RENCANA KERJA PENELITIAN GUNUNG PADANG P

RENCANA KERJA PENELITIAN GUNUNG PADANG
CIANJUR, JAWA BARAT
TAHUN 2013

1. Latar Belakang
Situs Gunung Padang di Cianjur Jawa Barat merupakan peninggalan purbakala yang
telah dilaporkan sejak tahun 2014. Akan tetapi, penelitan arkeologi mulai dilakukan pada
tahun 1979 yang dilanjutkan dengan penelitian Arkeologi mulai dilakukan tahun 1979 yang
dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berkutnya. Pemugaran dilakukan pada tahun 1985
dan pada tahun 1998 Pemerintah menetapkan situs Gunung padang sebagai Benda Cagar
Budaya, berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor :
139/M/1998. Situs Gunung Padang memiliki luas bangunan 3.094,59 m2 dan luas tanah
17.196,52 m2. Bangunan seluas 3.094,59 m2 tersebut terdiri atas tangga naik di sisi tara dan
5 teras di puncak bukit.
Pada tahun 2011 Tim Katastropik Purba yang diprakarsai oleh Staf Khusus Presiden
Bidang bantuan Soisal dan Bencana (SKP-BSB) memperoleh temuan ikutan saat meneliti
gempa di sesar Cimandiri yang melintas tidak jauh dari Situs Gunung Padang. Berdasarkan
Pengeboran dan survei bawah permukaan menggunakan georadar dan geolistrik yang
dilanjutkan dengan analisis pertanggalan karbon (carbon dating) diduga terdapat struktur
buatan manusia (manmade) di bawah permukaan tanah. Selanjutnya pada tahun 2012, SKPBSB menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) untuk melakukan
penelitian lebih lanjut di Gunung padang.

TTRM memperoleh sedikitnya dua temuan penting, yakni : (1) adanya struktur
terasering berusia 500 Sebelum Masehi di lereng bukit yang menjadi badan bangunan,
sehingga Situs Gunung Padang sesungguhnya merupakan bangunan monumental seluas 15
hektar. (2) Ditemukan struktur lebih tua di bawah situs di permukaan dan di lereng timur
pada kedalaman 1 sampai 4 meter yang berusia 4700 tahun Sebelum masehi dengan teknik
menyusun batu yang diberi perekat semacam semen purba. Selain itu, di bawah struktur
lapisan kedua ini terdapat indikasi struktur buatan manusia yang usianya lebih dari 7600
tahun Sebelum masehi yang telah terdeteksi dari data pengeboran dan survey bawah
permukaan. Kedua temuan ini tentunya masih berupa hipotesa dan belum hasil final
sehingga perlu kajian lebih lanjut.

1

Pada bulan November 2012 Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, telah melakukan Kajian Pelindungan, Pengembangan, dan
Pemanfaatan Situs Cagar Budaya Gunung Padang. Lingkup penelitian ini tidak hanya
berkenaan dengan aspek arkeologi dan geologi, tetapi juga melakukan pendokumentasian
detail, baik secara verbal maupun pictorial. Tim dari Pusarnas juga telah melakukann
pemetaan dan pendokumentasian 3 Dimensi (Photogrametri), identifikasi tingkat kerusakan
situs baik yang diakibatkan oleh alam maupun oleh manusia, termasuk bagaimana menata

ulang arus pengunjung (manajemen pengunjung), termasuk bagaimana meningkatkan peran
serta masyarakat di sekitar situs.
Tim dari Pusarnas setidaknya telah berhasil mengidentifikasi beberapa hal penting,
diantaranya: (1) kemampuan masyarakat masa lalu dalam memilih, memilah, memindahkan
dan menyusun kembali batuan alami menjadi sebuah struktur bangunan yang monumental;
(2) kondisi tanah situs yang rawan longsor dan dampak negatif dari alam serta manusia
terhadap kelestarian situs yang perlu ditangani segera; (3) perlunya program peningkatan
pengetahuan dan keterampilan (capasity building) serta peran serta masyarakat (public
awarness), agar masyarakat dapat menjadi subyek dan mendapatkan nilai tambah yang
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tim ini merekomendasikan agar segera ditentukan
zonasi atau penetapan tata ruang peruntukan – yang dibagi dalam zona inti, zona penyangga,
dan zona pengembangan – agar pemanfaatannya tetap mengindahkan kelestarian, serta
secara yuridis formal perlu upaya penetapan sebagai Cagar Budaya Nasional sesuai dengan
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Pada tanggal 18 Mei 2013 Presiden Republik Indonesia memberi apresiasi terhadap
upaya kajian untuk mengetahui dan membuktikan berbagai hipotesa terkait dengan Situs
Gunung Padang dan memberi arahan agar riset dituntaskan tahun ini juga untuk kemudian
dilanjutkan dengan rencana pemugaran. Pada tanggal 24 Mei 2013 Menteri Sekretaris
Negara menindaklanjuti agar arahan Presiden dengan menugundang Sekretaris Kabinet,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, Menteri Lingkungan Hidup, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Ketua
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gubernur Jawa Barat, Kodam III/Siliwangi, Polda
Jawa Barat, dan Bupati Cianjur. Pada tanggal 6 Juni 2013 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan didampingi Direktur Jenderal Kebudayaan mengunjungi Situs Gunung Padang
dan menyatakan Kementerian Pendidikan dan Kebuidayaan akan melanjutkan penelitian
tersebut.
2. Tujuan Penelitian Dasar dan Penelitian Terapan Pra-Pemugaran
Tujuan penelitian sebagaimana telah disampaikan kepada Presiden tanggal 18 Mei
2013 dan telah dijabarkan pada pertemuan di Sekretariat Negara tanggal 24 Mei 2013 adalah

2

menuntaskan penelitian di Situs Gunung Padang sebagai dasar pengembangan dan
pemanfaatannya.
Tujuan Umum:
Menentukan batas Situs Gunung Padang secara lateral dan vertikal dan batas
kawasan.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi dan menampakkan adanya dugaan struktur buatan manusia yang
berusia sekitar 500 tahun Sebelum Masehi terutama di sisi timur dan utara, serta

dugaan struktur berusia sekitar 4700 tahun Sebelum Masehi di sisi timur
2. Mengidentifikasi dan menampakkan batas-batas situs Gunung Padang yang
diperkirakan mencapai 15 hektar.
Tindak lanjut dari pertemuan-pertemuan tersebut adalah koordinasi dan rencana aksi yang
dilakukan oleh Kementerian, Lembaga, dan pihak terkait. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan akan menitikberatkan pada penelitian Situs Gunung Padang atau pada pencapaian
Tujuan Khusus Nomor 1 dan 2.
Hasil dari penelitian ini akan dipakai sebagai dasar dan acuan utama untuk melakukan
kegiatan tahapan berikutnya, yakni : Studi Teknis Pemugaran, Penyusunan Site Plan dan
Masterplan Pelestarian dan Pengelolaan Situs dan Kawasan yang akan dilakukan dari Juli
samapai akhir September, untuk selanjutnya pencanganan Pemugaran oleh Presiden Republik
Indonesia tanggal 1 Oktober 2013
3. Metode Penelitian
Uraian Umum Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan mencakup (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data,
dan (c) penafsiran data.
a. Pengumpulan data
Tahap ini mencakup kegiatan penelusuran dan pengkajian lietarur baik cetak maupun elektronik
yang secara khusus mengenai Gunung Padang dan secara umum sesuai lingkup penelitian ini.
Pengumpulan data mencakup kegiatan pengambilan sampel permukaan maupun dibawah

permukaan. Pada prinsipnya semua kondisi pra-ekskavasi harus terpenuhi dan pelestarian cagar
budaya sangat dikedepankan, sehingga selain riset juga terdapat pemenuhan sarana dan prasarana
seperti pembuatan peta tpografi, pembuatan saluran pengalihan air, dan pembelian dan penyewaan

3

lhan riset. Penelitian Bioekologi akan mengumpulkan semua data terkait flora dan fauna. Penelitian
geohidrologi akan mengumpulkan data mengenai system air permukaan dan bawah permukaan yang
juga akan menjadi rekomendasi pembuatan saluran pengalih air oleh para ahli teknik. Penelitian
geologi-geofisika akan mengumpulkan semua data permukaan dan bawah permukaan tanah.
Penelitian arkeologi berupa survey permukaan dan ekskavasi khususnya pengupasan untuk
menelusiri kepurbakalaan Gunung Padang.

b. Pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data yang telah
terkumpul. Analisis khusus (specific analysis) terhadap semua jenis data dilakukan
dengan analisis visual dan laboratorium. Analisis laboratorium dilakukan di
laboratorium-laboratorium yang menjadi acuan para peneliti baik di dalam maupun di
luar negeri. Data di sini mencakup: sampel tanah, batu, artefak, pollen, dan air, dan data
bawah permukaan dari georadar, geolistrik, geomagnet, dan sampel inti bor. Setelah

dilakukan analisis khusus, dilakukan analisis kontekstual (contextual analysis) yang
menekanan pada hubungan antara data yang satu dengan yang lain. Analisis kontekstual
akan mengintegrasikan seluruh hasil analisis khusus dan mengaitkannya dengan
dimensi bentuk (form), ruang (space), dan waktu (time).
c. Penafsiran data
Tahap penafsiran data merupakan tahap terakhir dari rangkaian metode penelitian ini.
Pada tahap ini, akan dilakukan penafsiran dengan menggunakan berbagai konsep dan
teori dari berbagai bidang ilmu terkait, termasuk arkeologi, geologi-geofisika,
geohidrologi, biologi, arsitektur, teknik sipil, dan lainnya.
Uraian Khusus Metode Penelitian
1. Pemetaan
Pemetaan dilakukan dengan total station/theodolite untuk pengambilan data
ketinggian dengan spasing rata-rata 50 cm dan pendataan semua unsur geografis,
arkeologis, biologis dan geologis; khususnya untuk memetakan penyebaran
lateral dari struktur terasering di lereng bukit
2. Pengupasan
Pengupasan dilakukan dengan membersihkan alang-alang, tumbuhan dan tanah
yang menutupi struktur terasering di (dekat) permukaan, yaitu struktur lapisan 1,
secara sistematis dengan mempertimbangkan dengan sangat hati-hati faktor
konservasi cagar budaya dan proteksi dari ancaman erosi air permukaan serta

kestabilan lereng.

4

3. Eskavasi Arkeologi
Eskavasi dimaksudkan untuk membuat paritan/kotak gali untuk meneliti lebih
lanjut temuan permukaan dan menelusuri geometri dan penyebaran lateral dari
berbagai struktur yang terdapat di Gunung Padang.
4. Geologi (dekat) permukaan
Observasi dan pengambilan sampel batuan dan tanah di permukaan dan di
paritan eskavasi arkeologi di atas, bersinergi dengan tim arkeologi di lapangan.
Tim geologi akan bahu-membahu dengan tim arkeologi di lapangan dalam
membedakan dan memerikan unsur alamiah dan non-alamiah serta meneliti
proses dan bentukan geologi serta konteks-nya dengan unsur budaya.
5. Hidrogeologi
Meneliti kondisi air permukaan dan bawah permukaan dengan pengamatan
visual di lapangan serta pengambilan sampel air dan analisis laboratorium untuk
pemodelan proses dan aliran air permukaan dan bawah permukaannya.
Penelitian geohidrologi akan mengacu kepada hasil-hasil survey bawah
pemukaan (georadar dan geolistrik) yang sudah dan akan dilakukan oleh TTRM.

6. Survey Geofisika Bawah Permukaan
Dilakukan untuk memindai struktur geologi bawah permukaan dan mendeteksi
penyebaran lateral dan vertikal dari situs cagar budaya. Survey ini juga
dilakukan untuk membantu menentukan lokasi terbaik dari eskavasi arkeologi.
Kemudian survey detil di sekitar penggalian dilakukan untuk dapat melihat lebih
jelas data arkeologi-geologi pada paritan eskavasi dalam konteksnya dengan
struktur di bawah permukaan yang luas dan dalam.
a. Geolistrik: pemindaian struktur bawah permukaan dengan menggunakan
induksi arus listrik dan menerima arus balik listrik yang membawa sinyal
berisi informasi struktur tanah, batuan, indikasi ruang dan keairan di
bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikan (=tahanan jenis) nya
masing-masing.
b. Georadar: pemindaian struktur bawah permukaan dengan menggunakan
pancaran gelombang elektro magnet yang akan mengiluminasi struktur
tanah, batuan dan indikasi ruang di bawah permukaan berdasarkan
prinsip penjalaran gelombang.
c. Geomagnet:
Pemindaian bawah permukaan dari sifat kemagnetannya. Metoda ini
sudah sering dipakai dalam penelitian arkeologi untuk mendeteksi
artefak dan sisa-sisa kegiatan manusia pada masa lalu yang tertimbun di


5

bawah permukaan tanah.
7. Bor Sampling
Pengeboran bertujuan untuk kalibrasi survey geofisika bawah permukaan,
penelitian stratifikasi lapisan bawah permukaan dan pengambilan sampel inti bor
untuk analisa tanah-batuan, geohidrologi, keberadaan ruang, dan penanggalan
umur absolut dengan metoda radiometrik (karbon dan U-Th dating) dari masingmasing stratifikasi budaya dan/atau geologi.

4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan terutama di lereng timur dan sebagian lereng utara bukit
Situs Gunung Padang sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini. Kemiringan lahan
rata-rata mencapai 45 derajat. Luas lahan sekitar 8 hektar dengan status kepemilikan
lahan yang beragam.

6

7