ALL proposal Skripsi Rival. docx

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah negara
demokrasi dan negara yang entitas politik berdaulat, daulat sebagai bangsa
dan daulat sebagai negara. Kedaulatan sebagai bangsa termaktub dalam
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kedaulatan sebagai negara
ditegaskan dalam konstitusi UUD 1945. Bangsa dan negara ini memiliki
mandat untuk menjadikan manusia Indonesia yang hidup adil, makmur dan
sejahtera. Merdeka sebagai negara, merdeka sebagai bangsa, merdeka sebagai
rakyat untuk menyampaikan pendapat dimuka umum serta medeka untuk
menentukan kebijakan dalam kemakmuran bangsa dan negara.
Kebijakan pemilihan langsung dan melibatkan peran serta masyarakat
berawal sejak zaman reformasi tahun 1998, ternyata berpengaruh terhadap
strategi partai-paratai politik untuk memenangkan dan merebut hati para
pemilih. Namun penggunaan satu orang satu suara (One Man One Vote)
mengharuskan partai politik, mencari dukungan massa dengan jumlah besar
yang bertujuan, agar dalam melakukan kerja bisa mendapatkan suara yang

terbanyak.
Secara bebas dan luas, komunikasi politik diartikan sebagai
komunikasi yang memiliki konsekuensi mengatur perbuatan manusia dalam
kondisi konflik. Konflik dimaksud bisa perbedaan kepentingan, perbedaan

1

persepsi, dan perbedaan gagasan. Dalam manajemen konflik, semua
perbedaan itu bisa menjadi khazanah perbendaharaan pemikiran apabila
semua perbedaan itu terakomodasi, teradaptasi, dan teraktualisasi. Tidak ada
yang merasa terkalahkan dan memenangkan “pertandingan”. Semua merasa
pas dan puas serta terperhatikan buah pikirannya. Selama pengelolaannya
baik, selama itu pula berbagai kepentingan akan terasa santai di tengah
keragaman.
Keragaman di negara mana pun tentu dipengaruhi oleh budaya. Budaya
Timur, khususnya Indonesia yang dikenal ramah, suka gotong royong,
tenggang rasa, toleran, dan memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi sangat
mungkin mempengaruhi keputusan politik yang dibuat para pemilik
wewenang keputusan tadi. Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan
sebagian aktivitas politik mencampakkan atau menyingkirkan tradisi yang

arif itu dari proses dan keputusan politik, padahal dengan memperhatikan
kearifan lokal, akan membuat para politisi benar-benar memahami dan
menjalankannya dengan memperhatikan etika politik yang dapat diterima
semua pihak.
Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota (Radmila, 2011: hal. 1). I Ketut Gobyah mengatakan
bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu
daerah. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Pandangan lain

2

mengemukakan bahwa istilah kearifan lokal berasal dari kata local genius
yang diperkenalkan Quaritch Wales pada tahun 1948-1949 dengan arti
“kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan
asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan” (Rosidi, 2011: hal 29).
Dalam kehidupan beranekaragaman yang ada di Kabupaten Sikka
membuat banyak politisi memilih pendekatan yang berbasis kearifan lokal di
Kabupaten Sikka menjadi kecenderungan umum masyarakat dan para

pemimpin partai politik yang telah menerima otonomi daerah sebagai pilihan
politik terbaik. Hal tersebut sangat membangkitkan nilai-nilai daerah untuk
kepentingan pembangunan menjadi sangat bermakna bagi perjuangan daerah
untuk mencapai prestasi terbaik. Kearifan lokal sebagai alat atau cara
mendorong pembangunan daerah sesuai daya dukung daerah dalam
menyelesaikan masalah-masalah daerahnya secara bermartabat.
Berdasarkan

uraian

tersebut

diatas

jika

dikaitkan

dengan


PEMILUKADA Sikka dapat pula dikatakan bahwa kearifan lokal mempunyai
fungsi strategis dalam PILKADA, dimana masyarakat Kabupaten Sikka
sangat dikenal dengan masyarakat yang masih berpegang teguh pada nilainilai kearifan lokal, berdasarkan pengakuan dari Wakil Ketua DPRD
Kabupaten Sikka (Stefanus Say) bahwa kehidupan yang berpegang teguh
dengan nilai-nilai kerifan lokal merupakan salah satu hal yang menunjukan
kehidupan

yang

terstruktural

dan

bila

dipakai

dalam

persiapan


PEMILUKADA Sikka maka hal tersebutpun dapat membuat atau membawa
keberuntungan bagi para kandidat yang diusung oleh partai pengusungnya,

3

karena kebijakan yang diambil berlandaskan kearifan lokal adalah kebijakan
mutlak dan tidak dapat diubahnya.
Dalam persiapan Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2018. Dewan
Pimpinan Cabang Partai Hati Nurani Rakyat Sikka, saat ini mengusung kader
terbaiknya sebagai calon Wakil Bupati Sikka. Pengurus Partai Hati Nurani
Rakyat saat ini tenga melakukan konsolidasi partai di 160 Desa yang ada di
21 Kecamatan, langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menggalang
kekuatan massa pada PEMILUKADA Sikka 2018. Hal yang samapun telah
dilakukan oleh kader-kader Partai HANURA Sikka dalam menghadapi
PEMILUKADA Sikka 2018 dengan melakukan pendekatan bersama tokohtokoh adat yang ada di Kabupaten Sikka.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi

permasalahan penulis adalah:
1. Bagaimanakah strategi komunikasi politik dan diplomasi berbasis
kearifan lokal dalam persiapan pemilukada 2018 oleh DPC Partai
HANURA Sikka?
2. Bagaimanakah implementasi strategi komunikasi politik dan diplomasi
berbasis kearifan lokal dalam persiapan pemilukada 2018 oleh DPC
Partai HANURA Sikka?

4

1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penulis
adalah:
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi politik dan diplomasi berbasis
kearifan lokal dalam persiapan pemilukada 2018 oleh DPC Partai
HANURA Sikka?
2. Untuk mengetahui implementasi strategi komunikasi politik dan
diplomasi berbasis kearifan lokal dalam persiapan pemilukada 2018 oleh

DPC Partai HANURA Sikka?

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan

pemahaman

pada

masyarakat

bahwa

Strategi

Komunikasi Politik Dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam

Persiapan PEMILUKADA Sikka 2018 merupakan sebuah strategi
untuk memenangkan PEMILUKADA Sikka.
b. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau
referensi oleh kader partai HANURA dalam menghadapi situasi
politik yang ada di Kabupaten Sikka.
2. Manfaat Akademis
a. Memberikan pemahaman kepada semua Mahasiswa Program Studi
Ilmu Komunikasi terkait dengan Strategi Komunikasi Politik Dan

5

Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam Persiapan Pemilukada
Sikka 2018.
b. Dapat menjadi sumber bacaan dan referensi bagi mahasiswa Program
Studi Ilmu Komunikasi dalam melakukan penelitian yang sejenis
kedepannya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Sebelumnya
NO
1.

NAMA
PENELITIAN
Aziz Taufik
Hirzi

JUDUL PENELITIA
Komunikasi Politik
Berbasis Kearifan
Lokal

RINGKASAN
Komunikasi politik itu penting dan terasa

semakin penting apabila kita menyimak dan
menelusuri fungsi komunikasi politik. Salah
satunya

adalah

informasi

kepada

dengan

memberikan

masyarakat

terhadap

usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik
maupun


dalam

pemerintah

dan

hubungannya

dengan

masyarakat.

Dengan

terbukanya peluang berkomunikasi, rakyat
diajak bicara dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan buah pikiran atau ide-ide
yang dapat membantu tugas para elite
politik. Pembicaraan itu biasanya dilakukan
dengan

musyawarah,

karena

bangsa

Indonesia terbiasa hidup dengan budaya
kolektif, gotong royong, toleransi, dan
solidaritas.

7

Komunikator politik yang terdiri atas;
politikus, komunikator profesional, dan
komunikator

aktivis

berkewajiban

memberikan pencerahan kepada masyarakat
mengenai makna politik yang sesungguhnya
yang didukung oleh penerapan nilai-nilai
budaya lokal sebagai perekat keterkaitan
antara tindakan dengan ucapan, dan sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat
atas tindakannya yang dilandasi dengan
nilai-nilai

budaya

tadi,

tindakan

disesuaikan

artinya
dengan

segala
kondisi

lingkungan yang berkembang pada budaya
setempat. Terkait dengan keadaan ini,
komunikator politik berpeluang besar untuk
memainkan

perannya

sebagai

agen

perubahan yang dapat membawa kemajuan

2.

Dr. Afrina
Sari.M.Si

masyarakat

dengan

tidak

harus

meninggalkan

budaya

sebagai

warisan

nenek moyang.
PILKADA Gubernur/Bupati/walikota dapat

Komunikasi Politik
Dan Diplomasi
Berbasis Kearifan
Lokal
(Analisis Pilkada
Dalam Proses
Kampanye Politik)

dimenangkan dengan menggunakan strategi
komunikasi politik dengan diplomasi berbasis
kearifan lokal. Bentuk diplomasi seorang

8

kandidat dapat muncul dengan melakukan
negiosiasi saat kampanye politik dengan
masyarakat. Hal yang ditawarkan adalah
menjawab

kebutuhan

kebutuhan

akan

masyarakat

kesehatan

yang

seperti
baik,

pendidikan yang baik, ataupun suasana aman
dan lain sebagainya. Bagi seorang kandidat
gubernur/bupati/walikota dapat menggunakan
media massa untuk memperluas cakupan
massa yang di tuju.

9

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Kerangka Teori
Westerstahl (McQuail, 2000), pernah menyatakan bahwa yang
dinamakan objektif setidaknya mengandung faktualitas dan imparsialitas.
Faktualitas berarti kebenaran yang didalamnya memuat akurasi (tepat dan
cermat), dan mengkaitkan sesuatu yang relevan untuk diberitakan. Sementara
itu, imparsialitas mensyaratkan adanya keseimbangan (balance) dan
kenetralan dalam mengungkap sesuatu.

3.2.

Konsep-Konsep Teori

3.2.1. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi dan politik merupakan dua dua disiplin ilmu yang
sama-sama tergolong kedalam ilmu-ilmu sosial memang terdapat
hubungan yang erat. Hubungan itu dinilai bersifat intim yang “istimewa”,
karena di dalam daerah kawasan (domain) politik, proses komunikasi
menempati

fungsi

yang

fundamental.

Pendekatan

komunikasi

mempunyai peran dalam memberikan pandangan terkait dengan
keputusan dan kebijakan politik.
Komunikasi politik merupakan salah satu komunikasi yang
dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam upaya mencapai
kekuasaan perpolitikan. Politik adalah usaha untuk menentukan

10

peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga,
untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.
Menurut Rod Hague et al.: Politik adalah kegiatan yang
menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusankeputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.
3.2.2. Pengertian Diplomasi
Secara sederhana, diplomasi dapat didefinisikan sebagai seni dan
praktik negosiasi antara wakil-wakil dari negara atau sekelompok negara.
Istilah ini biasanya merujuk pada diplomasi internasional, dimana
hubungan internasional melalui perantasra diplomat profesional terkait
isu-isu perdamaian, perdagangan, perang, ekonomi dan budaya. Begitu
pula perjanjian internasional yang biasanya dinegosiasikan oleh para
diplomat sebelum disetujui oleh politisi nasional dalam negeri.
Diplomasi dalam proses PILKADA merupakan sebuah aktivitas
berbentuk negosiasi kandidat dengan kontituen dalam rangka menjaring
suara ataupun mensosialisasikan program-program yang akan dilakukan
apabila kandidat dipilih sebagai gubernur/Bupati/walikota. Bentuk
negosiasi disampaikan kepada masyarakat dan diminta dukungannya dan
masyarakat menunjukkan dukungan dengan memilih kandidat tersebut.
3.2.3. Kearifan Lokal
Secara umum, kearifan lokal dapat dimaknai sebagai gagasangagasan setempat (local) bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,

11

yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. Dalam masyarakat
multikultural Indonesia, sesungguhnya tidaklah sulit menemu kenali
berbagai kearifan lokal yang menghidupi masyarakat. Kearifan lokal
dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, atau pun petuah yang melekat
pada keseharian
Menurut UU Nomor 4 Tahun 1982 yang disebut lingkungan adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup
yang termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Mencermati Undang-undang diatas, mengisyaratkan
bahwa posisi manusia menjadi disangat penting dan strategis. Manusia
menjadi kunci perubahan dalam lingkungannya karena manusia dan
tingkah-lakunya mampu mempengaruhi kelangsungan hidup seluruh
makhluk yang ada.Akante tapi, melalui lingkungannya ini pula tingkahlaku manusia ditentukan sehingga sebenarnya ada hubungan timbalbalik
yang seimbang.
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami
sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi)
untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang
terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi,
di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai
hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi.

12

Sebagai

sebuah

istilah

wisdom

sering

diartikan

sebagai

‘kearifan/kebijaksanaan’.
Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas
dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang
sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu polapola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan
lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut
settting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat
menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya.
3.2.4. Pentingnya Komunikasi Politik dan Kearifan Lokal
Komunikasi Politik akan terasa semakin penting apabila kita
menyimak dan menelusur fungsi komunikasi politik seperti yang
dikemukakan Mc.Nair dan Hedebro dalam Cangara (2007: hal. 40-41)
yang meliputi:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha
yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya
dengan pemerintah dan masyarakat
2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan
lembaga politik
3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para
pendukung partai
4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat,
sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik

13

5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi
tentang cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka
sebagai pemberi suara
6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan
menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau
pengamat politik
7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang
mengancam persatuan nasional
8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur
kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat
luas terhadap gerakan reformasi dan demokratisasi
9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita,
agenda setting, maupun komentar-komentar politik
10. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu
terciptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas
Kesepuluh fungsi itu sangat jelas membuka ruang dan peluang
kepada

masyarakat

untuk

mendapatkan

hak-hak

politiknyayang

proporsional dan dijamin Undang-Undang, juga kepada lembaga politik,
termasuk pemerintah untuk menyampaikan informasi sejelas-jelasnya
tentang segala kebijakan yang prorakyat. Tidak sekedar informasi, unsur
pendidikan dan hiburan pun termasuk yang diperhitungkan. Demikian
pula, partisipasi rakyat, terutama pemilik gagasan cemerlang, merupakan

14

bagian yang tidak boleh terabaikan. Rakyat diajak bicara dan diberi
kesempatan untuk menyampaikan buah pikiran atau ide-idenya yang
dapat membantu tugas para elite politik yang berada di “panggung”.
Sangat terang, di sini menunjukkan bagaimana pentingnya komunikasi
politik antara rakyat dengan pejabat dan pejabat dengan rakyat, karena
tanpa komunikasi politik, boleh jadi partisipasi rakyat menjadi lemah
atau apatis, atau pemerintah bisa kehilangan kontak dan komunikasi
manakala pada saat tertentu pejabat pemerintah itu membuat keputusan.
Memperhatikan uraian di atas, kesepuluh fungsi itu akan berjalan
baik, manakala para pihak, khususnya pejabat/pemilik otoritas menaati
aturan/Undang-Undang

dengan

tertib

dan

sejujur-jujurnya.

Penguasa/pejabat tidak haus dan rakus kekuasaan. Demikian pula rakyat
tidak bertindak anarkhis. Pejabat memahami kehendak rakyat, dan rakyat
mengikuti petunjuk dan arahan pejabat.
Dalam tradisi nenek moyang di Indonesia, komunikasi politik
berwarna kearifan lokal itu tidaklah asing dan aneh, karena bangsa
Indonesia terbiasa hidup dengan budaya kolektif, gotong royong, dan
toleran. Selain itu, karena kebudayaan merupakan usaha manusia,
perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya
(Radmila, 2007:7). Apabila kearifan lokal itu benar-benar mewarnai
komunikasi politik, sangat terbuka bagi pelaku komunikasi politik untuk
bekerja dan bertindak sebaik-baiknya. Mendahulukan kepentingan umum
adalah bagian yangsering terungkap dalam tradisi masyarakat Indonesia.

15

Kearifan lokal bisa menjadi landasan para politisi untuk melakukan
action politik dan menuntun para politisi bertindak arif, karena yang
dilakukan tidak semata-mata action dan hasil, tapi prosesnya yang
menggunakan aturan yang disepakati, baku, dan syarat dengan nilai etika.
Bangsa Indonesia telah memperlihatkan kemampuan dalam
menghadapi pengaruh yang datang dari luar yang dianggap sebagai
tantangan (Rosidi, 2011:33). Sebenarnya, pengaruh luar itu bisa diadopsi
dan dihadapi dengan cermat dan teliti. Yang positif diambil, yang negatif
dibuang. Dalam menghadapi pengaruh itu, di samping skill yang
diperlukan, juga keberanian dan kejujuran yang bisa menimbulkan
kepercayaan orang. Jujur terhadap aturan dan taat pada nilai etika,
cenderung patuh terhadap aturan lembaga.
Perhatian terhadap aturan dan nilai etika, dapat membuka lebar dan
jalan yang lurus bagi para pelaku komunikasi politik. Sebaliknya, yang
lepasdari aturan dan nilai etika akan menimbulkan masalah yang
kompleks, apakah terjadi kegoncangan politik, keserakahan politik, atau
bahkan

apatisme

politik.

Yang

untung,

tentu

para

“srigala”

penguasa/pejabat negara. Sementara rakyat bisa terpinggirkan, bahkan
cenderung tidak terperhatikan . Akibatnya, kepercayaan rakyat terhadap
penguasa menjadi kurang, bahkanhilang sama sekali. Peran Komunikator
Politik dalam Menerapkan Nilai Kearifan Lokal
Komunikator politik dalam Nimmo (1989:32) dibagi menjadi tiga
kategori;

politikus

(pols),

komunikator

16

profesional

(pros),

dan

komunikator aktivis (vols). Politikus mencurahkan segala hidupnya
untuk kepentingan bangsa melalui jabatan politik seperti eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Politisi ini pun terbagi dua, wakil partisan dan
ideolog; Profesional adalah orang/kelompok yang bekerja sesuai dengan
profesinya, seperti jurnalis dan promotor terkait dengankegiatan politik;
Sementara aktivis, yang kegiatannya paruh waktu, terdiri atas jurubicara
dan pemuka pendapat. Terkait dengan kearifan lokal, para politisi
tertantang untuk mengenal budaya setempat. Segala tindakan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan yang berkembang pada budaya setempat itu.
Apabila dalam budaya leluhur, tingkat kepatuhannya tinggi, kandungan
etikanya kental, maka pantas apabila para politisi itu menjalankan gerak
politiknya penuh dengan kesantunan dan keteraturan.Kepatuhan itu
adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh umat beragama dan
kepatuhan itu berhubungan dengan seorang pemimpin. Bagi umat
beragama, kepatuhan kepada pemimpinnya adalah satu kewajiban
Radmila, 2011:4).
Komunikasi politik sangat mungkin memainkan perannya sebagai
agen perubahan yang bisa mengubah mindset masyarakat, terutama
masyarakat awam, dari anggapan bahwa politik itu buruk, politik itu
hanya mencari kekuasaan menjadi politik itu indah dan bisa memoles
kekuasaan untuk kepentingan rakyat.
Budaya adiluhung, gotong royong, dan rasa kesetiakawanan yang
merupakan budaya Timur, khususnya Indonesia, sekarang ini seperti

17

lepas dari jangkauan politik dan perhatian para politisi, padahal budaya
itu, apabila digunakan sebagai landasan berpolitik, sangat baik dan
mampu mengendalikan perilaku politik para politisi yang senang bermain
kayu, bermain api, dan suka memanipulasi keputusan dan melanggar
komitmen.

Dengan

politik,

tidak

kurang

para

politisi

seperti

menghalalkan segala cara hanya untuk mengejar kekuasaan dan
kepentingannya. Untuk membangun citra positif tentang politik,
memerlukan proses panjang dan berliku, karena masalah “tafsir politik”
di kalangan masyarakat, bahkan di lapisan elite sekalipun, masih
berragam, padahal bicara politik di berbagai referensi, tidak ada satu kata
pun yang menyebutkan bahwa politik itu buruk dan menakutkan atau
kejam. Di sini para komunikator politik wajib memberikan pencerahan
mengenai makna politik sesungguhnya. Pesan politik bisa disampaikan
dengan tatap muka atau tidak langsung melalui media. Seorang politisi
DPR atau pemerintah pantas apabila menyampaikan pernyataanya yang
menyejukan masyarakat (persuasif), bukan menantang dan membuat
galau (represif), karena pernyataan yang tidak menyenangkan akan
membuat rakyat tidak simpati. Inilah yang sering diasumsikan
masyarakat bahwa politik itu rumit, keras, dan syarat dengan
kepentingan.
Komunikator lain yang tergolong kelompok profesional, seperti
jurnalis, berkewajiban membantu menyampaikan informasi di media
dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan nilai-nilai budaya

18

setempat. Melabrak budaya setempat, akan dianggap sebagai
pelanggaran moral dan sama dengan tidak menghormati warisan
leluhur. Lain di negara Timur, lain pula di negara Barat. Di negara
Barat yang tingkat kemajuannya relatif cepat, paham liberalisme
tumbuh subur, dan budaya setempat seperti pendamping setia yang
siap mengikuti arus perubahan. Meski budaya masalampau dipelihara,
tipi tidak sekental di negara Timur. Para jurnalis atau orang yang
terlibat di media berkewajiban menyajikan informasi yang objektif,
akurat, dan mendidik yang membuat rakyat percaya pada informasi
yang terekspose di media itu. Jurnalis memiliki posisi strategis.
Informasi atau beritanya ditunggu banyak orang, dan kehadirannya di
dunia media sangat dibutuhkan. Dengan demikian, peran jurnalis,
sangat membantu mencerdaskan massa atau sebaliknya, membuat
massa resah dan geram atas berita di media. Bagaimana pun, dampak
positif dari peran yang dimainkan para jurnalis adalah sesuatu yang
diharapkan.
Sementara aktivis, meski kegiatannya paruh waktu, tidak bisa
dianggap remeh. Mereka adalah relawan yang siap memenangkan
“pertandingan” kandidat pada momen-momen pemilu. Relawan
bertugas sebagai jurubicara untuk bisa menyampaikan informasi
sebaik-baiknya kepada massa tanpa menyudutkan pihak lain.
Informasi yang baik bisa berpengaruh pada simpati massa dan
perolehan suara. Adapun relawan yang bertugas sebagai opinion

19

leader (pemuka pendapat), berkewajiban membangun opini di media
dengan konsep menarik dan memancing perhatian massa. Slogan
persatuan, kebersamaan, toleransi dan saling menghargai adalah
bagian dari ungkapan yang bernilai positif bagi masyarakat.
3.2.1. Sosialiasi Komunikasi Politik dalam Bingkai Kearifan Lokal
Komunikasi politik pantas tersosialisasikan ke berbagai lapisan
masyarakat. Tidak hanya kalangan tertentu, elite yang merasakan, tapi
kaum alit yang berada di bawah pun berhak merasakan, karena dengan
komunikasi politik yang lancar antara masyarakat dengan pemerintah,
anggota parlemen, atau partai politik, akan membuat rakyat menjadi
tahu kondisi objektif lembaga itu dalam melakukan tugas-tugasnya,
bahkan jika perlu, tahu pula dengan anggarannya yang seringkali
sensitif untuk diungkap. Keingintahuan itu tidak ditafsirkan intervensi,
namun rakyat sebagai warga negara, wajar kalau tahu program dan
anggarannya, sehingga rakyat menjadi paham dan kritis terhadap
berbagai agenda itu. Dalam sosialisasi ini rakyat diberi penjelasan
bahwa;
1. Dengan komunikasi politik masyarakat menjadi lebih paham
tentangmakna politik yang sesungguhnya
2. Dengan

komunikasi

politik,

masing-masing

orang

bisa

mengoreksi dan membongkar kelemahan yang ada di rakyat dan
juga pemerintah atau partai politik

20

3. Dengan komunikasi politik akan mengurangi ketegangan dan
saling curiga antara masyarakat dengan penguasa.
3.2.2. Hubungan Budaya Politik dan Demokrasi
Budaya politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan
demokrasi. Demokrastisasi tidak berjalan baik bila tidak ditunjang
oleh terbangunnya budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi.
Dalam merespon tuntutan perubahan, kemungkinan munculnya
dua sikap yang secara diametral bertentangan, yaitu ‘mendukung’
(positif) dan kemungkinan pula ‘menentang’ (negatif ), sulit
dielakkan. Sebagai sebuah proses perubahan dalam menciptakan
kehidupan politik yang demokratis, realisasi demokratisasi juga
dihadapkan pada dua kutub yang saling bertentangan itu, yaitu budaya
politik masyarakat yang mendukung (positif) dan yang menghambat
(negatif) proses demokrasi.
Budaya politik yang matang termanifestasi melalui orientasi,
pandangan dan sikap individu terhadap sistem politiknya. Budaya
politik yang demokratis akan mendukung terciptanya sistem politik
yang demokratis. Menurut Almond dan Verba, budaya politik
demokratis adalah suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma,
persepsi dan sejenisnya yang menopang terwujudnya partisipasi.
Budaya politik yang demokratis merupakan budaya politik yang
partisipatif, yang diistilakan oleh Almond dan Verba sebagai civic

21

culture. Karena itu, hubungan antara budaya politik dan demokrasi
(demokratisasi) dalam konteks civic culture tidak dapat dipisahkan.
3.3.

Kerangka Pemikiran
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
DAN DIPLOMASI KEARIFAN LOKAL

KEARIFAN LOKAL

HASIL

22

PEMILUKADA
SIKKA 2018

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1.

Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para
penganut dan praktisinya. Paradigma mrnunjukkan pada mereka apa yang
penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang
Menurut Baker (dalam Moleong, 2004:hal. 49). Paradigma sebagai
seperangkat aturan yang (1) menetapkan atau mendefinisikan batas-batas; dan
(2) menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu
untuk berhasil.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis dapat mengkategorikan
bahwa dalam kaitan dengan paradigma tersebut maka penulis dapat lebih
menggunakan studi kualitatif dalam melakukan pengumpulan data-data
faktual.

4.2.

Unit Analisis
Untuk menganalisis data yang telah penulis peroleh dalam penelitian
penulis lebih menggunakan unit analisis Reduksi data. Dimana reduksi data
menjelaskan hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang
penting.

23

4.3.

Unit Observasi
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis memilih lokasi atau tempat
yang akan dijadikan unit observasi adalah Dewan Pimpinan Cabang Partai
Hati Nurani Rakyat (PARTAI HANURA) Sikka.

4.4.

Sumber Data
Triangulasi adalah sumber data yang menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan
keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
(Sugiyono, 2013: hal. 274) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga
dilakukan untuk memperkaya data.
Wiliam Wiersma, 1986, (dalam Sugiyono 2013: hal. 273) membedakan
tiga macam triangulasi diantaranya triangulasi sumber, triangulasi tekni dan
teori triangulasi waktu. Pada penelitian ini, dari ketiga macam triangulasi

24

tersebut, peneliti hanya menggunakan triangulasi teknik dengan triangulasi
sumber.
Triangulasi sumber artinya menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2013: hal.
274).
4.5.

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlakukan. Dalam melakukan Pengumpulan data
penulis mengelompok berdasarkan tekniknya, yaitu:
a) Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
menyediaan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang
akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/
tulisan, wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya. Dalam artian
umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan,
pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan
dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan
dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal ini termasuk
kegunaan dari arsip perpustakaan dan kepustakaan. Dokumentasi
biasanya juga digunakan dalam sebuah laporan pertanggung jawaban
dari sebuah acara.

25

DOKUMENTASI Menurut Kamus Istilah Perpustakaan dan
Dokumentasi (Nurhadi Magetsari dkk, 1992) : bahan yang termasuk
dalam jenis, bentuk, dan sifat apapun tempat informasi direkam.
Rekaman yang ditulis atau dipahat, yang menyampaikan informasi
berupa fakta Karya yang direkam dalam suatu bahasa, simbol atau
tanda-tanda lain Rekaman informasi berbagai bentuk
Dokumentasi Adalah catatan yang dapat dibuktikan dan
dijadikan bukti secara hukum.(tung palan,1983). Dokumen yang berisi
data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan
pasien, tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan yang diberikan(fisbach,
1991). Secara umum dokumentasi merupkan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum
b) Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah salah satu studi yang menggunakan
penelusuran literatur untuk memperoleh data-data yang ter up to
date dalam merumuskan suatu penelitian.
c) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya, pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.

26

Dalam

wawancara

tidak

terstruktur,

peneliti

belum

mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden. Penulis memilih wawancara tidak terstruktur ini karena
penulis yakin dengan teknik tersebut juga dapat membantu penulis
dalam mengumpulkan data-data karena teknik ini penulis dengan
bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang yang
diwawancara guna mendapatkan data-data yang akan diteliti oleh
penulis.
Dari pemikiran tersebut diatas maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data dengan berpatokan kepada kedua poin
tersebut, hal ini penulis memilih karena dengan cara tersebut dapat
mempermuda penulis untuk mengumpulkan data.
4.6.

Teknik Analisis Data
Menurut Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Menurut
Miles and Huberman menjelaskan bahwa dalam aktivitas analisis data
terdapat tiga bagian, yaitu data reduction (Reduksi Data), data display
(Penyajian Data), conclusion drawing/verification (Penarikan Kesimpulan).
Berdasarkan uraian dan pendapat dari Miles and Huberman yang
mengkategorikan teknik analisis data dalam penelitian kualitatif, maka
penulis lebih menggunakan analisis reduksi data (data reduction).

27

a. Reduksi data
Reduksi

data

adalah

proses

memilih

menyederhanakan,

mengabstraksikan, memfokuskan dan mengubah data kasar yang muncul
dari

catatan-catatan

lapangan.

Reduksi

data

dimaksudkan

untuk

menentukan data sesuai dengan fokus penelitian tentang Strategi
Komunikasi Politik Dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam
Persiapan Pemilukada Sikka 2018
4.7.

Validitas Data
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan. Validitas data juga
terdapat dua macam yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Dari kedua jenis validitas data tersebut dalam penelitian dengan judul
Strategi Komunikasi Politik Dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal dengan
menggunakan metode kualitatif maka penulis memilih untuk menggunakan
kedua jenis validitas.

4.8.

Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini akan disesuaikan apabila peneliti telah
menyelesaikan ujian proposal.

28