Proses Penciptaan Alam Semesta kel

BAB 1
PENDAHULUAN

Alam semesta merupakan suatu ruang atau tempat bagi manusia,tumbuhtumbuhan, hewan, dan benda-benda. Langit sebagai atapnya dan bumi sebagainya
lantainya. Jadi, alam semesta atau jagat raya adalah satu ruang yang maha besar,
terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik. Proses penciptaan alam semesta
merupakan suatu peristiwa yang selalui di pertanyakan. Siapakah pencipta alam
semesta? Dan alam semesta terbentuk dari apa? Dengan rasa penasaran ini, manusia
terus berusaha mencari jawaban yang pasti. Berbagai cara manusia lakukan untuk
mendapatkan kepastian akan penciptaan alam semsesta.
Dalam agama Islam semua pertanyaan manusia tentang siapa dan bagaimana
alam semesta di ciptakan telah di jawab oleh Allah. Melalui firman-Nya, Allah
menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta dengan kehendaknya
dan

kekuasaannya.

Firman

Allah


yang

artinya:

“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah
perkataan-Nya di waktu dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tanganNyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. dia mengetahui yang ghaib
dan yang nampak. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Ini adalah kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan
menggunakan kecerdasan kita. Al Quran, yang telah diwahyukan empat belas abad
yang lalu sebagai penerang jalan bagi kemanusiaan. Allah menya-takan bahwa Dia
telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus, serta
dilengkapi dengan semua sistem dan keseimbangannya yang dirancang khusus untuk
kehidupan manusia.

Kebenaran nyata yang dipaparkan Al Quran juga ditegaskan oleh se-jumlah
penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua
menyadari bahwa struktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika,
dan keadaan seimbang, semuanya dicipta-kan Tuhan, dan para ilmuwan itu sampai
pada kesimpulan dari pene-litian dan pengamatan mereka sendiri. Para ahli sains
berlomba-lomba membutikan akan penciptaan alam semesta, sehigga muncul

berbagai teori yang menerangkan proses penciptaan alam semesta. Teori yang sangat
terkenal dalam proses peciptaan alam semesta yaitu Teori BigBang. Namun teori
yang berlaku sampai abad ke-20 ialah bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang
tak terbatas, ada tanpa awal, dan terus ada untuk selama-lamanya.

BAB 2
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Alam Semesta

Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos,
mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil,
misalnya atom, electron, sel, dan amoeba. Sedang makrokosmos adalah benda-benda
yang sangat besar, misalnya bintang, galaksi, planet.
Para astronomi menggunakan istilah alam semesta dengan pengertian tentang
ruang angkasa, dan benda-benda langit di dalamnya dengan diperolehnya berbagai
pesan dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit yang sampai di bumi
timbullah beberapa teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya alam semesta.


B.
1.


Proses Penciptaan Alam Semesta
Penciptaan Alam Menurut Agama
Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda (Hindu)

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam
semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai
berikut:
Pada mulanya tidak ada sesuatu yang ada namun tidak ada sesuatu yang tidak ada.
Tidak ada udara, tidak ada langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu?
Airkah di sana? Air yang tak terduga dalamnya?
Waktu itu tidak ada kematian, tidak pula ada kehidupan. Tidak ada yang
menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut kekuatannya
sendiri. Di luar daripada Ia tidak ada apapun.
Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang ada ini
adalah sesuatu yang tak terbatas dan tak dapat dibedakan, yang ada pada waktu itu
adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tenaga panas yang luar biasa

lahirlah kesatuan yang kosong.
Setelah itu timbullah keinginan, keinginan yang merupakan benih awal dan benih
semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan
kearifannya hubungan antara yang ada dan yang bukan ada.
Sinarnya terentang keluar. Apakah ia melintang? Apakah ia di bawah atau di atas?
Beberapa menjadi pencurah benih, yang lain amat hebat. Makanan adalah benih
rendah, pemakan adalah benih unggul.

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di dunia ini yang dapat
menerangkannya? Dari manakah kejadian itu, dan dari manakah timbulnya? Para
Dewa ada setelah kejadian itu. Lalu, siapakah yang tahu, darimana ia muncul?
Dia, yang merupakan awal pertama dari kejadian itu, dari-Nya kejadian itu
muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi dunia dari surga tertinggi, sangat
mengetahuinya atau mungkin juga tidak.
Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar dunia adalah Asat atau
ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang ada adalah
Diti yaitu yang terikat. Ajaran dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta
diciptakan oleh Brahman dari unsur yang sudah ada. Hiranyagharba atau "Janin
Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul
Brahma yang membangun dunia yang masih kacau tanpa bentuk agar teratur rapi.

Dalam Kitab Purana dan Upanisad
Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan
berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti labalaba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan
alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa.
Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman
menyatu ke dalam ciptaannya.
Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda.
Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini
bertemu sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak
sekaligus. Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai
dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah
terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran);

Ahamkara

(rasa

keakuan).

Selanjutnya,


munculah

Pancabuddhindria

dan

Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).
Dasendria
Pancabuddhindria

1. Srotendria (rangsang
pendengar; indria pada telinga)
2. Twakindria (rangsang peraba;
indria pada kulit)
3. Caksuindria (rangsang
penglihatan; indria pada mata)
4. Ghranendria (rangsang
pencium; indria pada hidung)
5. Jihwendria (rangsang

pengecap; indria pada lidah)

Pancakarmendria
1. Garbendria (penggerak perut; indria
pada perut)
2. Panindria (penggerak tangan; indria
pada tangan)
3. Padendria (penggerak kaki; indria
pada kaki)
4. Payuindria (penggerak organ
pelepasan; indria pada organ
pelepasan)
5. Upasthendria (penggerak alat
kelamin; indria pada alat kelamin)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria
tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang
sangat halus, tidak berukuran. Lima benih tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Sabdatanmatra (benih suara)
2. Rupatanmatra (benih penglihatan)

3. Rasatanmatra (benih perasa)

4. Gandhatanmatra (benih penciuman)
5. Sparsatanmatra (benih peraba)
Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsurunsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau
Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:
1. Pertiwi (zat padat, tanah, logam)
2. Apah (zat cair)
3. Teja (plasma, api, kalor)
4. Bayu (zat gas, udara)
5. Akasa (ether)

Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom.
Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta
dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur
tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja
mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.


Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Tripitaka (Buddha)

Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak

ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasikonstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, laki-laki maupun wanita
belum

ada.

Mahluk-mahluk

hanya

dikenal

sebagai

mahluk-mahluk

saja.

Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk

tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air.

Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang
mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan
rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama
seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian Vasettha, di
antara mahluk-mahluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berkata : 'O apakah
ini? Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya.
Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan
masuk dalam dirinya. Mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya,
mencicipi sari tanah itu dengan jari-jari mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah,
memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka.
Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu lenyap.
Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan
konstelasi-konstelasi nampak siang dan malam terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh
itu bumi terbentuk kembali.
Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya,
hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali.
Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat,
dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk

tubuh

yang

indah

dan

sebagian

mahluk

memiliki

tubuh

yang

buruk.

Dan karena keadaan ini, mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah
memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk maka sari tanah
itupun lenyap ketika sari tanah lenyap muncullah tumbuhan dari tanah
(bhumipappatiko). Cara tumbuhnya seperti cendawan.
Mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang
muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama
sekali, sementara mereka bangga akan keindahan diri mereka, mereka menjadi
sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap.

Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul warnanya seperti dadi susu atau
mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni.
Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan
menjalar itu maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh
mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk.
Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang
rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk .Sementara mereka bangga akan
keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan
menjalar itu pun lenyap.
Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap muncullah tumbuhan
padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulirbulir yang bersih. Pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk
makan malam, pada keesokkan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali.
Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang,
maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus
menerus padi itu muncul.
Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam
terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini
berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang
mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan
perbedaan bentuk mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas
kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya
(purisalinga).
Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan lakilaki

pun

sangat

memperhatikan

keadaan

wanita.

Karena

mereka

saling

memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu

indriya yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indriya
tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin. Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain
melihat mereka melakukan hubungan kelamin.
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila
Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan,
Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada
Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak,
maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu.
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam
Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa
dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi
Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini,
Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.
Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka
manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat
bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep
Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang
Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang
mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep
Ketuhanan menurut agama-agama lain.

Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama
lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab
suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep
Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.
Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain
antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan
Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau
Kebebasan.
Dalam Brahmajala Sutta, di mana Sang Buddha menolak Maha Brahma
sebagai Tuhan, Pencipta, Maha Kuasa dan seterusnya. Bilamana kita mengkaji secara
cermat apa yang dinyatakan oleh Sang Buddha itu, maka kita akan mengerti apa yang
dimaksudkan oleh Beliau, sebab Maha Brahma yang dimaksud dalam Brahmajala
Sutta adalah dewa brahma yang salah mengerti tentang dirinya sendiri.
Pernyataan Sang Buddha tersebut adalah sebagai berikut :
Para bhikkhu, pada suatu masa yang lampau, setelah berlangsungnya suatu
masa yang lama sekali, 'bumi ini belum ada'. Ketika itu umumnya mahluk-mahluk
hidup di alam dewa Abhassara, di situ mereka hidup ditunjang oleh kekuatan pikiran,
diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa
hidup diliputi kemegahan, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.
Demikianlah pada suatu waktu yang lampau ketika berakhirnya suatu masa yang
lama sekali, bumi ini mulai ber-evolusi dalam pembentukan, ketika hal ini terjadi
alam Brahma kelihatan dan masih kosong.
Ada mahluk dari alam dewa Abhassara yang 'masa hidupnya' atau 'pahala
kamma baiknya' untuk hidup di alam itu telah habis, ia meninggal dari alam

Abhassara itu dan terlahir kembali di alam Brahma. Di sini, ia hidup ditunjang pula
oleh kekuatan pikirannya diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya-cahaya dan
melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam
masa yang lama sekali.
Karena terlalu lama ia hidup sendirian disitu, maka dalam dirinya muncullah
rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, Oh semoga ada mahluk lain yang
datang dan hidup bersama saya di sini!'. Pada saat itu ada mahluk lain yang
disebabkan oleh masa usianya atau pahala kamma baiknya telah habis, mereka
meninggal di alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai
pengikutnya, tetapi dalam banyak hal sama dengan dia.



Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Alkitab (Kristen)

Proses penciptaan alam semesta menurut alkitab diawali pada Kejadian 1:1,
sebagai penjelasan dasar bahwa alam semesta itu diciptakan oleh Tuhan. Lalu pada
Kejadian 1:2-31 menjelaskan tentang rincian atau urutan waktu penciptaan mulai dari
penciptaan bumi, langit, daratan, lautan, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.
Alkitab memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan alam semesta
beserta isinya yang telah rampung hanya dalam waktu 6 hari. Dan berikut ini adalah
rinciannya :
1. Hari pertama tuhan menciptakan bumi dimana bumi masih dalam keadan kosong
dan belum ada kehidupan didalamnya. (Kejadian 1:1-5)

2. Hari kedua tuhan menciptakan langit yang juga masih dalam keadaan kosong dan
belum ada benda-benda langit didalamnya. Dan disana tuhan juga memisahkan air yg
ada dibawah langit dan juga diatas langit. (Kejadian 1:6-8)

3. Hari ketiga tuhan menciptakan daratan yang meliputi benua, pulau dan juga
gunung-gunung. Dan dihari yang sama tuhan juga menciptakan lautan dan juga
tumbuh-tumbuhan. (Kejadian 1:9-13)

4. Hari keempat tuhan menciptakan benda-benda langit yakni matahari, bulan dan
bintang-bintang. (Kejadian 1:14-19).

5. Hari kelima tuhan menciptakan segala binatang yang hidup di bumi, baik yang
hidup di darat, air ataupun udara. (Kejadian 1:20-23)

6. Hari keenam tuhan menciptakan manusia untuk tinggal dan beranakcucu di bumi
dan mengusahakan apa yg ada dibumi (Kejadian 1:24-31)

Dari ayat-ayat diatas maka sekarang kita bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sudah terjadi siang, malam dan perhitungan hari pada hari pertama, padahal
Matahari baru tercipta pada hari keempat.

2. Bumi diciptakan lebih dulu daripada langit.

3. Pepohonan tercipta pada hari ketiga padahal Matahari baru tercipta dihari keempat.

4. Bumi tercipta lebih dulu daripada Matahari.

5. Penciptaan alam semesta beserta isinya hanya memakan waktu 6 hari.
Dari kesimpulan diatas, maka sekarang mari kita lakukan alanisis ilmiah sebagai
berikut:
1. Bagaimana bisa terjadi malam, siang dan perhitungan hari pada hari pertama
padahal

matahari

baru

tercipta

pada

hari

ke

empat?

Kristiani mungkin akan berasumsi bahwa terang yang diciptakan pada hari pertama
disana bukanlah terang dari cahaya matahari, melainkan dikait-kaitkan dengan hal
yang lain. Tetapi ilmu pengetahuan kini sudah memberikan penjelasan ilmiah kepada
kita bahwa terjadinya malam, siang dan perhitungan hari itu disebabkan oleh rotasi
bumi yang mengelilingi matahari. Jadi bagaimana mungkin sudah terjadi hal tersebut
sedangkan matahari baru tercipta pada hari kenempat?

2. Bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa hidup pada hari ke tiga sedangkan matahari
baru diciptakan pada hari ke empat?

Perlu diingat lagi bahwa sinar matahari adalah pokok penting dalam proses
fotosintesis pada tumbuhan yang akan memberikan kehidupan bagi tumbuhan
tersebut. Proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari. Tumbuhan hijau yang
menyerap energy dari cahaya matahari, kemudian menggunakannya untuk membuat
karbohidrat.

3. Benarkah bumi tercipta lebih dulu daripad langit?

Para astronom telah melakukan penelitian untuk mengetahui umur alam semesta,
matahari, bumi dan benda-benda langit lainnya. Dan telah didapatkan perkiraan umur
alam semesta yaitu sekitar 13,7 miliyar tahun. Dan umur bumi adalah sekitar 4,5
miliyar tahun. Jadi hal ini tidak mungkin bisa dibenarkan dari sudut pandang ilmu
pengetahuan jika bumi diklaim tercipta lebih dulu daripada langit.

4. Apakah bumi tercipta lebih dulu daripada matahari?

Saat ini telah diketahui bahwa usia matahari adalah sekitar 5 miliyar tahun, jadi masih
lebih tua matahari daripada bumi yang usianya sekitar 4,5 miliyar tahun. Maka hal ini
tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang ilmu pengetahuan jika bumi di klaim
tercipta lebih awal daripada matahari.

5. Berapa lama proses penciptaan alam semesta beserta isinya?

Para ahli kosmologi memberikan informasi kepada kita bahwa proses penciptaan
alam semesta memakan waktu kosmologis selama enam era yang sangat panjang,
diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Era Planck
B. Era Hadron

C. Era Lepton
D. Era Radiasi
E. Era Pembentukkan Protogalaksi
F. Era Runtuhnya Protogalaksi.
Dalam proses pembentukan bumi dari diperkirakan terjadi selama kurun
waktu 10-20 juta tahun. Jadi sangat tidak masuk akal jika bumi di klaim telah
rampung dibentuk selama satu hari. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan ilmu
pengetahuan. Dalam teori Kabut, Immanuel kant tahun 1755 dikemukakan bahwa
Matahari semula berbentuk kabut gas yang bersuhu amat tinggi dan berputar/berotasi
dengan sangat lambat. Kabut gas ini makin lama mengalami penurunan suhu,
sehingga makin berkerut menjadi lebih kecil dari keadaan semula dan gerak rotasinya
makin cepat, dan akhirnya kabut gas tersebut menjadi bentuk cakram. Karena
cepatnya gerak rotasi menyebabkan bagian-bagian tepi dari cakram tersebut lepas.
Bagian kabut yang terlepas tetap berputar, dan lama-lama mengeras dan beredar
mengelilingi pusat kabut. Dan proses seperti ini memungkinkan juga terjadi pada
pembentukan bintang-bintang, planet dan benda-benda langit lainnya termasuk juga
bumi. Dan tentu proses seperti ini tidak memakan waktu singkat, melainkan
memakan waktu yang teramat panjang. Jadi masing-masing penciptaan tidak terjadi
dalam satu hari, dalam hal ini Alkitab terjadi kesalahan fatal dalam bidang ilmu
pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan modern telah memberikan informasi kepada
kita sebagai berikut :

A. Umur alam semesta adalah sekitar 13,7 Miliyar tahun
B. Umur Matahari adalah sekitar 5 Miliyar tahun

C. Umur bumi adalah sekitar 4,5 Miliyar tahun
D. Umur Bulan adalah sekitar 4,4 Miliyar tahun

Dari informasi tersebut maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa terdapat
rentang waktu yang teramat panjang antara proses penciptaan Langit, Matahari, Bumi
dan juga Bulan. Selisihnya sampai dalam kisaran miliyaran tahun. Jadi dari sini kita
bisa memastikan bahwa proses penciptaan alam semesta tidak mungkin bisa selesai
dalam kurun waktu 6 hari seperti klaim alkitab, mengingat urutan penciptaan didalam
alkitab yang hanya berselisih satu hari.

6. Kapan untuk kali pertama bumi dihuni oleh makhluk hidup?

Pelepasan gas vulkanik diduga menciptakan atmosfer tua yang nyaris tidak
beroksigen dan beracun bagi manusia dan sebagian besar makhluk hidup. Sebagian
besar permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan
dengan benda angkasa lain. Sebuah tabrakan besar diduga menyebabkan kemiringan
sumbu Bumi dan menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan
membentuk kerak padat dan memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk
kehidupan pertama muncul antara 2,5 miliar tahun yang lalu. Kehidupan fotosintesis
muncul sekitar 2 miliar tahun yang lalu, dan memperkaya oksigen di atmosfer.
Sebagian besar makhluk hidup masih berukuran kecil dan mikroskopis, sampai
akhirnya makhluk hidup multiseluler kompleks mulai lahir sekitar 580 juta tahun
yang lalu. Pada periode Kambrium, Bumi mengalami diversifikasi filum besarbesaran yang sangat cepat.

7. Berapa umur bumi menurut alkitab?

Seperti yang telah saya paparkan diatas, bahwa dari sudut pandang ilmu pengetahuan,
umur bumi yang telah dikemukakan oleh para ilmuan saat ini ialah 4,5 miliyar tahun.
Lalu berapa umur bumi menurut alkitab?

Jika kita membaca Alkitab mulai dari Kitab kejadian 5:1 hingga di Kejadian 5:32,
kita akan mendapatkan silsilah 10 generasi dari manusia pertama di planet bumi yang
bernama Adam sampai ke anak cucunya hingga Nuh beserta masing masing umurnya.
Kemudian jika kita jumlahkan seluruh angka angka umur dari tiap generasi ketika
memperanakkan masing masing keturunannya maka anda akan mendapatkan hasil
1554 TAHUN.

 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Qur’an (Islam)
Mengenai proses pembentukan alam semesta, dalam Al- qur’an banyak sekali
menjelaskan tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hal itu diantaranya adalah :
1.QS.Hud : 7
7.”Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, danadalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah):
"Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang
kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
2.QS.Al-Furqan : 59
59. “ Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang Maha pemurah,

Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad)
tentang Dia”.
3. QS.As-Sajdah : 4
4. “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antarakeduanya
dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak adabagi kamu
selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at.
Maka apakah kamu tidak memperhati kan?”
4.QS.Luqman : 10
10.”Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan diameletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;
dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami
turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuhtumbuhan yang baik”.
5. QS.Qaaf : 38
38. “Dan Sesungguhnya Telah kami ciptakan langit dan bumi dan
apa yang adaantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.”
Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan
sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari
ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan
abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu. Pertama, penciptaan alam
semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia
tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala
sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101)
Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad
sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan
dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang
sangat kecil. Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big

bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar
10-20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan)
alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan
energi terkumpul dalam sebuah titik.
Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?"
Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam
bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang
berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk
merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan
dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi
dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah
adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.
Mari kita tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam
ayat itu, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk)
dengan satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara
tentang "telur kosmik" yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum
Dentuman Besar. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini
dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan
materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan alam
semesta.
Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat
raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran
merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya
Kami benar-benar meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)

Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang
dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja
menyatakan bahwa semua itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam
semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya
pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman
Allah yang diturunkan kepada kita.
Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman yang artinya:
"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati".
Kata asap dalam ayat tersebut di atas menurut para ahli tafsir adalah merupakan
kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun
cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih
atau kurang stabil.
Telah di jelaskan dalam al’quran bahwa pembentukan alam semesta melalui
enam masa. Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat
An-Nazi’at ayat 27-33 yang artinya:
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28}
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan
daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}” (Q.S. An-Nazi’at: 2733)
Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat
diuraikan sebagai berikut:

· Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri
dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20
juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen.
Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red.
Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc 2, besarnya energi yang
dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan
mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void
(rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat
bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
· Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan
”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit
terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang,
dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang
maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh. Mengembangnya alam semesta
sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah
ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan
menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama
alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta
merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran
dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang,
atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
· Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang
gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai
penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi
siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang
yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti
pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak
mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar
ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan
suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi,
unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu
sendiri.
· Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai
pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III hingga Masa IV
ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”.

· Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika
mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air
menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang
menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang
dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap
air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal
dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan
rasio pada komet. “Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat
daripada Hidrogen pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka
setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai
muncul di dalam air” (Harahap, Adnan dkk. 1997:65).
· Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan
teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan
air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar
lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya
gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku
Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
· Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya
manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif
masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
· Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi,
”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya

dan

Dia

menentukan

padanya

kadar

makanan-makanan

(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orangorang yang bertanya”.
2.

Filsafat Penciptaan Alam Semesta
Materialisme: Kesalahan Abad ke-19



Realitas penciptaan yang kita bicarakan telah diabaikan atau diingkari sejak
dahulu

oleh sebuah

pandangan filosofis

tertentu. Pandangan

itu disebut

"materialisme". Filsafat ini, yang semula dirumuskan di kalangan bangsa Yunani
kuno, juga telah muncul dari waktu ke waktu dalam budaya lain, dan dikembangkan
pula secara perorangan. Menurut materialisme, hanya materi yang ada, dan begitulah
adanya sepanjang waktu yang tak terbatas. Dari pendirian itu, diklaim bahwa alam
semesta juga "selalu" ada dan tidak diciptakan.
Sebagai tambahan bagi klaim mereka bahwa alam semesta ada dalam waktu
yang tidak terbatas, penganut materialisme juga mengemukakan bahwa tidak ada
tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan bahwa semua
keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita hanyalah
peristiwa kebetulan. "Peristiwa kebetulan" juga diajukan ketika muncul pertanyaan
tentang bagaimana manusia terjadi. Teori evolusi, dikenal luas sebagai Darwinisme,
adalah aplikasi lain materialisme pada dunia alam.
Baru saja disebutkan bahwa sebagian pendiri sains modern adalah orang yang
beriman, yang sepakat bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Tuhan. Pada
abad ke-19, terjadi perubahan penting dalam sikap dunia ilmiah mengenai masalah
ini. Materialisme dengan sengaja dimasukkan dalam agenda ilmu alam modern oleh
berbagai kelompok. Karena keadaan politik dan sosial abad ke-19 membentuk basis
kuat bagi materialisme, filsafat tersebut diterima luas dan tersebar ke seluruh dunia
ilmiah. Akan tetapi, temuan sains modern secara tidak terbantahkan menunjukkan
betapa kelirunya pernyataan materialisme.

Temuan-Temuan Sains Abad ke-20



Mari kita tinjau lagi dua pandangan materialisme tentang alam semesta:
1.

Alam semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas, dan karena tidak

mempunyai awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan.
2.

Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah hasil peristiwa kebetulan dan

bukan produk rancangan, rencana, atau visi yang disengaja.
Kedua pandangan ini dikemukakan dengan berani dan dibela mati-matian oleh
materialis abad ke-19, yang tentu saja tidak punya jalan lain kecuali bergantung
kepada pengetahuan ilmiah zaman mereka yang terbatas dan tidak canggih. Kedua
pendapat itu telah dibantah sepenuhnya dengan penemuan-penemuan sains abad ke20.
Yang terkubur pertama kali adalah pendapat bahwa alam semesta sudah ada
sejak waktu yang tak terbatas. Sejak tahun 1920-an, telah muncul bukti tegas bahwa
pendapat ini tidak mungkin benar. Para ilmuwan sekarang merasa pasti bahwa jagat
raya tercipta dari ketiadaan, sebagai hasil suatu ledakan besar yang tak terbayangkan,
yang dikenal sebagai "Dentuman Besar (Big Bang)". Dengan kata lain, alam semesta
terbentuk, atau tepatnya, diciptakan oleh Allah. Kesimpulannya, filsafat yang disebut
materialisme telah ditolak oleh sains modern. Dari posisinya sebagai pandangan
ilmiah yang dominan pada abad ke-19, materialisme telah jatuh menjadi cerita fiksi
pada abad ke-20. Seperti yang ditunjukkan Allah:Abad ke-20 juga menyaksikan
kehancuran klaim materialis yang kedua: bahwa segala sesuatu di jagat raya adalah
hasil dari kebetulan dan bukan rancangan. Riset yang diadakan sejak tahun 1960-an
dengan konsisten menunjukkan bahwa semua keseimbangan fisik alam semesta
umumnya dan bumi kita khususnya dirancang dengan rumit untuk memungkinkan
kehidupan. Ketika penelitian ini diperdalam, ditemukan bahwa setiap hukum fisika,
kimia,

dan

biologi,

setiap

gaya-gaya

fundamental

seperti

gravitasi

dan

elektromagnetik, dan setiap detail struktur atom dan unsur-unsur alam semesta sudah
diatur dengan tepat sehingga manusia dapat hidup. Ilmuwan masa kini menyebut

desain luar biasa ini "prinsip antropis". Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail
alam semesta telah dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia hidup.

Penciptaan Alam Semesta Dari Ketiadaan
Dalam bentuk standarnya, teori Dentuman Besar (Big Bang) mengasumsikan
bahwa semua bagian jagat raya mulai mengembang secara serentak. Namun
bagaimana semua bagian jagat raya yang berbeda bisa menyelaraskan awal
pengembangan mereka? Siapa yang memberikan perintah? (Andre Linde, Profesor
Kosmologi).
Seabad yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang
diabaikan para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan
bahwa alam semesta telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam
semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan
tidak mempunyai awal. Tidak ada momen "penciptaan", yakni momen ketika alam
semesta dan segala isinya muncul.
Gagasan "keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang
berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia
Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya
dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini
bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir
kekaisaran Romawi dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami
kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans,
materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar dan ilmuwan
Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.
Pandangan tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan ateisme.
Tidak sulit melihat alasannya. Untuk meyakini bahwa alam semesta mempunyai
permulaan, bisa berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja, memerlukan
pencipta, yaitu Tuhan. Jauh lebih mudah dan aman untuk menghindari isu ini dengan

mengajukan gagasan bahwa "alam semesta ada selamanya", meskipun tidak ada dasar
ilmiah sekecil apa pun untuk membuat klaim seperti itu. Georges Politzer, yang
mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan
pada awal abad ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan Materialisme. Dengan
mempercayai kebenaran model "jagat raya tanpa batas", Politzer menolak gagasan
penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie ketika dia
menulis:Immanuel Kant-lah yang pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan
mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada
selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap
mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta
tanpa batas beserta materialisme. Pada awal abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta
tidak mempunyai awal- bahwa tidak pernah ada momen ketika jagat raya diciptakansecara luas diterima. Pandangan ini dibawa ke abad ke-20 melalui karya-karya
materialis dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels.
Alam semesta bukanlah objek yang diciptakan, jika memang demikian, maka
jagat raya harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan dan muncul dari ketiadaan.
Untuk mengakui penciptaan, orang harus mengakui, sejak awal, keberadaan momen
ketika alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini
pandangan yang tidak bisa diterima sains. Politzer menganggap sains berada di
pihaknya dalam pembelaannya terhadap gagasan alam semesta tanpa batas.
Kenyataannya, sains merupakan bukti bahwa jagat raya sungguh-sungguh
mempunyai permulaan. Dan seperti yang dinyatakan Politzer sendiri, jika ada
penciptaan maka harus ada penciptanya.
Pengembangan Alam Semesta Dan Penemuan Dentuman Besar

Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan astronomi
modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan
perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan
bahwa impuls kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan
mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. George Lemaitre
adalah orang pertama yang menyadari apa arti perhitungan Friedman. Berdasarkan
perhitungan ini, astronomer Belgia, Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta
mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang
telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation)
dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari "sesuatu" itu.
Pemikiran teoretis kedua ilmuwan ini tidak menarik banyak perhatian dan
barangkali akan terabaikan kalau saja tidak ditemukan bukti pengamatan baru yang
mengguncangkan dunia ilmiah pada tahun 1929. Pada tahun itu, astronomer Amerika,
Edwin Hubble, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, membuat
penemuan paling penting dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati sejumlah
bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang
itu bergeser ke arah ujung merah spektrum, dan bahwa pergeseran itu berkaitan
langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Penemuan ini mengguncangkan
landasan model alam semesta yang dipercaya saat itu.
Menurut aturan fisika yang diketahui, spektrum berkas cahaya yang mendekati
titik observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang
menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah. (Seperti suara peluit kereta yang
semakin samar ketika kereta semakin jauh dari pengamat). Pengamatan Hubble

menunjukkan bahwa menurut hukum ini, benda-benda luar angkasa menjauh dari
kita.
Tidak lama kemudian, Hubble membuat penemuan penting lagi; bintangbintang tidak hanya menjauh dari bumi; mereka juga menjauhi satu sama lain. Satusatunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta di mana segala
sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan
"mengembang".
Hubble menemukan bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah "diramalkan"
George Lamaitre sebelumnya, dan salah satu pemikir terbesar zaman kita telah
menyadari ini hampir lima belas tahun lebih awal. Pada tahun 1915, Albert
Einstein telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan
perhitungan-perhitungan berdasarkan teori relativitas yang baru ditemukannya (yang
mengantisipasi kesimpulan Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh temuannya,
Einstein menambahkan "konstanta kosmologis" pada persamaannya agar muncul
"jawaban yang benar", karena para ahli astronomi meyakinkan dia bahwa alam
semesta itu statis dan tidak ada cara lain untuk membuat persamaannya sesuai dengan
model seperti itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa konstanta
kosmologis ini adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.
Penemuan Hubble bahwa alam semesta mengembang memunculkan model lain
yang tidak membutuhkan tipuan untuk menghasilkan persamaan sesuai dengan
keinginan. Jika alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, mundur ke masa
lalu berarti alam semesta semakin kecil; dan jika seseorang bisa mundur cukup jauh,
segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Kesimpulan yang harus
diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu saat, semua materi di alam
semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai "volume nol" karena
gaya gravitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan
massa yang mempunyai volume nol ini. Ledakan ini mendapat sebutan "Dentuman
Besar" dan keberadaannya telah berulang-ulang ditegaskan dengan bukti pengamatan.

Ada kebenaran lain yang ditunjukkan Dentuman Besar ini. Untuk mengatakan
bahwa sesuatu mempunyai volume nol adalah sama saja dengan mengatakan sesuatu
itu "tidak ada". Seluruh alam semesta diciptakan dari "ketidakadaan" ini. Dan lebih
jauh,

alam

semesta

mempunyai

permulaan,

berlawanan

dengan

pendapat

materialisme, yang mengatakan bahwa "alam semesta sudah ada selamanya".


Hipotesis "keadaan-stabil"

Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena
bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan
setia pada gagasan alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang
Dentuman Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi
mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington,
yang berkata, "Secara filosofis, pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari
keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku."
Ahli astronomi lain yang menentang teori Dentuman Besar adalah Fred Hoyle.
Sekitar pertengahan abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model baru yang
disebutnya "keadaan-stabil", yang tak lebih suatu perpanjangan gagasan abad ke-19
tentang alam semesta tanpa batas. Dengan menerima bukti-bukti yang tidak bisa
disangkal bahwa jagat raya mengembang, dia berpendapat bahwa alam semesta tak
terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut model ini, ketika jagat raya
mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah

yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam "keadaan-stabil". Dengan satu
tujuan jelas mendukung dogma "materi sudah ada sejak waktu tak terbatas", yang
merupakan basis filsafat materialis, teori ini mutlak bertentangan dengan "teori
Dentuman Besar", yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan.
Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar
selama bertahun-tahun. Namun, sains menyangkal mereka.


Kemenangan Dentuman Besar

Pada tahun 1948, George Gamov mengembangkan perhitungan George
Lemaitre lebih ja