Term Of Reference Kajian Koperasi Berbas
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Term Of Reference
KAJIAN PENGEMBANGAN KOPERASI BERBASIS PERTANIAN
DALAM RANGKA MENDUKUNG AKSELERASIPENINGKATAN DAYA
SAING DAERAH
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa potensi koperasi pertanian di
Aceh dalam rangka mendukung akselerasi peningkatan daya saing daerah. Kajian ini akan
menyajikan tiga hal utama yaitu pertama: peran koperasi dalam pengembangan komoditas
unggulan daerah; kedua identifikasi profil dan potensi koperasi yang dapat dikembangkan
dalam upaya mengembangkan potensi daerah; dan ketiga lahirnya sebuah rencana induk
pengembangan koperasi pertanian dalam mendukung akselerasi peningkatan daya daing
daerah.
Komoditi unggulan sektor sektor pertanian dalam hal ini ditetapkan tiga komoditi, yaitu
kopi, Padi, dan Kakao. Ketiga komoditi ini dipilih karena merupakan sektor pertanian
unggulan di daerahnya masing-masing dan juga merupakan komoditi unggulan Provinsi
Aceh yang banyak menyerap tenaga kerja lokal.
Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
kuesioner, focus group discussion, wawancara dengan stakeholders, antara lain :pemerintah
daerah, Dewan Koperasi Indonesia di masing-masing daerah, asosiasi koperasi (koperasi
sekunder), lembaga keuangan, asosiasi usaha, sektor swasta mitra usaha koperasi dan
seterusnya. Sedangkan observasi langsung ke lapangan juga dilakukan untuk mengetahui
proses operasional koperasi dan tanggapan anggota dan atau masyarakat guna menjaring
informasi yang sedetailnya.Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah dokumendokumen terkait kebijakan di tnigkat pusat dan daerah, data statistik, dan literatur yang
relevan.
Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor yang menjadi penentu
keberhasilan koperasi, antara lain: (1) Kelembagaan;(2) Perkembangan usaha termasuk
pengetahuan dan keterampilan usaha; (3)Manajemen sumber daya manusia; (4) jaringan
kerjasama, kemitraan dan modal sosial; (5) permodalan usaha; serta (6) Kepmimpinan dan
visi bersama. Dalam mempertajam hasil kajian, analisis akan diperkuat dengan pembahasan
mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi seperti
regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi pasar dan
kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
1|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
1. Latar Belakang
Tuntutan perkembangan globalisasi dan otonomi daerah membawa sebuah
konsekuensi logis bahwa tingkat persaingan semakin tajam, baik di tingkat regional,
nasional, dan internasional. Setiap daerah dituntut lebih meningkatkan potensipotensi yang dimilikinya dalam rangka peningkatan perekonomian dan daya saing
daerah tersebut.Koperasi sebagai sebuah sistem dan badan usaha tentu diharapkan
dapat menjadi aktor penting dalam upaya peningkatan perekonomian dan daya saing
tersebut. Di banyak negara maju koperasi telah membuktikan perannya yang sangat
besar bagi pendapatan negara dan kemajuan masyarakatnya.
Sebagaimana kita pahami bersama, dalam kajian pembangunan kawasan, konteks
keunggulan, keunikan dan perbedaan dengan daerah lain sangat penting untuk
diperhatikan. Karena dengan memperhatikan konteks ke-lokal-an tersebut dapat
dibangun sebuah kekuatan daerah yang berbasis pada potensi yang dimilikinya,
sehingga keunggulan komparatif dan keunggulan daya saing akan muncul.
Konsep pembangunan koperasi sebenarnya selaras dengan konsep pembangunan
inward looking, sebuah konsep pembangunan wilayah yang mengacu pada kondisi
wilayah itu sendiri. Sebagai Common issue-nya, wilayah tersebut harus menetapkan
watak pembangunan yang dipilihnya dalam rangka menyejahterakan warganya.
Semua potensi yang dimiliki oleh daerah akan diarahkan kepada tujuan tersebut.
Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan
bertumpu pada keunggulan komparatif berupa kekayaan alam yang berlimpah,
upah tenaga kerja murah, dan letak geografis yang strategis sepertinya kedepan
sulit dipertahankan lagi.Kedepan, faktor penentu daya saing tidak hanya diperoleh
dari murahnya biaya tenaga kerja dan tingginya potensi alam, tetapi harus pula
diperoleh dari kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara
berkesinambungan.
Porter (1990) menyatakan bahwa faktor keunggulan komparatif telah dikalahkan
oleh kemajuan teknologi. Namun demikian, setiap wilayah masih mempunyai faktor
keunggulan khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja,
tetapi lebih dari itu, yaitu adanya inovasi (innovation).
Aceh memiliki sumber daya alam yang tidak cukup untuk menjaga sustainability
pembangunan, sehingga paradigma baru pembangunan yang diterjemahkan sebagai
pembangunan wilayah yang mengarah pada pembentukan keunggulan daya saing
perlu terus digali dan tentunya fokus untuk diimplementasikan.
Dari hasil pengamatan ditemukan permasalahan pengembangan koperasi
diantaranya: (1) lemahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas
manajemen; (2) kegiatan koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga
koperasi berjalan atas kehendak pengurus semata, ini berakibat kepada rendahnya
partisipasi anggota karena anggota tidak merasakan manfaat sebagai anggota
koperasi; (3) masih ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam
aktifitasnya (koperasi dikendalikan oleh pemilik modal); (4) koperasi masih sebatas
penghubung antara anggota dengan mitra kerja; (5) adanya kegiatan koperasi yang
memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi bagi
kepentingan pribadi (sebagai usaha pribadi); dan 6) koperasi di pedesaan lebih
banyak bergerak pada bidang usaha simpan pinjam bukan pada usaha produktif
2|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian mendalam untuk menggali
potensi yang dimiliki oleh koperasi di Aceh (khususnya koperasi
pertanian/koperasi berbasis pertanian) dalam rangka mendukung akselerasi
peningkatan daya saing daerah. Kajian ini tidak hanya melihat potret koperasi
secara mikro sebagai badan usaha yang berdiri sendiri, akan tetapi akan mencoba
melihat dalam konteks makro-nya sekaligus, yakni melihat bagaimana koperasi
sebagai sistem dapat berperan sebagai sistem dan aktor besar dalam mendukung
daya saing daerah.
Masih kurangnya kajian komprehensif tentang koperasi khususnya yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kapasitas peran koperasi dalam mendukung daya saing
daerah. Program-program pengembangan koperasi lebih banyak diarahkan untuk
mengembangkan koperasi itu sendiri dalam konteks agar koperasi tersebut hidup,
berkembang dan memberi manfaat kepada anggota atau masyarakat yang
dilayaninya. Pembangunan koperasi dalam arti mikro dan makro belum di-skenario
sebagai aktor dalam pembangunan daerah, khususnya dalam upaya peningkatan
daya saingnya. Padahal dengan potensi alam Aceh yang besar, kapasitas SDM yang
relatif memadai secara jumlah dan kuantitasnya didukung letak geografis yang
strategis seharusnya Aceh menjadi daerah yang maju dan berkembang sosial
ekonominya. Saat ini, koperasi dianggap masih belum memberikan sumbangsih
signifikan terhadap daerah. Sehingga wajar jika timbul pertanyaan mendasar yang
mendeskreditkan koperasi, seperti: apakah memang koperasi badan usaha yang
cocok di Aceh ? apakah koperasi salah pembinaan ?
Fokus kajian studi ini terbagi dalam tiga hal utama, pertama: peran koperasi dalam
pengembangan komoditas unggulan daerah, kedua identifikasi profil dan potensi
koperasi yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan potensi tersebut,
dan ketiga lahirnya sebuah rencana induk pengembangan koperasi pertanian dalam
mendukung akselerasi peningkatan daya daing daerah melalui koperasi.
Stern 2002 dalam ADB (2005) menyebutkan bahwa iklim investasi adalah semua
kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun
yang diharapkan terjadi di masa datang, yang bisa mempengaruhi tingkat
pengembalian dan resiko suatu investasi. Pola umum yang terjadi jika iklim bisnis
tidak kondusif maka akan terjadi penurunan investasi dan berujung pada
penurunan pendapatan daerah. Sedangkan khusus untuk Indonesia selama satu
dasawarsa terakhir ini, angka pengangguran sepertinya tidak terpengaruh dan terus
tinggi. Iklim bisnis yang tidak kondusif berarti menjadi kondisi yang akan turut
memperparah kondisi pengangguran di Indonesia.
Pada akhirnya dari kajian ini, diharapkan melahirkan sebuah rencana induk
pengembangan koperasi berbasis pertanian dalam rangka mendukung akselerasi
peningkatan daya saing daerah. Di mana rencana induk ini diharapkan dapat
menjadi dasar dalam pengembangan koperasi berbasis pertanian kedepan secara
khusus dan secara umumnya dapat menjadi salah satu dasar pemerintah Aceh
dalam perumusan program-program pembangunan Aceh yang terkait dalam
beberapa waktu mendatang.
3|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
2. Tujuan
Secara umum tujuan diadakannya kajian ini adalah lahirnya sebuah rencana induk
pengembangan koperasi berbasis pertanian dalam kaitannya dengan akselerasi
peningkatan daya saing daerah.
Turunan dari tujuan kajian ini adalah untuk :
Mengetahui Profil umum kondisi koperasi di Aceh
Mengidentifikasi profil, kondisi dan potensi koperasi yang bergerak selaras
dengan produk unggulan
Potensi kekuatan, kendala, peluang, dan ancaman yang dimiliki sebagai bahan
untuk menyusun strategi umum dan rencana induk/tindak pengembangan
kawasan.
3. Hasil yang diharapkan
Kajian ini diharapkan dapat menghasilkan rencana induk pengembangan koperasi
berbasis pertanian dalam kaitannya dengan akselerasi peningkatan daya saing
daerah.
Secara khusus kajian ini diharapkan akan menghasilkan :
a. Profil umum kondisi koperasi di Aceh
b. Profil, kondisi dan potensi koperasi yang bergerak di selaras dengan produk
unggulan
c. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi seperti
regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi pasar
dan kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
d. Rekomendasi isu-isu strategis dan pengembangan rencana induk pengembangan
kawasan.
4. Ruang Lingkup
Lingkup studi ini secara spatial mencakup wilayah administratif Pemerintah Aceh.
Sedangkan secara substansial, ruang lingkup studi ini sebagai berikut:
a. Dalam analisis ini sektor usaha/ekonomi yang dikaji adalah sub-sektor koperasi
sebagai penggerak ekonomi utama dengan jenis usahanya yaitu: (1) koperasi
produksi; (2) koperasi konsumsi; (3) koperasi simpan pinjam; (4) koperasi jasa.
Namun demikian, jenis koperasi ini akan disesuaikan dengan data-data yang
relevan;
b. Kajian daya saing sektor usaha akan dianalisis dari beberapa sudut pandang
yang disesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Aceh.
Adapun daya saing sektor dalam kajian ini merupakan skoring atas:
Lingkungan usaha
Dinamika usaha
Inovasi usaha
Efektivitas pemerintah
c. Rekomendasi pengembangan kawasan atas sektor ekonomi koperasi terpilih
dikontekstualisasikan menurut koridor kegiatan pokok pengembangan ekonomi
lokal.
4|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
5. Metodologi
5.1. Model dan pendekatan kajian
Model kajian dikembangkan secara khusus untuk mencapai tujuannya. Sehingga
metodologi dan teknis implementasinya mengacu kepada kebutuhan tersebut.
Salah satu pendekatan penting yang akan digunakan dalam kajian ini adalah
pendekatan appreciative inquiry. Sebuah pendekatan yang lebih
mengedepankan sisi-sisi positif dari sebuah fenomena daripada mendahulukan
mencari sisi-sisi kekurangan (negatif) berupa masalah (problem based solving).
Pendekatan yang perencanaan pembangunanannya diawali dari pendekatan
berbasis masalah (problem based solving) pada banyak sisi justru akan
memunculkan afirmasi yang negatif (defisit) dan terkesan menjadi berat untuk
memperbaikinya, sehingga energi yang besar banyak tercurah untuk mencari
masalah dan mengatasi masalahnya akan tetapi kemudian kelelahan untuk
memperbaiki dan membangunnya.
Dalam konteks Aceh, jika pengembangan koperasi didekati dengan pemahaman
dan pendekatan berbasis masalah (problem solving), maka yang muncul justru
sikap pesimistis dan underestimate. Padahal jika pembangunan koperasi
dilakukan dengan tepat dan komprehensif baik sebagai mainstream
pembangunan ekonomi berbasis masyarakat maupun sebagai badan usaha
tentu akan memberikan dampak yang besar bagi Aceh. Sangat disayangkan
memang, selama ini pengembangan koperasi yang sebenarnya sudah banyak
mendapat berbagai fasilitas ternyata masih jauh panggang dari api.
Melalui pendekatan appreciative inquiry, jika dikaitkan dengan isu
pembangunan sosial ekonomi Aceh, termasuk dalam membangun daya
saingnya, jika semua pihak sepakat memunculkan koperasi tidak hanya sebagai
aktor mikro (baca: badan usaha) semata akan tetapi juga dalam konteks makro
sebagai sistem pe-melayanan terhadap warganya. Usaha-usaha pembangunan
daya saing daerah melalui sistem koperasi harus banyak digunakan untuk
menggali potensi (discovery), menetapkan visi (dream), merancang yang
seharusnya dilakukan (design) dan memulai serangkaian tindakan yang
mendukung terjadinya perubahan ke arah yang diimpikan (destiny). Dengan
demikian, tidak banyak energy defisit, kegagalan dan keputus- asaan dalam
merencanakan pembangunan. Semua pihak mendapat kesempatan terbaiknya
untuk membangun secara positif, meskipun bukan berarti mengesampingkan
permasalahan yang ada.
5.2. Fokus pelaksanaan kajian
Berbeda dengan pendekatan konvensional dalam perencanaan fisik wilayah
yang selama ini lebih banyak menaruh perhatian pada aspek demografi, tata
letak kota, kepadatan penduduk dan sebagainya, pendekatan baru yang akhirakhir ini popular digunakan mengutamakan konsentrasi wilayah produksi dan
komoditas unggulan.
Kajian terhadap koperasi ini berbasis kepada kluster. Strategi klaster dianggap
menjadi salah satu pilihan upaya meningkatkan daya saing daerah. Klaster
5|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
dinilai cukup efektif karena bersifat inward looking/locality, memiliki
aksestabilitas tinggi dan memungkinkan terbangunnya sinergitas diantara
pelaku-pelaku terkait. Dengan demikian, fokus kajian adalah bagaimana
mengembangkan suatu wilayah dengan basis komoditas unggulan.
Kajian ini mengambil studi kasus pada tiga komoditi unggulan Aceh. Di mana
kriteria produk unggulan adalah (Tambunan dan Nasution, 2006): (1)
menggunakan bahan baku lokal, (2) sesuai dengan potensi dan kondisi daerah,
(3) memiliki pasar yang luas, (4) mampu menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak, (5) merupakan sumber pendapatan masyarakat, (6) volume
produksi yang cukup besar dan berkelanjutan, (7) merupakan ciri khas
daerah, (8) memiliki daya saing relatif tinggi, dan (9) dapatmemacu
perkembangan komoditas yang lain. Penetapan produk unggulan tentu juga
harusdidasarkan pada keunggulan bersaing produk tersebut dibandingkan
dengan produk sejenis di luar daerah atau bahkan produk sejenis di pasar
internasional. Komoditiyang menjadi studi kasus adalah komoditi
Kopi,komoditi padi, dan Komoditi kakao. Pemilihan komoditi didasarkan atas
beberapa pertimbangan, yaitu merupakan komoditi unggulan strategis Aceh
dan merupakan komoditi yang sebagian besar usahanya merupakan berskala
kecil yang banyak menyerap tenaga kerja lokal. Variabel daya saing daerah yang
akan dianalisis meliputi
a. Lingkungan usaha, terkait dengan (i)prospek masa lalu (kondisi sub-sektor
perdagangan sekitar dua tahun lalu), (ii) prospek masa depan (kondisi subsektor perdagangan pada masa yang akan datang), (iii) kesulitan rintangan
usaha, (iv) masalah terkait dengan pemasaran, distribusi, dan pengadaan, (v)
masalah terkait dengan tenaga kerja, dan (vi) ketersediaan bergabung
dengan asosiasi bisnis perdagangan.
b. Dinamika Usaha, terkait dengan (i) pelaku bisnis pemula (%
koperasi/pengusaha yang masuk sub-sektor tersebut kurang dari 10 tahun),
(ii) kapasitas pelibatan tenaga kerja (% usaha dengan tenaga kerja kurang
dari 20 orang), (iii) produktivitas pemasaran, distribusi, dan pengadaan (%
usaha dengan omset diatas 500 juta), (v) keinginan menggunakan kredit, (vi)
kesediaan untuk mengajukan kredit, (vii) perbandingan modal dan utang,
(viii) bentuk hukum, (ix) kapasitas manajerial (% usaha dengan pemilik lulus
akademi dan universitas)
c. Inovasi Usaha, terkait dengan (i) inovasi dalam pemasaran atau promosi,
(ii) inovasi dalam penjaminan kepuasan konsumen, (iii) kemampuan dalam
menggunakan jasa seperti: konsultasi, pelatihan pemasaran, hukum,
akuntansi, manajemen yang merepresentasikan keinginan sektor usaha
dalam meningkatkan inovasi.
d. Efektivitas pemerintahan, terkait dengan (i) konsistensi kebijakan subsektor perdagangan yang dibuat oleh pemerintah, (ii) korupsi/ pembayaran
informal, (iii) kepastian hukum/ kepercayaan pada sistem hukum yang
berlaku, (iv) tingkat atau derajat dampak peraturan pada sub-sektor
perdagangan, (v) formalisasi usaha (% usaha yang terdaftar), dan (vi)
kesadaran tentang peraturan.
Sumber : GTZ-red (2006)
6|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
5.3. Sasaran/target Kajian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka setelah ditetapkan komoditas
unggulan yang ingin dikaji, maka langkah selanjutnya adalah menentukan
koperasi yang tepat untuk menjadi sasaran kajian. Untuk itu, kriteria komoditas
unggulan akan difinalisasi dengan tim terkait terlebih dahulu, baru kemudian
dilakukan identifikasi koperasi yang bergerak dalam bidang pertanian dan
memenuhi kriteria untuk menjadi sasaran/target kajian.
5.4. Sumber data
Data-data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui :
Alat ukur Penilaian kapasitas koperasi (Cooperative Capacity Assessment/
CCA)
Focus group discussion (FGD),
Kuesioner-kuesioner
wawancara semi terstruktur dengan responden kunci di setiap pelaku
koperasi, yaitu koperasi itu sendiri, pemerintah daerah, unit usaha, asosiasi
usaha, serta lembaga-lembaga pendukung (lembaga pendidikan dan
pelatihan, lembaga keuangan, lembaga kajian dan pengembangan, serta
lembaga bantuan pengembangan bisnis).
Observasi langsung ke unit usaha juga perlu dilakukan untuk mengetahui
proses produksi dan kondisi usaha tersebut, terutama dalam menjaring
informasi mengenai kendala yang dihadapi. Data sekunder yang digunakan
antara lain dokumen-dokumen kebijakan, data statistik BPS,
Identifikasi sumber data primer :
Internal (supply side) koperasi
Pengurus, Pengawas, Manajer dari
koperasiyang dituju atau telah
ditetapkan sebelumnya.
Key person koperasi dalam
pengambilan kebijakan koperasi dan
pengembangan usaha koperasi
Front liner atau Marketing staff
Dokumentasi koperasi
Observasi
Internal (Demand
side)anggota/pasar
Anggota aktif koperasi
Masyarakat yang dilayani
koperasi
Mitra usaha koperasi
Induk/Koperasi sekunder
oleh
Pasar/mitra kerja
Pelaku usaha komoditas unggulan
diluar koperasi
Rantai Pasar komoditas unggulan
(sampai
dengan
agen
besar/eksportir/pabrik,dst)
Identifikasi Sumber Data Sekunder
Dokumen daerah terkait
Bank Indonesia
Media Massa (Cetak/Elektronik)
Online Data
7|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Identifikasi kebutuhan data sekunder
Data Koperasi (profil, hasil pemeringkatan dan kesehatan Koperasi)
Data UKM
Data tentang komoditas unggulan
Kebijakan penataan ruang
Kebijakan perencanaan dan pengembangan ekonomi wilayah
Prioritas pengembangan ekonomi wilayah
Profil daerah (sosial, ekonomi, pemerintahan, dsb)
Profil industri (jumlah, skala industri, ekspor-impor, dsb)
Data industri (jumlah, skala, ekspor-impor, dsb)
Kebijakan dan program investasi usaha
Kebijakan dan program perijinan usaha
Kebijakan dan program ekspor dan impor
Kebijakan dan program perlindungan produk usaha
Kebijakan dan program pajak dan retribusi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
Kebijakan pajak dan retribusi usaha
Kebijakan prosedur perijinan usaha
Peran koperasi sekunder terhadap pengembangan usaha anggota
Program dan kegiatan koperasi sekunder
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
Profil perusahaan penampung
Data input perusahaan (bahan baku, tenaga kerja, modal/keuangan,
sarana produksi, teknologi informasi)
Data penjualan dan pemasaran
Kegiatan kerjasama, kemitraan, dan jaringan
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
5.5. Metode pengumpulan data
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka metode pengumpulan data
pada kajian ini menggunakan metode khas kajian kualitatif, seperti wawancara
mendalam, diskusi terarah, dokumentasi dan observasi.
a. Interview Mendalam
Wawancara mendalam ini sangat penting sebagai instrumen utama dalam
menggali data dan mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai segala
sesuatu yang dibutuhkan. Untuk itu narasumber yang diwawancarai harus
merupakan key person dari sumber data yang dibutuhkan sehingga dapat
diperoleh kedalaman data yang dibutuhkan.
Prosesnya pelaksanaan, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang
bersifat terbuka yang telah tersusun dalam outline besar agar dijawab oleh
narasumber. Meski peneliti telah membawa outline pertanyaan akan tetapi
terbuka sekali kemungkinan bagi interviewer untuk mengajukan
pertanyaan lainnya di luar outline sesuai dengan kebutuhannya.
Selain proses wawancara dengan koperasi, peneliti juga akan melakukan
wawancara dengan pihak eksternal, seperti BI, Dinas Koperasi, asosiasi
usaha, dan sebagainya, untuk memperkaya data yang ditemukan.
8|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
b. Kuesioner
Salah satu instrumen pengumpul data dalam kajian ini adalah kuesioner,
kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah kajian, atau juga
hipotesis penelitian yang dirumuskan.
c. Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
Metode ini juga menjadi salah satu metode yang krusial. Dalam metode ini,
beberapa peserta diskusi sudah ditentukan terlebih dahulu dan mempunyai
kapasitas mewakili kelompok/institusi yang diwakilinya. Dengan jumlah
peserta yang terbatas dengan dipandu dengan fasilitator yang kompeten,
metode ini akan menghasilkan informasi yang banyak, beragam, klarifikatif
dan solutif. Karena setiap peserta dengan masing-masing latar belakangnya
sudah pasti memiliki pemahaman tentang informasi yang akan
diberikannya.
FGD akan melibatkan peserta dari lintas koperasi ditambah dengan unsur
ekternal seperti Bank Indonesia setempat, Dinas Koperasi dan UKM,
asosiasi usaha, pihak Pedagang produk (Toke, agen, dst) dan seterusnya.
Pelibatan unsur luar ini adalah melakukan pengembangan dan pengayaan
atas semua informasi dan data sekaligus (jika memungkinkan) untuk
menyusun kerangka strategi yang dibutuhkan. Dengan demikian tim
selanjutnya akan lebih mudah mematangkan strategi pengembangan
koperasi kedepannya.
d. Dokumentasi, yaitu proses penghimpunan, klarifikasi dan pengkayaan
terhadap data tertulis dan dokumenter yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai
dengan kebutuhan data.
e. Observasi, yaitu proses peninjauan langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan terhadap kondisi fisik bangunan kantorkoperasi, sarana dan
prasarana, perilaku anggota/masyarakatsecara langsung guna memperkuat
data yang telah diperoleh.
5.6. Analisis data dan penyusunan kesimpulan
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis komparasi tiap variabel,
melalui karakteristik potensi dan masalah serta skoring dalam pemeringkatan
daya saing koperasi.Analisis implikasi potensi dan masalah yang dihadapi
pelaku usaha khususnya koperasi dan pemerintah dalam konteks
pengembangan ekonomi lokal disintesiskan dengan mengkaji keunggulan
komoditas lokal, serta dorongan terhadap munculnya pertumbuhan ekonomi
akibat efek multiplier tau nilai tambah baik dari aspek penyerapan tenaga kerja
maupun peningkatan pendapatan masyarakat di Aceh.
Pembahasan dilakukan untuk menjelaskan sejauh mana faktor-faktor penentu
kekuatan klaster bekerja di dalam koperasi. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1.
Kelembagaan, 2. Perkembangan usaha termasuk Pengetahuan dan keterampilan
usaha, 3,Manajemen sumber daya manusia, 4.jaringan kerjasama, kemitraan dan
modal sosial, 5.Permodalan, serta 6.Kepemimpinan dan visi bersama.Untuk
mempertajam hasil kajian, analisis akan diperkuat dengan pembahasan
mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi
9|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
seperti regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi
pasar dan kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
Proses analisis dalam studi ini terbagi dalam dua aspek analisis utama, yaitu
analisis mengenai kondisi internal dan kondisi eksternal. Analisis mengenai
kondisi eksternal dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dalam peningkatan
daya saing dan kebijakan pengembangan ekonomi koperasi.Analisis kondisi
internal terdiri dari analisis mengenai peringkat daya saing dan analisis
mengenai pengembangan ekonomi lokal berbasis koperasi. Model analisis
digambarkan sebagai berikut:
Gambar:Model Analisis Internal dan Eksternal Pengembangan Koperasi
10 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
6. Proses Pelaksanaan Kajian
Proses pelaksanaan kajian dapat diuraikan sebagai berikut :
No
Fokus Aktifitas
A
Input/Output
Sasaran/
Tempat
PIC
I
Bulan April – Agustus
2014
II
III
IV
V
Pra Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan
pekerjaan
Dapat disiapkannya segala kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan
Bappeda
Team Leader
Dinas
Advisor Riset
Tersiapkannya SDM pelaksana pekerjaan
Koperasi dan
Sosialisasi dan koordinasi rencana
UKM
program yang akan dilaksanakan dengan
Kantor FAST
pihak-pihak yang terkait
Penentuan Komoditi unggulan
1
Pengumpulan dan
Pengkajian Data
Sekunder
Profil Koperasi
Bappeda
Riset Advisor
Renstra Kementrian Koperasi dan diskop
Dinas
Researcher
dan UKM
Data Keragaan Koperasi
RPJM Aceh
Koperasi dan
Data Processor
UKM
Kantor FAST
Dokumen, Data&info terkait lainnya
2
Finalisasi panduan
Hasil kajian data sekunder
pelaksanaan kajian
Update informasi koperasi terbaru
dan dan tools-nya
Indikator Kriteria Kesehatan koperasi
Kantor
FAST
Riset Advisor
Researcher
Data Processor
Pemeringkatan Koperasi
11 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
3
Penggandaan
Copy paket panduan kajian dan tools
Media/Tools
Berita acara penyerahan paket tools
Penyiapan tempat kegiatan untuk 1 s/d 2
4
Meeting team
pelaksana
Banda Aceh
Banda Aceh
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Logistik team
Team Leader
Riset Advisor
hari
List lengkap semua tim
Undangan
Media/tools yang diperlukan lainnya
B
1
Pelaksanaan
Pelaksanaan kajian
secara komprehensif
Penyiapan kebutuhan mobilisasi dan
logistic
Daftar subyek kajian
Banda Aceh
Team Leader
Daerah
Riset Advisor
lokasi kajian
Researcher
Jadwal pelaksanaan Daftar subyek kajian
Enumerator
Jadwal monitoring/supervisi team kajian
Tim Koordinasi
Penyiapan bank data (Tabulation center)
2
Tabulasi, Verifikasi
dan Perbaikan data
(supervise & QC)
pemerintah
Banda Aceh
Tim tabulasi dan verifikasi data
Team Leader
Riset Advisor
QC indicator tool
(supervise & QC)
Data Processor
3
Analisis data
Input semua hasil kajian lengkap dengan
lampirannya
Rapat Tim penyusun hasil kajian
Banda Aceh
Team Leader
Riset Advisor
Researcher
12 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
4
Penyusunan Rencana
Induk
Input semua hasil kajian lengkap beserta
Banda Aceh
Riset Advisor
data sekunder
Researcher
Penyusunan Rencana Induk
5
Presentasi Dokumen
Rencana induk
6
Dokumen rencana induk
Revisi dan Finalisasi
Banda Aceh
Banda Aceh
Team Leader
Riset Advisor
Pasca Pelaksanaan
Hasil lengkap kajian
1
Team Leader
Riset Advisor
hasil kajian
C
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Team Leader
Pelaporan
Dokumen rencana induk
Banda Aceh
Input dan perbaikan laporan
Team Leader
Advisor riset
Data Processor
Referensi :
Meyer Dan Stamer, 2003, The PACA Book of Concepts, www.mesopartner.com
Tambunan, T., dan Nasution, F., 2006, “Pengkajian Peningkatan Daya Saing UKM yang Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal”, Jurnal
Pengkajian Koperasi danUKM, Nomor 2 Tahun I, 26 – 40. Diakses dari http://www.depkop.go.id pada tanggal 7 September 2010.
Porter, Michael E., 1993/1994, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul, Harvard Business Review
13 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
1
14 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
15 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Term Of Reference
KAJIAN PENGEMBANGAN KOPERASI BERBASIS PERTANIAN
DALAM RANGKA MENDUKUNG AKSELERASIPENINGKATAN DAYA
SAING DAERAH
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa potensi koperasi pertanian di
Aceh dalam rangka mendukung akselerasi peningkatan daya saing daerah. Kajian ini akan
menyajikan tiga hal utama yaitu pertama: peran koperasi dalam pengembangan komoditas
unggulan daerah; kedua identifikasi profil dan potensi koperasi yang dapat dikembangkan
dalam upaya mengembangkan potensi daerah; dan ketiga lahirnya sebuah rencana induk
pengembangan koperasi pertanian dalam mendukung akselerasi peningkatan daya daing
daerah.
Komoditi unggulan sektor sektor pertanian dalam hal ini ditetapkan tiga komoditi, yaitu
kopi, Padi, dan Kakao. Ketiga komoditi ini dipilih karena merupakan sektor pertanian
unggulan di daerahnya masing-masing dan juga merupakan komoditi unggulan Provinsi
Aceh yang banyak menyerap tenaga kerja lokal.
Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
kuesioner, focus group discussion, wawancara dengan stakeholders, antara lain :pemerintah
daerah, Dewan Koperasi Indonesia di masing-masing daerah, asosiasi koperasi (koperasi
sekunder), lembaga keuangan, asosiasi usaha, sektor swasta mitra usaha koperasi dan
seterusnya. Sedangkan observasi langsung ke lapangan juga dilakukan untuk mengetahui
proses operasional koperasi dan tanggapan anggota dan atau masyarakat guna menjaring
informasi yang sedetailnya.Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah dokumendokumen terkait kebijakan di tnigkat pusat dan daerah, data statistik, dan literatur yang
relevan.
Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor yang menjadi penentu
keberhasilan koperasi, antara lain: (1) Kelembagaan;(2) Perkembangan usaha termasuk
pengetahuan dan keterampilan usaha; (3)Manajemen sumber daya manusia; (4) jaringan
kerjasama, kemitraan dan modal sosial; (5) permodalan usaha; serta (6) Kepmimpinan dan
visi bersama. Dalam mempertajam hasil kajian, analisis akan diperkuat dengan pembahasan
mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi seperti
regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi pasar dan
kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
1|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
1. Latar Belakang
Tuntutan perkembangan globalisasi dan otonomi daerah membawa sebuah
konsekuensi logis bahwa tingkat persaingan semakin tajam, baik di tingkat regional,
nasional, dan internasional. Setiap daerah dituntut lebih meningkatkan potensipotensi yang dimilikinya dalam rangka peningkatan perekonomian dan daya saing
daerah tersebut.Koperasi sebagai sebuah sistem dan badan usaha tentu diharapkan
dapat menjadi aktor penting dalam upaya peningkatan perekonomian dan daya saing
tersebut. Di banyak negara maju koperasi telah membuktikan perannya yang sangat
besar bagi pendapatan negara dan kemajuan masyarakatnya.
Sebagaimana kita pahami bersama, dalam kajian pembangunan kawasan, konteks
keunggulan, keunikan dan perbedaan dengan daerah lain sangat penting untuk
diperhatikan. Karena dengan memperhatikan konteks ke-lokal-an tersebut dapat
dibangun sebuah kekuatan daerah yang berbasis pada potensi yang dimilikinya,
sehingga keunggulan komparatif dan keunggulan daya saing akan muncul.
Konsep pembangunan koperasi sebenarnya selaras dengan konsep pembangunan
inward looking, sebuah konsep pembangunan wilayah yang mengacu pada kondisi
wilayah itu sendiri. Sebagai Common issue-nya, wilayah tersebut harus menetapkan
watak pembangunan yang dipilihnya dalam rangka menyejahterakan warganya.
Semua potensi yang dimiliki oleh daerah akan diarahkan kepada tujuan tersebut.
Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan
bertumpu pada keunggulan komparatif berupa kekayaan alam yang berlimpah,
upah tenaga kerja murah, dan letak geografis yang strategis sepertinya kedepan
sulit dipertahankan lagi.Kedepan, faktor penentu daya saing tidak hanya diperoleh
dari murahnya biaya tenaga kerja dan tingginya potensi alam, tetapi harus pula
diperoleh dari kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara
berkesinambungan.
Porter (1990) menyatakan bahwa faktor keunggulan komparatif telah dikalahkan
oleh kemajuan teknologi. Namun demikian, setiap wilayah masih mempunyai faktor
keunggulan khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja,
tetapi lebih dari itu, yaitu adanya inovasi (innovation).
Aceh memiliki sumber daya alam yang tidak cukup untuk menjaga sustainability
pembangunan, sehingga paradigma baru pembangunan yang diterjemahkan sebagai
pembangunan wilayah yang mengarah pada pembentukan keunggulan daya saing
perlu terus digali dan tentunya fokus untuk diimplementasikan.
Dari hasil pengamatan ditemukan permasalahan pengembangan koperasi
diantaranya: (1) lemahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas
manajemen; (2) kegiatan koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga
koperasi berjalan atas kehendak pengurus semata, ini berakibat kepada rendahnya
partisipasi anggota karena anggota tidak merasakan manfaat sebagai anggota
koperasi; (3) masih ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam
aktifitasnya (koperasi dikendalikan oleh pemilik modal); (4) koperasi masih sebatas
penghubung antara anggota dengan mitra kerja; (5) adanya kegiatan koperasi yang
memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi bagi
kepentingan pribadi (sebagai usaha pribadi); dan 6) koperasi di pedesaan lebih
banyak bergerak pada bidang usaha simpan pinjam bukan pada usaha produktif
2|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian mendalam untuk menggali
potensi yang dimiliki oleh koperasi di Aceh (khususnya koperasi
pertanian/koperasi berbasis pertanian) dalam rangka mendukung akselerasi
peningkatan daya saing daerah. Kajian ini tidak hanya melihat potret koperasi
secara mikro sebagai badan usaha yang berdiri sendiri, akan tetapi akan mencoba
melihat dalam konteks makro-nya sekaligus, yakni melihat bagaimana koperasi
sebagai sistem dapat berperan sebagai sistem dan aktor besar dalam mendukung
daya saing daerah.
Masih kurangnya kajian komprehensif tentang koperasi khususnya yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kapasitas peran koperasi dalam mendukung daya saing
daerah. Program-program pengembangan koperasi lebih banyak diarahkan untuk
mengembangkan koperasi itu sendiri dalam konteks agar koperasi tersebut hidup,
berkembang dan memberi manfaat kepada anggota atau masyarakat yang
dilayaninya. Pembangunan koperasi dalam arti mikro dan makro belum di-skenario
sebagai aktor dalam pembangunan daerah, khususnya dalam upaya peningkatan
daya saingnya. Padahal dengan potensi alam Aceh yang besar, kapasitas SDM yang
relatif memadai secara jumlah dan kuantitasnya didukung letak geografis yang
strategis seharusnya Aceh menjadi daerah yang maju dan berkembang sosial
ekonominya. Saat ini, koperasi dianggap masih belum memberikan sumbangsih
signifikan terhadap daerah. Sehingga wajar jika timbul pertanyaan mendasar yang
mendeskreditkan koperasi, seperti: apakah memang koperasi badan usaha yang
cocok di Aceh ? apakah koperasi salah pembinaan ?
Fokus kajian studi ini terbagi dalam tiga hal utama, pertama: peran koperasi dalam
pengembangan komoditas unggulan daerah, kedua identifikasi profil dan potensi
koperasi yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan potensi tersebut,
dan ketiga lahirnya sebuah rencana induk pengembangan koperasi pertanian dalam
mendukung akselerasi peningkatan daya daing daerah melalui koperasi.
Stern 2002 dalam ADB (2005) menyebutkan bahwa iklim investasi adalah semua
kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun
yang diharapkan terjadi di masa datang, yang bisa mempengaruhi tingkat
pengembalian dan resiko suatu investasi. Pola umum yang terjadi jika iklim bisnis
tidak kondusif maka akan terjadi penurunan investasi dan berujung pada
penurunan pendapatan daerah. Sedangkan khusus untuk Indonesia selama satu
dasawarsa terakhir ini, angka pengangguran sepertinya tidak terpengaruh dan terus
tinggi. Iklim bisnis yang tidak kondusif berarti menjadi kondisi yang akan turut
memperparah kondisi pengangguran di Indonesia.
Pada akhirnya dari kajian ini, diharapkan melahirkan sebuah rencana induk
pengembangan koperasi berbasis pertanian dalam rangka mendukung akselerasi
peningkatan daya saing daerah. Di mana rencana induk ini diharapkan dapat
menjadi dasar dalam pengembangan koperasi berbasis pertanian kedepan secara
khusus dan secara umumnya dapat menjadi salah satu dasar pemerintah Aceh
dalam perumusan program-program pembangunan Aceh yang terkait dalam
beberapa waktu mendatang.
3|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
2. Tujuan
Secara umum tujuan diadakannya kajian ini adalah lahirnya sebuah rencana induk
pengembangan koperasi berbasis pertanian dalam kaitannya dengan akselerasi
peningkatan daya saing daerah.
Turunan dari tujuan kajian ini adalah untuk :
Mengetahui Profil umum kondisi koperasi di Aceh
Mengidentifikasi profil, kondisi dan potensi koperasi yang bergerak selaras
dengan produk unggulan
Potensi kekuatan, kendala, peluang, dan ancaman yang dimiliki sebagai bahan
untuk menyusun strategi umum dan rencana induk/tindak pengembangan
kawasan.
3. Hasil yang diharapkan
Kajian ini diharapkan dapat menghasilkan rencana induk pengembangan koperasi
berbasis pertanian dalam kaitannya dengan akselerasi peningkatan daya saing
daerah.
Secara khusus kajian ini diharapkan akan menghasilkan :
a. Profil umum kondisi koperasi di Aceh
b. Profil, kondisi dan potensi koperasi yang bergerak di selaras dengan produk
unggulan
c. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi seperti
regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi pasar
dan kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
d. Rekomendasi isu-isu strategis dan pengembangan rencana induk pengembangan
kawasan.
4. Ruang Lingkup
Lingkup studi ini secara spatial mencakup wilayah administratif Pemerintah Aceh.
Sedangkan secara substansial, ruang lingkup studi ini sebagai berikut:
a. Dalam analisis ini sektor usaha/ekonomi yang dikaji adalah sub-sektor koperasi
sebagai penggerak ekonomi utama dengan jenis usahanya yaitu: (1) koperasi
produksi; (2) koperasi konsumsi; (3) koperasi simpan pinjam; (4) koperasi jasa.
Namun demikian, jenis koperasi ini akan disesuaikan dengan data-data yang
relevan;
b. Kajian daya saing sektor usaha akan dianalisis dari beberapa sudut pandang
yang disesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Aceh.
Adapun daya saing sektor dalam kajian ini merupakan skoring atas:
Lingkungan usaha
Dinamika usaha
Inovasi usaha
Efektivitas pemerintah
c. Rekomendasi pengembangan kawasan atas sektor ekonomi koperasi terpilih
dikontekstualisasikan menurut koridor kegiatan pokok pengembangan ekonomi
lokal.
4|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
5. Metodologi
5.1. Model dan pendekatan kajian
Model kajian dikembangkan secara khusus untuk mencapai tujuannya. Sehingga
metodologi dan teknis implementasinya mengacu kepada kebutuhan tersebut.
Salah satu pendekatan penting yang akan digunakan dalam kajian ini adalah
pendekatan appreciative inquiry. Sebuah pendekatan yang lebih
mengedepankan sisi-sisi positif dari sebuah fenomena daripada mendahulukan
mencari sisi-sisi kekurangan (negatif) berupa masalah (problem based solving).
Pendekatan yang perencanaan pembangunanannya diawali dari pendekatan
berbasis masalah (problem based solving) pada banyak sisi justru akan
memunculkan afirmasi yang negatif (defisit) dan terkesan menjadi berat untuk
memperbaikinya, sehingga energi yang besar banyak tercurah untuk mencari
masalah dan mengatasi masalahnya akan tetapi kemudian kelelahan untuk
memperbaiki dan membangunnya.
Dalam konteks Aceh, jika pengembangan koperasi didekati dengan pemahaman
dan pendekatan berbasis masalah (problem solving), maka yang muncul justru
sikap pesimistis dan underestimate. Padahal jika pembangunan koperasi
dilakukan dengan tepat dan komprehensif baik sebagai mainstream
pembangunan ekonomi berbasis masyarakat maupun sebagai badan usaha
tentu akan memberikan dampak yang besar bagi Aceh. Sangat disayangkan
memang, selama ini pengembangan koperasi yang sebenarnya sudah banyak
mendapat berbagai fasilitas ternyata masih jauh panggang dari api.
Melalui pendekatan appreciative inquiry, jika dikaitkan dengan isu
pembangunan sosial ekonomi Aceh, termasuk dalam membangun daya
saingnya, jika semua pihak sepakat memunculkan koperasi tidak hanya sebagai
aktor mikro (baca: badan usaha) semata akan tetapi juga dalam konteks makro
sebagai sistem pe-melayanan terhadap warganya. Usaha-usaha pembangunan
daya saing daerah melalui sistem koperasi harus banyak digunakan untuk
menggali potensi (discovery), menetapkan visi (dream), merancang yang
seharusnya dilakukan (design) dan memulai serangkaian tindakan yang
mendukung terjadinya perubahan ke arah yang diimpikan (destiny). Dengan
demikian, tidak banyak energy defisit, kegagalan dan keputus- asaan dalam
merencanakan pembangunan. Semua pihak mendapat kesempatan terbaiknya
untuk membangun secara positif, meskipun bukan berarti mengesampingkan
permasalahan yang ada.
5.2. Fokus pelaksanaan kajian
Berbeda dengan pendekatan konvensional dalam perencanaan fisik wilayah
yang selama ini lebih banyak menaruh perhatian pada aspek demografi, tata
letak kota, kepadatan penduduk dan sebagainya, pendekatan baru yang akhirakhir ini popular digunakan mengutamakan konsentrasi wilayah produksi dan
komoditas unggulan.
Kajian terhadap koperasi ini berbasis kepada kluster. Strategi klaster dianggap
menjadi salah satu pilihan upaya meningkatkan daya saing daerah. Klaster
5|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
dinilai cukup efektif karena bersifat inward looking/locality, memiliki
aksestabilitas tinggi dan memungkinkan terbangunnya sinergitas diantara
pelaku-pelaku terkait. Dengan demikian, fokus kajian adalah bagaimana
mengembangkan suatu wilayah dengan basis komoditas unggulan.
Kajian ini mengambil studi kasus pada tiga komoditi unggulan Aceh. Di mana
kriteria produk unggulan adalah (Tambunan dan Nasution, 2006): (1)
menggunakan bahan baku lokal, (2) sesuai dengan potensi dan kondisi daerah,
(3) memiliki pasar yang luas, (4) mampu menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak, (5) merupakan sumber pendapatan masyarakat, (6) volume
produksi yang cukup besar dan berkelanjutan, (7) merupakan ciri khas
daerah, (8) memiliki daya saing relatif tinggi, dan (9) dapatmemacu
perkembangan komoditas yang lain. Penetapan produk unggulan tentu juga
harusdidasarkan pada keunggulan bersaing produk tersebut dibandingkan
dengan produk sejenis di luar daerah atau bahkan produk sejenis di pasar
internasional. Komoditiyang menjadi studi kasus adalah komoditi
Kopi,komoditi padi, dan Komoditi kakao. Pemilihan komoditi didasarkan atas
beberapa pertimbangan, yaitu merupakan komoditi unggulan strategis Aceh
dan merupakan komoditi yang sebagian besar usahanya merupakan berskala
kecil yang banyak menyerap tenaga kerja lokal. Variabel daya saing daerah yang
akan dianalisis meliputi
a. Lingkungan usaha, terkait dengan (i)prospek masa lalu (kondisi sub-sektor
perdagangan sekitar dua tahun lalu), (ii) prospek masa depan (kondisi subsektor perdagangan pada masa yang akan datang), (iii) kesulitan rintangan
usaha, (iv) masalah terkait dengan pemasaran, distribusi, dan pengadaan, (v)
masalah terkait dengan tenaga kerja, dan (vi) ketersediaan bergabung
dengan asosiasi bisnis perdagangan.
b. Dinamika Usaha, terkait dengan (i) pelaku bisnis pemula (%
koperasi/pengusaha yang masuk sub-sektor tersebut kurang dari 10 tahun),
(ii) kapasitas pelibatan tenaga kerja (% usaha dengan tenaga kerja kurang
dari 20 orang), (iii) produktivitas pemasaran, distribusi, dan pengadaan (%
usaha dengan omset diatas 500 juta), (v) keinginan menggunakan kredit, (vi)
kesediaan untuk mengajukan kredit, (vii) perbandingan modal dan utang,
(viii) bentuk hukum, (ix) kapasitas manajerial (% usaha dengan pemilik lulus
akademi dan universitas)
c. Inovasi Usaha, terkait dengan (i) inovasi dalam pemasaran atau promosi,
(ii) inovasi dalam penjaminan kepuasan konsumen, (iii) kemampuan dalam
menggunakan jasa seperti: konsultasi, pelatihan pemasaran, hukum,
akuntansi, manajemen yang merepresentasikan keinginan sektor usaha
dalam meningkatkan inovasi.
d. Efektivitas pemerintahan, terkait dengan (i) konsistensi kebijakan subsektor perdagangan yang dibuat oleh pemerintah, (ii) korupsi/ pembayaran
informal, (iii) kepastian hukum/ kepercayaan pada sistem hukum yang
berlaku, (iv) tingkat atau derajat dampak peraturan pada sub-sektor
perdagangan, (v) formalisasi usaha (% usaha yang terdaftar), dan (vi)
kesadaran tentang peraturan.
Sumber : GTZ-red (2006)
6|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
5.3. Sasaran/target Kajian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka setelah ditetapkan komoditas
unggulan yang ingin dikaji, maka langkah selanjutnya adalah menentukan
koperasi yang tepat untuk menjadi sasaran kajian. Untuk itu, kriteria komoditas
unggulan akan difinalisasi dengan tim terkait terlebih dahulu, baru kemudian
dilakukan identifikasi koperasi yang bergerak dalam bidang pertanian dan
memenuhi kriteria untuk menjadi sasaran/target kajian.
5.4. Sumber data
Data-data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui :
Alat ukur Penilaian kapasitas koperasi (Cooperative Capacity Assessment/
CCA)
Focus group discussion (FGD),
Kuesioner-kuesioner
wawancara semi terstruktur dengan responden kunci di setiap pelaku
koperasi, yaitu koperasi itu sendiri, pemerintah daerah, unit usaha, asosiasi
usaha, serta lembaga-lembaga pendukung (lembaga pendidikan dan
pelatihan, lembaga keuangan, lembaga kajian dan pengembangan, serta
lembaga bantuan pengembangan bisnis).
Observasi langsung ke unit usaha juga perlu dilakukan untuk mengetahui
proses produksi dan kondisi usaha tersebut, terutama dalam menjaring
informasi mengenai kendala yang dihadapi. Data sekunder yang digunakan
antara lain dokumen-dokumen kebijakan, data statistik BPS,
Identifikasi sumber data primer :
Internal (supply side) koperasi
Pengurus, Pengawas, Manajer dari
koperasiyang dituju atau telah
ditetapkan sebelumnya.
Key person koperasi dalam
pengambilan kebijakan koperasi dan
pengembangan usaha koperasi
Front liner atau Marketing staff
Dokumentasi koperasi
Observasi
Internal (Demand
side)anggota/pasar
Anggota aktif koperasi
Masyarakat yang dilayani
koperasi
Mitra usaha koperasi
Induk/Koperasi sekunder
oleh
Pasar/mitra kerja
Pelaku usaha komoditas unggulan
diluar koperasi
Rantai Pasar komoditas unggulan
(sampai
dengan
agen
besar/eksportir/pabrik,dst)
Identifikasi Sumber Data Sekunder
Dokumen daerah terkait
Bank Indonesia
Media Massa (Cetak/Elektronik)
Online Data
7|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Identifikasi kebutuhan data sekunder
Data Koperasi (profil, hasil pemeringkatan dan kesehatan Koperasi)
Data UKM
Data tentang komoditas unggulan
Kebijakan penataan ruang
Kebijakan perencanaan dan pengembangan ekonomi wilayah
Prioritas pengembangan ekonomi wilayah
Profil daerah (sosial, ekonomi, pemerintahan, dsb)
Profil industri (jumlah, skala industri, ekspor-impor, dsb)
Data industri (jumlah, skala, ekspor-impor, dsb)
Kebijakan dan program investasi usaha
Kebijakan dan program perijinan usaha
Kebijakan dan program ekspor dan impor
Kebijakan dan program perlindungan produk usaha
Kebijakan dan program pajak dan retribusi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
Kebijakan pajak dan retribusi usaha
Kebijakan prosedur perijinan usaha
Peran koperasi sekunder terhadap pengembangan usaha anggota
Program dan kegiatan koperasi sekunder
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
Profil perusahaan penampung
Data input perusahaan (bahan baku, tenaga kerja, modal/keuangan,
sarana produksi, teknologi informasi)
Data penjualan dan pemasaran
Kegiatan kerjasama, kemitraan, dan jaringan
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster
5.5. Metode pengumpulan data
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka metode pengumpulan data
pada kajian ini menggunakan metode khas kajian kualitatif, seperti wawancara
mendalam, diskusi terarah, dokumentasi dan observasi.
a. Interview Mendalam
Wawancara mendalam ini sangat penting sebagai instrumen utama dalam
menggali data dan mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai segala
sesuatu yang dibutuhkan. Untuk itu narasumber yang diwawancarai harus
merupakan key person dari sumber data yang dibutuhkan sehingga dapat
diperoleh kedalaman data yang dibutuhkan.
Prosesnya pelaksanaan, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang
bersifat terbuka yang telah tersusun dalam outline besar agar dijawab oleh
narasumber. Meski peneliti telah membawa outline pertanyaan akan tetapi
terbuka sekali kemungkinan bagi interviewer untuk mengajukan
pertanyaan lainnya di luar outline sesuai dengan kebutuhannya.
Selain proses wawancara dengan koperasi, peneliti juga akan melakukan
wawancara dengan pihak eksternal, seperti BI, Dinas Koperasi, asosiasi
usaha, dan sebagainya, untuk memperkaya data yang ditemukan.
8|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
b. Kuesioner
Salah satu instrumen pengumpul data dalam kajian ini adalah kuesioner,
kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah kajian, atau juga
hipotesis penelitian yang dirumuskan.
c. Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
Metode ini juga menjadi salah satu metode yang krusial. Dalam metode ini,
beberapa peserta diskusi sudah ditentukan terlebih dahulu dan mempunyai
kapasitas mewakili kelompok/institusi yang diwakilinya. Dengan jumlah
peserta yang terbatas dengan dipandu dengan fasilitator yang kompeten,
metode ini akan menghasilkan informasi yang banyak, beragam, klarifikatif
dan solutif. Karena setiap peserta dengan masing-masing latar belakangnya
sudah pasti memiliki pemahaman tentang informasi yang akan
diberikannya.
FGD akan melibatkan peserta dari lintas koperasi ditambah dengan unsur
ekternal seperti Bank Indonesia setempat, Dinas Koperasi dan UKM,
asosiasi usaha, pihak Pedagang produk (Toke, agen, dst) dan seterusnya.
Pelibatan unsur luar ini adalah melakukan pengembangan dan pengayaan
atas semua informasi dan data sekaligus (jika memungkinkan) untuk
menyusun kerangka strategi yang dibutuhkan. Dengan demikian tim
selanjutnya akan lebih mudah mematangkan strategi pengembangan
koperasi kedepannya.
d. Dokumentasi, yaitu proses penghimpunan, klarifikasi dan pengkayaan
terhadap data tertulis dan dokumenter yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai
dengan kebutuhan data.
e. Observasi, yaitu proses peninjauan langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan terhadap kondisi fisik bangunan kantorkoperasi, sarana dan
prasarana, perilaku anggota/masyarakatsecara langsung guna memperkuat
data yang telah diperoleh.
5.6. Analisis data dan penyusunan kesimpulan
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis komparasi tiap variabel,
melalui karakteristik potensi dan masalah serta skoring dalam pemeringkatan
daya saing koperasi.Analisis implikasi potensi dan masalah yang dihadapi
pelaku usaha khususnya koperasi dan pemerintah dalam konteks
pengembangan ekonomi lokal disintesiskan dengan mengkaji keunggulan
komoditas lokal, serta dorongan terhadap munculnya pertumbuhan ekonomi
akibat efek multiplier tau nilai tambah baik dari aspek penyerapan tenaga kerja
maupun peningkatan pendapatan masyarakat di Aceh.
Pembahasan dilakukan untuk menjelaskan sejauh mana faktor-faktor penentu
kekuatan klaster bekerja di dalam koperasi. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1.
Kelembagaan, 2. Perkembangan usaha termasuk Pengetahuan dan keterampilan
usaha, 3,Manajemen sumber daya manusia, 4.jaringan kerjasama, kemitraan dan
modal sosial, 5.Permodalan, serta 6.Kepemimpinan dan visi bersama.Untuk
mempertajam hasil kajian, analisis akan diperkuat dengan pembahasan
mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan koperasi
9|17 created by FAST Spirit International /2014
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
seperti regulasi yang mempengaruhi koperasi, aksestabilitas, konektifitas, kondisi
pasar dan kompetitor, serta iklim usaha yang mempengaruhi kinerja koperasi.
Proses analisis dalam studi ini terbagi dalam dua aspek analisis utama, yaitu
analisis mengenai kondisi internal dan kondisi eksternal. Analisis mengenai
kondisi eksternal dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dalam peningkatan
daya saing dan kebijakan pengembangan ekonomi koperasi.Analisis kondisi
internal terdiri dari analisis mengenai peringkat daya saing dan analisis
mengenai pengembangan ekonomi lokal berbasis koperasi. Model analisis
digambarkan sebagai berikut:
Gambar:Model Analisis Internal dan Eksternal Pengembangan Koperasi
10 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
6. Proses Pelaksanaan Kajian
Proses pelaksanaan kajian dapat diuraikan sebagai berikut :
No
Fokus Aktifitas
A
Input/Output
Sasaran/
Tempat
PIC
I
Bulan April – Agustus
2014
II
III
IV
V
Pra Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan
pekerjaan
Dapat disiapkannya segala kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan
Bappeda
Team Leader
Dinas
Advisor Riset
Tersiapkannya SDM pelaksana pekerjaan
Koperasi dan
Sosialisasi dan koordinasi rencana
UKM
program yang akan dilaksanakan dengan
Kantor FAST
pihak-pihak yang terkait
Penentuan Komoditi unggulan
1
Pengumpulan dan
Pengkajian Data
Sekunder
Profil Koperasi
Bappeda
Riset Advisor
Renstra Kementrian Koperasi dan diskop
Dinas
Researcher
dan UKM
Data Keragaan Koperasi
RPJM Aceh
Koperasi dan
Data Processor
UKM
Kantor FAST
Dokumen, Data&info terkait lainnya
2
Finalisasi panduan
Hasil kajian data sekunder
pelaksanaan kajian
Update informasi koperasi terbaru
dan dan tools-nya
Indikator Kriteria Kesehatan koperasi
Kantor
FAST
Riset Advisor
Researcher
Data Processor
Pemeringkatan Koperasi
11 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
3
Penggandaan
Copy paket panduan kajian dan tools
Media/Tools
Berita acara penyerahan paket tools
Penyiapan tempat kegiatan untuk 1 s/d 2
4
Meeting team
pelaksana
Banda Aceh
Banda Aceh
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Logistik team
Team Leader
Riset Advisor
hari
List lengkap semua tim
Undangan
Media/tools yang diperlukan lainnya
B
1
Pelaksanaan
Pelaksanaan kajian
secara komprehensif
Penyiapan kebutuhan mobilisasi dan
logistic
Daftar subyek kajian
Banda Aceh
Team Leader
Daerah
Riset Advisor
lokasi kajian
Researcher
Jadwal pelaksanaan Daftar subyek kajian
Enumerator
Jadwal monitoring/supervisi team kajian
Tim Koordinasi
Penyiapan bank data (Tabulation center)
2
Tabulasi, Verifikasi
dan Perbaikan data
(supervise & QC)
pemerintah
Banda Aceh
Tim tabulasi dan verifikasi data
Team Leader
Riset Advisor
QC indicator tool
(supervise & QC)
Data Processor
3
Analisis data
Input semua hasil kajian lengkap dengan
lampirannya
Rapat Tim penyusun hasil kajian
Banda Aceh
Team Leader
Riset Advisor
Researcher
12 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
4
Penyusunan Rencana
Induk
Input semua hasil kajian lengkap beserta
Banda Aceh
Riset Advisor
data sekunder
Researcher
Penyusunan Rencana Induk
5
Presentasi Dokumen
Rencana induk
6
Dokumen rencana induk
Revisi dan Finalisasi
Banda Aceh
Banda Aceh
Team Leader
Riset Advisor
Pasca Pelaksanaan
Hasil lengkap kajian
1
Team Leader
Riset Advisor
hasil kajian
C
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
Team Leader
Pelaporan
Dokumen rencana induk
Banda Aceh
Input dan perbaikan laporan
Team Leader
Advisor riset
Data Processor
Referensi :
Meyer Dan Stamer, 2003, The PACA Book of Concepts, www.mesopartner.com
Tambunan, T., dan Nasution, F., 2006, “Pengkajian Peningkatan Daya Saing UKM yang Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal”, Jurnal
Pengkajian Koperasi danUKM, Nomor 2 Tahun I, 26 – 40. Diakses dari http://www.depkop.go.id pada tanggal 7 September 2010.
Porter, Michael E., 1993/1994, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul, Harvard Business Review
13 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
1
14 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4
TOR Kajian Koperasi Berbasis Pertanian
Dalam Rangka Mendukung Daya Saing Daerah
15 | 1 7 c r e a t e d b y F A S T S p i r i t I n t e r n a t i o n a l / 2 0 1 4