tubes hukum administrasi perencanaan. pdf

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tak lepas dari rahmat dan
hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Tugas “Permasalahan Permukiman di Sepanjang
Sempadan Rel Stasiun Semut”. Laporan ini disusun sebagai pemenuhan tugas dua mata
kuliah Hukum Administrasi Perencanaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tersusun dengan peran serta berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Ir. Heru Purwadio, MSP dan Bapak Moch. Yusuf, ST, M.Sc sebagai dosen

mata kuliah Hukum Administrasi Perencanaan, arahan dan bimbingan beliau sangat
membantu dalam proses penyusunan tugas ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan ini. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tugas ini. untuk itu, kritik dan
saran pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dikemudian hari kami
tidak melakukan kesalahan yang sama. Akhir kata, kami berharap agar tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, April 2017

Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 1
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ 3
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 5
1.1

Latar Belakang .......................................................................................................................... 5

1.2

Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 6


1.3

Sistematika Penulisan................................................................................................................ 6

BAB II GAMBARAN WILAYAH .......................................................................................................... 7
BAB III EVALUASI KEBIJAKAN ......................................................................................................... 9
3. 1

Fungsi Kawasan ........................................................................................................................ 9

3. 2

Sempadan Rel Kereta Api ....................................................................................................... 11

3. 3

Status Penempatan Permukiman ............................................................................................. 12

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 14

4.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 15

2

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 BATASAN WILAYAH STASIUN SEMUT..........................................................7
GAMBAR 2 PERMUKIMAN DI SEKITAR STASIUN SEMUT ...............................................8
GAMBAR 3 ILUSTRASI LEBAR MINIMAL JALUR KERETA API 1 JALUR ...................12

3

DAFTAR TABEL

TABEL 1 EVALUASI KEBIJAKAN TERKAIT FUNGSI KAWASAN ....................................9
TABEL 2. EVALUASI KEBIJAKAN TERKAIT SEMPADAN REL.......................................11
TABEL 3. EVALUASI KEBIJAKAN TERKAIT STATUS PERMUKIMAN ..........................12

4


BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua setelah Ibu Kota
Jakarta. Dengan jumlah penduduk dan jumlah lapangan pekerjaan yang banyak, tentu
saja kota ini menjadi salah satu tujuan migrasi penduduk di daerah sub-urban
disekitarnya. Dari sekian banyak jumlah penduduk pendatang yang bertujuan mencari
pekerjaan di kota besar, mayoritas dari mereka tidak memiliki modal yang cukup
untuk membeli lahan maupun tempat tinggal di area yang layak di Kota Surabaya.
Karena faktor tersebut munculah pembangunan bangunan-bangunan illegal dan
muncul istilah slum and squatter. Squatters adalah suatu bagian wilayah atau bagian
bangunan yang diganggu/ditempati tanpa ijin dari pemiliknya. Sedangkan slums
adalah suatu lingkungan yang ditempati masyarakat dengan kondisi rumah rata-rata
bobrok (reyot), padat dan cenderung tidak memenuhi unsur kesehatan, rentan
terhadap kebakaran dan rentan terhadap terjadinya tindak kejahatan (Kumorotomo,
dkk., 1995).
Salah satu permukiman liar yang ada di Surabaya adalah permukiman di

sepanjang sepadan rel Stasiun Semut. Permukiman di sepanjang rel kereta ini
dibangun secara illegal dengan tipe rumah semi permanen semenjak 20 tahun lalu
dengan memanfaatkan lahan milik PT. Kereta Api Indonesia. Namun, hingga saat ini
permukiman tersebut masih ada walaupun sempat dilakukan penggusuran oleh
pemerintah kota Surabaya.
Keberadaan permukiman liar di area sempadan rel menimbulkan berbagai
konflik dalam penataan ruang, sosial masyarakat, maupun pelanggaran regulasi
terkait. Seperti menurunnya kualitas estetika perkotaan dan permasalahan soasial
masyarakat yang tidak mau pindah dari area sempadan rel. Selain itu, Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, ruang manfaat jalan
atau jarak as rel dengan bangunan di sekitarnya minimal harus 6 meter.
Dari permasalahan berikut dapat dilihat bahwa permukiman kumuh dan illegal
merupakan masalah yang harus ditangani. Selain itu, peraturan perundang-undangan
juga telah dibuat untuk mewujudkan pola ruang kota yang lebih baik. Dengan adanya

5

kedisiplinan dan kekompakan dalam mematuhi regulasi yang ada, akan terwujud tata
ruang kota dan transportasi yang lebih baik.
1.2


Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah:
1. Mengidentifikasi pelanggaran permukiman kumuh di sempadan rel stasiun Semut
2. Menganalisa permasalahan dengan peraturan perundangan terkait

1.3

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Berisi bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang perlunya evaluasi terhadap
permasalahan yang diangkat, tujuan serta sistematika penulisan makalah
BAB II GAMBARAN WILAYAH
Berisi gambaran lokasi wilayah studi, gambaran permukiman dan infrastruktur pada
sempadan rel kereta Stasiun Semut
BAB III EVALUASI
Berisi pembahasan permasalahan yang dikaitkan dengan pelanggaran peraturan
perundang-undangan yang terkait

BAB IV PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan

6

BAB II GAMBARAN WILAYAH

Lokasi yang menjadi fokus studi ada permukiman yang berada di sepanjang rel kereta
api pada stasiun semut. Stasiun Semut atau nama lain dari Stasiun Surabaya Kota terletak di
Bongkaran Kecamatan Pabean Cantik, Surabaya. Tepatnya berada di sebelah utara Stasiun
Surabaya Gubeng. Adapaun batas-batas wilayah studi adalah sebgai berikut :
Batas utara : Jalan Gembong gang II
Batas selatan : Jalan Kapasari
Batas timur : Jalan Gembong
Batas barat : Jalan Gembong gang III

Gambar 1 . Batasan wilayah Stasiun Semut

Sumber : google maps, 2017
Dari hasil pengamatan diketahui permukiman yang berada di sepanjang rel kereta api

merupakan permukiman yang tergolong kumuh dan terdapat bangunan perumahan non
permanen. Permukiman tersebut berdiri di atas tanah milik PT KAI. Permukiman tersebut
tergolong ke dalam permukiman illegal karena tidak berada di atas tanah yang sah. Selain itu
permukiman tersebut juga melanggar peraturan yaitu RDTRK, sebagaimana dijelaskan dalam
RDTRK bahwa lahan di sepanjang rel kereta api digunakan sebagai jalur hijau tidak
diperuntukkan untuk permukiman.

7

Permukiman yang terdapat di sepanjang rel kereta api sangat berbahaya baik untuk penghuni
permukiman maupun keselatan perjalanan rel kereta api. Adanya permukiman permanen dan
non permanen menyebabkan kondisi lingkungan di sepanjang rel kereta api terlihat kumuh
dimana sebagian besar pembangunan perumahan tersebut membelakangi rel kereta api dan
hal tersebut sangat mengganggu estetika lingkungan.

Gambar 2 .Permukiman di sekitar stasiun semut

Sumber: printscreen, youtube.com, 2017

8


BAB III EVALUASI KEBIJAKAN
3. 1

Fungsi Kawasan

Pelanggaran: Permukiman illegal yang ada di sepanjang sempadan rel kereta Stasiun Semut
menyalahi aturan penataan ruang karena pada dasarnya sepanjang rel kereta diperuntukan
untuk jalur hijau bukan permukiman
Tabel 1 Evaluasi Kebijakan Terkait Fungsi Kawasan

No.
1

Regulasi

Keterangan

RTRW Kota Surabaya 2010-2030


Fungsi

perumahan

permukiman, regulasi jarak
sempadan

rel

dengan

bangunan,

serta

fungsi

lindung

di


sepanjang

sempadan rel kereta api. Pada
jalur sempadan rel yang ada
di Stasiun Semut dipenuhi
permukiman

illegal

yang

tidak sesuai dengan fungsi
kawasan.
2

Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor

: Kebijakan mengenai fungsi

05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan RTH di sepanjang kawasan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan sempadan rel stasiun kereta
Perkotaan

api

untuk

menjaga

lingkungan dan masyarakat
di sekitarnya.

RTRW Kota Surabaya 2010-2030
Fungsi kawasan sempadan rel Kereta Api dilakukan dengan menetapkan jarak
sempadan dan pengembangan fungsi lindung untuk kepentingan keamanan transportasi
kereta api maupun masyarakat di sekitarya. Pengukuran garis sempadan rel menurut RTRW
Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

9

1) Garis sempadan jalan rel kereta api adalah ditetapkan dari as jalan rel terdekat apabila
jalan rel lurus;
2) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di tanah timbunan diukur dari kaki
tanggul.
3) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di dalam galian, diukur dari puncak
galian tanah atau atas serongan.
4) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada tanah datar diukur dari as jalan
kereta api.
5) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada belokan adalah lebih dari 23
meter diukur dari lengkung dalam sampai as jalan;
6) Garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara jalan rel kereta api dengan jalan raya
adalah 30 meter dari as jalan rel kereta api pada titik perpotongan as jalan rel kereta api
pada titik perpotongan as jalan rel kereta api dengan as jalan raya dan secara berangsurangsur menuju pada jarak lebih dari 11 meter dari as jalan rel kereta api pada titik 600
meter dari titik perpotongan as jalan kereta api dengan as jalan raya.

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan rel kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 84 huruf e pada RTRW berisikan:

1) pemanfaatan ruang di kawasan sempadan rel kereta api untuk ruang terbuka hijau
dan/atau ruang terbuka non hijau;
2) penyediaan prasarana dan sarana penunjang perkeretaapian;
3) pembatasan kegiatan di kawasan sempadan rel kereta api yang dapat membahayakan
penggunanya; dan
4) pemanfaatan ruang di sekitar kawasan sempadan rel kereta api dengan intensitas sesuai
peruntukan dan berdasarkan ketentuan yang berlaku. memantapkan fungsi kawasan
sempadan rel Kereta Api dengan menetapkan jarak sempadan dan pengembangan fungsi
lindung untuk kepentingan keamanan Kereta Api.

10

Regulasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang
Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

Ruang Terbuka hijau di sepanjang sempadan rel diperuntukan untuk mejaga
keselamatan lalu lintas kereta api dan masyarakat. Selain itu RTH juga dapat membantu
menjaga lingkungan dan fungsi estetika di sekitarnya. Maka dari itu jenis aktivitas yang perlu
dilakukan di sempadan rel kereta api adalah :

1) Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam, sehingga jaringan kayu dapat
tumbuh lebih banyak yang akan menjadi pohon lebih kuat;
2) Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit serta menghilangkan tempat
persembunyian ular dan binatang berbahaya lainnya;
3) Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan;
4) Membuat saluran drainase.
3. 2

Sempadan Rel Kereta Api

Pelanggaran: Keberadaan permukiman illegal dikawasan sempada rel kereta api stasiun
semut. Bangunan rumah permanen dan semi permanen hanya berjarak 0-1,5 meter di
kanan dan kiri rel kereta api.
Tabel 2. Evaluasi Kebijakan Terkait Sempadan Rel

No
1

Regulasi

Bagian

UU no. 23 Pasal 42
tahun

2007

Keterangan
1. Ruang milik jalur kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf b adalah bidang tanah di kiri dan

tentang

di kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan

Perkeretaapi

untuk pengamanan konstruksi jalan rel.

an

2. Ruang milik jalur kereta api di luar ruang manfaat jalur
kereta api dapat digunakan untuk keperluan lain atas
izin dari pemilik jalur dengan ketentuan tidak
membahayakan konstruksi jalan rel dan fasilitas
operasi kereta api.
Pasal 45

Batas ruang pengawasan jalur kereta api merupakan

11

ruang di sisi kiri dan kanan ruang milik jalur kereta api
yang lebarnya paling rendah 9 (sembilan) meter.

Gambar 3 Ilustrasi Lebar Minimal Jalur Kereta Api 1 Jalur

Dalam UU no 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dijelaskan bahwa batas
ruang milik jalur kereta api merupakan ruang di sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur
kereta api yang lebarnya paling rendah 6 (enam) meter. Pada ayat 2, yaitu yang dimaksud
dengan “untuk keperluan lain” adalah kepentingan di luar kereta api, antara lain
kepentingan pipa gas, pipa minyak, dan kabel telepon.
3. 3

Status Penempatan Permukiman

Pelanggaran: Permukiman illegal yang tidak memerhatikan peraturan-peraturan pendirian
bangunan permukiman khususnya di kawasan rel kereta api. Permukiman yang ada dapat
dikatakan berstatus illegal karena merupakan bangunan liar yang tidak memiliki izin.
Tabel 3. Evaluasi Kebijakan Terkait Status Permukiman

No

Regulasi

1

UU

Nomor

23

Tahun

2007 Tentang
Perkeretaapia
n

Bagian

Keterangan

Pasal

Dijelaskan bahwa setiap orang dilarang membangun

178

gedung, membuat tembok, pagar, tanggul, bangunan
lainnya,

menanam

jenis

pohon

yang

tinggi,

atau

menempatkan barang pada jalur kereta api yang dapat
mengganggu

pandangan

bebas

keselamatan perjalanan kereta api

12

dan

membahayakan

Pasal

Dijelaskan bahwa setiap orang dilarang melakukan

179

kegiatan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran tanah di
jalur

kereta

api

sehingga

mengganggu

atau

membahayakan perjalanan kereta api

Bangunan liar sepanjang rel kereta api di wilayah studi melanggar pasal 178 dan 179.
Hal tersebut dikarenakan bangunan yang ada tidak memiliki IMB. Seharusnya di sepanjang
lintasan rel kereta api tidak diperbolehkan mendirikan bangunan yang dapat mengganggu
pandangan bebas karena dapat membahayakan keselamatan perjalanan kereta.

13

BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari analisa evaluasi kasus terhadap regulasi, dapat diidentifikasi beberapa
penyimpangan yang melenceng dari implementasi regulasi yang seharusnya. Penyimpangan
yang teridentifikasi bersumber dari pelaku pelanggaran dan pemerintah dari segi teknis dan
pengawasannya. Berikut adalah beberapa penyimpangan yang terdapat dalam kasus
berdasarkan analisa yang didasarkan pada regulasi terkait.
Apabila ditinjau dari jenis penggunaan lahan sesuai dengan regulasi yang ada,
permukiman yang ada di ruang milik jalan rel kereta api Kelurahan Kapasan telah
memperbesar resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas kereta api, tidak terdapatnya jarak
antara satu rumah dengan rumah dapat mengakibatkan terciptanya kawasan kumuh. Selain itu
juga dapat memperbesar resiko terjadinya bencana kebakaran.
Ruang milik jalan rel kereta api diperuntukkan bagi bangunan pendukung operasional
kereta api: Dalam regulasi secara jelas diterangkan bahwa kawasan sempadan rel kereta api
dilindungi dari penggunaan kawasan fungsional kota, seperti permukiman, perdagangan-jasa,
dan jenis penggunaan lainnya selain bangunan pendukung operasional kereta api. Kawasan
sempadan rel kereta api pengelolaannya juga diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau,
bukan untuk permukiman: Dalam regulasi telah dijelaskan bahwa kawasan sempadan rel
kereta api diarahkan untuk pengembangan Ruang Terbuka Hijau berupa jalur hijau
dengan tanaman penutup tanah dan perdu yang dapat berupa tanaman produktif.
Sebaiknya daerah sempadan rel kereta api yang mengalami alih fungsi lahan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya dan penduduk kawasan sempadan rel kereta api dapat
memeroleh tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan fungsi perumahan dan permukiman
yang sesungguhnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
.
Peraturan Perundang-undangan:
Dokumen penjelas UU no. 23 tahun 2007 tentang Perkertaapian pasal 42
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2010-2030
Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

15