LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGUJIAN DAYA A
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
ACARA V
PENGUJIAN DAYA ANTI BAKTERI
DENGAN BEBERAPA MACAM ANTI SEPTIK
DENGAN MENGGUNAKAN PAPER DISK
DISUSUN OLEH:
NAMA
: HUSNUL BUDIATMAN DANI
NIM
: 151. 125. 174
KELAS
: VI D
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
HALAMAN ENGESAHAN
Laporan praktikum Mikrobiologoi ini di susun untuk memenuhi
tugas dan merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliyah
Mikrobiologi
Mataram ,1 Juni 2015
Disahkan oleh:
Asisten
Co.Ass
Muhamad nawawi S.Pd
NIP
Herman
NIM
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, berkat kasih sayang dan petunjuknya
laporan
tetap
mikrobilogi
ini
dapat
diselesaikan,
meskipun
jauh
dari
kesempurnaan karena tidak satupun yang sempurna kecuali Allah Swt. Dan tidak
lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam kepada Baginda nabi besar kita
Muhammad Saw.yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.
Penyusun sadar bahwa laporan tetap praktikum ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik yang sekiranya
untuk memperbaiki dan membangun untuk kelengkapan laporan ini,untuk itu
sebelum dan sesudahnya penyusun mengucapkan banyak terima kaih dan semoga
isi yang ada dalam laporan ini bermanfaat bagi kita semua.amin
Mataram ,1 Juni 2015
Peyusunan
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar belakang ......................................................................................
1
B. Rumusan masalah.................................................................................
2
C. Tujuan...................................................................................................
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
8
A. Pelaksanaan ..........................................................................................
8
B. Alat Bahan ............................................................................................
8
C. Cara Kerja ............................................................................................
8
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................
9
A. Hasil Pengamatan .................................................................................
9
B. Pembahasan ..........................................................................................
9
BAB V PENUTUP...........................................................................................
11
A. Kesimpulan...........................................................................................
11
B. Saran .....................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Telah diketahui bahwa mikroba ada yang menguntungkan dan ada
pula yang merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat disingkirkan,
dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia, pertumbuhan
bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh sinar matahari,
logam suhu, dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah
banyak
dimanfaatkan orang untuk menyembuhka luka dan telah diuji
khasiatnya,
zat
pengamatan
ini
yang
sangat
demikian
penting
disebut
sekali
dengan
untuk
zat
antiseptic.
dilakukan
untuk
Pada
dapat
mengetahui antiseptic yang mana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menetukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri
dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktifitas anti bakteri.
Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada kosentrasi yang rendah. Uji sentsitiifitas bakteri merupakan
satuan metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat anti
bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti
bakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas
bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar
diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif.
Yang
melatar
belakangi
percobaan
ini
yaitu
praktikan
dapat
mengetahui beberapa zat anti mikrobial yang mempunyai daya hambat,
kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bakterial dan faktorfaktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.
1
B. Rumusan masalah
Bagaimana
cara
mengetahui
daya
desinfikasi
dari
beberapa
desinfektan tertentu terhadap bakteri ?
C. Tujuan
Mengetahui daya
desinfikasi dari beberapa desinfektan tertentu
terhadap bakteri
.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Kehidupan
lingkungan,
bakteri
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal
bakteri Termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini
disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat
dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik
terdiri atas mahluk -mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan
faktor-faktor kimia
Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas
bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak
disekitar
kertas
mikroorganisme.
cakram
Zona
(paper
hambta
disk)
yang diketahui dari daerah
yang
pertumbuhan
tidak
inilah
ditumbuhi
yang
oleh
menunjukan
sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri.
Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua
sifat, yaitu :
a. Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak
membunuhnya.
b. Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro,
2005).
Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis,
penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti
penghambtan
pembentukan
dinding
sel
oleh
pelimiskin,
penghambatan
sintesis protein oleh kloramfenikol.
Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil
maupun spiril,
dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu
antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
3
spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas terutama
jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang
sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh
karena tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau
bakterisida.
Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau
germisida, hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada persenan konsentrasi
dan lamanya kena zat tersebut (Irianto, 2006).
Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap
desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya
berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk
pertimbangan
pula.
Kenaikan
temperatur
menambah
daya
desinfektan,
selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma
darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap
pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in
vitro,
hal-hal tersebut
dibawah ini perlu diperhatikan,
karena sangat
mempengaruhi hasil-hasil pengujian
a. pH lingkungan
b. Komponen-komponen medium
c. Stabilitas obat
d. Takaran inakalum
e. Lamanya inkubasi
f.
Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).
Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik
berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi
meskipun
bahan
antibakteri telah
dihilangkan bakteriostatik
mempunyai
karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut
dapat tumbuh lagi.
4
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat zat dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat
kegiatan mikroorganisme yang lain (Lay, 1992).
Antiseptik
mencegah
antibiotik
adalah
infeksi,
dan
sepsis,
disinfektan,
larutan
dan
antimikroba
putrefaksi.
yaitu antibiotik
yang
Antiseptik
digunakan
untuk
berbeda
dengan
digunakan untuk
membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida,
yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau
menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri (Anonymous,2006).
Macam-Macam Antiseptik
a. Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat
sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic
kulit sebelum proses pembedahan.
b. Sabun biasa
Sebagai
perbandingan,
bagaimana
penggunaan
sabun
biasa
di
banding antiseptik? Meskipun tidak mengandung antiseptik, sabun cukup
berguna untuk cuci tangan karena dapat menghilangkan kuman yang
mampir di kulit, tetapi tidak untuk yang berkoloni. Cuci tangan dengan
sabun selama 30 detik cukup mematikan banyak kuman. Terjadi
penurunan risiko radang paru-paru pada balita yang terbiasa cuci tangan,
juga angka diare dan infeksi kulit pada anak yang lebih besar. Tetapi,
penggunaannya kurang disarankan untuk petugas kesehatan karena sabun
bisa terkontaminasi kuman dan diteliti malah menambah kuman di
tangan petugas. Sabun juga dapat menimbulkan iritasi dan kekeringan
kulit bila tidak ditambahkan pelembab (Anonymous,2006).
c. Alkohol
Antiseptik berbahan alkohol banyak beredar dan sudah dikenal sejak
tahun 1930-an. Biasanya dipakai sebagai disinfektan kulit. Alkohol yang
5
dipakai berbentuk ethanol (60-95%) dan isopropyl alkohol (50-91,3%).
Alkohol memiliki efek mematikan hampir semua jenis kuman termasuk
tuberkulosis, jamur, dan beberapa virus. Karena tidak membunuh spora,
alkohol tidak dianjurkankan untuk mensterilisasi alat. Alkohol 100%
malah kurang mempan untuk antiseptik karena tidak mengandung air
(Anonymous,2006).
Bentuk di pasaran saat ini yang dilengkapi pelembab bisa menambah
aktivitas antimikrobanya. Efek samping biasanya iritasi dan kulit kering.
Juga, bentuk isopropyl alkohol dikatakan lebih beracun namun untuk
penggunaan di kulit cukup aman. Alkohol banyak dipakai sebelum
melakukan tindakan medis karena bersifat cepat membunuh kuman
meski cepat pula efeknya hilang.
Selain itu,
alkohol tidak bisa
menggantikan “wastafel” karena bila kulit terkontaminasi darah atau
cairan tubuh, tetap harus dicuci sabun dan air. Untungnya hingga saat ini,
belum dilaporkan adanya kuman yang resisten terhadap sediaan ini
(Anonymous,2006).
d. Iodin
Bentuk yang dikenal ada dua yaitu iodium tincture dan iodofor di
kenal sebagai povidon iodin. Warnanya kecoklatan dengan bau yang
khas, bersifat iritatif, dan mewarnai kulit. Kalau kita melihat kemasan
obat antiseptik, kadarnya berkisar 9-12%. Sediaan ini tak hanya
membunuh kuman di kulit sehat, tetapi juga mampu diserap kulit yang
mati, luka atau rusak. Povidon iodin cukup efektif membunuh berbagai
kuman, protozoa, jamur, dan virus. Meskipun begitu, masih kalah dengan
iodin tincture dalam hal membunuh spora ataupun beberapa jenis jamur.
Selain itu, povidon iodin cepat dinetralkan oleh darah atau cairan tubuh
sehingga efektivitasnya bisa menurun. Penggunaannya masih diwaspadai
pada wanita hamil dan menyusui karena diserap tubuh dan kemungkinan
mencetuskan
gangguan
tiroid
(Anonymous,2006).
6
sementara
pada
janin
atau
bayi
e. Triclosan
Kandungan triclosan banyak dipakai dalam bentuk sabun, antiseptik,
bedak, sikat gigi, deodoran, dan sebagainya. Kerjanya adalah merusak
dinding sel kuman. Waktu membunuh kumannya lebih lama tetapi cukup
bisa bertahan di kulit, jadi bersifat melindungi kulit. Bagus untuk
melawan bakteri dan virus namun kurang untuk kuman tuberkulosis dan
jamur. Efektivitasnya dipengaruhi pH dan kelembaban sehingga perlu
pula memperhatikan bentuk formulanya. Meskipun bisa diserap kulit,
tetapi dilaporkan tidak ada efek samping pada penggunaan jangka
pendek. Triclosan dilaporkan cukup aman tetapi belum ada bukti
efektivitasnya
terutama
untuk
(Anonymous,2006).
7
penggunaan
rumah
sakit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pelaksanaan
1. Hari /Tgl
: Sabtu, 23 Mei 2015
2. Tempat
: Lab. IPA BIOLOGI IAIN Mataram
3. Waktu
: 08-00-selesai
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Paper disk
b) Catton buds
c) Tabung reaksi
d) Rak tabung
e) Cawan perti
2. Bahan
C. Cara Kerja
1. Menyediakan dua medium lempeng NA steril dan member kode yang
berbeda.
2. Menginokulasikan secara merata masing masing jenis biakan murni
bakteri ke medium NA yang berbeda. Caranya adalah mencelupkan
ujung cutton ud, pada medium nutrient cair, kemudian oleskan pada
permukaan medium NA lempenng secara spesifik.
3. Membuat beberapa gunting kertas menghisap berbentuk cakram atu
lingkaran. Memasukkan masing masing kedalam zat desinfektan yang
diuji selama ± 15 menit.
4. Mengkat sejenak biar tiris, kemudian meletakkan gunting tersebut
pada permukaan medium yang sudah diinokulasikan dengan bakteri
secara aseptic (gunakan pinset steril). Mengusahakan jarak antara
cakram yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan dan tidak
terlalu dekat dengan tepi cawan petri
8
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan
a) Gambar sebelum inkubasi
1
Keterangan :
1. Betadin
2. Lysol
3. Paper disk
2
3
b) Gambar sesudah inkubasi
1
Keterangan :
1. Zona hambat betadine.
2. Zona hambat Lysol.
3. Paper disk.
2
3
B.
Pembahasan
Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
mempunyai khasiat antimikrobal. Orang yang pertamakali mempelajari
antibiotik secara sistematis adalah Gratia dan Dath (1924) dengan
menemukan Actinomycetin yang berasal dari Actinomycetes. Sampai
sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya
dapat digunakan dalam pengobatan (Entjang, 2003).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
9
1. Mempunyai
kemampuan
untuk
mematikan
atau
menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang luas
2. Tidak
menimbulkannya
terjadinya
resisten
dan
mikroorganisme
pathogen
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host, seperti
reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dati host seperti
flora usus atau flora kulit.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri baik kakus, basil
maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya suatu
antibiotik
yang hanya efektif untuk spesies bakteri tertentu disebut
antibiotik yang spektrumnya sempit .
Desinfektan
merupakan
proses
yang
mematikan
semua
mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Desinfektan
mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi
belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses
yang mencakup inaktifitas atau mematikan mikroorganisme dengan cara
kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses
bakteri
kostatik
hanya
menghentikan
pertumbuhan
bakteri
desinfektan, sehinga penggunaannya boleh dikatakan sinonim
10
istilah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan
ialah: kelarutan supensi bakteri. Waktu pengeringan atau peresapan sespensi
bakteri, tenperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-agar, jarak antara
seobat.
Prinsip
percobaan uji daya hambat mikroba adalah menghambat
membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu
pertumbuhan
dan
metabolism
melalui
mekanisme
penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat antibacterial.
Zat anti bakterial dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri secara in vitro. Ada dua yaitu diffusion test dan dilution test.
B. Keritik saran
Pada praktikum selanjutnya, diharapkan percobaan dilakukan dengan
sungguh sungguh agar teknik pembuatan medium ini berjalan dengan lancer
dan jelas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pujiati, 2012, Pembuatan Media Mikroorganisme, http://wikipedia.org, diakses
pada 10 Desember 2013, Palu.
Arfiandi, Media Pertumbuhan Bakteri, http://freebussines.blogspot.com,
pada 10 Desember 2013, Palu.
diakses
Hadioetomo, Ratna, 1990, Mikrobiologi Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Iptek,
2009, Pembuatan Medium, http://beritaiptek.com,
Desember 2013, Palu.
diakses
pada
10
Kusnadi, Peristiwati dkk, 2003, Mikrobiologi, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Natsir, Djide dan Sartini, 2006, Mikrobiologi Farmasi Dasar, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pelczar, 1996, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Suri Wati, 2005, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.
12
ACARA V
PENGUJIAN DAYA ANTI BAKTERI
DENGAN BEBERAPA MACAM ANTI SEPTIK
DENGAN MENGGUNAKAN PAPER DISK
DISUSUN OLEH:
NAMA
: HUSNUL BUDIATMAN DANI
NIM
: 151. 125. 174
KELAS
: VI D
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
HALAMAN ENGESAHAN
Laporan praktikum Mikrobiologoi ini di susun untuk memenuhi
tugas dan merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliyah
Mikrobiologi
Mataram ,1 Juni 2015
Disahkan oleh:
Asisten
Co.Ass
Muhamad nawawi S.Pd
NIP
Herman
NIM
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, berkat kasih sayang dan petunjuknya
laporan
tetap
mikrobilogi
ini
dapat
diselesaikan,
meskipun
jauh
dari
kesempurnaan karena tidak satupun yang sempurna kecuali Allah Swt. Dan tidak
lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam kepada Baginda nabi besar kita
Muhammad Saw.yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.
Penyusun sadar bahwa laporan tetap praktikum ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik yang sekiranya
untuk memperbaiki dan membangun untuk kelengkapan laporan ini,untuk itu
sebelum dan sesudahnya penyusun mengucapkan banyak terima kaih dan semoga
isi yang ada dalam laporan ini bermanfaat bagi kita semua.amin
Mataram ,1 Juni 2015
Peyusunan
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar belakang ......................................................................................
1
B. Rumusan masalah.................................................................................
2
C. Tujuan...................................................................................................
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
8
A. Pelaksanaan ..........................................................................................
8
B. Alat Bahan ............................................................................................
8
C. Cara Kerja ............................................................................................
8
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................
9
A. Hasil Pengamatan .................................................................................
9
B. Pembahasan ..........................................................................................
9
BAB V PENUTUP...........................................................................................
11
A. Kesimpulan...........................................................................................
11
B. Saran .....................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Telah diketahui bahwa mikroba ada yang menguntungkan dan ada
pula yang merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat disingkirkan,
dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia, pertumbuhan
bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh sinar matahari,
logam suhu, dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah
banyak
dimanfaatkan orang untuk menyembuhka luka dan telah diuji
khasiatnya,
zat
pengamatan
ini
yang
sangat
demikian
penting
disebut
sekali
dengan
untuk
zat
antiseptic.
dilakukan
untuk
Pada
dapat
mengetahui antiseptic yang mana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menetukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri
dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktifitas anti bakteri.
Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada kosentrasi yang rendah. Uji sentsitiifitas bakteri merupakan
satuan metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat anti
bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti
bakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas
bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar
diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif.
Yang
melatar
belakangi
percobaan
ini
yaitu
praktikan
dapat
mengetahui beberapa zat anti mikrobial yang mempunyai daya hambat,
kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bakterial dan faktorfaktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.
1
B. Rumusan masalah
Bagaimana
cara
mengetahui
daya
desinfikasi
dari
beberapa
desinfektan tertentu terhadap bakteri ?
C. Tujuan
Mengetahui daya
desinfikasi dari beberapa desinfektan tertentu
terhadap bakteri
.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Kehidupan
lingkungan,
bakteri
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal
bakteri Termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini
disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat
dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik
terdiri atas mahluk -mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan
faktor-faktor kimia
Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas
bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak
disekitar
kertas
mikroorganisme.
cakram
Zona
(paper
hambta
disk)
yang diketahui dari daerah
yang
pertumbuhan
tidak
inilah
ditumbuhi
yang
oleh
menunjukan
sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri.
Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua
sifat, yaitu :
a. Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak
membunuhnya.
b. Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro,
2005).
Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis,
penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti
penghambtan
pembentukan
dinding
sel
oleh
pelimiskin,
penghambatan
sintesis protein oleh kloramfenikol.
Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil
maupun spiril,
dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu
antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
3
spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas terutama
jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang
sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh
karena tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau
bakterisida.
Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau
germisida, hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada persenan konsentrasi
dan lamanya kena zat tersebut (Irianto, 2006).
Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap
desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya
berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk
pertimbangan
pula.
Kenaikan
temperatur
menambah
daya
desinfektan,
selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma
darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap
pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in
vitro,
hal-hal tersebut
dibawah ini perlu diperhatikan,
karena sangat
mempengaruhi hasil-hasil pengujian
a. pH lingkungan
b. Komponen-komponen medium
c. Stabilitas obat
d. Takaran inakalum
e. Lamanya inkubasi
f.
Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).
Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik
berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi
meskipun
bahan
antibakteri telah
dihilangkan bakteriostatik
mempunyai
karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut
dapat tumbuh lagi.
4
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat zat dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat
kegiatan mikroorganisme yang lain (Lay, 1992).
Antiseptik
mencegah
antibiotik
adalah
infeksi,
dan
sepsis,
disinfektan,
larutan
dan
antimikroba
putrefaksi.
yaitu antibiotik
yang
Antiseptik
digunakan
untuk
berbeda
dengan
digunakan untuk
membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida,
yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau
menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri (Anonymous,2006).
Macam-Macam Antiseptik
a. Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat
sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic
kulit sebelum proses pembedahan.
b. Sabun biasa
Sebagai
perbandingan,
bagaimana
penggunaan
sabun
biasa
di
banding antiseptik? Meskipun tidak mengandung antiseptik, sabun cukup
berguna untuk cuci tangan karena dapat menghilangkan kuman yang
mampir di kulit, tetapi tidak untuk yang berkoloni. Cuci tangan dengan
sabun selama 30 detik cukup mematikan banyak kuman. Terjadi
penurunan risiko radang paru-paru pada balita yang terbiasa cuci tangan,
juga angka diare dan infeksi kulit pada anak yang lebih besar. Tetapi,
penggunaannya kurang disarankan untuk petugas kesehatan karena sabun
bisa terkontaminasi kuman dan diteliti malah menambah kuman di
tangan petugas. Sabun juga dapat menimbulkan iritasi dan kekeringan
kulit bila tidak ditambahkan pelembab (Anonymous,2006).
c. Alkohol
Antiseptik berbahan alkohol banyak beredar dan sudah dikenal sejak
tahun 1930-an. Biasanya dipakai sebagai disinfektan kulit. Alkohol yang
5
dipakai berbentuk ethanol (60-95%) dan isopropyl alkohol (50-91,3%).
Alkohol memiliki efek mematikan hampir semua jenis kuman termasuk
tuberkulosis, jamur, dan beberapa virus. Karena tidak membunuh spora,
alkohol tidak dianjurkankan untuk mensterilisasi alat. Alkohol 100%
malah kurang mempan untuk antiseptik karena tidak mengandung air
(Anonymous,2006).
Bentuk di pasaran saat ini yang dilengkapi pelembab bisa menambah
aktivitas antimikrobanya. Efek samping biasanya iritasi dan kulit kering.
Juga, bentuk isopropyl alkohol dikatakan lebih beracun namun untuk
penggunaan di kulit cukup aman. Alkohol banyak dipakai sebelum
melakukan tindakan medis karena bersifat cepat membunuh kuman
meski cepat pula efeknya hilang.
Selain itu,
alkohol tidak bisa
menggantikan “wastafel” karena bila kulit terkontaminasi darah atau
cairan tubuh, tetap harus dicuci sabun dan air. Untungnya hingga saat ini,
belum dilaporkan adanya kuman yang resisten terhadap sediaan ini
(Anonymous,2006).
d. Iodin
Bentuk yang dikenal ada dua yaitu iodium tincture dan iodofor di
kenal sebagai povidon iodin. Warnanya kecoklatan dengan bau yang
khas, bersifat iritatif, dan mewarnai kulit. Kalau kita melihat kemasan
obat antiseptik, kadarnya berkisar 9-12%. Sediaan ini tak hanya
membunuh kuman di kulit sehat, tetapi juga mampu diserap kulit yang
mati, luka atau rusak. Povidon iodin cukup efektif membunuh berbagai
kuman, protozoa, jamur, dan virus. Meskipun begitu, masih kalah dengan
iodin tincture dalam hal membunuh spora ataupun beberapa jenis jamur.
Selain itu, povidon iodin cepat dinetralkan oleh darah atau cairan tubuh
sehingga efektivitasnya bisa menurun. Penggunaannya masih diwaspadai
pada wanita hamil dan menyusui karena diserap tubuh dan kemungkinan
mencetuskan
gangguan
tiroid
(Anonymous,2006).
6
sementara
pada
janin
atau
bayi
e. Triclosan
Kandungan triclosan banyak dipakai dalam bentuk sabun, antiseptik,
bedak, sikat gigi, deodoran, dan sebagainya. Kerjanya adalah merusak
dinding sel kuman. Waktu membunuh kumannya lebih lama tetapi cukup
bisa bertahan di kulit, jadi bersifat melindungi kulit. Bagus untuk
melawan bakteri dan virus namun kurang untuk kuman tuberkulosis dan
jamur. Efektivitasnya dipengaruhi pH dan kelembaban sehingga perlu
pula memperhatikan bentuk formulanya. Meskipun bisa diserap kulit,
tetapi dilaporkan tidak ada efek samping pada penggunaan jangka
pendek. Triclosan dilaporkan cukup aman tetapi belum ada bukti
efektivitasnya
terutama
untuk
(Anonymous,2006).
7
penggunaan
rumah
sakit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pelaksanaan
1. Hari /Tgl
: Sabtu, 23 Mei 2015
2. Tempat
: Lab. IPA BIOLOGI IAIN Mataram
3. Waktu
: 08-00-selesai
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Paper disk
b) Catton buds
c) Tabung reaksi
d) Rak tabung
e) Cawan perti
2. Bahan
C. Cara Kerja
1. Menyediakan dua medium lempeng NA steril dan member kode yang
berbeda.
2. Menginokulasikan secara merata masing masing jenis biakan murni
bakteri ke medium NA yang berbeda. Caranya adalah mencelupkan
ujung cutton ud, pada medium nutrient cair, kemudian oleskan pada
permukaan medium NA lempenng secara spesifik.
3. Membuat beberapa gunting kertas menghisap berbentuk cakram atu
lingkaran. Memasukkan masing masing kedalam zat desinfektan yang
diuji selama ± 15 menit.
4. Mengkat sejenak biar tiris, kemudian meletakkan gunting tersebut
pada permukaan medium yang sudah diinokulasikan dengan bakteri
secara aseptic (gunakan pinset steril). Mengusahakan jarak antara
cakram yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan dan tidak
terlalu dekat dengan tepi cawan petri
8
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan
a) Gambar sebelum inkubasi
1
Keterangan :
1. Betadin
2. Lysol
3. Paper disk
2
3
b) Gambar sesudah inkubasi
1
Keterangan :
1. Zona hambat betadine.
2. Zona hambat Lysol.
3. Paper disk.
2
3
B.
Pembahasan
Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
mempunyai khasiat antimikrobal. Orang yang pertamakali mempelajari
antibiotik secara sistematis adalah Gratia dan Dath (1924) dengan
menemukan Actinomycetin yang berasal dari Actinomycetes. Sampai
sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya
dapat digunakan dalam pengobatan (Entjang, 2003).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
9
1. Mempunyai
kemampuan
untuk
mematikan
atau
menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang luas
2. Tidak
menimbulkannya
terjadinya
resisten
dan
mikroorganisme
pathogen
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host, seperti
reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dati host seperti
flora usus atau flora kulit.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri baik kakus, basil
maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya suatu
antibiotik
yang hanya efektif untuk spesies bakteri tertentu disebut
antibiotik yang spektrumnya sempit .
Desinfektan
merupakan
proses
yang
mematikan
semua
mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Desinfektan
mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi
belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses
yang mencakup inaktifitas atau mematikan mikroorganisme dengan cara
kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses
bakteri
kostatik
hanya
menghentikan
pertumbuhan
bakteri
desinfektan, sehinga penggunaannya boleh dikatakan sinonim
10
istilah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan
ialah: kelarutan supensi bakteri. Waktu pengeringan atau peresapan sespensi
bakteri, tenperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-agar, jarak antara
seobat.
Prinsip
percobaan uji daya hambat mikroba adalah menghambat
membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu
pertumbuhan
dan
metabolism
melalui
mekanisme
penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat antibacterial.
Zat anti bakterial dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri secara in vitro. Ada dua yaitu diffusion test dan dilution test.
B. Keritik saran
Pada praktikum selanjutnya, diharapkan percobaan dilakukan dengan
sungguh sungguh agar teknik pembuatan medium ini berjalan dengan lancer
dan jelas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pujiati, 2012, Pembuatan Media Mikroorganisme, http://wikipedia.org, diakses
pada 10 Desember 2013, Palu.
Arfiandi, Media Pertumbuhan Bakteri, http://freebussines.blogspot.com,
pada 10 Desember 2013, Palu.
diakses
Hadioetomo, Ratna, 1990, Mikrobiologi Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Iptek,
2009, Pembuatan Medium, http://beritaiptek.com,
Desember 2013, Palu.
diakses
pada
10
Kusnadi, Peristiwati dkk, 2003, Mikrobiologi, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Natsir, Djide dan Sartini, 2006, Mikrobiologi Farmasi Dasar, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pelczar, 1996, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Suri Wati, 2005, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.
12