Peran bahasa indonesia di dunia pertelev

A.)

Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia, yang terdiri atas berbagai suku dan
etnis dengan latar belakang bahasa berbeda. nBahasa jurnalistik adalah bahasa
yang digunakan oleh pewarta atau media massa untuk menyampaikan informasi.
Bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan
komunikatif (Tri Adi Sarwoko, 2007). Selama ini masih banyak orang yang
menganggap bahasa jurnalistik sebagai perusak terbesar bahasa Indonesia. Mereka
menganggap bahasa jurnalistik sebagai bahasa lain yang tidak pantas dilirik.
Anggapan itu ada benarnya, karena wartawan memang kadang-kadang
menggunakan bahasa atau kata-kata pasaran yang melenceng dari Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Media massa jugalah yang “memasarkan” kata-kata yang
agak –maaf- kasar atau jorok kepada masyarakat, sehingga masyarakat yang dulu
terbiasa dengan bahasa yang agak halus dan sopan (eufemisme), kini menjadi
akrab dengan kata-kata kasar dan blak-blakan, seperti sikat, bakar, bunuh, darah,
bantai, rusuh, rusak, provokatif, perkosa, penjara, pecat, jarah, serta obok-obok dan
esek-esek.
Selain itu, media massa juga kerap mengutip kata-kata yang salah, seperti

bentuk kembar sekedar-sekadar, cidera-cedera, film-filem, teve-tivi-TV. Ada media
yang memakai risiko, ada yang resiko. Ada yang memakai sekedar, ada yang
sekadar. Ada juga media massa yang dengan tanpa dosa menuliskan kata ganti
kita, padahal yang seharusnya adalah kata kami. Sebagai bahasa pemersatu,
bahasa Indonesia tentu saja sangat berperan dalam dunia jurnalistik. Bayangkan
kalau setiap media massa menggunakan bahasa daerah lengkap dialek masingmasing.
Namun demikian, untuk memperkaya khasanah bahasa dan untuk tetap
menghidupkan bahasa daerah, banyak media massa yang memuat rubrik tertentu
dengan menggunakan bahasa daerah, bahkan media massa televisi pun mulai
membuat acara khusus dengan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
pengantarnya.
B.)

Tantangan Bahasa Indonesia Masa Kini

Saat ini tantangan terhadap bahasa Indonesia, baik internal maupun
eksternal, merupakan hal yang tidak hanya mengancam eksistensi bahasa
Indonesia. Konsekuensi ancaman tersebut tidak hanya sebatas mengancam
eksistensi bahasa Indonesia, namun menjadi sangat penting karena berkaitan
dengan bahasa sebagai identitas dan kepribadian bangsa. Jika dihayati dari

prosesnya, awalnya masyarakat merubah gaya bahasanya lalu mempengaruhi
tingkah lakunya sehingga akan mengalami kegamangan norma dan kepribadian
berkaitan dengan identitas sosial. Fenomena tingginya angka kriminalitas dan
kenakalan remaja menjadi sebuah bukti dari kegamangan tersebut. Hal itu tidak

terlepas dari pandangan manusia sebagai substansi dan manusia sebagai makhluk
yang mempunyai identitas (Verhaar, 1980: 11).
Kemudian kegamangan kepribadian tersebut membuat kesadaran bersatu
meluntur. Tantangan disintegrasi bangsa semakin tinggi. Fenomena tawuran antar
desa hingga antar suku merupakan salah satu jawaban yang dapat menyingkap
kurang mengakarnya peran bahasa Indonesia sebagai penyatu bangsa. Dalam
konteks kesadaran bersatu inilah kita dapat belajar dari kepemimpinan Orde Baru
dalam mengopinikan “persatuan” meskipun caranya yang represif harus di evaluasi.
Selama ini usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan sudah banyak dilakukan. Hal ini terlihat dari mulai membaiknya badan
perencanaan bahasa yang ada di Indonesia. Bahkan badan tersebut berjejaring
dengan badan perencanaan di Malaysia dan Brunei, karena sama-sama berbahasa
Melayu, yang sudah melakukan berbagai penelitian dan melakukan perencanaan
internasional. Namun usaha tersebut masih dalam tataran struktural dan politis,
belum merambah “akar rumput” yang merupakan basis kultural dan mengakar.

Kesadaran dari pemerintah, media, dan masyarakat terhadap konsep bahasa
persatuan masih rendah. Usaha para budayawan dan ahli bahasa Indonesia belum
didukung penuh oleh kebijakan strategis dan merakyat dari pemerintah. Ditambah
lagi peran media yang semakin luas tidak diimbangi oleh usaha sosialisasi bahasa
Indonesia yang baik dan benar membuat masyarakat kini lebih merespon stimulasi
dari asing serta semakin jauh dari kaidah berbahasa yang benar. Bukannya
masyarakat harus tertutup dari pengaruh asing, namun kemampuan untuk
menyaring informasi, gaya bahasa, dan perilaku inilah yang menjadi pokok masalah
terjadinya kegamangan identitas.
Dinamika antara potensi dan tantangan atau realita yang dialami bahasa
Indonesia saat ini merupakan suatu data yang dapat dijadikan sumber prediksi bagi
eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan di masa depan. Dalam
konteks bahasa Melayu, Collins menyatakan bahwa peran bahasa Melayu akan
semakin berkembang, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di belahan bumi yang
lain. Di luar Asia Tenggara bahasa Melayu dipelajari di delapan Negara Eropa dan
dua Negara di Amerika. Jumlah penutur bahasa Melayu dalam waktu dekat ini akan
terus meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestise di kalangan para penuturnya
yang kemudian akan mempengaruhi sikapnya untuk lebih positif terhadap bahasa
Melayu. Terlebih menurut prediksi dari Collins, pengaruh bahasa Inggris belum
begitu jelas di Asia Tenggara pada masa depan.


Pengaruh secara global bahasa Melayu tersebut tentunya akan juga
berpengaruh di Indonesia meskipun akan membutuhkan proses yang sangat lama.
Pengaruh tersebut berkaitan juga tingkat kesadaran pemerintah, media, dan
masyarakat Indonesia tentang pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu.

Kesadaran ini tidak hanya pada bagian luar pemahaman saja, namun selayaknya
menjadi penghayatan dan pengidentifikasian seluruh masyarakat sebagai satu
bangsa.

C.)

Pemakaian bahasa dalam masyarakat meliputi berbagai bidang kehidupan,

salah satunya dapat ditemukan dalam media elektronika televisi. Televisi sebagai
salah satu alat komunikasi mempunyai sistem penyiaran gambar yang obyeknya
bergerak dan disertai audio yang digunakan untuk menyiarkan pertunjukkan, berita,
informasi, hiburan dan sebagainya.
Onong Uchjana Efendi (1993:34) mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah
satu media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan

manusia. Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah, melainkan
sudah menjadi kebutuhan yang primer. Manusia selalu membutuhkan, karena
mengingat begitu pentingnya televisi dalam kehidupan manusia. Televisi digunakan
sebagai hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas seharian.
Pada zaman sekarang ini, media televisi mampu menyebarkan berita secara cepat
dan memiliki kemampuan mengakses informasi dan dapat mencapai dalam jumlah
tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Selain dampak positif dari media
televisi tersebut, akhir-akhir ini kita sering menyaksikan kosakata baru yang
digunakan dalam acara-acara televisi. Kosakata-kosakata yang seharusnya tidak
gunakan, atau bahkan tidak baku, memenuhi acara-acara televisi yang seharusnya
mendidik masyarakat.
Kami selaku pemakalah ingin memaparkan lebih lanjut tentang penggunaan bahasa
dalam pertelevisian, baik yang baku maupun yang tidak baku. Melalui makalah ini
semoga pembaca mengerti tentang penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai
kaidah dan juga tahu pengaruh bahasa yang tidak baik kepada masyarakat luas.
D.)

Peran Bahasa Indonesia dalam Media Pertelevisian di Indonesia.

Bahasa Indonesia juga berperan menjembatani ketidaktahuan atau kekurangpahaman masyarakat Indonesia akan bahasa asing dalam media massa di

Indonesia. Apa jadinya kalau kalau semua berita, film, atau siaran dari
mancanegara disajikan atau ditayangkan begitu saja tanpa pengantar bahasa
indonesia oleh media massa kepada masyarakat Indonesia.
Sebagai tambahan, kiranya perlu saya sampaikan di sini, bahwa bahasa
jurnalistik adalah sebuah laras bahasa, yaitu bahasa yang digunakan oleh kelompok
profesi atau kegiatan dalam bidang tertentu. Selain laras bahasa jurnalistik, juga
ada laras bahasa sastra, ekonomi, dan keagamaan. Sebagai sebuah laras bahasa
yang tak dapat berdiri sendiri, bahasa jurnalistik harus bersandar pada ragam
bahasa, yakni ragam bahasa baku, karena hanya bahasa bakulah yang

pemakaiannya luas dan memiliki ciri kecendekiaan. Itulah sebabnya, bahasa
jurnalistik wajib memelihara bahasa Indonesia. Ragam bahasa baku ingin
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang setara dengan bahasa
lain di dunia, sedangkan laras bahasa jurnalistik memerlukan pengungkapan diri
secara modern.
E.)

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Sinetron

Pada zaman sekarang, hampir semua saluran televisi menayangkan berbagai

macam sinetron, pemilik saluran televisi berlomba-lomba membuat sinetron
semenarik mungkin agar peringkat mereka tinggi. Namun sayangnya penggunaan
bahasa yang digunakan kebanyakan mencontohkan hal yang tidak baik.
Selain itu, gaya bahasa dalam sinetron dinilai merusak jati diri bangsa. Selain
campur aduk, gaya bahasa sinetron juga dinilai tidak sopan. Hal ini menunjukkan
kurangnya penghargaan terhadap kepribadian dan kebudayaan bangsa. Saat ini,
remaja dan anak-anak belum merasa gaul kalau belum bisa menyelipkan bahasa
Inggris atau bahasa asing lainnya dalam percakapan.
Berikut ini sedikit tanggapan dari kami mengenai penggunaan Bahasa Indonesia
yang dipakai dalam sineton :
1.)

Didominasi Oleh Penggunaan Ragam Bahasa Indonesia Non Baku

Di Indonesia, hampir setiap sinetron menggunakan ragam Bahasa Indonesia
non baku atau non formal. Hal ini dilakukan agar para penonton mudah menerima
bahasa yang digunakan oleh para pemerannya.
2.)

Adanya Campur Kode


Hampir di setiap aspek kehidupan, kita tak bisa dilepaskan dengan apa yang
disebut campur kode. Campur kode merupakan suatu gejala ketika penggunaan
bahasa yang satu dicampurbaurkan dengan bahasa yang lain. Dalam hal ini campur
kode terjadi antara Bahasa Indonesia dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Begitu pula dalam dunia sinetron, seperti sinetron Mak Ijah Pangen Ke Mekah. Para
pemeran dalam sinetron ini seringkali memadukan Bahasa Indonesia dengan
bahasa yang lain saat tengah berdialog dengan lawan mainnya.
3.)
-)

Munculnya Beberapa Penggunaan Gaya Bahasa atau Majas
Majas Asosiasi atau Perumpaan dan Majas Hiperbola
Contoh : Pada sinetron Putih Abu-Abu ketika Nina menenangkan Kelvin.

-)

Majas Sinisme
Majas ini muncul di sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series ketika Kardun
kepada anak-anaknya.


F.)

Kesimpulan

Bahasa yang digunakan dalam sinetron atau media massa kebanyakan
menggunakan bahasa yang dapat merusak dan mencemari bahasa indonesia.
Acara sinetron menggunakan bahasa-bahasa yang tidak baku, bahkan kasar. Di
samping itu, penggunaan bahasa indonesia oleh tokoh-tokoh persinetronan dan
pembawa tayangan televisi nasional banyak menggunakan bahasa Melayu-Jakarta.
Percampuran kosakata Melayu-Jakarta dengan bahasa Indonesia merupakan suatu
bentuk penghilangan jati diri bahasa Indonesia.
Pemerintah harus memaksimalkan perannya dalam mengontrol tayangan di
televisi seperti sinetron yang dapat membawa dampak negatif yaitu merusak
perbahasaan Indonesia yang baik dan benar, atau bahkan memunahkan bahasa
Indonesia sendiri. Pemerintah sebaiknya membatasi acara-acara yang tidak
bermanfaat. Orang tua harus lebih serius mengawasi putra-putrinya. Selain itu,
harus bisa memilihkan tontonan yang tepat, dan mengajarkannya berbahasa yang
baik dan benar.