acara 1 PPT.docx acara 1 PPT.docx

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
TANAMAN
ACARA I
ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

Disusun oleh:
Nama

: Andrew Budiherlando

NIM

: 13188

Golongan/Kelompok: C5/ 08
Nama Asisten

: 1. Radhika Pingky Meilani
2. Muhammad Fajar Rizky
3. Ananta Bayu Pratama
4. Nindy Sevirasari


LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN
SUB LABORATORIUM ILMU TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN
INTISARI
Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman
dengan cara membandingkan bobot kering dan luas daun tanaman dari waktu ke waktu.
Dengan memperhatikan luas daun dan bobot kering dapat diukur laju asimilasi meto. Analisis
tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran kuantitatif pertumbuhan tanaman
dalam aspek fisiologi maupun ekologi. Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Acara I yang berjudul Analisis Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan pada hari Jumat, 30
September 2016 di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan yaitu laptop . Bahan
yang digunakan yaitu data sekunder. Langkah kerja dalam praktikum ini adalah melakukan

analisis pertumbuhan terhadap data sekunder yang disediakan. Analisis pertumbuhan yang
dapat dihitung yaitu : Nisbah Luas Daun (NLD), Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN), Bobot Daun
Khas (BDK), Laju Asimilasi Bersih (LAB), Indeks Luas Daun (ILD), Laju Pertumbuhan Tanaman
(LPT), serta Luas Daun Khas (LDK). Praktikum ini bertujuan mengetahui variabel yang
berhubungan dengan analisis pertumbuhan serta mengetahui dampaknya pada hasil produksi.
Hasil yang di peroleh menunjukkan keterkaitan variabel yang satu dengan lainnya. Variabel
BDK (Bobot Daun Khas) akan mempengaruhi LAB (Laju Asimilasi Bersih) karena BDK erat
kaitannya dengan jumlah klorofil yang berperan pada proses fotosintesis yang akan
menghasilkan asimilat. Semakin maksimal fotosintesis maka asimilat yang diperoleh semakin
banyak. Secara bersamaan LAB (Laju Asimilasi Bersih) dan ILD (Indeks Luas Daun) akan
mempengaruhi LPT (Laju Pertumbuhan Tanaman) karena LPT sangat didukung oleh bobot
kering yang merupakan asimilat tanaman yang dipengaruhi oleh lebar daun karena akan
mempengaruhi berat daun tersebut. Variabel-variabel pada analisis pertumbuhan tanaman
saling berkaitan dan akan mempengaruhi produksi tanaman.
Kata kunci : analisis , laju, pertumbuhan, tanaman, daun.

PENDAHULUAN
Secara umum pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain cahaya, udara, air dan tanah.
Sedangkan faktor internal berasal dari tanaman itu sendiri (faktor genetik). Kedua faktor

tersebut sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman dan saling berhubungan
satu sama lain. Salah satu faktor tidak tersedia bagi tanaman atau ketersediaannya tidak
dalam keadaan seimbang maka akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan
bahkan bisa menyebabkan tanaman menjadi mati (Nurkhasanah dkk., 2013).
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis
yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa
mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi
sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering sangat disukai
sebagai ukuran pertumbuhan.

Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan

tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta
interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya.

Distribusi akumulasi bahan kering

pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat
mencerminkan produktivitas tanaman. Kuantitas analisis pertumbuhan tanaman yang


diperoleh dari bobot dan luas daun tanaman yaitu Laju Pertumbuhan Relatif (Relative
Growth Ratio), Nisbah Luas Daun (Leaf Area Ratio), Luas Daun Khas (Spesific Leaf Area),
Bobot Daun Khas (Spesific Leaf weight), Indeks Luas Daun (Leaf Area Index), Laju Asimilasi
Bersih (Net Assimilation Rate), Laju Pertumbuhan Tanaman (Crop Growth Rate), Laju
Pertumbuhan Relatif (Relatif Growth Rate), Lamanya Luas Daun (Leaf Area Duration), dan
Lamanya Biomassa (Biomass Duration) (Leopold & Kriedermann, 1975).
Salah satu tujuan akhir dari analisis pertumbuhan tanaman adalah untuk
mendapatkan cara, baik melalui pendekatan tanaman maupun lingkungan, yang dapat
ditempuh untuk mengatasi faktor pembatas hasil dalam pertumbuhan tanaman. Keuntungan
lain dari analisis pertumbuhan tanaman adalah bahwa pengukuran data primer tidak
membutuhkan peralatan laboratorium yang banyak dan mahal. Data primer yang diamati
seperti biomassa seluruh tanaman atau bagian-bagian tanaman (daun, batang, akar, dan
bagian reproduktif) dan dimensi alat fotosintesis (jumlah daun dan luas daun) dianalisis
untuk menghasilkan berbagai indeks dan paramer pertumbuhan yang semuanya biasanya
dikenal dengan istilah karakteristik pertumbuhan. Karakteristik pertumbuhan tersebut tidak
dapat dilihat secara terus menerus untuk menjelaskan hasil (Goldsworthy dan Fisher, 1991).
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil panen dan analisis tanaman sebagai
penimbun bersih hasil fotosintesis secara terintegrasi dengan waktu disebut analisis tumbuh.
Di dalam setiap program penelitian pada tanaman, teknik atau metode pengambilan sampel
yang dipakai sangat menentukan ketepatan kesimpulan akhir yang akan diambil dari

program penelitian tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus mampu menganalisis secara
lebih akurat tentang kondisi dan tingkat produktivitas tanaman tersebut. Untuk itulah, analisis
pertumbuhan tanaman ini sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan
suatu tanaman. Dalam melakukan suatu analisis terutama analisis pertumbuhan tanaman ini
mempunyai tujuan untuk membantu mengetahui efektivitas tanamandengan menggunakan
sumberdaya lingkungannya (adaptasi varietas terhadap lingkungan, kompetisi diantara
spesies, perbedaan genetis dalam kapasitas produksi, pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan tanaman) dan membantu memecahkan secara kuantitatif masalah-masalah
yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman tersebut. Analisis pertumbuhan tanaman
dapat dilakukan melalui pengamatan masing-masing organ tanaman (komponen tanaman),
mulai dari daun (berat kering, luas, serta jumlah daun), batang (panjang, tinggi, diamater,
jumlah cabang, jumlah anakan, berat kering), akar (panjang, jumlah, berat kering),
reproduksi (jumlah bunga, jumlah polong, jumlah tongkol, jumlah biji/polong, jumlah umbi,
diameter umbi, panjang umbi, berat 100 biji, berat hasil). Cara pengamatan dapat dilakukan
melalui dua cara, yakni destruktif dan non-destruktif (Gardner et al., 1991).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan bahan. Suatu ukuran yang telah
diterima secara umum adalah berat kering, baik dari tanaman seluruhnya atau bagian-

bagiannya. Berat basah atau berat segar suatu tanaman pada suatu waktu mengalami
ayunan besar dalam status airnya.Jaringan yang lebih tua mengering, terjadi kehilangan

berat segar yang besar hanya karena kehilangan air. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
berat kering lebih disukai daripada berat segar. Sembilan puluh persen bahan kering
tanaman adalah hasil fotosintesis sehingga analisis pertumbuhan dinyatakan dengan berat
kering, terutama mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintat. Hanya ada
dua pengukuran yang dilakukan pada interval yang sering diperlukan untuk analisis
pertumbuhan, yaitu luas daun dan berat kering. Analisis pertumbuhan dapat dilakukan
terhadap tanaman secara individu atau terhadap komunitas tanaman (Fatkhanudin, 2011).
Analisis pertumbuhan tanaman secara individu umumnya dilakukan pada tahap
awal, meliputi: (1) laju pertumbuhan relatif, (2) laju satuan daun atau laju asimilasi bersih, (3)
rasio luas daun, (4) berat daun khusus dan alometri dalam pertumbuhan (yaitu rasio S-R).
Kuantitas yang digunakan dalam analisis pertumbuhan komunitas tanaman meliputi: (1)
indeks luas daun, (2) lamanya luas daun, (3) laju pertumbuhan tanaman budidaya dalam hal
biomassa keseluruhan (biasanya bagian-bagian yang di atas tanah) dan dalam hal
biomassa ekonomi (misal umbi, biji), dan (4) laju asimilasi bersih. Analisis pertumbuhan
tanaman pada dasarnya dapat membantu mengindentifikasi faktor pertumbuhan utama yang
mengendalikan atau membatasi hasil dan merupakan upaya untuk memperbaiki hasil
tanaman pada suatu lingkungan tertentu atau adaptasi tanaman pada beberapa lingkungan.
Adapun tujuan akhir dari analisis pertumbuhan tanaman adalah mendapatkan cara, baik
melalui pendekatan tanaman maupun lingkungan yang ditempuh untuk mengatasi faktorfaktor pembatas hasil dalam pertumbuhan tanaman. Keuntungan lain adalah pengukuran
data primer tidak membutuhkan peralatan laboratorium yang mahal (Sitompul dan Guritno,

1995).
Analisis pertumbuhan tanaman dipertimbangkan menjadi pendekatan standar untuk
mempelajari pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pada tanaman budidaya, aprameter
pertumbuhan seperti LAI dan CGR optimum pada saat pembungaan telah diidentifikasi
sebagai determinan utama pada hasil tanaman. Proses pertumbuhan seperti CGR, RGR,
dan NAR secara langsung mempengaruhi hasil ekonomis tanaman jeruk. Nilai CGR yang
lebih tinggi ditemukan pada periode pengisian polong dibandingkan pada periode
pertumbuhan awal tanaman pada varietas yang berbeda (Pirzad et al., 2012).
Luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis pertumbuhan
tanaman. Indeks luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju fotosintesis merupakan parameter
yang erat terkait dengan luas daun. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur
luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing
faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada
pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran

yang diperlukan. Pada pengukuran indeks luas daun (ILD), tentunya kecepatan pengukuran
yang diperlukan. Namun demikian, ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung
pada alat dan cara atau teknik pengukuran (Santoso dan Hariyadi, 2008).
Pertumbuhan tanaman adalah sesuatu yang penting karena kemampuan bertahan
hidup dan reproduksi tergantung kepada ukuran tanaman dan juga pada laju

pertumbuhannya sendiri. Laju pertumbuhan nisbi (LPN) adalah variabel kunci pada model
influensial dalam ekologi tanaman. Mengingat pentingnya hal tersebut, LPN adalah
fenomena kompleks yang mendeterminasi perbedaan pada partisioning morfologi dan
biomassa. Kontribusi relatif dari ketiga faktor ini biasanya dievaluasi dengan mendekomposi
LPN ke dalam komponen pertumbuhan klasik (NAR/ net assimilation rate, SLA/ specific leaf
area, dan LMR/ leaf mass ratio) (Shipley, 2006).
Analisis pertumbuhan tanaman mendekomposisi RGR ke dalam laju asimilasi bersih
(NAR, laju produksi bahan kering per unit luas daun) dan rasio luas daun (LAR, luas daun
per unit total massa tanaman), dimana RGR = NAR x LAR. NAR ditentukan terutama oleh
rasio dari karbon yang diperoleh melalui fotosintesis dan karbon yang hilang melalui
respirasi. LAR mencerminkan jumlah luas daun suatu tanaman yang berkembang per unit
total massa tanaman, dan untuk itu, tergantung pada proporsi biomassa yang dialokasikan
kepada daun relatif ke total massa tanaman (rasio massa daun, LMR) dari berapa banyak
area daun sebuah tanaman berkembang per unit biomassa (luas daun spesifik/ SLA),
dimana LAR = LMR x SLA (James dan Rebecca, 2007).

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Acara I yang berjudul Analisis
Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2016 di Laboratorium
Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Alat yang digunakan yaitu laptop dengan Excel sebagai software penunjang.
Bahan yang digunakan yaitu data sekunder dari penelitian berjudul “Pengaruh Waktu
Pemangkasan Pucuk dan Aplikasi Kolkisin dengan Dosis yang Berbeda pada Tanaman
Begonia”.
Langkah kerja dalam praktikum ini adalah melakukan analisis pertumbuhan terhadap
data sekunder yang disediakan. Analisis pertumbuhan yang dapat dihitung yaitu : Nisbah
Luas Daun (NLD), Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN), Bobot Daun Khas (BDK), Laju Asimilasi
Bersih (LAB), Indeks Luas Daun (ILD), Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT), serta Luas Daun
Khas (LDK). Persamaan untuk setiap variable analisis pertumbuhan tersebut adalah :

lnW 2−ln W 1
T 2−T 1

1. Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN)

=

2. Nisbah Luas Daun (NLD)

=


La
w

3. Luas Daun Khas (LDK)

=

La
Lw

cm2/g

4. Bobot Daun Khas (BDK)

=

Lw
La


g/ cm2

5. Indeks Luas Daun (ILD)

=

La
Ga

6. Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)

=

1 W 2−W 1
x
Ga T 2−T 1

7. Laju Asimilasi Bersih (LAB)

=

W 2−W 1 ln La2−ln La 1
x
T 2−T 1
La2−La1

8. Indeks Panen (IP)

=

HI=

9. Penyekapan Cahaya (PC)

= 100% -(

Keterangan :
La

: Luas Daun

Lw

: Bobot Daun

Ga

: Luas Tanah

T

: Waktu

W

: Bobot Kering Total

g/g/minggu

cm2/g

kg/m2/minggu

We
W
Cb
X 100 )
Ca

g/cm2/minggu

We

: Bobot Kering Hasil (Ekonomis)

Cb

: Cahaya dibawah Tajuk

Ca

: Cahaya diatas Tajuk

Setelah data dianalisis, kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengamatan yang

telah disediakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tiap-tiap organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis.
Perubahan tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Berlangsungnya proses perubahan biologis dipengaruhi oleh tersedianya
faktor-faktor pendukung. Perubahan tanaman kecil menjadi tanaman dewasa dan
menghasilkan buah berawal dari satu sel zigot menjadi embrio, kemudian menjadi satu
individu yang mempunyai akar, batang, dan daun.Demikian pula hewan, tumbuh dari satu
sel zigot menjadi embrio, kemudian berkembang menjadi satu individu lengkap dengan
organ-organ yang dimiliki, seperti kaki, kepala, dan tangan. Peristiwa perubahan biologi
yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan
tinggi) yang bersifat irreversibel disebut pertumbuhan.
Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan
dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah proses menuju
tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat
dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar
dengan pertumbuhan. Pertumbuhan pada tumbuhan terutama terjadi pada jaringan
meristem (ujung akar, ujung batang, dan ujung kuncup). Tumbuhan monokotil tumbuh
dengan cara penebalan karena tidak mempunyai kambium, sedangkan tumbuhan dikotil
pertumbuhan terjadi karena adanya aktivitas kambium. Kambium memegang peranan
penting untuk pertumbuhan diameter batang.Kambium tumbuh ke dalam membentuk xilem
(kayu), ke arah luar membentuk floem.Dalam pertumbuhan dan perkembangan terjadi
pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel.
Perubahan terjadi selama masa pertumbuhan menuju pada satu proses kedewasaan
sehingga terbentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.
Sebagai contoh, pertumbuhan tanaman membentuk akar, batang, dan daun.Peristiwa
perubahan

yang

demikian

disebut

diferensiasi.Peristiwa

diferensiasi

menghasilkan

perbedaan yang tampak pada struktur dan fungsi masing-masing organ, sehingga
perubahan yang terjadi pada organisme tersebut makin kompleks. Proses perubahan
biologis seperti inipun disebut perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor
dalam dan luar. Faktor yang terdapat dalam tubuh organisme, antara lain sifat genetik yang
ada di dalam gen dan zat pengatur tumbuh yang merangsang pertumbuhan. Adapun faktor
lingkungan merupakan faktor dari luar yang memengaruhi pertumbuhan. Kemudian, potensi
genetik hanya akan berkembang apabila ditunjang oleh lingkungan yang cocok. Dengan

demikian, sifat yang tampak pada tumbuhan dan hewan merupakan hasil interaksi antara
faktor genetik dengan faktor lingkungan secara bersama-sama.
Dalam suatu penelitian, seorang peneliti tidak hanya berkepentingan dengan hasil
akhir saja, tetapi juga berkepentingan dengan proses yang terjadi sebelumnya, karena tentu
saja proses tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir
yang berupa hasil ekonomis. Suatu pendekatan untuk dapat menganalisis faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sebagai suatu proses penimbunan hasil
fotosintesis adalah Analisis Pertumbuhan Tanaman (APT).
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis
yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa
mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi
sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering sangat disukai
sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman
dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya
dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagianbagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan
produktivitas tanaman.
Tabel Bobot Kering Daun (gram)
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
0.23
0.46
0.39
0.31
0.27
0.48
0.22
0.30
0.43
0.26
0.34
0.38
0.13
0.25
0.19
19.28
41.00
18.80
24.70
30.46

26.92
30.60
23.99
16.80
42.08

12.22
36.63
32.69
28.56
26.97

12.03
28.78
23.18
16.78
22.67

27.96
40.64
23.00
31.24
31.58

18.86
37.38
37.11
34.07
28.36

Tabel Bobot Kering Total (gram)
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu

50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm

0.54
0.83
0.59
0.53
0.33

1.07
0.60
0.90
0.98
0.90

1.07
1.71
1.43
1.13
0.61

42.58
81.94
50.53
58.40
65.13

57.89
66.38
69.32
51.24
104.44

28.29
101.86
75.06
85.03
61.13

41.64
90.17
64.64
58.84
83.17

59.62
113.44
65.04
81.42
99.20

43.17
109.74
95.10
92.84
94.65

Pada analisis pertumbuhan bahan kering yang dihasilkan dapat diketahui melalui
bobot kering. Variabel ini penting mengingat bahan kering itu sendiri menunjukkan
kemampuan tanaman dalam mengikat energy dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi
bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang. Daun dan bagian
generative dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
Tabel Luas Daun (cm2 )
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
84.00
144.00
141.00
141.00
132.00
219.00
84.00
141.00
216.00
102.00
126.00
162.00
42.00
111.00
90.00
1920.00
4320.00
1680.00
2400.00
2160.00

2130.00
3060.00
2580.00
2160.00
4200.00

1050.00
4320.00
2880.00
3000.00
2430.00

870.00
2670.00
1440.00
1260.00
1650.00

1500.00
3180.00
1620.00
2340.00
1890.00

1200.00
2610.00
1920.00
2250.00
2190.00

Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukukan fotosintesis, sedangkan
indeks luas daun mencerminkan besarnya intersepsi cahaya oleh tanaman. Meskipun
bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi lebih aktivitas lebih efektif terjadi pada
daun.
Tabel Laju Pertumbuhan Nisbi (g/g/minggu)
Dosis Kolkisin
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata

Waktu Pemangkasan Pucuk
Rerata
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Tanaman umur 2-3 bulan
1.092
0.998
0.819
0.969
1.148
1.177
1.022
1.115
1.113
1.086
0.990
1.063
1.176
0.989
1.080
1.082
1.321
1.188
1.152
1.221
1.170
1.088
1.013
1.090
Tanaman umur 3-4 bulan
-0.006
0.007
0.106
0.036
0.024
0.134
0.019
0.059
0.062
-0.016
0.059
0.035
0.002
0.116
0.022
0.047
0.061
-0.013
0.109
0.053
0.029
0.046
0.063
0.046

Laju pertumbuhan nisbi (LPN) menunjukkan peningkatan materi per unit materi yang
ada per unit waktu. Laju pertumbuhan dapat menunjukkan penambahan bahan organik ada
tanaman. LPN juga dapat menunjukkan produktivitas dari tanaman. Dari data yang
diperoleh, pada umur tanaman 2 minggu dengan umur tanaman 2-3 bulan dengan dosis 50
ppm serta umur tanaman 3-4 bulan dengan pemangkasan pucuk pada minggu ke-4 dan
dengan dosis 100 ppm menghasilkan LPN paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan materi terbesar terjadi pada periode waktu tersebut
Tabel Luas Daun Khas (cm2/gram)
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
365.217
313.043
361.538
454.839
488.889
456.250
381.818
470.000
502.326
392.308
370.588
426.316
323.077
444.000
473.684
383.452
417.304
444.023
99.585
105.366

79.123
100.000

85.925
117.936

150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata

89.362
97.166
70.913
92.478

107.545
128.571
99.810
103.010

88.100
105.042
90.100
97.421

72.319
92.773
62.123
75.089
72.783
75.017

53.648
78.248
70.435
74.904
59.848
67.417

63.627
69.823
51.738
66.041
77.221
65.690

Nisbah luas daun dapat dicari dengan rumus luas lahan dibagi bobot kering total
tanaman. Semakin besar nilai luas daun yang dihasilkan maka nisbah luas daun semakin
besar. Artinya, hubungan jaringan tanaman yang berfotosintesis berjalan baik dengan
jaringan tanaman total yg melakukan respirasi atau biomassa. Terjadi keseimbangan
sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang semakin baik. Berdasarkan
tabel di atas, nilai nisbah luas daun tertinggi yaitu pada minggu ke-4 pada tanaman berumur
2 bulan, minggu ke-3 pada tanaman berumur 3 bulan dan minggu ke-2 pada tanaman
berumur 4 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin muda umur tanaman maka
pemangkasan juga membutuhkan waktu lama supaya tanaman memiliki fotosintat yang
cukup untuk melakukan regenerasi dan pembentukan organ tanaman baru.
Tabel Bobot Daun Khas (gram/cm2)
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
0.003
0.003
0.003
0.002
0.002
0.002
0.003
0.002
0.002
0.003
0.003
0.002
0.003
0.002
0.002
0.003
0.002
0.002
0.010
0.009
0.011
0.010
0.014
0.011

0.013
0.010
0.009
0.008
0.010
0.010

0.012
0.008
0.011
0.010
0.011
0.010

0.014
0.011
0.016
0.013

0.019
0.013
0.014
0.013

0.016
0.014
0.019
0.015

250 ppm
0.014
0.017
0.013
Rerata
0.014
0.015
0.015
Bobot daun khas yaitu bobot daun tiap satuan luas daun. Bobot daun khas
menunjukkan ketebalan daun pada suatu tanaman. Semakin tebal daun makan nilai BDK
semakin tinggi. adapun BDK dapat diketahui dengan cara membagi berat daun dengan laus
lahan. Daun yang tebal umumnya memiliki kandungan zat hijau daun yang tinggi sehingga
proses fotosintesis berjalan lebih efektif. Hal tersebut karena ketebalan daun menunjukkan
ketebalan pada jaringan palisade yang mengandung klorofil. Nilai 0,015 menunjukkan
bahwa setiap 1 cm2 luas daun beratnya adalah 0,015 gram. Pada perhitungan kali ini
tanaman berumur 2 dan 3 bulan memiliki BDK maksimal pada pemangkasan minggu ke-2,
sedangkan tanaman beumur 4 bulan memiliki BDK maksimal pada pemangkasan minggu
ke-3 dan ke-4.
Tabel Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/minggu)
Waktu Pemangkasan Pucuk
Rerata
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Tanaman umur 2-3 bulan
50 ppm
0.018
0.019
0.015
0.017
100 ppm
0.017
0.018
0.018
0.017
150 ppm
0.023
0.020
0.018
0.021
200 ppm
0.020
0.018
0.022
0.020
250 ppm
0.030
0.023
0.021
0.025
Rerata
0.022
0.020
0.019
0.020
Tanaman umur 3-4 bulan
50 ppm
-0.0002
0.0002
0.0033
0.0011
100 ppm
0.0006
0.0038
0.0006
0.0017
150 ppm
0.0023
-0.0005
0.0021
0.0013
200 ppm
0.0001
0.0034
0.0007
0.0014
250 ppm
0.0024
-0.0005
0.0036
0.0019
Rerata
0.0010
0.0013
0.0021
0.0015
Laju asimilasi bersih yakni kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering
Dosis Kolkisin

asimilasi tiap satuan luas daun dan tiap satuan waktu. Laju asimilasi bersih didapatkan
dengan melibatkan variabel berat kering, luas daun, dan waktu. Waktu menunjukkan
rentang waktu pengamatan. Berat kering yang dihasilkan tinggi makan laju asimilasi bersih
juga tinggi. Laju asimilasi bersih paling tinggi pada data adalah pada perlakuan 250 ppm
dan umur pemangkasan 2 minggu untuk tanaman berumur 2-3 bulan serta perlakuan 250
ppm dan umur pemangkasan minggu ke-4 dengan umur tanamannya 2-6 minggu. Artinya,
pada rentang waktu tersebut tanaman menghasilkan asimilat dalam jumlah paling banyak
dan dengan dibantu aplikasi kolkisin 250 ppm maka akan mempunyai laju asimilasi bersih
paling tinggi.

Tabel Indeks Luas Daun (jarak tanam 50cmx60cm)
Dosis Kolkisin
Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
0.028
0.048
0.047
100 ppm
0.047
0.044
0.073
150 ppm
0.028
0.047
0.072
200 ppm
0.034
0.042
0.054
250 ppm
0.014
0.037
0.030
Rerata
0.030
0.044
0.055
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
0.640
0.710
0.350
100 ppm
1.440
1.020
1.440
150 ppm
0.560
0.860
0.960
200 ppm
0.800
0.720
1.000
250 ppm
0.720
1.400
0.810
Rerata
0.832
0.942
0.912
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
0.290
0.500
0.400
100 ppm
0.890
1.060
0.870
150 ppm
0.480
0.540
0.640
200 ppm
0.420
0.780
0.750
250 ppm
0.550
0.630
0.730
Rerata
0.526
0.702
0.678
Indeks luas daun yaitu luas daun diatas suatu lahan. Indeks luas daun tidak memiliki
satuan. ILD dapat diketahui dengan rumus luas daun dibagi luas lahan. Luas daun yang
semakin tinggi nilainya akan diikuti oleh kenaikakan indeks luas daun. Perbandingannya
adalah luas suatu lahan tersebut. Penurunan luas daun dapat terjadi karena penambahan
luas lahan. Tanaman yang ditanam pada areal lahan yang luas umumnya memiliki nilai
indeks luas daun yang kecil. Indeks Luas Daun tertinggi dimiliki oleh pemangkasan minggu
ke-4 untuk tanaman berumur 2 bulan, dan pemangkasan minggu ke-3 untuk tanaman
berumur 3 dan 4 bulan. Hal ini menunjukkan tanaman menunjukkan ILD paling baik di umur
tersebut dengan waktu pemangkasan yang berbeda-beda.
Tabel Laju Pertumbuhan Tanaman (g/m2/minggu)
Dosis Kolkisin
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Tanaman umur 2-3 bulan
35.033
47.350
22.683
67.592
54.817
83.458
41.617
57.017
61.358
48.225
41.883
69.917
54.000
86.283
50.433
49.293
57.470
57.570

Rerata
35.022
68.622
53.331
53.342
63.572
54.778

Tanaman umur 3-4 bulan
50 ppm
-0.783
1.442
12.400
4.353
100 ppm
6.858
39.217
6.567
17.547
150 ppm
11.758
-3.567
16.700
8.297
200 ppm
0.367
25.150
6.508
10.675
250 ppm
15.033
-4.367
27.933
12.867
Rerata
6.647
11.575
14.022
10.748
Laju pertumbuhan tanaman yaitu kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering
hasil asimilasi tiap satuan luas daun setiap satuan waktu. Laju pertumbuhan tanaman ini
didapat dengan melibatkan variabel luas lahan, berat kering dan waktu. Laju berhubungan
erat dengan waktu. Dalam waktu yang singkat memiliki laju pertumbuhan yang tinggi,artinya
dapat dikatakan tanaman tersebut memiliki pertumbuhan yang baik. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tertinggi pada tanaman berumur 2-3 bulan dengan
waktu pemangkasan pucuk 3-4 minggu dan dengan perlakuan kolkisin 100 ppm serta
tanaman berumur 3-4 bulan dengan waktu pemangkasan pucuk 4 minggu dan dengan
perlakuan 100 ppm juga. Laju pertumbuhan berhubungan dengan waktu sehingga
perlakuan yang memiliki lebih tinggi, umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih baik pula.
Data tersebut menunjukkan tingkat pertumbuhan tanaman yang paling baik rentang umur
pemangkasan 3-4 minggu didapat dengan perlakuan kolkisin 250 ppm.
Tabel Nisbah Luas Daun (cm2/gram)
Dosis Kolkisin
Tanaman umur 2 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 3 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata
Tanaman umur 4 bulan
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
250 ppm
Rerata

Waktu Pemangkasan Pucuk
2 minggu 3 minggu 4 minggu
155.556
134.579
131.776
169.880
220.000
128.070
142.373
156.667
151.049
192.453
128.571
143.363
127.273
123.333
147.541
157.507
152.630
140.360
45.092
52.722
33.248
41.096
33.164
41.064

36.794
46.098
37.219
42.155
40.214
40.496

37.116
42.411
38.369
35.282
39.751
38.586

20.893
29.611
22.277
21.414
19.839
22.807

25.159
28.032
24.908
28.740
19.052
25.178

27.797
23.783
20.189
24.235
23.138
23.829

Luas daun khas yaitu luas daun setiap bobot daun. Berkebalikan dengan bobot daun
khas, luas daun khas ini didapatkan dengan membagi luas daun dengan bobot daun. Nilai
LDK menunjukkan luas daun setiap 1 gram daun. Nilai luas daun khas paling tinggi yaitu
pada perlakuan pemangkasan pucuk minggu ke-2 dengan umur tanaman 2-3 bulan dan
perlakuan pemangkasan pucuk minggu ke-3 dengan umur tanaman 4 bulan. Hasil ini
menunjukkan bahwa daun yang ada paling tipis diantara daun yang lainnya. Hal ini dapat
menunjukkan ketersediaan klorofil yang sedikit sehingga kurang maksimal saat proses
fotosintesis.
Dari semua variabel pengamatan, satu sama lain dapat dibuat sebuah hubungan
seperti :

Gambar 1 Bagan Alir Analisis Pertumbuhan Tanaman
Bagan tersebut menunjukkan keterkaitan variabel yang satu dengan lainnya. Hubungan
antar variabel variabel tersebut adalah semakin tinggi nilai bobot luas daun yang
menggambarkan ketebalan daun sehingga daun yang semakin tebal akan menyebabkan
kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap
satuan waktu tinggi pula. Semakin tinggi nilai LAB dan indeks luas daun dan adanya
pengaruh cahaya matahari yang optimum akan menyebabkan kemampuan tanaman
menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas lahan tiap satuan waktu akan
semakin tinggi pula. Semakin tinggi nilai LPT diikuti umur tanaman yang optimal akan
menghasilkan berat kering total yang tinggi pula. Semakin tinggi berat kering total yang
dihasilkan dan diikuti dengan kemampuan tanaman menyalurkan asimilat yang tinggi akan
menghasilkan berat kering ekonomis yang tinggi pula.
Uraian tersebut menunjukan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain.
Keterkaitan tersebut bisa diketahui dengan analisis dan kurva regresi dimana nilai koefisien
korelasi (R2 ) menunjukkan keterkaitan antar perlakuan yang diuji serta nilai P (P value) lebih

kecil/kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa regresi tersebut nyata (ada hubungan antar
perlakuan).

Grafik Regresi NAR ke SLW
0.035
0.030

NAR

0.025
0.020

f(x) = 1.9x + 0
R² = 0.97

0.015
0.010
0.005
0.000
0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 0.014 0.016

SLW

Grafik tersebut menunjukkan korelasi antara variable NAR (Laju Asimilasi Bersih)
dengan variable SLW (Bobot Daun Khas). Variable Laju Asimilasi Bersih berkaitan erat
dengan Bobot Daun Khas, ditandai dengan R2nya mendekati satu sehingga korelasi atau
keterikatannya sangat erat. Setiap kenaikan SLW diikuti dengan kenaikan NAR. Semakin
tinggi Bobot Daun Khas juga semakin tinggi kadar klorofilnya sehingga laju fotosintesisnya
optimal dan menaikkan Laju Asimilat Bersih.

CGR

Regresi CGR ke NAR
100.000
90.000
80.000
f(x) = 2687.55x + 0
70.000
R² = 0.91
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
0.000 0.005 0.010 0.015

0.020

0.025

0.030

0.035

NAR

Grafik tersebut menunjukkan korelasi antara variable CGR (Laju Pertumbuhan Tanaman)
dengan variable NAR (Laju Asimilasi Bersih). Variabel Laju Pertumbuhan Tanaman berkaitan
erat dengan Laju Asimilat Bersih. Kenaikan Laju Asimilat Bersih diikuti dengan kenaikan Laju
Pertumbuhan Tanaman, ditandai dengan nilai R2nya mendekati satu (sangat kuat).
Ketersediaan hasil Fotosintesis berupa Asimilat Bersih yang tinggi (didukung dengan Indeks
Luas Daun yang optimal untuk menerima energy matahari dan kandungan klorofil yang
cukup yang ditandai dengan Bobot Daun Khas yang tinggi) memacu Laju Pertumbuhan
yang optimal pula. KandunganAsimilat inilah yang digunakan sebagai sumber materi dan
energy untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman sehingga ketersediaannya sangat
dibutuhkan oleh tanaman.

CGR

regresi CGR ke LAI
100.000
90.000
80.000 f(x) = 59.88x + 0
70.000 R² = 0.98
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600

LAI

Grafik tersebut menunjukkan korelasi antara variable CGR (Laju Pertumbuhan Tanaman)
dengan variable LAI (Indeks Luas Daun). Variabel Laju Pertumbuhan Tanaman berkaitan
erat dengan Indeks Luas Daun. Kenaikan Indeks Luas Daun diikuti dengan kenaikan Laju

Pertumbuhan Tanaman, ditandai dengan nilai R 2nya mendekati satu (sangat kuat). Indeks
Luas Daun yang tinggi mengindikasikan penyerapan energy matahari untuk menyediakan
Asimilat bersih untuk dimanfaatkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
berlangsung secara optimal, sehingga proses metobolisme dapat berjalan dengan baik.

Regresi WB ke CGR
120
100 f(x) = 1.22x - 0
R² = 1
80

WB

60
40
20
10
0.
00
0

90
.0
00

80
.0
00

70
.0
00

60
.0
00

50
.0
00

40
.0
00

30
.0
00

20
.0
00

10
.0
00

0.
00
0

0

CGR

Grafik tersebut menunjukkan korelasi antara variable WB (Bobot Tanaman) dengan
variable CGR (Laju Pertumbuhan Tanaman). Variabel Bobot Tanaman berkaitan erat dengan
Laju Pertumbuhan Tanaman. Kenaikan Laju Pertumbuhan Tanaman diikuti dengan kenaikan
Bobot Tanaman, bahkan nilai R2ny satu (mutlak berkaitan). Laju Pertumbuhan Tanaman
seiring dengan berjalannya Waktu (T) menghasilkan asimilat yang cukup untuk metabolism
tanaman selama hidup ditandai dengan bertambahnya ukuran dan jumlah sel dan terjadinya
differensiasi organ tumbuh, terjadi penambahan dalam hal tinggi tanaman, jumlah daun,
volume akar, volume tajuk, menambah Bobot Tanaman (WB).

KESIMPULAN

1. Analisis pertumbuhan berfungsi untuk mengetahui dinamika fotosintesis yang
didapat secara kuantitatif melalui perhitungan produksi bahan kering tanaman.
2. Variabel pengamatan dapat dihitung dengan rumus yang sudah tersedia.
3. Variabel-variabel pada analisis pertumbuhan tanaman saling berkaitan dan akan
mempengaruhi produksi tanaman.
SARAN
Sebaiknya dilakukan analisis pertumbuhan tanaman seperti yang telah dilakukan
tetapi data yang digunakan bukan data sekunder. Percobaan langsung perlu dilakukan
untuk mengetahui hasil analisis dan mengetahui secara jelas kondisi tanaman di lapangan
yang menunjukkan hasil analisis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fatkhanudin.

2011. Analisis

Pertumbuhan.

. Diakses pada tanggal 7
Oktober 2016.
Gardner, F.R., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(terjemahan: Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (terjemahan:
Tohari). Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
James, J.J. dan Rebecca E.D. 2007. A basis for relative rate differences between native and
invasive forb seedlings. Journal of Rongeland Ecology and Management 60 : 395 –
400.
Leopold, A. C. and P. E Kriedemann. 1975. Plant Growth and Development. Tata Mc Grow
Hill Pub. Co. Ltd.., New Delhi.
Nurkhasanah, N., Karuniawan P.W., Eko Widaryanto. 2013. Studi pemberian air dan tingkat
naungan terhadap pertumbuhan bibit tanaman cabe jamu (Piper retrofractum vahl.).
Jurnal Produksi Tanaman 1 : 34-41.
Pirzad, A., Mina K., Ata A.S., Ghodrat A.F., dan Abdul M.B. 2012. Growth analysis of
Pimpinella anisum under different irrigation regimes and amount of super absorbent
polymer. International Research Journal of Applied and Basic Sciences 3 : 112 – 122.
Santoso, B.B. dan Hariyadi. 2008. Metode pengukuran luas daun jarak pagar (Jatropha
curces L.). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 8 : 17-22.
Shipley, B. 2006. Net assimilation rate, specific leaf area, and leaf mass ratio: which is most
closely correlated with relative growth rate? A meta-analysis. Journal of Functional
Ecology 10 : 206-210.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.