STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK SPAP
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN
PUBLIK
Standar yang digunakan oleh Akuntan Publik yang disusun oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik atau oleh IAPI (Institut Akuntan Publik
Indonesia) adalah berupa buku yang berisi kodifkasi berbagai standard an
aturan etika yang bertujuan penerbitannya adalah sebagai alat/pedoman
pengendalian bagi Akuntan Publik pada saat Akuntan Publik tersebut
menjalankan profesinya.
Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berisi 5 macam
standar professional sebagai aturan mutu pekerjaan Akuntan Publik, yaitu:
1. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis, yang
terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA).
PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama
yang harus diikuti dan wajib dipatuhi (mandatory) oleh akuntan
public dalam melaksanakan perikatan audit.
2. Standar Atestasi
Merupakan standar untuk memberikan panduan umum semua jenis
perikatan
atestasi,
yang
mencakup:
jasa
pemeriksaan
(examination), review, dan kompilasi asersi manajemen. Dalam
standar ini termasuk Interpretasi Penyataan Standar Atestasi.
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi (membuktikan) bagi
jasa akuntan public, yang mencakup: tingkat keyakinan tertinggi
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis
maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Merupakan standar yang memberikan kerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan public, yang mencakup: jasa
akuntansi dan review.
Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR), yang didalamnya
termasuk interpretasinya yaitu interpretasi resmi yang dikeluarkan
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkannya.
4. Standar Jasa Konsultasi
Merupakan standar yang memberikan panduan bagi akuntan public
didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat.
Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan
dan rekomendasi atas lingkup pekerjaan yang diterimanya sesuai
perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya pekerjaan
jasan konsultasi ini adalah untuk kepentingan klien.
5. Standar Pengendalian Mutu
Merupakan standar yang memberikan panduan bagi Kantor
Akuntan Publik didalam melaksanakan pendalian mutu jasa yang
dihasilkan oleh kantornya, dengan mematuhi berbagai standar
yang diterbitkan Dewan Standart Profesional Akuntan Publik dan
Aturan Etika yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik
atau Institut Akuntan Publik Indonesia. Jadi KAP harus memiliki
Sistem Pengendalian Mutu.
Dari uraian mengenai standar auditing, standar umum dan standar
professional akuntan public diatas, dapat disimpulkan dalam beberapa
pengertian poko yaitu:
1. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah
pemeriksaan yang dilakukan secara objektif atas laporan keuangan
perusahaan atau organisasi yang lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah menyajikan
secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha pada periode
bersangkutan.
2. Profesi akuntan public menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat
baik berupa jasa atestasi misalnya: auditing, examination, review,
prosedur yang disepakati, serta jasa nonatestasi. Dalam
melaksanakan pekerjaanya, akuntan public harus mentaati dan
mematuhi standar-stndar yang disusun dan dterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik serta Aturan Etika yang
dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik atau Institut
Akuntan Publik Indonesia. Sehingga laporan hasil audit dapat
digunakan sebagai alat auditor untuk mengkomunikasikannya
dengan masyarakat.
KODE ETIK IKATAN AKUNTAN
INDONESIA
Kode Etik Ikatan AKuntan Indonesia terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Prinsip Etika
Kerangka dasar bagi Aturan Etika yang disahkan oleh kongres IAI
dan berlaku bagi seluruh anggota IAI, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa professional anggotanya.
Dalam prinsip etika disini, semua anggota IAI harus dapat
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan berkomitmen pada
dirinya
untuk
berprilaku
terhormat,
yaitu
dengan
mampu
melaksanakan 8 prinsip etika, yaitu:
Prinsip Kesatu: Tanggung Jawab Profesi. Setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegitan yang dilakukannya.
Prinsip Kedua: Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban
untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Prinsip Ketiga: Integritas. Setiap anggota dapat memelihara dan
meningkatkan kepercayaan public, dan harus memenuhi tanggung
jawab profesionalismenya, karena intergritas merupakan elemen
karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional.
Prinsip Keempat: Objektivitas. Prinsip objektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.
Prinsip Kelima; Kompetensi dan kehati-hatian. Setiap anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesionalnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya demi
kepentingan pengguna jasa, serta tekun dan konsisten dengan
tanggung jawab kepada public.
Prinsip
Keenam:
Kerahasiaan.
Setiap
anggota
harus
menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali kalau ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Prinsip Ketujuh; Perilaku professional. Setiap anggota harus
selalu berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi. Hal tersebut
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja maupun masyarakat umum.
Prinsip Kedelapan; Standar Teknis. Setiap anggota sesuai dengan
keahliannya
dan
berhati-hati
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa sejalan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Dalam melaksanakan kewajiban tersebut,
setiap anggota harus mentaati standar teknis dan standar professional
yang dikeluarkan oleh IAI serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan relevan.
2. Aturan Etika
Aturan etika yang disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen
Akuntan Publik dan hanya mengikat anggota kompartemen, yang
mengatur secara khusus perilaku professional anggotanya.
Aturan Etika yang berlaku dan harus ditaati oleh para akuntan
anggota IAI mencakup 5 aturan etika, meliputi:
(1)Independensi, Integritas dan Objektivitas. Dalam hal ini dimaksud
dengan:
- Independen: anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen baik meliputi independen dalam fakta (in
fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).
- Integritas dan Objektivitas: anngota KAP harus bebas dari
benturan kepentingan (confict of interest) dan tidak boleh
membiarkan factor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.
(2)Standar Umum dan Prinsip Akuntansi. Dalam hal ini meliputi:
- Standar Umum : anggota KAP harus mematuhi standar yang
berlaku beserta interpretasinya yang ditetapkan IAI, berupa:
a. Kompetensi Profesional, yaitu anggota KAP hanya boleh
memberikan jasa professional yang secara layak dapat
diselesaikan dengan kompetensi professional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional, dalam hal ini
anggota KAP wajib untuk memberikan jasa profesinya secara
cermat dan seksama.
c. Perencanaan dan Supervisi, yaitu anggota KAP wajib
merencanakan dan mensupervisi secara memadai atas setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesinya.
d. Data Relevan yang Memadai, dalam hal ini anggota KAP wajib
memperoleh data yang relevan secara memadai agar dapat
dijadikan dasar yang layak dalam pembuatan simpulan dan
rekomendasi
sehubungan
dengan
pelaksanaan
jasa
profesinya.
- Kepatuhan terhadap Standar : dalam hal ini anggota KAP yang
melaksanakan penugasan jasa auditing, atesatsi, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan dan jasa
professional lainnya wajib mematuhi standar yang ditetapkan
oleh IAI.
- Prinsip-prinsip AKuntasni: dalam hal ini anggota KAP tidak
diperkenankan untuk:
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan terhadap
laporan keuangan atau data keuangan lain yang disajikan
suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Menyatakan tidak menemukan perlunya modifkasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data secara
keseluruhan
dengan
prinsip-prinsip
akuntansi
yang
ditetapkan oleh IAI.
(3)Tanggung Jawab kepada Klien. Dalam hal ini ada 2 hal yang perlu
diperhatikan anggota KAP, yaitu:
- Informasi Klien yang Rahasia : anggota KAP tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan
klien. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam
pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan,
penegakan disiplin maupun review praktek professional (review
mutu) sesuai kewenangan IAI.
- Fee Profesional : ada 2 jenis fee anggota KAP, yaitu
a. Besaran Fee, disini besarnya fee anggota dapat bervariasi
tergantung pada risiko penugasan, kompleksitas jasa yang
diberikan, tingkat keahlian serta struktur biaya KAP dan
pertimbangan lainnya.
b. Fee Kontinjen, disini merupakan fee bersyarat yaitu baru
dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu, tetapi
bila mengurangi independensi maka fee kontinjen tidak
diperkenankan untuk ditetapkan.
(4)Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi. Tanggung jawab disini
yang perlu diperhatikan oleh anggota KAP ada 3, yaitu:
- Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi, dalam hal ini anggota
wajib memelihara citra profesi yaitu tidak berkata atau berbuat
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
- Komunikasi Antar Akuntan Publik, dalam hal ini anggota KAP
wajib berkomunikasi secara tertulis dengan akuntan public
sebelumnya
bila
akan
mengadakan
perikatan
audit
menggantikan akuntan public pendahulunya. Akuntan public
pendahulunya wajib untuk menanggapi secara tertulis dan
memadai permintaan komunikasi dari akuntan public pengganti.
- Perikatan Atestasi, dalam hal ini akuntan public tidak boleh
melakukan perikatan atestasi yang jenis dan periodenya sama
dengan perikatan yang dilakukan akuntan public yang lebih
dahulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang berlaku
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
(5)Tanggung Jawan dan Praktek Lain, dalam hal ini meliputi:
-
Perbuatan dan Pendekatan yang Mendiskriditkan, artinya
anggota KAP tidak boleh melakukan tindakan dan/atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
-
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya, disini anggota
KAP diperbolehkan mencari klien melalui pemasangan iklan atau
sejenisnya asalkan tidak merendahkan citra profesi.
-
Komisi dan Fee Referal, pengertian dari kedua hal tersebut
apabila dihubungkan dengan tanggung jawab dari anggota KAP,
adalah:
a. Komisi, adalah merupakan imbalan dalam bentuk uang,
barang atau bentuk lainnya yang diberikan atau diterima
klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan. Anggota KAP
tidak boleh menerima/memberikan kosi apabila penerimaan/
pemberian komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
b. Fee
Referal
(Rujukan),
adalah
imbalan
yang
dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia jasa
professional
akuntan
public.
Fee
referral
hanya
diperkenankan bagi sesame profesi.
-
Bentuk Organisasi dan KAP, dalam hal ini anggota KAP hanya
dapat berpraktek akuntan public dalam bentuk organisasi yang
diperbolehkan/diizinkan oleh peratuan perundang-undangan
yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan profesi.
3. Interpretasi Aturan Etika
Merupakan interpretasi dari Pengurus Kompartemen Akuntan Publik
setelah memperhatikan tanggapan anggota dan pihak lain yang
berkepentingan, sebagai panduan penerapan Aturan Etika.
4. Tanya dan Jawab
Memberikaan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
Kompartemen tentang Aturan Etika beserta interpretasinya, yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.
PUBLIK
Standar yang digunakan oleh Akuntan Publik yang disusun oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik atau oleh IAPI (Institut Akuntan Publik
Indonesia) adalah berupa buku yang berisi kodifkasi berbagai standard an
aturan etika yang bertujuan penerbitannya adalah sebagai alat/pedoman
pengendalian bagi Akuntan Publik pada saat Akuntan Publik tersebut
menjalankan profesinya.
Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berisi 5 macam
standar professional sebagai aturan mutu pekerjaan Akuntan Publik, yaitu:
1. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis, yang
terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA).
PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama
yang harus diikuti dan wajib dipatuhi (mandatory) oleh akuntan
public dalam melaksanakan perikatan audit.
2. Standar Atestasi
Merupakan standar untuk memberikan panduan umum semua jenis
perikatan
atestasi,
yang
mencakup:
jasa
pemeriksaan
(examination), review, dan kompilasi asersi manajemen. Dalam
standar ini termasuk Interpretasi Penyataan Standar Atestasi.
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi (membuktikan) bagi
jasa akuntan public, yang mencakup: tingkat keyakinan tertinggi
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis
maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Merupakan standar yang memberikan kerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan public, yang mencakup: jasa
akuntansi dan review.
Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR), yang didalamnya
termasuk interpretasinya yaitu interpretasi resmi yang dikeluarkan
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkannya.
4. Standar Jasa Konsultasi
Merupakan standar yang memberikan panduan bagi akuntan public
didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat.
Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan
dan rekomendasi atas lingkup pekerjaan yang diterimanya sesuai
perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya pekerjaan
jasan konsultasi ini adalah untuk kepentingan klien.
5. Standar Pengendalian Mutu
Merupakan standar yang memberikan panduan bagi Kantor
Akuntan Publik didalam melaksanakan pendalian mutu jasa yang
dihasilkan oleh kantornya, dengan mematuhi berbagai standar
yang diterbitkan Dewan Standart Profesional Akuntan Publik dan
Aturan Etika yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik
atau Institut Akuntan Publik Indonesia. Jadi KAP harus memiliki
Sistem Pengendalian Mutu.
Dari uraian mengenai standar auditing, standar umum dan standar
professional akuntan public diatas, dapat disimpulkan dalam beberapa
pengertian poko yaitu:
1. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah
pemeriksaan yang dilakukan secara objektif atas laporan keuangan
perusahaan atau organisasi yang lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah menyajikan
secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha pada periode
bersangkutan.
2. Profesi akuntan public menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat
baik berupa jasa atestasi misalnya: auditing, examination, review,
prosedur yang disepakati, serta jasa nonatestasi. Dalam
melaksanakan pekerjaanya, akuntan public harus mentaati dan
mematuhi standar-stndar yang disusun dan dterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik serta Aturan Etika yang
dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik atau Institut
Akuntan Publik Indonesia. Sehingga laporan hasil audit dapat
digunakan sebagai alat auditor untuk mengkomunikasikannya
dengan masyarakat.
KODE ETIK IKATAN AKUNTAN
INDONESIA
Kode Etik Ikatan AKuntan Indonesia terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Prinsip Etika
Kerangka dasar bagi Aturan Etika yang disahkan oleh kongres IAI
dan berlaku bagi seluruh anggota IAI, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa professional anggotanya.
Dalam prinsip etika disini, semua anggota IAI harus dapat
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan berkomitmen pada
dirinya
untuk
berprilaku
terhormat,
yaitu
dengan
mampu
melaksanakan 8 prinsip etika, yaitu:
Prinsip Kesatu: Tanggung Jawab Profesi. Setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegitan yang dilakukannya.
Prinsip Kedua: Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban
untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Prinsip Ketiga: Integritas. Setiap anggota dapat memelihara dan
meningkatkan kepercayaan public, dan harus memenuhi tanggung
jawab profesionalismenya, karena intergritas merupakan elemen
karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional.
Prinsip Keempat: Objektivitas. Prinsip objektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.
Prinsip Kelima; Kompetensi dan kehati-hatian. Setiap anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesionalnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya demi
kepentingan pengguna jasa, serta tekun dan konsisten dengan
tanggung jawab kepada public.
Prinsip
Keenam:
Kerahasiaan.
Setiap
anggota
harus
menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali kalau ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Prinsip Ketujuh; Perilaku professional. Setiap anggota harus
selalu berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi. Hal tersebut
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja maupun masyarakat umum.
Prinsip Kedelapan; Standar Teknis. Setiap anggota sesuai dengan
keahliannya
dan
berhati-hati
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa sejalan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Dalam melaksanakan kewajiban tersebut,
setiap anggota harus mentaati standar teknis dan standar professional
yang dikeluarkan oleh IAI serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan relevan.
2. Aturan Etika
Aturan etika yang disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen
Akuntan Publik dan hanya mengikat anggota kompartemen, yang
mengatur secara khusus perilaku professional anggotanya.
Aturan Etika yang berlaku dan harus ditaati oleh para akuntan
anggota IAI mencakup 5 aturan etika, meliputi:
(1)Independensi, Integritas dan Objektivitas. Dalam hal ini dimaksud
dengan:
- Independen: anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen baik meliputi independen dalam fakta (in
fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).
- Integritas dan Objektivitas: anngota KAP harus bebas dari
benturan kepentingan (confict of interest) dan tidak boleh
membiarkan factor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.
(2)Standar Umum dan Prinsip Akuntansi. Dalam hal ini meliputi:
- Standar Umum : anggota KAP harus mematuhi standar yang
berlaku beserta interpretasinya yang ditetapkan IAI, berupa:
a. Kompetensi Profesional, yaitu anggota KAP hanya boleh
memberikan jasa professional yang secara layak dapat
diselesaikan dengan kompetensi professional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional, dalam hal ini
anggota KAP wajib untuk memberikan jasa profesinya secara
cermat dan seksama.
c. Perencanaan dan Supervisi, yaitu anggota KAP wajib
merencanakan dan mensupervisi secara memadai atas setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesinya.
d. Data Relevan yang Memadai, dalam hal ini anggota KAP wajib
memperoleh data yang relevan secara memadai agar dapat
dijadikan dasar yang layak dalam pembuatan simpulan dan
rekomendasi
sehubungan
dengan
pelaksanaan
jasa
profesinya.
- Kepatuhan terhadap Standar : dalam hal ini anggota KAP yang
melaksanakan penugasan jasa auditing, atesatsi, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan dan jasa
professional lainnya wajib mematuhi standar yang ditetapkan
oleh IAI.
- Prinsip-prinsip AKuntasni: dalam hal ini anggota KAP tidak
diperkenankan untuk:
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan terhadap
laporan keuangan atau data keuangan lain yang disajikan
suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Menyatakan tidak menemukan perlunya modifkasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data secara
keseluruhan
dengan
prinsip-prinsip
akuntansi
yang
ditetapkan oleh IAI.
(3)Tanggung Jawab kepada Klien. Dalam hal ini ada 2 hal yang perlu
diperhatikan anggota KAP, yaitu:
- Informasi Klien yang Rahasia : anggota KAP tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan
klien. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam
pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan,
penegakan disiplin maupun review praktek professional (review
mutu) sesuai kewenangan IAI.
- Fee Profesional : ada 2 jenis fee anggota KAP, yaitu
a. Besaran Fee, disini besarnya fee anggota dapat bervariasi
tergantung pada risiko penugasan, kompleksitas jasa yang
diberikan, tingkat keahlian serta struktur biaya KAP dan
pertimbangan lainnya.
b. Fee Kontinjen, disini merupakan fee bersyarat yaitu baru
dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu, tetapi
bila mengurangi independensi maka fee kontinjen tidak
diperkenankan untuk ditetapkan.
(4)Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi. Tanggung jawab disini
yang perlu diperhatikan oleh anggota KAP ada 3, yaitu:
- Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi, dalam hal ini anggota
wajib memelihara citra profesi yaitu tidak berkata atau berbuat
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
- Komunikasi Antar Akuntan Publik, dalam hal ini anggota KAP
wajib berkomunikasi secara tertulis dengan akuntan public
sebelumnya
bila
akan
mengadakan
perikatan
audit
menggantikan akuntan public pendahulunya. Akuntan public
pendahulunya wajib untuk menanggapi secara tertulis dan
memadai permintaan komunikasi dari akuntan public pengganti.
- Perikatan Atestasi, dalam hal ini akuntan public tidak boleh
melakukan perikatan atestasi yang jenis dan periodenya sama
dengan perikatan yang dilakukan akuntan public yang lebih
dahulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang berlaku
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
(5)Tanggung Jawan dan Praktek Lain, dalam hal ini meliputi:
-
Perbuatan dan Pendekatan yang Mendiskriditkan, artinya
anggota KAP tidak boleh melakukan tindakan dan/atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
-
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya, disini anggota
KAP diperbolehkan mencari klien melalui pemasangan iklan atau
sejenisnya asalkan tidak merendahkan citra profesi.
-
Komisi dan Fee Referal, pengertian dari kedua hal tersebut
apabila dihubungkan dengan tanggung jawab dari anggota KAP,
adalah:
a. Komisi, adalah merupakan imbalan dalam bentuk uang,
barang atau bentuk lainnya yang diberikan atau diterima
klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan. Anggota KAP
tidak boleh menerima/memberikan kosi apabila penerimaan/
pemberian komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
b. Fee
Referal
(Rujukan),
adalah
imbalan
yang
dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia jasa
professional
akuntan
public.
Fee
referral
hanya
diperkenankan bagi sesame profesi.
-
Bentuk Organisasi dan KAP, dalam hal ini anggota KAP hanya
dapat berpraktek akuntan public dalam bentuk organisasi yang
diperbolehkan/diizinkan oleh peratuan perundang-undangan
yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan profesi.
3. Interpretasi Aturan Etika
Merupakan interpretasi dari Pengurus Kompartemen Akuntan Publik
setelah memperhatikan tanggapan anggota dan pihak lain yang
berkepentingan, sebagai panduan penerapan Aturan Etika.
4. Tanya dan Jawab
Memberikaan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
Kompartemen tentang Aturan Etika beserta interpretasinya, yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.