MAKALAH KDK LENGKAP Hambatan Dan Dorongan Ma

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai hubungan sosiologi.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jakarta, November 2013

Penulis

1

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1.

Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2.

Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

1.3.

Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 6
2.1.

Pengertian Remaja ......................................................................................... 6


2.2.

Ciri-ciri Remaja ............................................................................................. 7

2.3.

Karakteristik Perkembangan Pada Masa Remaja .......................................... 9
a. Perkembangan psikososial ............................................................. 9
b. Perkembangan kognitif .................................................................. 10
c. Perkembangan moral ..................................................................... 10
d. Perkembangan spiritual ................................................................. 11

2.4.

Tugas Perkembangan Remaja ....................................................................... 12

2.5.

Kenakalan Remajan ...................................................................................... 12


2.6.

Penyebab Kenakalan Remaja ........................................................................ 13
a. Faktor eksternal ............................................................................. 13
b. Faktor internal ............................................................................... 14

2.7.

Peranan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja ........................................... 14

2.8.

Pergaulan Remaja .......................................................................................... 16

2.9.

Remaja dan Lingkungan Sosial ..................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 18
3.1.


Pengertian Remaja Saat Ini ........................................................................... 18

3.2.

Ciri Khas Masa Remaja Awal ....................................................................... 19

3.3.

Permasalahan Yang Timbul Pada Masa Remaja ........................................... 21

3.4.

Bentuk-bentuk Perilaku Penyimpangan Remaja ........................................... 24
 Remaja dan rokok .............................................................................. 24
 Penyimpangan seks ............................................................................ 25
 Penyebaran narkoba di kalangan remaja ........................................... 26
 Remaja dan handphone serta perangkat tehknologinya .................... 27
2


 Pergaulan bebas di kalangan remaja ................................................ 28
BAB IV PENUTUP .................................................................................................29
4.1.

Kesimpulan ....................................................................................... 29

4.2.

Saran ................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia makin berkembang pula intelektualitas dan kematangan
psikologis pada manusia. Namun sebelum mencapai kematangan itu ada beberapa tahap
yang paling menentukan jati diri adalah pada saat memasuki usia remaja. Para orang tua,

pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan
pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja
ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar
pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut?
Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anak-anak
dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang
berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa
masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik
hampir lengkap. Masa remaja adalah masa penuh dinamika, terutama pada fase remaja awal.
Hal ini disebabkan pada fase remaja awal berlangsung bersamaan dengan masa pubertas.
Perubahan tersebut mendorong timbulnya isu dan permasalahan dalam fase remaja awal ini.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami
orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai
atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan
lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan.
Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat,
nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman
sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya:
taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang
terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex,

narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat
dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi
baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Oleh sebab itu kelompok kami merasa tertarik dan tertantang untuk mengkaji judul
ini. Mengingat pada saat ini permasalahan remaja menjadi perbincangan hangat di
4

masyarakat yang meresahkan. dimulai dari kekerasan hingga pelecehan seksual yang
dilakukan oleh remaja SMP yang notabene usianya masih menginjak fase remaja awal.
Sehingga perlu adanya solusi untuk menghadapi dan menanggulangi permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian remaja?
b. Apa aspek perkembangan psikologi remaja?
c. Apa tugas perkembangan remaja?
d. Apa macam-macam kenakalan remaja ?
e. Apa penyebab kenakalan remaja?
f. Bagaimana pergaulan dikalangan remaja ?
g. Apa macam bentuk perilaku menyimpang dikalangan remaja ?


1.3 Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian remaja dan ciri cirinya
b. Mengetahui aspek perkembangan remaja
c. Mengetahui tugas perkembangan remaja
d. Mengetahui macam-macam kenakalan remaja
e. Mengetahui penyebab kenakalan remaja
f. Mengetahui kondisi pergaulan dikalangan remaja
g. Mengetahui bentuk perilaku menyimpang dikalangan remaja

5

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21
tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak

hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang
dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. Masa remaja awal 12-15 tahun
b. Masa remaja tengah 15-18 tahun
c. Masa remaja akhir 18-21 tahun


6

2.2 Ciri- Ciri Remaja
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah
duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahanperubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau
suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali
sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat
menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin
lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam
keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang
biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat
luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan
kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi
pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid,
1991:50).
Ciri-ciri remaja menurut Muhammad Al Mighwar (2006), antara lain :
 Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa

remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
 Masa remaja sebagai masa transisi. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi
dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
 Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut,
serta keinginan akan kebebasan.
 Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
 Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena
sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang
tua menjadi takut.

7

 Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan
dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana
yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
 Masa remaja sebagai masa menuju dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan
remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini
diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh
tanggung jawab.
Sedangkan Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentanganpertentangan dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini
dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis,
fisiologis, dan sosial.

8

2.3 Karakteristik perkembangan pada masa remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap
bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode
remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan
fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja
dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga
dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok
menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap
awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan
keluarga dan masyarakat.
1. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat.
Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka
merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika
remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah.
Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan
kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang
tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan
dari kelompok.
2.

Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka

kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah
dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses
perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan
periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia
merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian,
jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang

9

positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak
mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3.

Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama

masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan
terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari
teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya,
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
4.

Emosionalitas
Remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan

emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan
tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap
mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka
menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka
juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh
ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja;
memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti
hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari
sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara
kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan
mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja
10

dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban
berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang
tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa
yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan
peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja
bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja
lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya
seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja
mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi mereka takut ketika mereka mencoba
untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan
ambigulitas karena baik
orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan
menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan
hubungan akhir.
Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya,
mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar kehidupan,
bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa
remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja
perasaan kekuatan dan kekuasaan.

11

2.4 Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
1. Memperoleh peranan sosial
2. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
3. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
4. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
5. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
6. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
7. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas
utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis
ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang
unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang
pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan
menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

2.5 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi
masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
b. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.

12

c. Semua

perbuatan

yang

menunjukkan kebutuhan perlindungan

bagi

sosial.

Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati
masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri
terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat
diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi,
dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada
masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan
seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam
yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng,
penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The
Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a.

Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak
remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan,
perkosaan, dan pembunuhan.

b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah,
minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang
tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

2.6 Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a.Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut,
13

namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara
lain :
1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
2. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku
dan nilai-nilai anti-sosial.
3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun
di luar sekolah, dan lainnya).
4. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
5. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
6. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
7. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
8. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan
baru.
10. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau
melakukan kenakalan remaja.

2.7 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada
setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal
lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-

14

nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif
maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang
sangat penting bagi remaja.
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal
dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan
mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan
hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa
kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam
kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali
di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang
lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan
anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi
hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap
anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a) Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b) Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan
melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum
matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja
terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang
tidak bertanggung jawab dll
c) Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan
mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan
yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka
dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d) Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap
hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.

15

2.8 Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial
(zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari
kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan
mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna
melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke
pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari
jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap
bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu
apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias
disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh
untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.

2.9 Remaja dan Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah
lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social
dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak
bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat
menimbulkan konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi
perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka berada
disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja.
Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya. Remaja
lebih sering berada diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena itu dapat
dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh orang tua.

16

Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan
kelompok teman sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada anakanak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan
mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin
mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu
diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka
dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda.
Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok
persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja
interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin
menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok tema n sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan perilaku
dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok
pergaulan tertentu.

17

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Remaja Saat ini
Remaja

seringkali

mendapat

julukan

tertentu

dalam

kehidupannya,

pada

perkembangan zaman saat ini remaja seringkali disebut sebagai kelompok ababil,
karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilainilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh
orang

dewasa

terutama

orang

tuanya.

Dilihat

dari

demensi

usia

dan

perkembangannya, nampak bahwa kelompok ini tergolong pada kelompok “masa
peralihan” dalam pengertian remaja merupakan decade yang bersifat sementara yaitu
rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami
bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai
perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah
mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja
memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih
banyak dikutip orang. Hal ini hampir sama dengan apa yang di kemukakan oleh
Erickson bahwa masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan
bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001,
Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Perkembangan kepribadian identitas diri seseorang remaja merupakan hasil hubungan
dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya,
lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi yang dapat
memberikan kekuatan dan kekuatan fisik maupun kesehatan mental yang dapat
merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan perkembangan kepribadian.
18

Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan gangguan
dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai
kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan
baik.
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam
menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik
internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah
pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan yang sering
muncul pada kelompok remaja sebenernya merupakan kompensasi dari segala
kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Kenakalan remaja tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses
pada ruangan vakum tetapi selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam
konteks sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat organisme
fisiologis atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural.
Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja
serta isu-isu perkembangannya, pemahaman dan pemecahannya harus dilakukan
secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun demikian, pemecahan dan
pendekatannya psikologi terutama Psikologi Perkembangan merupakan salah satu
jalan yang paling strategis untuk memahami perkembangan remaja secara
komperhensif.

3.2 Ciri-Ciri khas masa remaja awal
Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi.
Granville Stanley Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang sangat peka; remaja
mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini
diistilahkannya sebagai “storm and stress.” Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalu
melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti
lesu, kegembiraan yang meledak bertukar sasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa
ragu diri yang berlebih. Termasuk dalam ciri ini adalah ketentuan cita-cita. Soal selanjutnya
pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih
dalam persahabatan dan “cinta” rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang, ketertarikan
kepada lain jenis suka ”loncat-loncatan” atau “cinta monyet.”
19

Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun).
Organ-organ seks yang telah matang meyebabkan remaja mendekati lawan seks dan
kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat
tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian mereka menonjolkan “sex appeal” bahaya. Dari
keadaan tersebut itulah kemudian sering masalah dengan orang tua atau orang dewasa
lainnya.
Hal kecerdasan atau kemampuan mental.
Kemampuan mental atau kemampuan berpikir remaja awal, mulai sempurna. Keadaan
ini terjadi dalam usia antara 12-16 tahun. Lebih jelas lagi apa yang di kemukakan oleh Alfred
binet, salah seorang pelopor mental test berbangsa perancis, bahwa pada usia 12 tahun
kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan kesempurnaan
mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya si
remaja awal suka menolak hal – hal yang tidak masuk akal. Penantangan pendapat sering
terjadi dengan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya jika mereka (remaja) mendapat
pemaksaan menerima pendapat tanpa alasan rasional. Tetap, dengan alasan yang masuk akal,
remaja juga cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa.
Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan
Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan, bahkan membingungkan. Perilaku yang
diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti – ganti. Ada keraguan
orang dewasa untuk memberik tanggung jawab kepada remaja dengan dalil “ mereka masih
anak – anak “. Tetapi pada lain kesempatan, siremaja awal sering mendapat teguran sebagai “
orang yang sudah besar ”, jika remaja awal bertingkah laku yang kekanak – kanakan,
akibatnya si remaja awal pun mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya.
Remaja awal memiliki banyak masalah yang dihadapinya.
Antara lain ciri – ciri tersebut di atas, menjadikan remaja awal sebagai individu yang
banyak masalah yang dihadapainya. Sebab – sebab lain adalah sifat emosional remaja awal.
Kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu
mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya.
Akhirnya masalah yang menonjol adalah pertentangan sosial. Penyebab lain banyaknya
masalah bagi remaja awal ini adalah berkurangnya bantuan dari orang tua atau orang dewasa
lain dalam memecahkan masalahnya; bukan karena orang dewasa mengabaikannya
melainkan remaja tersebut yang menolak. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap
dirinya lebih mampu serta menurut mereka, orang dewasa disekitarnya terlalu tua untuk dapat
mengerti dan memahami perasaan, emoasi, sikap, kemampuan pikir dan status mereka
20

Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan pada soal apakah ia
dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang dapat
menhadapai masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar menhadapi masalah – masalah
selanjutnya, sampai ia dewasa. Ketidakmampuan menghadapi masalahnya dalam masa ini
akan dijadikannya orang “dewasa” yang bergantung.

3.3 Permasalahan yang Timbul Pada Masa Remaja
o Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi itu dipengaruhi oleh tiga faktor
dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan
(environment) termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor
dominan utama itu senantiasa bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan atau
menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tersebut.
o Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
(remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang
biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering
membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine &
Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan
ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian
pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan
hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski
& Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres
emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri,
onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv ( Shaw, 2003; Stice &
Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai
pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy &
Herman, 1999; Thompson et al).
o Oleh karena garis lintasan perpindahan dari awal sampai akhir masa remaja itu
tidaklah selalu berjalan lurus dan mulus, tetapi mungkin sebaliknya berliku-liku yang
bergantung atas variasi salah satu atau beberapa dari ketiga faktor dominan tersebut.
21

Liku-liku perkembangan yang ekstrem merupakan masalah yang tidak mudah diatasi,
baik oleh individu yang bersangkutan maupun oleh masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa diantaranya ialah berikut ini :
Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan fisik dan
psikomotorik, misalnya :
a. Adanya variasi yang mencolok dalam tempo dan irama serta kepesatan laju
perkembangan fisik antarindividual atau kelompok (wanita lebih cepat sekitar
1-2 tahun dari pria) dapat menimbulkan kecanggungan-kecanggungan bergaul
satu sama lain.
b. Perkembangan ukuran-ukuran tinggi dan berat badan yang kurang
proporsional, juga dapat membawa ekses psikologis tertentu, umpamanya
munculnya nama-nama cemoohan (nickname) si congcorang, si gendut, dan
sebagainya. Yang lebih jauh lagi dapat membawa kea rah self-rejection
karena bodu-image-nya tidak sesuai dengan self-picture yang diharapkannya.
c. Perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejalagejala emosional tertentu seperti perasaan malu.
d. Matangnya organ reproduksi, membutuhkan pemuasan biologis, kalau tidak
terbimbing oleh norma-norma tertentu dapat mendorong remaja melakukan
masturbasi, homo-sexual, atau mencoba heterosexual yang mungkin berakibat
lebih jauh lagi berkembang penyakit kelamin, di samping merupakan
pelanggaran atas norma kesusilaan.
Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan bahasa dan
perilaku kognitif :
a. Bagi individu-individu tertentu, mempelajari bahasa asing bukanlah hal yang
menyenangkan. Kelemahan-kelemahan dalam fonetik misalnya, juga dapat
merupakan bahan semacam cemoohan, yang bukan mustahil berakibat sikap
negatif terhadap pelajaran dan guru bahasa asing yang bersangkutan, benci
pelajarannya dan juga terhadap gurunya.
b. Intelegensi juga merupakan kapasitas dasar belajar, bagi yang dianugerahi IQ
yang tinggi (superior) atau di bawah rata-rata (slow learners), kalau kurang
bimbingan yang memadai akan membawa ekses psikologis (underachieverprestasinya di bawah kapasitasnya karena malas atau nakal ; inferiority conflex

22

– rasa rendah diri karena tidak pernah mastery atau mencapai hasil yang
diharapkan dalam belajarnya).
c. Kadang-kadang terjadi ketidakselarasan, antara keinginan dan minat seseorang
dengan bakat khusus (aptitudes)-nya, sering membawa kesulitan juga dalam
memilih program/jurusan/jenis sekolah yang akan dimasukinya. Banyak
kegagalan studi mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat ini.
Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan
keagamaan :
a. Keterikatan hidup dalam gang (peers group) yang tidak terbimbing mudah
menimbulkan junevile delinquency (kenakalan remaja) yang berbentuk
perkelahian antar-kelompok, pencurian, perampokan, prostitusi, dan bentukbentuk perilaku antisocial lainnya.
b. Konflik dengan orang tua, yang mungkin berakibat tidak senang di rumah,
bahkan minggat (melarikan diri dari rumah).
c. Melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma
masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja, narkotika dan sebagainya.
Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku afektif, konatif dan
kepribadian.
a. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan dekstruktif
yang spontan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya
meskipun ia tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari tindakantindakannya itu. Mudah terlibat kegiatan-kegiatan masa remaja.
b. Ketidakmampuan

menegakkan

kata

hatinya

membawa

akibat

sukar

terintregasikan dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya, yang berlanjut akan
sukar pula menemukan identitas pribadinya. Ia akan hidup dalam suasana
adolencentimes (remaja yang berkepanjangan) meskipun usianya sudah
menginjak dewasa.
c. Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem
kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di
luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan
informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya,
agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses
23

pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai
faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan
nilai.
d. Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun
penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian
pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan berskplorasi.

3.4 Bentuk – Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja
Berdasarkan permasalahan remaja yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dispesifikasikan bentuk-bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja diantaranya
sebagai berikut :
Remaja dan Rokok
Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah
terjadi sejak dulu. Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat
tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok,
namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang
– orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan
dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitative)
(Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang
biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena
mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.

24

Penyimpangan Seks
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka
tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama. “Banyak teman maka banyak
pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan.
Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada
yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di
dalamnya penuh dengan dinamika.
Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri
remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan
mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja
yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus
media informasi baik elektronik maupun non
elektronik akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual individu remaja tersebut. Salah
satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait
dengan masa awal kematangan organ reproduksi
pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi
pada remaja diluar pernikahan.
Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami
kehamilan