RESPON TANAMAN KANG KUNG DARAT 2002

RESPON TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans) DAN
BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI
TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM PADA INCEPTISOL
Oleh : Sevindrajuta
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumbar
Abstrak
Research on: "Response kale crop land (Ipomoea reptans) and some chemical
properties of soil due to the provision of various doses of chicken manure on Inceptisol"
has been implemented in the experimental garden of the Faculty of Agriculture,
University of Muhammadiyah Sumatera Barat, since June 2012 until August 2012. The
research objective was to determine the dose right chicken manure and its effect on some
chemical properties of soil and ground water spinach plant growth.
This study uses The design of Longitude Cage Latin (RBSL), 4 treatments and 4
replications, statistical analysis of data in the F table 5%, and continued with advanced
test Duncan's New Multiple Rang Test (DNMRT) on the real level of 5%. Treatment
include: (a) Without the chicken manure, (B) chicken manure 10 tonnes / ha, (C) chicken
manure 20 tonnes / ha, and (D) chicken manure 30 tonnes / ha.
The results showed: an increase in dosing chicken manure increased soil pH, soil
CEC, C-organic, Phosphorus soil and uptake of P. Chicken manure 30 tonnes per hectare
is the best enhance wet weight kale crop land, improve chemical properties Inceptisol
and give the best results to the uptake of P.

I.

PENDAHULUAN

Kangkung (Ipomoea sp) termasuk kedalam famili Convolvulaceae, merupakan
sayuran yang cukup populer karena peminatnya memang cukup banyak. Kangkung muda
dapat digunakan sebagai turnis, sayur bening, sayur asam, gado-gado, pecal, rujak cingur,
lalaban dan lain-lain yang banyak tersedia di restoran-restoran. Kangkung banyak
mengandung vitamin A dan C, mineral terutama zat besi yang sangat berguna untuk
pertumbuhan (Nazaruddin, 1999).
Kangkung darat disebut juga kangkung cina atau kangkung putih,

hanya dapat

tumbuh di daratan yang tidak becek atau tanah yang tidak tergenang air. Kangkung darat
lebih banyak mengeluarkan biji dibandingkan dengan kangkung air, yang dapat
diperbanyak secara generatif melalui biji, sedangkan kangkung air diperbanyak dengan
cara vegetatif melalui stek pucuk batang. Dari macam-macam kangkung darat yang telah
banyak dibudidayakan baru ada satu varietas yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian
sebagai varietas unggul yaitu varietas Sutera (Indartiyah, 1993).


Kangkung darat tumbuh baik di lahan kering atau tegalan, daunnya lebih langsing
dengan ujung daun meruncing, warna daun hijau pucat keputih-putihan, warna bunga
putih polos. Bunga ini dipelihara sebagai penghasil biji untuk benih baru (Nazaruddin,
1999).
Untuk pertumbuhan tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan khusus,
Kangkung darat menghendaki tempat yang kaya akan bahan organik, dengan pH 5,5 - 6,5
dan temperatur 20o – 30o C. Kangkung darat hanya bisa tumbuh di darat dan tidak
tergenang air. Kangkung darat lebih cocok ditanam di tanah liat tetapi telah digemburkan
dengan pemberian pupuk alam (organik) seperti kompos, pupuk kandang atau pupuk
hijau. ( Indartiyah,1993 ).
Usaha untuk mempertahankan kandungan bahan organik dalam tanah ialah dengan
cara memakai pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, mencegah pembakaran dan
penghanyutan lapisan tanah atas dan mengusahakan agar sisa-sisa tanaman dikembalikan
ke dalam tanah.
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dan kandang ternak, baik
berupa kotoran padat bercampur sisa makanan , alas kandang maupun urine. Pupuk
kandang mempunyai pengaruh terhadap tanah-tanah pertanian, diantaranya meningkatkan
kesuburan tanah, memperbaiki kehidupan organisme di dalam tanah dan sifat fisika tanah
serta merupakan salah satu cara untuk mencegah kehilangan unsur hara dari pencucian,

karena pupuk kandang akan bertindak sebagai pengabsorpsi kation-kation yang dapat di
ambil

oleh

tanaman,

meningkatkan

humus,

struktur

tanah

serta

mendorong

perkembangan jasad renik (Soepardi, 1983)..

Selain pengaruh tidak langsung, pemberian pupuk kandang sebagai sumber bahan
organik menyumbangkan kation-kation seperti K, Ca, dan Mg. Begitu juga pemberian
bahan organik berpengaruh langsung terhadap fisiologi tanaman, seperti peningkatan
kegiatan respirasi yang merangsang peningkatan serapan hara, sehingga meningkatkan
pertumbuhan tanaman. (Soehardjo, Kurnia, Soepartini, 1993).
Penggunaan pupuk organik semakin mendapat perhatian, karena bermanfaat untuk
memperbaiki struktur tanah, sumber hara mikro, media untuk perkembangan mikroba
tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, serta meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk anorganik. Karena itu pupuk organik secara keseluruhan dinilai

mendukung upaya pelestarian produktifitas tanah. Pengaruh pemberian bahan organik
terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator, yaitu
memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara nitrogen (N), posfor (P), sulfur (S),
menambah kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah dan sumber energi bagi mikro organisme tanah (Sevindrajuta, 1996).
Inceptisol adalah tanah muda yang berasal dari tuff vulkan yang memiliki tekstur
kasar, mempunyai bulk density yang rendah dan P yang tinggi , tidak ada sifat lekat atau
kenyal (plastis) bila lembab. Tanah ini banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air dan peka terhadap pencucian (Hardjowigeno, 1987). Inceptisol berwarna
kelabu coklat atau coklat kekuning-kuningan sampai keputih-putihan. Strukturnya lepas

atau butir tunggal, sedang tekstur umumnya kasar berpasir sampai lempung berdebu.
Secara umum tanah ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang jelek, sehingga
produktifitasnya rendah. Berhubungan dengan tekstur dan struktur tanah ini mempunyai
permeabilitas dan infiltrasi yang lambat sampai dengan cepat, daya menahan airnya
sangat rendah dan sangat peka terhadap erosi, maka perlu pemberian bahan organik dan
penyediaan pengairan yang cukup sehingga tanah ini bisa digunakan untuk persawahan,
palawija, sayur-sayuran dan perkebunan (tembakau dan tebu) (Hakim, Nyakpa, Lubis.,
Nugroho., Hong dan Bailey, 1986).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, telah dilakukan penelitian dengan judul
"Respon tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) dan beberapa sifat kimia
tanah akibat pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam pada Inceptisol".
Tujuan penelitian adalah untuk menentukan takaran pupuk kandang ayam yang tepat dan
pengaruhnya terhadap beberapa sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman kangkung
darat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UMSB Payakumbuh, di
Koto Nan Ampek Kota Payakumbuh, pada tanah ordo Inceptisol, ketinggian tempat +
512 meter dari permukaan laut. Kemudian dilanjutkan dengan analisa laboratorium di
Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Sukarami Solok. Percobaan dimulai dari bulan
Juni 2012 sampai bulan Agustus 2012.

penelitian ini adalah Varietas Sutera.

Benih kangkung yang digunakan dalam

Penelitian ini menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) : 4 perlakuan
dan 4 ulangan, data di analisis dengan uji F pada taraf 5 %, dan dilanjutkan dengan uji
Duncan's New Multiple Rank Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %.
Perlakuan adalah pemberian pupuk kandang ayam yaitu :
A. Tanpa pemberian pupuk kandang ayam.
B. Pemberian pupuk kandang ayam takaran 10 ton/ha.
C. Pemberian pupuk kandang ayam takaran 20 ton/ha.
D. Pemberian pupuk kandang ayam takaran 30 ton/ha.
PELAKSANAAN PENELITIAN.
Pelaksanaan penelitian ini meliputi pengolahan tanah. Tanah dicangkul sedalam 2030 cm dan dibersihkan dari akar dan sisa-sisa tumbuhan, dan

pembuatan plot-plot

percobaan dengan ukuran 1,5 x 1,5 m. Satu minggu kemudian dilakukan pengolahan
tanah kedua, kemudian diberi pupuk kandang ayam sesuai dengan perlakuan masingmasing plot. Setelah itu diinkubasi selama dua minggu dan dilanjutkan dengan
penanaman.

Penanaman kangkung ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm, jarak dari pinggir plot
15 cm, sehingga satu plot diperoleh 49 lobang tanam setiap lobang ditanam dengan 5 biji
benih.
Pemupukan disamping pupuk kandang juga diberikan pupuk buatan satu kali pada
awal tanam dengan sistem larikan, dengan dosis 1/2 dari dosis anjuran yaitu : 50 Kg
urea/ha (1,25 gram urea/plot). 50 Kg SP-36/ha (1,25 gram SP 36/plot), dan 25 Kg KCI/ha
(5,75 gram KCI/plot).
Pemeliharaan berupa penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara mekanis, dengan membuang bagian yang terkena hama dan penyakit.
Panen kangkung darat dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari dengan kriteria,
panjang atau tinggi tanaman telah mencapai 15 - 20 cm dan tanaman belum berbunga.
Panen dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman.
PENGAMATAN
Analisis sifat kimia tanah dilakukan dua kali yaitu analisis awal (sebelum diberikan
perlakuan) dan sesudah masa inkubasi, pengamatan meliputi : 1). pH tanah (metoda
kalorimetri), 2). KTK tanah (metoda penukaran kation-kation dengan NH4OAc pH 7), 3).

C-organik (metoda Walkley dan Black menggunakan spectrophoto meter), 4). P-tersedia
(metoda Bray 2).
Pengamatan terhadap tanaman meliputi : 1). Serapan P oleh tanaman, 2). Berat

kangkung darat (berat basah / Kg).
HASIL DAN PEMBAHASAN.
1. Analisa Tanah Awal.
Hasil analisa sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel l dibawah ini.
Tabel 1. Hasil analisa tanah awal.
Macam analisa
pH tanah
C-organik (%)
N-total (%)
KTK-tanah (me/100 g)
P2O5-HCl 25 % (mg/100 g)

Nilai
5,12
2,57
0,23
24,72
19,05

Kriteria

Masam
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah

2. Analisa Tanah Setelah Masa Inkubasi.
a. pH tanah.
Hasil pengamatan pH tanah setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengamatan pH Tanah setelah inkubasi.
Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang ayam
B. 10 ton/ha pupuk kandang ayam
C. 20 ton/ha pupuk kandang ayam
D. 30 ton/ha pupuk kandang ayam
KK =

pH tanah
4,03 a
5,14

b
5,53
c
5,80
d
21,48 %

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT.

Berdasarkan Tabel 2, pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap pH tanah, dimana masing-masing perlakuan
memperlihatkan pengaruh yang nyata sesamanya.
Peningkatan takaran bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan pH tanah.
Takaran 30 ton/ha, pH tanah yang dicapai adalah 5,80 dibandingkan dengan tanpa
perlakuan yang hanya 4,03. Semakin tinggi bahan organik tanah akan semakin tinggi
sumbangan kation-kation kedalam tanah, terutama kation basa. Menurut Sevindrajuta
(1996), Penambahan bahan organik akan memperbaiki sifat fisik tanah, seperti perbaikan

agregat tanah mempertahankan kelembaban, dan mengendalikan pH. Hasil pelapukan
bahan organik seperti asam organik dan humus di perkirakan efektif dalam pembentukan

kompleks dengan senyawa besi dan alumunium.
Soepardi (1983), mengemukakan bahwa anion organik dapat mengikat ion-ion
alumunium dalam tanah dan membentuk senyawa kompleks yang sukar larut, akibatnya
konsentrasi alumunium menurun dan hidrogen penyebab kemasaman akan berkurang dan
akibatnya pH naik.
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah.
Hasil pengamatan terhadap KTK tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengamatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah setelah inkubasi.
Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang ayam
B. 10 ton/ha pupuk kandang ayam
C. 20 ton/ha pupuk kandang ayam
D. 30 ton/ha pupuk kandang ayam
KK

KTK tanah (me/100 g)
21,02 a
24,11
b
25,77
c
30,79
d
1,30 %

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT.

Berdasarkan Tabel 3, perlakuan pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata sesamanya terhadap KTK tanah. Peningkatan
takaran bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan KTK tanah. Pada takaran
tertinggi percobaan ini 30 ton/ha, KTK tanah yang dicapai adalah 30,79 me/100g
dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang ayam yang hanya 21,02 me/100g. Terjadinya
perbedaan KTK tanah disebabkan oleh peningkatan pemberian pupuk kandang sebagai
sumber bahan organik tanah, dimana meningkatnya pemberian bahan organik tanah akan
meningkatkan pula sumbangan terhadap koloid organik yang mendorong peningkatan
KTK tanah. Disamping itu, semakin tinggi bahan organik tanah akan semakin tinggi
sumbangan kation-kation kedalam tanah, terutama kation basa.
Tinggi rendahnya kapasitas tukar kation tanah salah satunya sangat ditentukan oleh
jumlah bahan organik yang diberikan. Bahan organik yang diberikan kedalam tanah
berpengaruh terhadap sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kation-kation yang dapat
dipertukarkan, unsur-unsur N, P dan S diikat datam bentuk organik, sehingga akan
mempengaruhi tinggi rendahnya kapasitas tukar kation tanah. Bahan organik
menghasilkan koloid organik yang mempunyai daya jerap yang lebih besar dari koloid

tanah dan semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, semakin tinggi pula
kapasitas tukar kation tanahnya. (Hakim et al,1986).
c. Kandungan C 0rganik tanah.
Hasil pengamatan kandungan C-organik tanah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengamatan kandungan C-organik Tanah Setelah inkubasi.
Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang ayam
B. 10 ton/ha pupuk kandang ayam
C. 20 ton/ha pupuk kandang ayam
D. 30 ton/ha pupuk kandang ayam
KK

2,36
2,43
2,74
3,31
3,14 %

Kandungan C-organik (%)
a
a
c
d

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT.

Berdasarkan Tabel 4 perlakuan pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan C-organik tanah. Perlakuan A dan
B berbeda tidak nyata sedangkan perlakuan B,C dan D memperlihatkan pengaruh yang
berbeda nyata.
Peningkatan takaran bahan organik tanah akan meningkatkan kandungan C-organik
tanah. Pada takaran tertinggi 30 ton/ha kandungan C-organik yang dicapai adalah 3,31,
dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang ayam yang hanya 2,36 %.
Terjadinya perbedaan kandungan C-organik tanah disebabkan oleh peningkatan
pemberian pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah. Semakin tinggi pupuk
kandang yang diberikan ke dalam tanah akan semakin tinggi sumbangan terhadap
peningkatan kandungan bahan organik, terutama sumbangan karbon organik (C-organik).
Soepardi (1993), menyatakan bahwa pemberian bahan organik pada tanah mineral akan
dapat meningkatkan C-organik, N-total dan juga basa-basa.
Pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah,
karena dapat menambah zat makanan tanaman, mempertinggi kadar humus, memperbaiki
struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik. Pupuk kandang juga penting
sebagai sumber unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga keseimbangan
unsur hara dalam tanah menjadi lebih baik (Sarief,1986).
d. Posfor tanah.
Hasil pengamatan posfor tanah setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan posfor tanah setelah inkubasi.

Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang ayam
B. 10 ton/ha pupuk kandang ayam
C. 20 ton/ha pupuk kandang ayam
D. 30 ton/ha pupuk kandang ayam
KK

Posfor tanah (ppm)
11,59 a
14,01 a
21,62
b
53,40
c
11,89 %

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT

Berdasarkan Tabel 5, pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam memberikan
pengaruh yang nyata terhadap posfor tanah. Perlakuan A dan B berbeda tidak nyata
sedangkan perlakuan B,C dan D memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata.
Ketersedian posfor tersedia tertinggi dicapai dengan pemberian bahan organik sebesar 30
ton/ha, mencapai 53,40 ppm dan berbeda sangat nyata dengan Tanpa pupuk Kandang
ayam yang hanya mengandung 11,59 ppm. Terjadinya perbedaan posfor tanah disebabkan
oleh peningkatan pemberian pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah.
Semakin tinggi bahan organik tanah akan semakin tinggi sumbangan unsur hara ke dalam
tanah seperti N, P, K, Ca, S dan unsur mikro lainnya.
Hakim et al (1982) menjelaskan bahwa pelapukan bahan organik oleh jasad renik
akan menghasilkan asam humat, asam fulfat serta asam-asam organik lainnya. Asam ini
dapat mengikat logam seperti Al dan Fe sehingga pengikatan P dikurangi dan P akan
lebih tersedia. Lebih lanjut anion-anion organik seperti sitrat, asetat dan oksalat yang
dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat melepaskan P dari ikatan hidroksidahidroksida Al, Fe dan Ca bereaksi membentuk senyawa kompleks.
Soepardi (1983) mengemukakan bahwa hasil dekomposisi bahan organik berupa
asam organik dan humus dapat secara efektif mengikat (kelat) alumunium, dimana
konsentasi alumunium dapat berkurang dari 3.4 % menjadi 0,95 % Hal ini dapat
mengurangi pengikatan posfor dan posfor menjadi tersedia untuk tanaman.
3. Pengamatan Serapan Hara Oleh Tanaman
a. Serapan posfor oleh tanaman
Hasil serapan posfor oleh tanaman setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Pengamatan serapan posfor oleh tanaman.
Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang ayam
B. 10 ton/ha pupuk kandang ayam
C. 20 ton/ha pupuk kandang ayam

Serapan Posfor Tanaman (%)
0,126 a
0,175
b
0,187
c

D. 30 ton/ha pupukkandang ayam
KK

0,262
13,12 %

d

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taral 5% menurut uji DNMR'T

Berdasarkan Tabel 6, pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap serapan posfor tanah, dimana masing-masing
perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata sesamanya. Serapan posfor semakin
meningkat dengan meningkatnya takaran bahan organik.
Kandungan serapan posfor tertinggi 0,262 % diperoleh dengan pupuk kandang
sebesar 30 ton/ha. Semakin tinggi takaran Pupuk kandang ayam yang diberikan semakin
tinggi pula serapan posfor di dalam jaringan tanaman. Hal ini dapat dilihat bahwa
semakin tinggi takaran pupuk kandang ayam yang diberikan, semakin tinggi posfor
tersedia di dalam tanah sehingga serapan posfor oleh tanaman akan semakin tinggi.
Tisdale, Nelson dan Beaton (1990), mengemukakan bahwa unsur posfor merupakan
unsur hara makro esensial utama setelah nitrogen. Posfor merupakan kunci kehidupan
yang mempengaruhi semua proses pertumbuhan tanaman. Peranan posfor antara lain ; (1)
meningkatkan pembelahan sel, (2) memecah karbohidrat menjadi energi, (3) merangsang
pertumbuhan akar, (4) mempercepat kematangan, (5) memperbaiki kualitas biji (6)
sebagai pengangkut dan penyimpan energi dalam bentuk senyawa Adenosin Mono
Phosphate (AMP), Adenosin Diphosphate (ADP), Adenosin Triphosphate (ATP).
Sehingga kekurangan unsur posfor akan menghambat semua proses pertumbuhan
tanaman.
b. Berat basah kangkung (g /plot).
Hasil produksi berat basah kangkung (g/plot) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Berat basah kangkung sampel per plot dan per hektar.
Perlakuan
A. tanpa pupuk kandang
B. 10 ton/ha pupuk kandang
C. 20 ton/ha pupuk kandang
D. 30 ton/ha pupuk kandang
KK

Berat kangkung (g/plot)
97 a
241
b
475
c
582
d
11,19 %

Produksi (kg/ha)
2,158
5,824
10.440
13.648

Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uii DNMRT.

Berdasarkan Tabel 7, perlakuan A berbeda nyata dengan B, C dan D. Hasil analisa
terhadap jaringan tanaman kangkung menunjukkan bahwa semakin tinggi takaran pupuk
kandang yang diberikan semakin tinggi pula produksi berat basah kangkung. Berat basah

kangkung tertinggi pada perlakuan D yaitu 582 gram atau sama 3,08 kg/plot setara
dengan 13.648 kg/ha diperoleh dengan pupuk kandang sebasar 30 ton/ha.
Terjadinya peningkatan berat basah kangkung akibat adanya penyumbangan nutrisi
dari pupuk kandang ayam sebagai sumber bahan organik. Dimana bahan organik yang
merupakan protein akan mengalami proses perombakan yang akan menghasilkan
bermacam-macam unsur hara seperti, N, P, K, S, Ca dan unsur mikro lainnya sebagai
sebagai penyusun berat kering tanaman.
Soepardi (1983), Hakim et al (1986) dan Sevindrajuta (1996) mengemukakan
pemberian bahan organik akan meningkatkan unsur hara N, P, K, S, Ca dan unsur lain.
Dengan tersedianya unsur hara maka pertumbuhan tanaman akan baik, seiring dengan
berat kering tanaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hakim (1982) dan
Tisdale et al (1990) unsur hara N dan P bagi tanaman berfungsi dalam pembentukan dan
pembelahan sel, pembentukan jaringan muda, membantu perkembangan akar dan
meningkatkan kualitas tanaman. Selanjutnya Nyakpa et aI (1988) menyatakan unsur hara
N dan P dapat meningkatkan produksi bobot kering tanaman, meningkatkan hasil
memperbaiki kualitas dan mempercepat kematangan.
KESIMPULAN DAN SARAN.
Respon tanaman kankung darat (Ipomoea reptans) dan beberapa sifat kimia tanah
akibat pemberian berbagai takaran pupuk kandang ayam pada Inceptisol,

dapat

disimpulkan antara lain:
1. Akibat peningkatan pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan pH
tanah, KTK tanah, C-organik dan P tanah dan serapan posfor jaringan tanaman,
2. Pemberian pupuk kandang ayam sampai 30 ton per hektar merupakan takaran
yang terbaik untuk meningkatkan berat basah tanaman kangkung dan
memperbaiki sifat kimia Inceptisol sehingga memberikan hasil terbaik terhadap
serapan p.
Saran-saran.
Untuk memperbaiki sifat kimia tanah dan serapan posfor tanaman dalam
meningkatkan hasil

produksi kangkung darat maka disarankan pemberian pupuk

kandang ayam dengan takaran 30 ton/ha.

Ahmad, Fachri. 1981. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Proyek Peningkatan dan Pengembangan
Perguruan Tinggi. Universitas Andalas Padang. 91 hal.
Hakim, Nurhayati. 1982. Pengaruh Pemberian pupuk hijau dan kapur pada tanah
Podsolik Merah Kuning terhadap ketersediaan posfor dan produksi tanaman
jagung (Zea mays L.). Disertasi Doktor Fakultas Pertanian Pasca Sarjana IPB.
Bogor 272 hal.
Hakim, Nurhayati., Nyakpa, M. Yusuf., Lubis, A.M., Nugroho., Go Ban Hong dan
Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung 488
hal.
Hardjowigeno, Sarwono. 1985. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Survey dan Evaluasi
Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor 147 hal.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor 219
hal.
Indartiyah, Indri. 1993. Pedoman Praktis Bertanam Sayuran Sumber Vitamin A (Wortel,
Bayam, dan Kangkung). PD. Mahkota. Jakarta. 48 hal.
Nazaruddin, 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Bogor 142 hal.
Nyakpa, Yusuf., Lubis., Pulung., Mamat., Anwar., Munawa, Ali., Go Ban Hong., Hakim,
Nurhayati. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hal.
Sarief, Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Pusaka Buana
Bandung. 182 hal.
Sevindrajuta. 1996. Peranan Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus) dan Macam Bahan
Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat Fisika Ultisol Rimbo Data dan Hasil
Kedelai. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang. 101 hal.
Soehardjo, Kurnia U., Soepartini M. 1993. Bahan Organik. Serial Populer
No.3/PP/SP/1993/ Pusat Penelitian Tanah Agroklimat. Bogor. Hal 395 - 425.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan dari The Nature and Properties of Soil, by ;
Buchman, Harry and Brady. Nyle. C. Bratara Karya Aksara. Jakarta 70 hal.
Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 591 hal.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. 1999.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Suryatma, Rafli. 1987. Ilmu Tanah. Angkasa. Bandung. 84 hal.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D, Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. Edition
4. Macmillan Publishing Company. New York. Page 754.