbentuk dalam keadaaan anaerob di mana pori pori tanah tertutupi. Tanah hitam
memiliki sifat lebih basa dari pada tanah merah yang kehilangan basanya karena
terbawa air.
Menurut Satymidjaja (2000) jenis jenis tanah yang sesuai untuk ditanami
teh berupa Andosol, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Regosol, Litosol, dan
Aluvial. Berikut ini klasifikasi tanah menurut Supraptoharjo dan Dudal (1961):
1. Tanah andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta
sedikit silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang terbentuk dari abu
vulkanik ini umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi paling tidak berada
> 400 m di atas permukaan laut (Darmawijaya, 1990). Andisol adalah tanah
yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkan, batu apung, silinder,
lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik yang fraksi koloidnya
didominasi oleh mineral kompleks Al-humus. Sifat atau ciri-cirinya tanah
andisol adalah tekstur tanahnya geluh berdebu dengan struktur tanahnya
remah kelapisan bawah agak gumpal. Pada umumnya tanah andisol berwarna
agak coklat kekelabuan hingga hitam. Bahan induk, bahan induknya abu atau
tuf volkan dengan konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary),
kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi. Tanah andisol mengandung bahan
organik pada horison A sekitar 10-30 % sedangkan pH tanahnya adalah
masam sampai netral (pH 4,5-6,0).
2. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di
daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki
iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podzolik
memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan warna merah atau kuning,
memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta
memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Daya simpan
unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah.
Kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai
untuk tanaman semusim. Kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya
terdapat di permukaan tanah. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah
mengalami kekeringan.
3. Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai
lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai
5 meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas.
Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan.
Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya sekitar 5%
saja. Kemasaman tanah berkisar antara, pH 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai
agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan
strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat
unsur haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya
kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Mudah sampai agak
sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat
sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap
erosi. Regosol merupakan jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepaslepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk
material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. tanah regosol memiliki tekstur
kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri lainnya kecuali
okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60 persen pada
kedalaman antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah pinggir pantai dan gumuk-gumuk
pasir pantai.
3.1.3 Sifat Biologi Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Sifat biologi
tanah terutama populasi mikroorganisme merupakan parameter penting guna
menduga produktivitas suatu lahan karena mikroorganisme tanah merupakan
pemecah primer, sehingga perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah
yang didekati dengan pengukuran respirasi tanah, populasi total bakteri, dan
populasi total jamur pada beberapa tipe penggunaan lahan di tanah Andisol,
Inceptisol, dan Vertisol.
Dari ke 3 jenis tanah di atas tanah yang sesuai dengan ciri-ciri sifat fisika,
biologi dan kimia sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal adalah
jenis tanah andisol. Hal ini sesuai dengan pernyataa Tanah andisol sangat
mendukung terhadap produksi teh, hal ini sesuai dengan pernyataan Kimble, et al,
(1999), banyak bagian dunia memanen hasil pertanian teh yang sangat tinggi di
tanah Andisol. Akumulasi debu yang melapuk menjadi tanah Andisol
menyebabkan tanah ini menjadi subur. Konsekuensinya, ketersediaan P menjadi
sedikit dalam tanah, dimana P mendukung kesuksesan produksi teh pada tanah
Andisol. Walaupun Andisol mengandung kemasaman yang tinggi karena berasal
dari bahan induk asam, penambahan bahan kapur dapat meredakan keracunan Al
atau dengan alternatif lain menanam tanaman yang toleran terhadap kemasaman.
Sedangkan jenis tanah yang tidak cocok untuk di tanami tanaman teh adalah jenis
litosol.
Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah. Selanjutnya, jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility
indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.
Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah tanaman teh di daerah
tropis. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan
energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu
ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi
pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan terjadi.
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat
menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat
melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan
Fungsi bakteri tanah turut serta dalam semua perubahan bahan organik,
memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat.
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat
bergantung dari keadaan tanah tanaman teh daerah tropis. Pada umumnya jumlah
terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah
berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim.
Total Respirasi Tanah
Respirasi
mikroorganisme
tanah
mencerminkan
tingkat
aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan
cara pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan
parameter lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan
organik tanah, transformasi N. Hasil antara pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisme.
3.1.5 Sifat Kimia Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki kesuburan yang
cukup, namun mudah tercuci dan tererosi bentuk wilayah yang pada umunya
miring. Kadar kation basah dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen rendah. Pada
tanaman teh menghendaki tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0.
Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P,
K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun.
Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan
tanah.
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation
(KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid
yang bermuatan negatif. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran
kemampuan tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation.
Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya
KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu.
Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan
pH tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah budidaya tanaman teh merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya
pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan
kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat
menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan
tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak
menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu
pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian
bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
C-organik penting untuk mikroorganisme, tidak hanya sebagai unsur hara,
tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik
agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara persentase Corganik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada
zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah.
Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk menentukan
dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Dekomposisi bahan organik menghasilkan
asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan
kandungan senyawa organik dalam tanah yang dicirikan dengan meningkatnya
kandungan C-organik tanah.
3.1.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah adalah
melalui pemupukan yang benar dan sesuai kebutuhan.
1. Pemberian Pupuk Unsur Hara Makro
Pemberian pupuk dengan kandungan unsur hara seperti N, P dan K perlu
dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang hilang. Pupuk majemuk
Phonska dengan kandungan N, P dan K, masing-masing 15-15-15.
2. Pemberian Bahan Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
daripada bahan pembenah buatan atau sintetis. Pada umumnya pupuk organik
mencegah teerjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah (crusting) dan
retakan tanah. Definisi yang dikemukakan oleh International Organization for
Standardization (ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan
karbon , pada umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan
ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya
mengandung nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan. Pupuk
organik yang sering digunakan adalah kompos. Kompos adalah pupuk organik
buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa buangan makhluk
hidup (tanaman maupun hewan). Pemberian bahan organik yang berasal dari
hijauan dan limbah tebu, dapat meningkatkan ketersediaan P. Makanismenya
dapat dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi bahan organik sisa
tanaman yang menyebabkan terjadinya khelasi antara Fe dan Al pada tanah,
masam organik. Proses ini menyebabkan Fe menjadi tidak aktif dalam
menjerap P. Bahan organik juga meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur N,
P dan S dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian, melarutkan
sejumlah unsur, meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah.
3. Penggunaan Pupuk Kandang
Menurut Adi dan Ferita (2010) menyatakan bahwa Pupuk kandang ayam
relative lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup
pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang
lainnya. Pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas yakni butiranbutiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan penyediaan haranya.
BAB 5. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti iklim, mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.
2. Tanah yang cocok untuk wilayah perkebunan teh adalah : andosol, aluvial,
regosol, podsolik, litosol, dan latosol
3. Tanaman teh hidup pada tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0.
Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N,
P, K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi
daun. Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki
kesuburan tanah.
4. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan
bahan organik dan pendauran unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, A. Saidi, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisiko-Kimia Tanah Psamment
Dengan Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya
Jagung. Solum, 9(1) : 25-35.
Anshar, M., dkk. 2011. Pengaruh Lengas Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tiga Varietas Lokal Bawang Merah Pada Ketinggian Tempat Berbeda.
Agroland. 18(1) : 8-14.
Ardi dan FebritaIstino, 2010. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis L.)
Muda Setelah Di-Centering. 11 (3) : 1-11
Arsa, I. W., Y. Setiyo, I. M. Nada, 2010. Kajian Relevansi Sifat Piskokimia Tanah
Pada Kualitas Dan Produktifitas Kentang (Solanum Tuberosum L).
Agroteknologi, 3(1) : 1-10.
Ewuaie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung; ITB.
Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Dudal, dan Supraptoharjo. 1961. Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor: Pusat
Penelitian Tanah (PPT).
Hermantoro. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah Dengan Pengolahan
Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Telepon Genggam.
Jogyakarta; Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian.
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri PT Prima Multibuwana. Hutan Tropis
Borneo. 10(27): 222-229.
Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan
Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Agroland. 16(1): 45-52.
Rahman, H., I.H. Khalil, F.M. Abbasi, Z.T. Khanzada, S.M.A. Shah, Z. Shah, dan
H. Ahmad. 2010. Cytomorphological characterization of tea cultivars.
Pakistan Journal Botani, 42 (1) : 485-495
Suharyatun, S., dkk. 2013. Sebaran Lengas Tanah Akibat Pembuatan Lorong
Pengatus Dangkal Pada Tanah Sawah. Agritech. 33(3) : 1-7.
Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Tahun Primer,
Agroforestri Dan Kebun Kakao Di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni
Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso. Warta Rimba, 1, (1): 1-8.
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari empat komponen yaitu
mineral 45 %, air 25 %, udara 25 %, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang
pertanian ilmu tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui, karena tanah
merupakan salah satu komponen kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan.
Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai
tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat hidup organisme tanah.
Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi
tanah baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya interaksi antara tanah dan
tumbuhan, dimana tanah menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan
tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara
makro dan mikro, air, udara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang berperan
penting dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari
memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti Pedologi,
yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah, mengenai
pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan
kimia), dan klasifikasi tanah. Edaphologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan
air, tanah, dan tanaman mengenai sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Teh (Camelia sinensis) merupakan komoditas tanaman perkebunan yang
dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi menjadi minuman. Indonesia merupakan
salah satu negara yang mengandalkan beberapa komoditas perkebunan yang salah
satunya adalah teh. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sudah
dikembangkan di indonesia sebagai negara tropis dan telah menembus pasaran
internasional, teh di ekspor keberbagai negara besar eropa seperti jerman. Teh
selama ini telah mampu memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa
negara, sebagai salah satu sasaran utama yang ingin dicapai dalam sektor
komoditas non-migas. Produksi dan pengembangan komoditas teh merupakan
salah satu core businnes suatu perkebunan. Pengembangan produk unggulan terus
dilakukan seiring dengan upaya pemerintah untuk terus mendorong penguatan
perekonomian nasional. Dengan adanya peningkatan dan upaya menjaga kualitas
teh tetap baik dengan pengembangan komoditas teh yang unggul merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya saing perekonomian.
Teh merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari daerah sub tropis
diduga berasal dari pegunungan Himalaya. Tanaman teh dapat tumbuh baik bila
ditanam di dataran tinggi baik daerah tropis maupun sub tropis pada ketinggian
800 – 1200 Mdpal. Tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah tanah yang subur
dengan kemasaman tanah 4,5 – 6,0. Tanah yang baik untuk pertanaman teh yaitu
tanah andisol, yaitu tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu
volkan dari letusan gunung berapi, batuapung, sinder, lava, dan sebagainya.
Permasalahan dalam pengembangan teh pada daerah tropis merupakan salah satu
hal yang perlu diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa sifat tanah (fisik,
kimia, dan biologi).
1. Kondisi cuaca
Terhambatnya kegiatan produksi, seringkali disebabkan oleh cuaca hujan.
Jika hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara
ptimal, khususnya pada pemetikan pucuk teh segar dilapangan. Hasil dari
pemetikan the tersebut akan mengandung banyak air yang meneybabkan selisih
timbangan dilapangan dan di pabrik.
2. Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang tidak mendukung seringkali menjadi penyebab dalam
produktivitas teh yang berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi
pucuk dan the basah yang pada akhirnya berdampak pada teh jadi yang dihasilkan.
Namun pada dasarnya faktor produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:
1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat dirubah dengan segera untuk
memenuhi faktor-faktor produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya : tanah,
gedung mesin dan sebagainya.
2. Variable Input yaitu faktor-faktor produksi yang dapat dirubah dengan segera
sesuai dengan perubahn produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: bahan
mentah, tenaga kerja, dan lain-lain.
Selain itu pengaruh terhadap produksi teh di daerah tropika yaitu
mengenai lahan (tanah) terutama ditinjau dari sudut luas lahan dan tingkat
kesuburannya. Namun pada umumnya lahan untuk perkebunan teh baik di pulau
jawa atau sumatera kondisi tanah nya sudah mendukung baik dari segi kesuburan
maupun luas lahannya. Mungkin lahan di daerah pulau jawa lebih subur dibanding
pulau sumatera karena pulau jawa terdapat banyak pegunungan dan gunung
berapai, dimana tanah yang baik untuk komoditas teh adalah tanah andisol yaitu
tanah yang berasal dari letusan gunung berapi dari abu vulkanik. Selanjutnya
faktor pemberian pupuk juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua faktor
produksi yang telah disebutkan diatas. Pemupukan pada dasarnya dilakukan untuk
meningkatkan kandungan unsur hara mikro dan makro dalam tanah untuk
meningkatkan produksi tanaman, karena pupuk dianggap sebagai nutrisi bagi
tanaman sehingga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk
secara tepat dan teratur akan dapat meningkatkan hasil produksi baik secara
kualitas maupun kuantitasnya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah produksi tanaman teh pada iklim tropis
2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap produksi tanaman teh.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman teh
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Theales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis (L.)O.K
Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang selalu berdaun
hijau. Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan teh adalah keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh tidak tahan
terhadap kekeringan, yang dapat mengakibatkan produksi dan produktivitas
tanaman teh menurun. Menurut tanaman Rahman et al (2010), klon jenis asam
yang kebanyakan tanaman di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang
tinggi akan tetapi tidak toleran terhadap cuaca ekstrim. Kondisi ini dapat
diantisipasi dengan melakukan seleksi klon klon teh yang tahan terhadap cekaman
kekeringan sehingga adanya perubahan iklim global tidak berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman teh.
2.2 Tekstur Tanah
Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan
massa tanah yang ada. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)
bagian yaitu butiran padat (solid), bagian air (water) dan bagian udara (air).
Keberadaan materi air dan udara biasanya menempati pada ruangan antara butiran
atau pori pada massa tanah tersebut. Berat tanah memiliki hubungan yang erat
dengan volume tanah dalam tiga fase yang dipisahkan yaitu berupa butiran padat,
air dan udara (Das, 1998).
Tekstur tanah adalah perbandingan relative antara tiga golongan fraksi
tanah, yaitu pasir, debu, dan lempung. Fraksi tanah dikelompokkan berdasarkan
ukuran tertentu yang dapat berupa tanah kasar ataupun tanah yang halus. Pola
sebaran tanah pada masing-masing horizon memberikan ciri yang tidak sama
yaitu semakin dalam jeluk maka tekstur tanah yang dihasilkan akan semaikn halus
(Rajamuddin, 2009).
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (diameter 2,00 0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm) dan liat (70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan
penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak
sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 derajat C pertumbuhan
tanaman teh akan terlambat. Pada ketinggian 400 – 800 mdpal kebun-kebun teh
memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa
sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak
perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus
diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun
rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada
penyebaran hama dan penyakit.
Persaingan perdagangan teh di pasar dunia merupakan tantangan bagi
Indonesia untuk meningkatkan produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya.
Produksi teh di Indonesia ditinjau dari sentra produksi teh yang hampir menyebar
ke berbagai daerah, yaitu pulau jawa, dan pulau sumatera. Daerah Lumajang
merupakan salah satu daerah dipulau jawatimur yang mengusahakan tanaman teh.
Laju pertumbuhan areal penanaman setiap tahun dari tahun 1984-1989 mencapai
3,2%. Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah terhadap usaha pengembangan,
pembudayaan dan perluasan terhadap usaha tanaman teh hingga keberbagai
daerah lain ( Nazzarudin et al., 1996). Luas lahan perkebunan teh yang semakin
berkurang bukan menjadi penghambat untuk meningkatkan produksi teh. Dalam
usaha pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh akan selalu
dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat membatasi, antara lain serangan hama dan
patogen. Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah, karena
terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya atau bilamana pengetahuan itu
telah ada namaun sarana dan prasarana belum ada. Tanaman mengalami sakit,
tidak normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil tanaman
mengalami penurunan. Sekitar 65 persen dari produksi teh Indonesia diekspor.
Negara-negara utama tujuan ekspor adalah Jerman, Rusia, Inggris, dan Pakistan.
Ekspor didominasi oleh perkebunan besar, baik milik negara maupun swasta,
sedangkan sebagian besar petani lebih berorientasi pasar domestik (Indonesia
memiliki tingkat konsumsi teh yang rendah per kapita).
3.1.3 Sifat Fisik Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Teh akan tumbuh dengan baik pada tanah yang berhumus dan bersifat
gembur yang memiliki kemampuan menghisap air yang sagat baik hingga ke
dasar tanah. Humus adalah lapisan sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami
penguraian menjadi fraksi-fraksi yang lebih stabil. Lapisan ini terjadi karena
proses pengendapan akibat adanya pencucian dari lapisan di atasnya.
Humus merupakan lapisan bahan organik yang berasal dari daun, kayu dan
lainnya yang menjadi lapuk sesudah mengalami proses pelapukan di atas
permukaan tanah. Ciri-ciri humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama
pada lapisan tanah atas sehingga tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan
regim suhu, kelembapan dan aerasi. Humus bersifat koloidal seperti liat tetapi
amorfous, luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat dengan kapasitas
tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. Humus mempunyai
kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K, humus juga
merupakan sumber energi jasad mikro serta memberikan warna gelap pada tanah.
Kondisi tanah yang berhumus sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman teh
di daerah tropis. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman teh untuk
membantu proses pertumbuhannya dan meningkatkan produksinya. Serta akan
berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus
juga berperan utama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air.
Selain keadaan tanah yang berhumus tanah tanaman teh juga harus memiliki sifat
dengan kadar lengas. Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang
terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Penyerapa air tanaman
teh oleh perakaran tergantung pada persediaan kelembaban air dalam tanah.
Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur, kedalaman dan struktur tanah.
Ketersediaan lengas tanah tergantung pada potensial air, distribusi akar dan suhu.
Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara, yaitu : akar tumbuh ke dalam
tanah atau lengas bergerak ke akar. Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik
karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan sangat sedikit usaha untuk
menggalinya kecuali untuk mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang
ditempati. Sehingga kadar lengas sangat berperan dalam proses pertumbuhan
perakaran tanaman teh.
Pada tanah tropika banyak memiliki retakan atau (ped) dalam kebanyakan
horison. Akan tetapi, ped tropika ini kecil dan kadang-kadang tidak terlihat jelas
batas-batasannya dan tidak membentuk agregat struktur seperti bongkahan. Di
daerah tropika lebih banyak ditemukan tanah yang berwarna merah dan coklat,
akan tetapi tanah hitam juga di temukan secara luas di daerah rendah. Faktor yang
mepengaruhi warna tanah tropika adalah perbandigan silikon, besi dan humus
yang terkandung oleh tanah tropika, untuk tanah merah dan dan coklat di
sebabkan oleh adanya zat besi dan derajat oksidasi yang tinggi. Tanah hitam
terbentuk dalam keadaaan anaerob di mana pori pori tanah tertutupi. Tanah hitam
memiliki sifat lebih basa dari pada tanah merah yang kehilangan basanya karena
terbawa air.
Menurut Satymidjaja (2000) jenis jenis tanah yang sesuai untuk ditanami
teh berupa Andosol, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Regosol, Litosol, dan
Aluvial. Berikut ini klasifikasi tanah menurut Supraptoharjo dan Dudal (1961):
1. Tanah andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta
sedikit silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang terbentuk dari abu
vulkanik ini umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi paling tidak berada
> 400 m di atas permukaan laut (Darmawijaya, 1990). Andisol adalah tanah
yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkan, batu apung, silinder,
lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik yang fraksi koloidnya
didominasi oleh mineral kompleks Al-humus. Sifat atau ciri-cirinya tanah
andisol adalah tekstur tanahnya geluh berdebu dengan struktur tanahnya
remah kelapisan bawah agak gumpal. Pada umumnya tanah andisol berwarna
agak coklat kekelabuan hingga hitam. Bahan induk, bahan induknya abu atau
tuf volkan dengan konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary),
kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi. Tanah andisol mengandung bahan
organik pada horison A sekitar 10-30 % sedangkan pH tanahnya adalah
masam sampai netral (pH 4,5-6,0).
2. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di
daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki
iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podzolik
memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan warna merah atau kuning,
memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta
memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Daya simpan
unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah.
Kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai
untuk tanaman semusim. Kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya
terdapat di permukaan tanah. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah
mengalami kekeringan.
3. Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai
lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai
5 meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas.
Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan.
Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya sekitar 5%
saja. Kemasaman tanah berkisar antara, pH 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai
agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan
strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat
unsur haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya
kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Mudah sampai agak
sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat
sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap
erosi. Regosol merupakan jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepaslepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk
material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. tanah regosol memiliki tekstur
kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri lainnya kecuali
okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60 persen pada
kedalaman antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah pinggir pantai dan gumuk-gumuk
pasir pantai.
3.1.3 Sifat Biologi Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Sifat biologi
tanah terutama populasi mikroorganisme merupakan parameter penting guna
menduga produktivitas suatu lahan karena mikroorganisme tanah merupakan
pemecah primer, sehingga perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah
yang didekati dengan pengukuran respirasi tanah, populasi total bakteri, dan
populasi total jamur pada beberapa tipe penggunaan lahan di tanah Andisol,
Inceptisol, dan Vertisol.
Dari ke 3 jenis tanah di atas tanah yang sesuai dengan ciri-ciri sifat fisika,
biologi dan kimia sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal adalah
jenis tanah andisol. Hal ini sesuai dengan pernyataa Tanah andisol sangat
mendukung terhadap produksi teh, hal ini sesuai dengan pernyataan Kimble, et al,
(1999), banyak bagian dunia memanen hasil pertanian teh yang sangat tinggi di
tanah Andisol. Akumulasi debu yang melapuk menjadi tanah Andisol
menyebabkan tanah ini menjadi subur. Konsekuensinya, ketersediaan P menjadi
sedikit dalam tanah, dimana P mendukung kesuksesan produksi teh pada tanah
Andisol. Walaupun Andisol mengandung kemasaman yang tinggi karena berasal
dari bahan induk asam, penambahan bahan kapur dapat meredakan keracunan Al
atau dengan alternatif lain menanam tanaman yang toleran terhadap kemasaman.
Sedangkan jenis tanah yang tidak cocok untuk di tanami tanaman teh adalah jenis
litosol.
Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah. Selanjutnya, jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility
indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.
Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah tanaman teh di daerah
tropis. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan
energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu
ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi
pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan terjadi.
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat
menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat
melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan
Fungsi bakteri tanah turut serta dalam semua perubahan bahan organik,
memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat.
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat
bergantung dari keadaan tanah tanaman teh daerah tropis. Pada umumnya jumlah
terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah
berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim.
Total Respirasi Tanah
Respirasi
mikroorganisme
tanah
mencerminkan
tingkat
aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan
cara pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan
parameter lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan
organik tanah, transformasi N. Hasil antara pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisme.
3.1.5 Sifat Kimia Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki kesuburan yang
cukup, namun mudah tercuci dan tererosi bentuk wilayah yang pada umunya
miring. Kadar kation basah dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen rendah. Pada
tanaman teh menghendaki tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0.
Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P,
K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun.
Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan
tanah.
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation
(KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid
yang bermuatan negatif. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran
kemampuan tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation.
Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya
KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu.
Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan
pH tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah budidaya tanaman teh merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya
pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan
kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat
menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan
tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak
menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu
pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian
bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
C-organik penting untuk mikroorganisme, tidak hanya sebagai unsur hara,
tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik
agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara persentase Corganik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada
zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah.
Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk menentukan
dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Dekomposisi bahan organik menghasilkan
asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan
kandungan senyawa organik dalam tanah yang dicirikan dengan meningkatnya
kandungan C-organik tanah.
3.1.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah adalah
melalui pemupukan yang benar dan sesuai kebutuhan.
1. Pemberian Pupuk Unsur Hara Makro
Pemberian pupuk dengan kandungan unsur hara seperti N, P dan K perlu
dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang hilang. Pupuk majemuk
Phonska dengan kandungan N, P dan K, masing-masing 15-15-15.
2. Pemberian Bahan Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
daripada bahan pembenah buatan atau sintetis. Pada umumnya pupuk organik
mencegah teerjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah (crusting) dan
retakan tanah. Definisi yang dikemukakan oleh International Organization for
Standardization (ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan
karbon , pada umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan
ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya
mengandung nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan. Pupuk
organik yang sering digunakan adalah kompos. Kompos adalah pupuk organik
buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa buangan makhluk
hidup (tanaman maupun hewan). Pemberian bahan organik yang berasal dari
hijauan dan limbah tebu, dapat meningkatkan ketersediaan P. Makanismenya
dapat dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi bahan organik sisa
tanaman yang menyebabkan terjadinya khelasi antara Fe dan Al pada tanah,
masam organik. Proses ini menyebabkan Fe menjadi tidak aktif dalam
menjerap P. Bahan organik juga meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur N,
P dan S dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian, melarutkan
sejumlah unsur, meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah.
3. Penggunaan Pupuk Kandang
Menurut Adi dan Ferita (2010) menyatakan bahwa Pupuk kandang ayam
relative lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup
pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang
lainnya. Pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas yakni butiranbutiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan penyediaan haranya.
BAB 5. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti iklim, mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.
2. Tanah yang cocok untuk wilayah perkebunan teh adalah : andosol, aluvial,
regosol, podsolik, litosol, dan latosol
3. Tanaman teh hidup pada tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0.
Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N,
P, K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi
daun. Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki
kesuburan tanah.
4. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan
bahan organik dan pendauran unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, A. Saidi, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisiko-Kimia Tanah Psamment
Dengan Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya
Jagung. Solum, 9(1) : 25-35.
Anshar, M., dkk. 2011. Pengaruh Lengas Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tiga Varietas Lokal Bawang Merah Pada Ketinggian Tempat Berbeda.
Agroland. 18(1) : 8-14.
Ardi dan FebritaIstino, 2010. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis L.)
Muda Setelah Di-Centering. 11 (3) : 1-11
Arsa, I. W., Y. Setiyo, I. M. Nada, 2010. Kajian Relevansi Sifat Piskokimia Tanah
Pada Kualitas Dan Produktifitas Kentang (Solanum Tuberosum L).
Agroteknologi, 3(1) : 1-10.
Ewuaie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung; ITB.
Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Dudal, dan Supraptoharjo. 1961. Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor: Pusat
Penelitian Tanah (PPT).
Hermantoro. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah Dengan Pengolahan
Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Telepon Genggam.
Jogyakarta; Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian.
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri PT Prima Multibuwana. Hutan Tropis
Borneo. 10(27): 222-229.
Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan
Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Agroland. 16(1): 45-52.
Rahman, H., I.H. Khalil, F.M. Abbasi, Z.T. Khanzada, S.M.A. Shah, Z. Shah, dan
H. Ahmad. 2010. Cytomorphological characterization of tea cultivars.
Pakistan Journal Botani, 42 (1) : 485-495
Suharyatun, S., dkk. 2013. Sebaran Lengas Tanah Akibat Pembuatan Lorong
Pengatus Dangkal Pada Tanah Sawah. Agritech. 33(3) : 1-7.
Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Tahun Primer,
Agroforestri Dan Kebun Kakao Di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni
Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso. Warta Rimba, 1, (1): 1-8.