Editing Karya Terjemahan 2010 by Bambang
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Teknik Editing Kar ya
Ter jemahan
Disiapkan sebagai materi Seminar Editologi
Apa yang akan Anda pelajari pada seminar ini:
Kompetensi Editor
Creative Editing
Mechanical Editing Karya Terjemahan
Development Editing Karya Terjemahan
Pengantar
Sadarilah bahwa Anda kini sedang berada dalam industri kreatif bernama penerbitan
buku. Anda tidak dapat lari dari kreativitas meskipun Anda tidak pernah bercita-cita
menjadi editor sebelumnya. Lalu, jelas Anda keliru jika hanya menyempitkan persoalan
editing pada hanya persoalan memperbaiki ejaan atau kalimat. Editing is believing—
editing adalah kepercayaan; penerbit berani memberi Anda kepercayaan penuh untuk
menangani naskah bagi stakeholders intinya yaitu PEMBACA.
Zaman pun luar biasa berpacu. Anda pasti tahu gambar apa di bawah ini.
http://sites.google.com/site/laziemblog/Home/upload/apple-ipad.jpg
Ya, itu adalah iPad, produk komputer tablet terbaru keluaran Apple yang telah
menarik perhatian dunia.
Page 1
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
The iPad is a tablet computer developed by Apple Inc. Announced on January 27, 2010, it
is considered to be in a category between the smartphone and the laptop computer.
Similar in functionality to the smaller, less powerful iPhone or iPod touch, it runs a
modified version of the same operating system (iPhone OS), with a user interface
redesigned to take advantage of the larger screen. The iPad has a 9.7-inch (25 cm) LED
backlit multi-touch display, 16 to 64 gigabytes (GB) of flash memory, Bluetooth, and a
30-pin dock connector to sync with iTunes and connect wired accessories. There are two
models: one with 802.11n Wi-Fi and one with 802.11n Wi-Fi and 3G (which can connect
to HSDPA cellular networks), and Assisted GPS. Both models may be purchased with three
different storage capacities.
Perangkat iPad adalah komputer tablet yang dikembangkan Apple Inc. Kali pertama
iPad diumumkan pada 27 Januari 2010—sebuah perangkat yang disebutkan masuk
dalam kategori antara smartphone dan laptop.
Fungsinya hampir sama layaknya perangkat lebih kecil dan lebih sedikit
kemampuan seperti iPhone dan iPod touch. Perangkat iPad dijalankan dengan versi
modifikasi dari sistem operasi yang sama (iPhone OS), dengan user interface didesain
ulang untuk memanfaatkan kelebihan dari layar yang lebih besar. Perangkat iPad
dilengkapi dengan layar 9,7-inci (25 cm) LED backlit multi-touch, 16-64 gigabyte (GB)
memori flash, bluetooth, dan konektor dock 30-pin untuk melakukan sinkronisasi
dengan iTunes serta menghubungkan kabel aksesoris. Ada dua model yang tersedia:
satu dengan 802.11n Wi-Fi dan satu dengan 802.11n Wi-Fi plus 3G (yang dapat
terhubung ke jaringan HSDPA selular), serta Assisted GPS. Kedua model bisa dibeli
dengan tiga kapasitas penyimpanan (memori) yang berbeda.
Apa yang patut pula Anda ketahui sebagai editor? Pada iPad konon ditanam
30.000 judul buku yang sudah menjadi public domain hasil kerja Proyek Guttenberg
sehingga pengguna iPad benar-benar dimanjakan dengan seabrek content. Inikah salah
satu revolusi e-book yang sebelumnya sudah ditunjukkan lewat perangkat bernama
Kindle buatan Amazon.com? Saya lebih senangnya menyebutkan akan terjadi revolusi
context (kemasan) seiring dengan tumbuhnya berbagai variasi content hasil kreavitas
maupun inovasi manusia.
Page 2
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
http://www.masternewmedia.org/images/sony-ebook-reader-vs-amazon-kindle-486.jpg
Bisnis kreativitas yang diwakili dengan produksi content tidak akan pernah mati.
Itulah bisnis yang dimainkan oleh para penerbit. Content senantiasa ter-update dan
selalu memerlukan sentuhan kreativitas dalam penyajiannya. Kreativitas penulis, lalu
dijaga betul oleh mitra yang disebut EDITOR. Editor berperan memberi dukungan
(supporting) kepada penulis—ia tidak lebih tahu soal content, tetapi ia memiliki
wawasan dan intuisi untuk mengembangkan content tersebut. Karena itu, ia pun mutlak
perlu menguasai editing sebagai ilmu dan keterampilan.
Saatnya Memasuki Dunia Creative Editing
Dalam bukunya Creative Editing karya Dorothy A. Bowles dan Diane L. Borden
menyebutkan bahwa editor akan menjadi garda terdepan pada abad 21 ini untuk
mengawal berbagai jenis terbitan, baik tercetak maupun online dan mereka menjadi
jantung sebuah penerbitan untuk tetap eksis. Di sinilah diperlukan peningkatan
kreativitas terus-menerus, terutama sikap terhadap perkembangan teknologi.
Creative Editing menjadi sebuah cara ataupun teknik melakukan editing secara
kreatif menggunakan berbagai fasilitas teknologi sesuai dengan karakteristik penerbit,
tren, maupun kebutuhan dan keinginan masyarakat pembaca.
Pada hari ini, para editor berhadapan dengan fiksi, nonfiksi, dan faksi dengan
perkembangan penyajian yang sungguh luar biasa pesat, baik karya lokal maupun
karya terjemahan. Para editor berhadapan dengan want (keinginan) pembaca untuk
karya-karya berbasis fiksi dan faksi. Lalu, para editor berhadapan dengan need
(kebutuhan) pembaca untuk karya-karya berbasis nonfiksi.
Page 3
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
FIKSI
FAKSI
NONFIKSI
NEED
WANT
Semua harus ditampilkan dengan cara-cara kreatif agar menarik bagi calon
pembaca atau pembaca sasaran. Saya akan bahas lebih jauh. Namun, sebelumnya,
saya tampilkan tugas, karakteristik, harapan, dan keterampilan yang diharapkan dari
seorang editor ataupun copyeditor. Kita perlu mengukur diri kita dibandingkan dengan
fenomena sebenarnya yang berlaku di dunia penerbitan secara global, baik penerbitan
buku maupun media massa.
Tugas Seorang Editor
Editing yang baik kini merupakan pertaruhan bagi sebuah penerbitan, baik buku maupun media
massa. Pertaruhan untuk menarik minat pembaca sasaran, menguatkan citra penerbitan,
sekaligus mendorong bisnis penerbitan itu sendiri. Berikut tugas-tugas tersebut.
1. Pengembangan Naskah: Naskah yang diterima dari penulis tak selalu sempurna.
Beberapa naskah memerlukan pengembangan (substantive editing) dan kadang-kadang
harus ditulis ulang (rewriting). Hal ini menjadi bagian dari tugas editor, namun ia tidak ikut
sebagai penulis—dalam banyak hal kerapkali editor tergoda untuk merombak seluruh
tulisan.
2. Koreksi eror tata bahasa, ejaan, dan gaya penerbitan, termasuk dalam bahan grafis:
Bagian ini menjadi tugas pokok seorang editor atau copyeditor. Ia perlu memahami
segala aspek tata bahasa, ejaan, dan gaya selingkung penerbitan. Ia juga harus
memberikan komitmen terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.
3. Koreksi eror dalam data dan fakta: Editor juga perlu menggunakan konsentrasi tinggi
untuk mengecek kebenaran data dan fakta, seperti angka-angka, tanggal, nama tokoh,
ataupun fakta sebuah peristiwa. Banyak penulis yang abai soal data/fakta ini atau mereka
menyajikan sesuatu yang sudah tidak up to date lagi.
4. Kontrol nilai isi: Isi naskah mungkin saja tidak sesuai dengan harapan redaksi atau ada
hal-hal yang justru menyulitkan pemahaman pembaca. Untuk itu, editor perlu mengecek
Page 4
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
dan mengontrol nilai isi dari segi kepentingan, kemenarikan, dan kebermanfaatannya
untuk publik pembaca.
5. Kontrol aspek berbahaya (pencemaran nama, penghinaan, pelecehan) dan masalahmasalah hukum: Hal ini juga perlu menjadi bahan perhatian. Ada perubahan perilaku
yang terjadi pada sebagian masyarakat ketika maraknya media online, seperti milist, blog,
atau situs pertemanan. Banyak orang semakin mudah mengumbar sumpah serapah,
menggunjingkan orang lain, bahkan menghina. Perilaku ini bisa saja terbawa dalam
penulisan naskah dan editor perlu jeli untuk menghindarkan tuntutan dari pihak lain.
6. Penjagaan reputasi penerbitan dan citra: Penampilan penulisan, kebenaran isi,
kemenarikan isi, kebermanfaatan isi, dan juga sejauh mana isi mengandung hal-hal yang
up to date akan membentuk citra sebuah penerbitan. Karena itu, editor berperan penjaga
penampilan isi ini dengan saksama.
7. Penulisan pendukung: Editor kadang-kadang harus siap menuliskan beberapa bahan
pendukung untuk media ataupun buku. Seperti dalam media, editor ada kalanya harus
mengisi kolom tertentu atau membantu menulis advertorial. Di penerbit buku, editor
terkadang diminta menulis prakata (preface) ataupun blurb di sampul belakang buku.
8. Pemilihan bahan grafis: Editor terkadang dilibatkan dalam pemilihan dan pemilahan foto
maupun bahan grafis, termasuk dimintai pendapat untuk soal manipulasi bahan grafis
(cropping, resizing, dan sebagainya)
9. Penulisan keterangan gambar/ilustrasi: Penulisan keterangan gambar (caption) yang
tepat akan memberi nilai tambah yang baik pada penampilan sebuah bahan grafis di
dalam teks. Editor bertugas menuliskan dan mencermati kecocokan antara caption dan
grafis yang ditampilkan.
10. Pemilahan bahan: Sekian bahan yang tersedia di dalam naskah ditambah dengan
referensi pendukung perlu dipilah-pilah kesesuaiannya dengan kebutuhan penerbit. Editor
menjadi penyeleksi utama setiap bahan tulisan yang diterima oleh penerbit.
11. Melek teknologi: Teknologi memang seperti berlari. Editor yang andal harus senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi, terutama teknologi digital yang berimbas pada
perkembangan pesat electronic publishing. Bayangkan dulu kita merasa nyaman
menggunakan software Pagemaker, namun kini Pagemaker menjadi kuno dan tergantikan
oleh In-Design.
Mental Editor
Dengan begitu banyak tugas maka seorang editor diharapkan memiliki mental dan
kepribadian berikut ini.
Page 5
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
1. Confidence
2. Questioning Nature
3. Objectivity
4. Diplomacy
5. Awareness
6. Ability to Write
7. Intelligence
8. Sense of Humor
Rangking Kemampuan Seorang Editor
Rank
Knowledge or Skill
1
Tatabahasa, ejaan, dan tanda baca
2
Akurasi dan pengecekan data/fakta
3
Pemilihan kata, keterbacaan, dan struktur kalimat
4
Pengetahuan umum
5
Struktur cerita, organisasi karangan, dan isi
6
Perhatian terhadap kode etik dan etiket
7
Pemikiran analitis dan kritis
8
Pengetahuan dasar kebahasaan dan gaya selingkung
9
Pemilahan dan penilaian naskah
10
Anatomi buku
11
Pemahaman terhadap angka-angka
12
On-screen mechanical editing
13
Perwajahan interior
14
Pictorial Editing
15
Standar prosedur editing dan produksi penerbitan
16
Internet
17
Editing bidang spesifik
18
Pembinaan dan peningkatan kerja sama dengan penulis
Page 6
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
19
Penguasaan software DTP
20
Tipografi
Aspek-aspek Penting Editing
Ada tujuh aspek editing yang sangat populer dipahami sebagai fokus editor dalam
melakukan editing naskah. Ketujuh aspek itu adalah
1. keterbacaan dan kejelasan
2. kebahasaan;
3. ketaatasasan;
4. kejelasan gaya bahasa;
5. ketelitian data dan fakta;
6. keamanan dalam hal legalitas dan kesopanan
7. ketepatan rincian produksi.
Poin nomor 7 memang jarang dilakukan para editor Indonesia. Poin nomor 1-6
dilakukan dalam berbagai konteks editing, seperti mechanical editing (copyediting),
substantive editing, dan pictorial editing.
Lalu, mari kita lihat juga lima kegiatan dasar dalam editing.
Pemakluman: membaca awal (first reading) kemudian memaklumkan kebenaran naskah
sehingga tetap sesuai dengan aslinya.
Perbaikan: memperbaiki naskah sesuai dengan gaya selingkung, pedoman EYD, ataupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar.
Pengubahan: mengubah naskah pada tingkat struktur kalimat, struktur paragraf, ataupun
struktur outline sehingga lebih mudah dipahami dan runtut.
Pengurangan: mengurangi bagian-bagian naskah yang dianggap tidak perlu ataupun
tidak relevan dengan naskah, termasuk juga dalam hal penyesuaian banyaknya halaman
buku.
Penambahan: menambah bagian-bagian naskah yang dianggap perlu ataupun sangat
relevan, termasuk juga dalam hal penyesuaian banyaknya halaman buku .
Page 7
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
V i s i E di t or M as a D ep a n
Copyediting
Acquiring
Development
Pada mulanya adalah naskah. Bagaimana editor mampu memperoleh naskah yang
bagus adalah seni tersendiri yang disebut seni akuisisi naskah. Berbagai cara akuisisi
dapat ditempuh. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana editor dapat
menemukan penulis-penulis bertalenta—kemudian dalam konteks penerjemahan juga
bagaimana editor dapat menemukan penerjemah yang pas.
Hal kedua adalah copyediting sendiri sebagai proses penyempurnaan naskah agar
memiliki keterbacaan dan kejelahan (kejernihan) yang tinggi (readability dan legibility).
Lalu, terakhir adalah penanganan context (kemasan) dalam development editing.
Kita akan membahas lebih spesifik soal development editing ini yang di dalamnya
terkait persoalan editing karya terjemahan.
Perhatikan rumus sukses editor masa depan dengan menguasai dan
memperjuangkan 4 C dalam proses editorial yaitu bermula dari IDE, lalu
mempertimbangkan content, context, creativity, dan community. Pada ujungnya kita
akan menyasar pasar bertumbuh bersama tren yaitu pasar-pasar komunitas. Kini
kehidupan manusia makin terspesialisasi dan ada kecenderungan manusia berkumpul,
bersatu, dan bergerak bersama kelompok-kelompok kecil maupun besar. Pembuktian
paling valid adalah bertumbuhnya komunitas jejaring sosial yang dimotori oleh
friendster, facebook, dan twitter.
Page 8
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
IDE
Content
Context
Creativity
Community
Tentang Naskah Terjemahan
Baiklah saya mulai masuk soal naskah terjemahan sebagai inti pembahasan kita pada
seminar ini. Dari dahulu penerjemahan sudah menjadi upaya yang dilakukan berbagai
negara, khususnya dalam industri penerbitan untuk mengalihkan berbagai ilmu
pengetahuan, informasi, serta hiburan ke dalam bahasa lokal. Lalu, dari semangat
idealisme pencerahan seperti yang dilakukan oleh Jepang akhirnya bertumbuh sebagai
bisnis yang menguntungkan. Dampak globalisasi membawa masyarakat suatu negara
pada percaturan dunia, termasuk dalam hal pemikiran, informasi, serta hiburan yang
semuanya tersurat di dalam buku.
Event-event perbukuan internasional yang besar seperti Frankfurt Book Fair
menjadi ajang transaksi copyright untuk upaya pengalihbahasaan—termasuk juga yang
satu dekade ini populer di Indonesia adalah penerjemahaan buku-buku berbahasa
Arab yang diburu ke Cairo Book Fair. Lebih hebat lagi, para penerbit juga memburu
karya-karya best seller dunia yang masuk list New York Times Best Seller dan Publisher
Weekly sehingga publik Indonesia dapat menikmati sajian karya terjemahan secepat
negara-negara maju lainnya. Hal ini sungguh berbeda dengan yang terjadi di Malaysia,
dalam hal penerjemahan, negara jiran kita ini masih sangat lambat.
Page 9
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Namun, kembali lagi bahwa penerjemahan adalah persoalan content (isi) dan
context (kemasan). Sebagus apa pun sebuah naskah sumber (naskah asli) jika
penerjemahannya kacau dan sekaligus pengemasannya memprihatinkan, naskah
tersebut tidak akan memiliki daya. Kita (editor) masih menemukan berbagai
permasalahan dalam soal penerjemahan karena banyaknya penerjemah yang tidak
profesional dalam bekerja dan sempitnya waktu kita sebagai editor untuk mendeteksi
keseluruhan naskah terjemahan ataupun melakukan penulisan ulang (rewriting).
Prinsip-prinsip Penerjemahan
Ada lima prinsip penerjemahan dari karya sumber ke karya terjemahan sebagai berikut:
Keterbacaan
Keakuratan
Penerjemahan
Kejelasan
Kewajaran
Lima prinsip ini dapat dijadikan sudut pandang untuk menilai sebuah karya
terjemahan yang berkualitas. Adapun penjelasannya yang saya perkaya dari materi
Mashadi Said berjudul ―Menilai Terjemahan‖ sebagai berikut. Keterbacaan berarti
tingkat kemudahan pembacaan teks karena sudah sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Kejelasan berarti tingkat kejernihan penyampaian
pesan dari teks bahasa sumber (TBsu) ke bahasa penerima (TBp) yang mudah dipahami
pembaca. Kewajaran berarti tingkat komunikasi pesan dalam bentuk yang lazim
Page 10
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
sehingga tidak menimbulkan ‗keanehan‘ atau ‗kejanggalan‘ bagi pembaca dalam
konteks lokal. Keakuratan adalah tingkat ketelitian dalam data maupun fakta yang
dialihbahasakan serta penjelasan yang mengandung kebenaran antara teks bahasa
sumber dan teks bahasa penerima.
Lima poin tersebut dapat dijadikan dasar deteksi dan editing karya terjemahan.
Tentu diperlukan persiapan bagi seorang editor naskah terjemahan, terutama hal-hal
berikut ini:
pengetahuan dan penguasaan editor terhadap teks bahasa sumber;
pengetahuan dan penguasaan editor terhadap topik naskah sumber;
penggunaan kamus, thesaurus, dan juga kamus idiom;
wawasan editor terhadap topik naskah sumber, terutama yang terkait dengan tren.
Adapun upaya editor melakukan editing karya terjemahan adalah dalam rangka
mengawal penyampaian pesan dari TBsu ke TBp hingga ‗aman dan nyaman‘ untuk
pembaca sasaran.
Proses editing: mewaspadai
pengubahan, penghilangan,
penambahan informasi.
TBsu
TBp
Pembaca
Tidak terjadi
Memahami makna
distorsi makna
yang sama dengan
TBsu
Page 11
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Menyunting Naskah Terjemahan
Dalam hal penyuntingan naskah terjemahan, editor kali pertama akan berhadapan
dengan naskah asli terpilih, baik dalam bentuk manuskrip (softcopy maupun hardcopy),
dummy, ataupun buku tercetak. Hal pertama tentu editor akan melakukan first reading
sembari tentunya mengecek anatomi buku, riwayat penulis, dan juga berbagai hal yang
ditengarai sebagai keunggulan buku. Editor kemudian dapat mengisi formulir hasil first
reading sebagai berikut.
Judul Buku
Penulis/Pengarang
Penerbit Asal
Tahun
Bahasa Sumber
Penjelasan
Best Seller Peraih Award Lainnya: _______________
Biodata Singkat Penulis/Pengarang:
Reputasi
Penulis:
Karya Lain:
Topik Buku
Kategori
Fiksi
Nonfiksi
Pembaca
Sasaran
Keunggulan
Kelemahan
Page 12
Creative Editing
Faksi
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Buku
Pembanding
Catatan Editor
Rekomendasi
Penerjemah
Setelah melakukan penilaian dan penelusuran awal, barulah kemudian editor
merekomendasikan penerjemah yang layak. Jika editor belum memiliki daftar
penerjemah, editor dapat mencari sekaligus melakukan seleksi terhadap penerjemah.
Biasanya seleksi dilakukan dengan memberikan contoh bab atau unit yang harus
diterjemahkan oleh penerjemah. Dari hasil contoh penerjemahan, editor dapat
mendeteksi apakah penerjemah memiliki kriteria sebagai berikut.
menguasai bahasa sumber yang menjadi objek penerjemahan;
memiliki wawasan terhadap topik naskah yang diterjemahkan (dapat dilihat dari
curriculum vitae ataupun portofolio penerjemah);
menguasai bahasa Indonesia dengan sangat baik, terutama dalam hal penggunaan tanda
baca, pilihan kata, kata baku, tata bentuk, dan tata kalimat;
memiliki kecepatan, komitmen terhadap deadline, serta konsisten dalam hal kualitas
terjemahan—banyak penerjemah mulai ‗kendor‘ pada bab-bab akhir;
melakukan penerjemahan sendiri, bukan dengan tim (jikalau bekerja secara tim, harus
dipastikan kemampuan yang setara di antara anggota tim tersebut;
mampu menerjemahkan secara bebas, mau menelisik lebih dalam soal akurasi, serta
memiliki rasa bahasa yang sesuai dengan konteks objek terjemahan serta pembaca
sasaran dengan melepaskan diri dari keterikatan bentuk bahasa sumber.
Contoh Hasil Terjemahan
Contoh terjemahan berikut ini saya ambil dari buku Jack Canfield, Mac Victor Hansen,
dan Bud Gardner berjudul Chicken Soup for the Writer’s Soul. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia dengan judul Para Penulis Berbagi Cerita:
Harga Sebuah Impian dan Kisah-kisah Nyata Lainnya. Dalam pandangan saya,
Gramedia telah melakukan pengembangan (development editing) yang radikal untuk
Page 13
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
buku ini mengganti susunan outline dan tidak memuat secara utuh content buku
aslinya.
Coba kita bandingkan satu subbab hasil terjemahan berikut ini.
TBsu:
I never wanted to be a writer. As a kid, all I ever dreamed of was living in a house with
central air and heat and a toilet that flushed. My mother told me I was going to college:
no ifs, ands and buts about it, and that I need not be concerned with ―having anybody‘s
babies until after I had a degree in my hand.‖ As a result, I was too scared to have sex
during high school (all my friends were), so I took to reading. Got my first job shelving
books at our local library and spent much of $1.25 per hour hiding in the 700 and 900
section on the floor.
TBp:
Aku tak pernah ingin menjadi penulis. Ketika masih kecil, yang kuimpikan hanyalah
tinggal dalam sebuah rumah yang mempunyai sistem udara dan pemanas sentral serta
toilet bergagang. Kata Ibu, aku akan kuliah: tidak ada perdebatan tentang hal itu, dan
Ibu bilang aku tidak perlu memikirkan ―mengandung bayi siapa pun sebelum meraih
gelar.‖ Akibatnya, aku terlalu takut berhubungan seks saat di sekolah menengah
(begitu juga semua temanku), jadi sebagai gantinya aku sering membaca. Aku
memperoleh pekerjaan pertamaku sebagai pengatur buku di perpustakaan setempat
dan menghabiskan sebagian besar waktu kerjaku yang dibayar $1,25 per jam dengan
bersembunyi di bagian 700 dan 900 di lantai perpustakaan itu.
Page 14
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Versi Google Translator:
Aku tidak pernah ingin menjadi penulis. Sebagai anak-anak, semua aku pernah
bermimpi tinggal di sebuah rumah dengan udara pusat dan panas dan toilet yang
memerah. Ibuku mengatakan bahwa aku akan kuliah: tidak ada jika, ands dan mencaricari alasan tentang hal itu, dan bahwa aku tidak perlu khawatir dengan "punya anak
siapa pun sampai setelah saya punya gelar di tanganku." Akibatnya, aku terlalu takut
melakukan hubungan seks selama sekolah tinggi (semua teman-temanku), jadi aku
mengambil untuk membaca. Mendapat pekerjaan pertama saya rak buku di
perpustakaan lokal kami dan menghabiskan sebagian besar $ 1,25 per jam
bersembunyi di bagian 700 dan 900 di lantai.
Versi Editing:
Aku tak pernah ingin menjadi penulis. Ketika masih kecil, yang kuimpikan hanyalah
tinggal dalam sebuah rumah dengan sistem udara dan pemanas sentral serta toilet
bergagang. Kata Ibu, aku akan kuliah: tidak perlu ada perdebatan tentang hal itu, dan
Ibu bilang aku tidak perlu memikirkan ―mengandung bayi siapa pun sebelum meraih
gelar‖. Akibatnya, aku benar-benar takut berhubungan seks saat di sekolah menengah
(begitu juga semua temanku). Jadi, sebagai gantinya aku sering membaca. Aku
memperoleh pekerjaan pertamaku sebagai penata buku di perpustakaan setempat dan
menghabiskan sebagian besar waktu kerjaku yang dibayar $1,25 per jam dengan
bersembunyi di bagian 700 dan 900 (bagian seni dan bahasa) di lantai perpustakaan
itu.
Page 15
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Deteksi hasil meskipun baru satu paragraf awal menunjukkan bahwa penerjemah
mampu keluar dari pakem bahasa yang kaku (letterleck) sehingga tidak terikat pada
bentuk bahasa sumber. Untuk naskah-naskah modern saat ini, penerjemahan lebih
lentur harus diamini oleh penerjemah sehingga tercipta sebuah rasa bahasa yang
memiliki makna sekaligus jelas. Selain itu, penting pula mengetahui latar belakang dari
objek terjemahan, baik bidang, istilah keilmuan, maupun tren dari topik yang sedang
dibahas, termasuk juga data dan fakta.
Apa pendapat Anda tentang hasil terjemahan berikut ini?
Setiap hari, jutaan barang koleksi, peralatan, komputer, furniture dan barang-barang
lain dibeli dan dijual di eBay. Hampir 1,3 juta penjual dan pedagang di seluruh dunia
menggunakan eBay sebagai sumber pendapatan primer dan sekunder mereka. Pada
2003, tawaran ginjal manusia dan keperawanan seorang mahasiswa Florida sampai ke
jutaan orang sebelum tawaran itu ditarik. Seperti halnya negara Irak—yang diletakkan
di Uzbekistan—jalan raya Suriah, dengan situs-situs sejarah, istana kepresidenan dan
―minyak, minyak, minyak‖—dibuka pada harga 99 sen dan mencapai $99 juta sebelum
eBay menghapus item tersebut. Pada 2004, permen batuk yang diisap oleh Arnold
Schwarzenegger ditawarkan untuk dijual tetapi ditarik oleh eBay dengan alasan bahwa
pemiliknya masih hidup.
Pada 2005, istri seorang disc jockey Inggris melelang mobil sport Lotus Esprit milik
suaminya dengan harga Buy It Now, yakni 50 pence, setelah ia mendengar suaminya
menggoda seorang model di siaran. Mobil itu laku dalam waktu lima menit dan diambil
pada hari yang sama. Pada tahun yang sama, sebuah Volkswagen Golf yang terdaftar
atas nama Kardinal Joseph Ratzinger (yang telah terpilih sebagai Paus Benedictus XVI)
dilelang di situs eBay Jerman dengan harga 188.938,88 euro. Pemenangnya adalah
GoldenPalace.com, sebuah online casino. Juga pada tahun 2005, Sinn Fein berusaha
melelang peralatan pengawasan yang dipasang oleh M15 di markasnya di Belfast.
Ketika eBay menghapusnya dari situs dengan mengatakan bahwa Sinn Fein telah
melanggar dua bagian perjanjian pemakaian eBay, Sinn Fein menuduh eBay telah
melakukan sensor. Barang termahal yang dijual eBay hingga hari ini ialah jet Gulfstream
senilai $4,9 juta.
(Sumber: Perusahaan yang Mengubah Dunia, karya Jonathan Mantle, ESENSI, 2009.
Page 16
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Lampiran
EYD dan Kelayakan
Naskah Ter jemahan*)
Makalah disampaikan oleh Bambang Trim – Praktisi Perbukuan Indonesia
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi acuan bagi para penerbit yang
menyadari pentingnya penerapan bahasa secara standar dalam karya atau produk
bernama buku. Karena itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan
naskah adalah naskah ditulis dengan bahasa Indonesia yang standar atau
mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-naskah nonfiksi. Namun, dalam
praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh penerbit
serta tidak semuanya naskah ditulis dengan penerapan EYD.
Ada dua kasus yang melatari penerapan EYD sebagai salah satu kriteria
kelayakan sebuah naskah. Kasus pertama yaitu terkadang tidak mampunya
Pedoman EYD menjawab beberapa persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik
dalam penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim.
Kasus kedua yaitu kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah,
terhadap EYD itu sendiri sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan
naskah masih sering terjadi, seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan
tanda baca yang keliru.
Dalam kasus pertama, buku Pedoman EYD ataupun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tidak bisa semata-mata dijadikan acuan untuk menilai kelayakan naskah,
pun termasuk dijadikan satu-satunya referensi untuk penyuntingan naskah.
Page 17
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Karena itu, para penulis ataupun penerbit perlu mencari solusi kebahasaan yang
lain dan menetapkan suatu keputusan yang ajek sebagai gaya penulisan.
Sebetulnya masalah untuk kasus pertama ini sudah lama dikaji dan
akhirnya muncullah gagasan membuat semacam buku pedoman gaya selingkung
(house style) penerbitan dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya gagasan ini akan
dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas. Akan tetapi, entah mengapa
sampai sekarang buku pedoman gaya selingkung ini tidak pernah selesai.
Di pihak lain, beberapa institusi penerbitan profesional (media massa dan
penerbit buku) menyusun sendiri buku pedoman gaya selingkung penerbit dan
menetapkan aturan-aturan tersendiri dalam hal kebahasaan. Penetapan gaya
selingkung yang paling mencolok dilakukan oleh para penerbit Islam yang
umumnya kurang bisa menerima pedoman kata baku yang dimuat di Kamus Besar
Bahasa Indonesia, misalnya kata salat, mesjid, salawat, dan kalbu diganti menjadi
shalat, masjid, shalawat, dan qolbu.
Untuk kasus kedua, mungkin sudah menjadi fenomena betapa seorang
penulis ataupun penerjemah merasa tidak berkepentingan mengetahui lebih jauh
tatatulis naskah berdasarkan EYD atau bahasa Indonesia yang baku. Pengetahuan
terbatas mereka soal bahasa Indonesia dipergunakan dalam bahasa tulis sehingga
menimbulkan banyak kekeliruan dalam hal penerapan standar bahasa maupun
kerancuan di dalam naskah. Hal ini semakin sering terjadi manakala kampanye
bahasa baku Indonesia agak kendur sejak lebih dari satu dekade lalu. Selain itu,
pelatihan menulis ataupun menerjemahkan dengan mendatangkan ahli bahasa
Indonesia juga sangat minim diselenggarakan.
Page 18
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
7 Aspek yang Disunting
Dalam konteks penyuntingan naskah, ada tujuh aspek yang disunting sebagai
indikator penilaian kelayakan naskah. Adapun ketujuh aspek tersebut sebagai
berikut:
1. keterbacaan (readability) dan kejelasan (legibility);
2. ketaatasasan atau konsistensi;
3. ketatabahasaaan;
4. kejelasan gaya bahasa;
5. ketelitian fakta dan data;
6. kesopanan dan kelegalan;
7. kehematan produksi (rincian biaya dan spesifikasi produk).
Dari ketujuh aspek tersebut terlihat bahwa masalah keterbacaan dan
kebahasaan naskah juga menjadi poin penting. Naskah yang mengandung banyak
kesalahan bahasa tentu memiliki tingkat keterbacaan serta kejelasan yang rendah
sehingga bisa merepotkan pembaca sasaran. Untuk itu, penyunting menggunakan
empati
dengan
menempatkan
diri
sebagai
pembaca
sasaran,
sekaligus
menggunakan pengetahuan kebahasaannya guna membantu penulis/ penerjemah
menampilkan naskah yang layak baca.
Hal itulah yang menjadi filosofi penyuntingan naskah bahwa penyunting
berfungsi menjembatani antara kepentingan penulis/penerjemah dan pembaca
sasaran. Dalam hal penerapan EYD, editor bertugas mematut ejaan yang terdapat
di dalam naskah. Apa yang dilakukan penyunting terhadap sebuah naskah? Ada
lima aktivitas yang dilakukan dalam penyuntingan naskah sebagai berikut.
Pengabaian yaitu tetap membiarkan bagian naskah apa adanya karena
sudah benar, akurat, atau memenuhi syarat layak dari penerbit.
Perbaikan/penyesuaian yaitu memperbaiki bagian naskah sesuai dengan
kaidah bahasa ataupun gaya selingkung.
Page 19
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Pengubahan yaitu mengubah kalimat, paragraf, atau struktur dalam
naskah sesuai dengan kejelasan dan standar yang ditetapkan penerbit
sehingga naskah memiliki keterbacaan tinggi.
Pengurangan yaitu menghilangkan bagian naskah tertentu dalam hal
bagian tersebut tidak diperlukan ataupun guna mengefisienkan halaman
atau mengepaskan halaman hingga berkelipatan 8.
Penambahan yaitu menambahi bagian naskah yang dianggap penting
untuk dimasukkan ataupun guna mengepaskan halaman hingga
berkelipatan 8.
Kesalahan dalam penerapan EYD kerap terdapat di dalam naskah, apalagi
naskah terjemahan. Kesalahan yang paling umum terdapat adalah
kesalahan penulisan kata baku: sekedar, hembus, silahkan, ketinggalan;
kesalahan pemilihan kata (diksi): kilah, bergeming, acuh;
kesalahan pemenggalan kata (utamanya juga diakibatkan sistem
otomatis pemenggalan dalam program komputer berbasis bahasa
Inggris);
kesalahan penggunaan tanda baca, terutama tanda tanya (?) dan tanda
koma (,);
kesalahan penggunaan huruf kapital;
kesalahan penulisan unsur serapan: frekwensi, hipotesa, aktifitas.
Kesalahan seperti ini meskipun tidak mengubah makna, jelas merepotkan dan
mengganggu kelancaran baca. Karena itu, apabila ada naskah yang kacau dalam
penerapan EYD, penerbit akan menyarankan untuk memperbaiki terlebih dahulu
dengan catatan ide naskah sangat baik. Khusus untuk naskah terjemahan, penerbit
akan lebih berhati-hati karena kekacauan penerapan EYD memungkinkan juga
adanya kesalahan tafsir dalam penerjemahan.
Page 20
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Kelayakan Naskah Terjemahan
Di luar aspek ide ataupun fenomena buku yang menjadi best seller dunia dan
ditulis oleh penulis/pengarang ternama, aspek kebahasaan naskah terjemahan
tentu menjadi faktor penting penilaian kelayakan terbit naskah. Terkadang naskah
yang sudah diterjemahkan dan hasilnya mengecewakan, penerbit akan mengulang
kembali proses penerjemahan dengan mengganti penerjemah. Di sisi lain,
penyunting penerbit yang menerima naskah terjemahan dengan kualitas rendah
akan ‘berjibaku’ melakukan penyuntingan berat atau dengan kata lain
menjermahkan ulang naskah.
Pengadaan naskah terjemahan umumnya adalah solicited atau naskah yang
memang diprogramkan penerjemahannya dan diurus pengalihan copyright-nya
oleh penerbit. Karena itu, naskah terpilih ini memang sudah dipertimbangkan dari
segi ide dan gaya penulisannya oleh penerbit. Akan tetapi, jika penerjemah tidak
berhasil menghasilkan hasil terjemahan naskah sesuai dengan kualitas naskah
aslinya, naskah pun tidak layak diterbitkan karena akan membahayakan imej
penerbit sekaligus mengecewakan pembaca.
Banyak kasus naskah terjemahan dari buku-buku berkualitas dunia akhirnya
menjadi turun kualitasnya karena persoalan bahasa yang buruk. Tentu menjadi
keprihatinan kita bersama manakala baik penerjemah maupun penerbit tidak
memiliki idealisme untuk menghasilkan naskah terjemahan yang baik dengan mau
berpayah-payah menerapkan bahasa Indonesia yang standar. Alhasil, citra
penerbit Indonesia juga menjadi buruk di mata penerbit asing karena kita
dianggap merusakkan karya bermutu mereka.
*) Makalah pernah disampaikan dalam acara Pelatihan Penerjemahan dan Penyuntingan, Program
Pascasarjana Bahasa Inggris, UPI, Bandung, 20 Mei 2006.
Page 21
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Tentang Pemateri
Nama Lengkap
Bambang Trimansyah
Nama Pena
Bambang Trim
Profesi
Penulis, Editor, Dosen,
Trainer
Tanggal Lahir
29 Juni 1972
Pendidikan
D3 Editing Unpad dan S1
Sastra Indonesia Unpad
Karya Buku
100+ berbagai bidang (buku pelajaran, buku anak,
buku parenting, buku motivasi, buku spiritual, dan
buku referensi, buku penunjang edukasi)
Karya Editing Best Seller
Aa Gym Apa Adanya, The True Power of Water, Jagalah
Hati, Jangan ke Dokter Lagi, dsb.
Website
www.bambang-trim.com
http://manistebu.wordpress.com
www.dixigraf.com
Email
bambangtrim@yahoo.com
HP
08121466193
Pengalaman Perbukuan
Frankfurt Book Fair, Kuala Lumpur Book Fair, Cairo
Internasional
Book Fair, Manila Book Fair, IKAPI-REX Editor Forum
ABPA Philippine, Seminar Persatuan Editor Malaysia.
Page 22
Creative Editing
Teknik Editing Kar ya
Ter jemahan
Disiapkan sebagai materi Seminar Editologi
Apa yang akan Anda pelajari pada seminar ini:
Kompetensi Editor
Creative Editing
Mechanical Editing Karya Terjemahan
Development Editing Karya Terjemahan
Pengantar
Sadarilah bahwa Anda kini sedang berada dalam industri kreatif bernama penerbitan
buku. Anda tidak dapat lari dari kreativitas meskipun Anda tidak pernah bercita-cita
menjadi editor sebelumnya. Lalu, jelas Anda keliru jika hanya menyempitkan persoalan
editing pada hanya persoalan memperbaiki ejaan atau kalimat. Editing is believing—
editing adalah kepercayaan; penerbit berani memberi Anda kepercayaan penuh untuk
menangani naskah bagi stakeholders intinya yaitu PEMBACA.
Zaman pun luar biasa berpacu. Anda pasti tahu gambar apa di bawah ini.
http://sites.google.com/site/laziemblog/Home/upload/apple-ipad.jpg
Ya, itu adalah iPad, produk komputer tablet terbaru keluaran Apple yang telah
menarik perhatian dunia.
Page 1
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
The iPad is a tablet computer developed by Apple Inc. Announced on January 27, 2010, it
is considered to be in a category between the smartphone and the laptop computer.
Similar in functionality to the smaller, less powerful iPhone or iPod touch, it runs a
modified version of the same operating system (iPhone OS), with a user interface
redesigned to take advantage of the larger screen. The iPad has a 9.7-inch (25 cm) LED
backlit multi-touch display, 16 to 64 gigabytes (GB) of flash memory, Bluetooth, and a
30-pin dock connector to sync with iTunes and connect wired accessories. There are two
models: one with 802.11n Wi-Fi and one with 802.11n Wi-Fi and 3G (which can connect
to HSDPA cellular networks), and Assisted GPS. Both models may be purchased with three
different storage capacities.
Perangkat iPad adalah komputer tablet yang dikembangkan Apple Inc. Kali pertama
iPad diumumkan pada 27 Januari 2010—sebuah perangkat yang disebutkan masuk
dalam kategori antara smartphone dan laptop.
Fungsinya hampir sama layaknya perangkat lebih kecil dan lebih sedikit
kemampuan seperti iPhone dan iPod touch. Perangkat iPad dijalankan dengan versi
modifikasi dari sistem operasi yang sama (iPhone OS), dengan user interface didesain
ulang untuk memanfaatkan kelebihan dari layar yang lebih besar. Perangkat iPad
dilengkapi dengan layar 9,7-inci (25 cm) LED backlit multi-touch, 16-64 gigabyte (GB)
memori flash, bluetooth, dan konektor dock 30-pin untuk melakukan sinkronisasi
dengan iTunes serta menghubungkan kabel aksesoris. Ada dua model yang tersedia:
satu dengan 802.11n Wi-Fi dan satu dengan 802.11n Wi-Fi plus 3G (yang dapat
terhubung ke jaringan HSDPA selular), serta Assisted GPS. Kedua model bisa dibeli
dengan tiga kapasitas penyimpanan (memori) yang berbeda.
Apa yang patut pula Anda ketahui sebagai editor? Pada iPad konon ditanam
30.000 judul buku yang sudah menjadi public domain hasil kerja Proyek Guttenberg
sehingga pengguna iPad benar-benar dimanjakan dengan seabrek content. Inikah salah
satu revolusi e-book yang sebelumnya sudah ditunjukkan lewat perangkat bernama
Kindle buatan Amazon.com? Saya lebih senangnya menyebutkan akan terjadi revolusi
context (kemasan) seiring dengan tumbuhnya berbagai variasi content hasil kreavitas
maupun inovasi manusia.
Page 2
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
http://www.masternewmedia.org/images/sony-ebook-reader-vs-amazon-kindle-486.jpg
Bisnis kreativitas yang diwakili dengan produksi content tidak akan pernah mati.
Itulah bisnis yang dimainkan oleh para penerbit. Content senantiasa ter-update dan
selalu memerlukan sentuhan kreativitas dalam penyajiannya. Kreativitas penulis, lalu
dijaga betul oleh mitra yang disebut EDITOR. Editor berperan memberi dukungan
(supporting) kepada penulis—ia tidak lebih tahu soal content, tetapi ia memiliki
wawasan dan intuisi untuk mengembangkan content tersebut. Karena itu, ia pun mutlak
perlu menguasai editing sebagai ilmu dan keterampilan.
Saatnya Memasuki Dunia Creative Editing
Dalam bukunya Creative Editing karya Dorothy A. Bowles dan Diane L. Borden
menyebutkan bahwa editor akan menjadi garda terdepan pada abad 21 ini untuk
mengawal berbagai jenis terbitan, baik tercetak maupun online dan mereka menjadi
jantung sebuah penerbitan untuk tetap eksis. Di sinilah diperlukan peningkatan
kreativitas terus-menerus, terutama sikap terhadap perkembangan teknologi.
Creative Editing menjadi sebuah cara ataupun teknik melakukan editing secara
kreatif menggunakan berbagai fasilitas teknologi sesuai dengan karakteristik penerbit,
tren, maupun kebutuhan dan keinginan masyarakat pembaca.
Pada hari ini, para editor berhadapan dengan fiksi, nonfiksi, dan faksi dengan
perkembangan penyajian yang sungguh luar biasa pesat, baik karya lokal maupun
karya terjemahan. Para editor berhadapan dengan want (keinginan) pembaca untuk
karya-karya berbasis fiksi dan faksi. Lalu, para editor berhadapan dengan need
(kebutuhan) pembaca untuk karya-karya berbasis nonfiksi.
Page 3
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
FIKSI
FAKSI
NONFIKSI
NEED
WANT
Semua harus ditampilkan dengan cara-cara kreatif agar menarik bagi calon
pembaca atau pembaca sasaran. Saya akan bahas lebih jauh. Namun, sebelumnya,
saya tampilkan tugas, karakteristik, harapan, dan keterampilan yang diharapkan dari
seorang editor ataupun copyeditor. Kita perlu mengukur diri kita dibandingkan dengan
fenomena sebenarnya yang berlaku di dunia penerbitan secara global, baik penerbitan
buku maupun media massa.
Tugas Seorang Editor
Editing yang baik kini merupakan pertaruhan bagi sebuah penerbitan, baik buku maupun media
massa. Pertaruhan untuk menarik minat pembaca sasaran, menguatkan citra penerbitan,
sekaligus mendorong bisnis penerbitan itu sendiri. Berikut tugas-tugas tersebut.
1. Pengembangan Naskah: Naskah yang diterima dari penulis tak selalu sempurna.
Beberapa naskah memerlukan pengembangan (substantive editing) dan kadang-kadang
harus ditulis ulang (rewriting). Hal ini menjadi bagian dari tugas editor, namun ia tidak ikut
sebagai penulis—dalam banyak hal kerapkali editor tergoda untuk merombak seluruh
tulisan.
2. Koreksi eror tata bahasa, ejaan, dan gaya penerbitan, termasuk dalam bahan grafis:
Bagian ini menjadi tugas pokok seorang editor atau copyeditor. Ia perlu memahami
segala aspek tata bahasa, ejaan, dan gaya selingkung penerbitan. Ia juga harus
memberikan komitmen terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar.
3. Koreksi eror dalam data dan fakta: Editor juga perlu menggunakan konsentrasi tinggi
untuk mengecek kebenaran data dan fakta, seperti angka-angka, tanggal, nama tokoh,
ataupun fakta sebuah peristiwa. Banyak penulis yang abai soal data/fakta ini atau mereka
menyajikan sesuatu yang sudah tidak up to date lagi.
4. Kontrol nilai isi: Isi naskah mungkin saja tidak sesuai dengan harapan redaksi atau ada
hal-hal yang justru menyulitkan pemahaman pembaca. Untuk itu, editor perlu mengecek
Page 4
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
dan mengontrol nilai isi dari segi kepentingan, kemenarikan, dan kebermanfaatannya
untuk publik pembaca.
5. Kontrol aspek berbahaya (pencemaran nama, penghinaan, pelecehan) dan masalahmasalah hukum: Hal ini juga perlu menjadi bahan perhatian. Ada perubahan perilaku
yang terjadi pada sebagian masyarakat ketika maraknya media online, seperti milist, blog,
atau situs pertemanan. Banyak orang semakin mudah mengumbar sumpah serapah,
menggunjingkan orang lain, bahkan menghina. Perilaku ini bisa saja terbawa dalam
penulisan naskah dan editor perlu jeli untuk menghindarkan tuntutan dari pihak lain.
6. Penjagaan reputasi penerbitan dan citra: Penampilan penulisan, kebenaran isi,
kemenarikan isi, kebermanfaatan isi, dan juga sejauh mana isi mengandung hal-hal yang
up to date akan membentuk citra sebuah penerbitan. Karena itu, editor berperan penjaga
penampilan isi ini dengan saksama.
7. Penulisan pendukung: Editor kadang-kadang harus siap menuliskan beberapa bahan
pendukung untuk media ataupun buku. Seperti dalam media, editor ada kalanya harus
mengisi kolom tertentu atau membantu menulis advertorial. Di penerbit buku, editor
terkadang diminta menulis prakata (preface) ataupun blurb di sampul belakang buku.
8. Pemilihan bahan grafis: Editor terkadang dilibatkan dalam pemilihan dan pemilahan foto
maupun bahan grafis, termasuk dimintai pendapat untuk soal manipulasi bahan grafis
(cropping, resizing, dan sebagainya)
9. Penulisan keterangan gambar/ilustrasi: Penulisan keterangan gambar (caption) yang
tepat akan memberi nilai tambah yang baik pada penampilan sebuah bahan grafis di
dalam teks. Editor bertugas menuliskan dan mencermati kecocokan antara caption dan
grafis yang ditampilkan.
10. Pemilahan bahan: Sekian bahan yang tersedia di dalam naskah ditambah dengan
referensi pendukung perlu dipilah-pilah kesesuaiannya dengan kebutuhan penerbit. Editor
menjadi penyeleksi utama setiap bahan tulisan yang diterima oleh penerbit.
11. Melek teknologi: Teknologi memang seperti berlari. Editor yang andal harus senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi, terutama teknologi digital yang berimbas pada
perkembangan pesat electronic publishing. Bayangkan dulu kita merasa nyaman
menggunakan software Pagemaker, namun kini Pagemaker menjadi kuno dan tergantikan
oleh In-Design.
Mental Editor
Dengan begitu banyak tugas maka seorang editor diharapkan memiliki mental dan
kepribadian berikut ini.
Page 5
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
1. Confidence
2. Questioning Nature
3. Objectivity
4. Diplomacy
5. Awareness
6. Ability to Write
7. Intelligence
8. Sense of Humor
Rangking Kemampuan Seorang Editor
Rank
Knowledge or Skill
1
Tatabahasa, ejaan, dan tanda baca
2
Akurasi dan pengecekan data/fakta
3
Pemilihan kata, keterbacaan, dan struktur kalimat
4
Pengetahuan umum
5
Struktur cerita, organisasi karangan, dan isi
6
Perhatian terhadap kode etik dan etiket
7
Pemikiran analitis dan kritis
8
Pengetahuan dasar kebahasaan dan gaya selingkung
9
Pemilahan dan penilaian naskah
10
Anatomi buku
11
Pemahaman terhadap angka-angka
12
On-screen mechanical editing
13
Perwajahan interior
14
Pictorial Editing
15
Standar prosedur editing dan produksi penerbitan
16
Internet
17
Editing bidang spesifik
18
Pembinaan dan peningkatan kerja sama dengan penulis
Page 6
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
19
Penguasaan software DTP
20
Tipografi
Aspek-aspek Penting Editing
Ada tujuh aspek editing yang sangat populer dipahami sebagai fokus editor dalam
melakukan editing naskah. Ketujuh aspek itu adalah
1. keterbacaan dan kejelasan
2. kebahasaan;
3. ketaatasasan;
4. kejelasan gaya bahasa;
5. ketelitian data dan fakta;
6. keamanan dalam hal legalitas dan kesopanan
7. ketepatan rincian produksi.
Poin nomor 7 memang jarang dilakukan para editor Indonesia. Poin nomor 1-6
dilakukan dalam berbagai konteks editing, seperti mechanical editing (copyediting),
substantive editing, dan pictorial editing.
Lalu, mari kita lihat juga lima kegiatan dasar dalam editing.
Pemakluman: membaca awal (first reading) kemudian memaklumkan kebenaran naskah
sehingga tetap sesuai dengan aslinya.
Perbaikan: memperbaiki naskah sesuai dengan gaya selingkung, pedoman EYD, ataupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar.
Pengubahan: mengubah naskah pada tingkat struktur kalimat, struktur paragraf, ataupun
struktur outline sehingga lebih mudah dipahami dan runtut.
Pengurangan: mengurangi bagian-bagian naskah yang dianggap tidak perlu ataupun
tidak relevan dengan naskah, termasuk juga dalam hal penyesuaian banyaknya halaman
buku.
Penambahan: menambah bagian-bagian naskah yang dianggap perlu ataupun sangat
relevan, termasuk juga dalam hal penyesuaian banyaknya halaman buku .
Page 7
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
V i s i E di t or M as a D ep a n
Copyediting
Acquiring
Development
Pada mulanya adalah naskah. Bagaimana editor mampu memperoleh naskah yang
bagus adalah seni tersendiri yang disebut seni akuisisi naskah. Berbagai cara akuisisi
dapat ditempuh. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana editor dapat
menemukan penulis-penulis bertalenta—kemudian dalam konteks penerjemahan juga
bagaimana editor dapat menemukan penerjemah yang pas.
Hal kedua adalah copyediting sendiri sebagai proses penyempurnaan naskah agar
memiliki keterbacaan dan kejelahan (kejernihan) yang tinggi (readability dan legibility).
Lalu, terakhir adalah penanganan context (kemasan) dalam development editing.
Kita akan membahas lebih spesifik soal development editing ini yang di dalamnya
terkait persoalan editing karya terjemahan.
Perhatikan rumus sukses editor masa depan dengan menguasai dan
memperjuangkan 4 C dalam proses editorial yaitu bermula dari IDE, lalu
mempertimbangkan content, context, creativity, dan community. Pada ujungnya kita
akan menyasar pasar bertumbuh bersama tren yaitu pasar-pasar komunitas. Kini
kehidupan manusia makin terspesialisasi dan ada kecenderungan manusia berkumpul,
bersatu, dan bergerak bersama kelompok-kelompok kecil maupun besar. Pembuktian
paling valid adalah bertumbuhnya komunitas jejaring sosial yang dimotori oleh
friendster, facebook, dan twitter.
Page 8
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
IDE
Content
Context
Creativity
Community
Tentang Naskah Terjemahan
Baiklah saya mulai masuk soal naskah terjemahan sebagai inti pembahasan kita pada
seminar ini. Dari dahulu penerjemahan sudah menjadi upaya yang dilakukan berbagai
negara, khususnya dalam industri penerbitan untuk mengalihkan berbagai ilmu
pengetahuan, informasi, serta hiburan ke dalam bahasa lokal. Lalu, dari semangat
idealisme pencerahan seperti yang dilakukan oleh Jepang akhirnya bertumbuh sebagai
bisnis yang menguntungkan. Dampak globalisasi membawa masyarakat suatu negara
pada percaturan dunia, termasuk dalam hal pemikiran, informasi, serta hiburan yang
semuanya tersurat di dalam buku.
Event-event perbukuan internasional yang besar seperti Frankfurt Book Fair
menjadi ajang transaksi copyright untuk upaya pengalihbahasaan—termasuk juga yang
satu dekade ini populer di Indonesia adalah penerjemahaan buku-buku berbahasa
Arab yang diburu ke Cairo Book Fair. Lebih hebat lagi, para penerbit juga memburu
karya-karya best seller dunia yang masuk list New York Times Best Seller dan Publisher
Weekly sehingga publik Indonesia dapat menikmati sajian karya terjemahan secepat
negara-negara maju lainnya. Hal ini sungguh berbeda dengan yang terjadi di Malaysia,
dalam hal penerjemahan, negara jiran kita ini masih sangat lambat.
Page 9
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Namun, kembali lagi bahwa penerjemahan adalah persoalan content (isi) dan
context (kemasan). Sebagus apa pun sebuah naskah sumber (naskah asli) jika
penerjemahannya kacau dan sekaligus pengemasannya memprihatinkan, naskah
tersebut tidak akan memiliki daya. Kita (editor) masih menemukan berbagai
permasalahan dalam soal penerjemahan karena banyaknya penerjemah yang tidak
profesional dalam bekerja dan sempitnya waktu kita sebagai editor untuk mendeteksi
keseluruhan naskah terjemahan ataupun melakukan penulisan ulang (rewriting).
Prinsip-prinsip Penerjemahan
Ada lima prinsip penerjemahan dari karya sumber ke karya terjemahan sebagai berikut:
Keterbacaan
Keakuratan
Penerjemahan
Kejelasan
Kewajaran
Lima prinsip ini dapat dijadikan sudut pandang untuk menilai sebuah karya
terjemahan yang berkualitas. Adapun penjelasannya yang saya perkaya dari materi
Mashadi Said berjudul ―Menilai Terjemahan‖ sebagai berikut. Keterbacaan berarti
tingkat kemudahan pembacaan teks karena sudah sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Kejelasan berarti tingkat kejernihan penyampaian
pesan dari teks bahasa sumber (TBsu) ke bahasa penerima (TBp) yang mudah dipahami
pembaca. Kewajaran berarti tingkat komunikasi pesan dalam bentuk yang lazim
Page 10
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
sehingga tidak menimbulkan ‗keanehan‘ atau ‗kejanggalan‘ bagi pembaca dalam
konteks lokal. Keakuratan adalah tingkat ketelitian dalam data maupun fakta yang
dialihbahasakan serta penjelasan yang mengandung kebenaran antara teks bahasa
sumber dan teks bahasa penerima.
Lima poin tersebut dapat dijadikan dasar deteksi dan editing karya terjemahan.
Tentu diperlukan persiapan bagi seorang editor naskah terjemahan, terutama hal-hal
berikut ini:
pengetahuan dan penguasaan editor terhadap teks bahasa sumber;
pengetahuan dan penguasaan editor terhadap topik naskah sumber;
penggunaan kamus, thesaurus, dan juga kamus idiom;
wawasan editor terhadap topik naskah sumber, terutama yang terkait dengan tren.
Adapun upaya editor melakukan editing karya terjemahan adalah dalam rangka
mengawal penyampaian pesan dari TBsu ke TBp hingga ‗aman dan nyaman‘ untuk
pembaca sasaran.
Proses editing: mewaspadai
pengubahan, penghilangan,
penambahan informasi.
TBsu
TBp
Pembaca
Tidak terjadi
Memahami makna
distorsi makna
yang sama dengan
TBsu
Page 11
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Menyunting Naskah Terjemahan
Dalam hal penyuntingan naskah terjemahan, editor kali pertama akan berhadapan
dengan naskah asli terpilih, baik dalam bentuk manuskrip (softcopy maupun hardcopy),
dummy, ataupun buku tercetak. Hal pertama tentu editor akan melakukan first reading
sembari tentunya mengecek anatomi buku, riwayat penulis, dan juga berbagai hal yang
ditengarai sebagai keunggulan buku. Editor kemudian dapat mengisi formulir hasil first
reading sebagai berikut.
Judul Buku
Penulis/Pengarang
Penerbit Asal
Tahun
Bahasa Sumber
Penjelasan
Best Seller Peraih Award Lainnya: _______________
Biodata Singkat Penulis/Pengarang:
Reputasi
Penulis:
Karya Lain:
Topik Buku
Kategori
Fiksi
Nonfiksi
Pembaca
Sasaran
Keunggulan
Kelemahan
Page 12
Creative Editing
Faksi
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Buku
Pembanding
Catatan Editor
Rekomendasi
Penerjemah
Setelah melakukan penilaian dan penelusuran awal, barulah kemudian editor
merekomendasikan penerjemah yang layak. Jika editor belum memiliki daftar
penerjemah, editor dapat mencari sekaligus melakukan seleksi terhadap penerjemah.
Biasanya seleksi dilakukan dengan memberikan contoh bab atau unit yang harus
diterjemahkan oleh penerjemah. Dari hasil contoh penerjemahan, editor dapat
mendeteksi apakah penerjemah memiliki kriteria sebagai berikut.
menguasai bahasa sumber yang menjadi objek penerjemahan;
memiliki wawasan terhadap topik naskah yang diterjemahkan (dapat dilihat dari
curriculum vitae ataupun portofolio penerjemah);
menguasai bahasa Indonesia dengan sangat baik, terutama dalam hal penggunaan tanda
baca, pilihan kata, kata baku, tata bentuk, dan tata kalimat;
memiliki kecepatan, komitmen terhadap deadline, serta konsisten dalam hal kualitas
terjemahan—banyak penerjemah mulai ‗kendor‘ pada bab-bab akhir;
melakukan penerjemahan sendiri, bukan dengan tim (jikalau bekerja secara tim, harus
dipastikan kemampuan yang setara di antara anggota tim tersebut;
mampu menerjemahkan secara bebas, mau menelisik lebih dalam soal akurasi, serta
memiliki rasa bahasa yang sesuai dengan konteks objek terjemahan serta pembaca
sasaran dengan melepaskan diri dari keterikatan bentuk bahasa sumber.
Contoh Hasil Terjemahan
Contoh terjemahan berikut ini saya ambil dari buku Jack Canfield, Mac Victor Hansen,
dan Bud Gardner berjudul Chicken Soup for the Writer’s Soul. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia dengan judul Para Penulis Berbagi Cerita:
Harga Sebuah Impian dan Kisah-kisah Nyata Lainnya. Dalam pandangan saya,
Gramedia telah melakukan pengembangan (development editing) yang radikal untuk
Page 13
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
buku ini mengganti susunan outline dan tidak memuat secara utuh content buku
aslinya.
Coba kita bandingkan satu subbab hasil terjemahan berikut ini.
TBsu:
I never wanted to be a writer. As a kid, all I ever dreamed of was living in a house with
central air and heat and a toilet that flushed. My mother told me I was going to college:
no ifs, ands and buts about it, and that I need not be concerned with ―having anybody‘s
babies until after I had a degree in my hand.‖ As a result, I was too scared to have sex
during high school (all my friends were), so I took to reading. Got my first job shelving
books at our local library and spent much of $1.25 per hour hiding in the 700 and 900
section on the floor.
TBp:
Aku tak pernah ingin menjadi penulis. Ketika masih kecil, yang kuimpikan hanyalah
tinggal dalam sebuah rumah yang mempunyai sistem udara dan pemanas sentral serta
toilet bergagang. Kata Ibu, aku akan kuliah: tidak ada perdebatan tentang hal itu, dan
Ibu bilang aku tidak perlu memikirkan ―mengandung bayi siapa pun sebelum meraih
gelar.‖ Akibatnya, aku terlalu takut berhubungan seks saat di sekolah menengah
(begitu juga semua temanku), jadi sebagai gantinya aku sering membaca. Aku
memperoleh pekerjaan pertamaku sebagai pengatur buku di perpustakaan setempat
dan menghabiskan sebagian besar waktu kerjaku yang dibayar $1,25 per jam dengan
bersembunyi di bagian 700 dan 900 di lantai perpustakaan itu.
Page 14
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Versi Google Translator:
Aku tidak pernah ingin menjadi penulis. Sebagai anak-anak, semua aku pernah
bermimpi tinggal di sebuah rumah dengan udara pusat dan panas dan toilet yang
memerah. Ibuku mengatakan bahwa aku akan kuliah: tidak ada jika, ands dan mencaricari alasan tentang hal itu, dan bahwa aku tidak perlu khawatir dengan "punya anak
siapa pun sampai setelah saya punya gelar di tanganku." Akibatnya, aku terlalu takut
melakukan hubungan seks selama sekolah tinggi (semua teman-temanku), jadi aku
mengambil untuk membaca. Mendapat pekerjaan pertama saya rak buku di
perpustakaan lokal kami dan menghabiskan sebagian besar $ 1,25 per jam
bersembunyi di bagian 700 dan 900 di lantai.
Versi Editing:
Aku tak pernah ingin menjadi penulis. Ketika masih kecil, yang kuimpikan hanyalah
tinggal dalam sebuah rumah dengan sistem udara dan pemanas sentral serta toilet
bergagang. Kata Ibu, aku akan kuliah: tidak perlu ada perdebatan tentang hal itu, dan
Ibu bilang aku tidak perlu memikirkan ―mengandung bayi siapa pun sebelum meraih
gelar‖. Akibatnya, aku benar-benar takut berhubungan seks saat di sekolah menengah
(begitu juga semua temanku). Jadi, sebagai gantinya aku sering membaca. Aku
memperoleh pekerjaan pertamaku sebagai penata buku di perpustakaan setempat dan
menghabiskan sebagian besar waktu kerjaku yang dibayar $1,25 per jam dengan
bersembunyi di bagian 700 dan 900 (bagian seni dan bahasa) di lantai perpustakaan
itu.
Page 15
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Deteksi hasil meskipun baru satu paragraf awal menunjukkan bahwa penerjemah
mampu keluar dari pakem bahasa yang kaku (letterleck) sehingga tidak terikat pada
bentuk bahasa sumber. Untuk naskah-naskah modern saat ini, penerjemahan lebih
lentur harus diamini oleh penerjemah sehingga tercipta sebuah rasa bahasa yang
memiliki makna sekaligus jelas. Selain itu, penting pula mengetahui latar belakang dari
objek terjemahan, baik bidang, istilah keilmuan, maupun tren dari topik yang sedang
dibahas, termasuk juga data dan fakta.
Apa pendapat Anda tentang hasil terjemahan berikut ini?
Setiap hari, jutaan barang koleksi, peralatan, komputer, furniture dan barang-barang
lain dibeli dan dijual di eBay. Hampir 1,3 juta penjual dan pedagang di seluruh dunia
menggunakan eBay sebagai sumber pendapatan primer dan sekunder mereka. Pada
2003, tawaran ginjal manusia dan keperawanan seorang mahasiswa Florida sampai ke
jutaan orang sebelum tawaran itu ditarik. Seperti halnya negara Irak—yang diletakkan
di Uzbekistan—jalan raya Suriah, dengan situs-situs sejarah, istana kepresidenan dan
―minyak, minyak, minyak‖—dibuka pada harga 99 sen dan mencapai $99 juta sebelum
eBay menghapus item tersebut. Pada 2004, permen batuk yang diisap oleh Arnold
Schwarzenegger ditawarkan untuk dijual tetapi ditarik oleh eBay dengan alasan bahwa
pemiliknya masih hidup.
Pada 2005, istri seorang disc jockey Inggris melelang mobil sport Lotus Esprit milik
suaminya dengan harga Buy It Now, yakni 50 pence, setelah ia mendengar suaminya
menggoda seorang model di siaran. Mobil itu laku dalam waktu lima menit dan diambil
pada hari yang sama. Pada tahun yang sama, sebuah Volkswagen Golf yang terdaftar
atas nama Kardinal Joseph Ratzinger (yang telah terpilih sebagai Paus Benedictus XVI)
dilelang di situs eBay Jerman dengan harga 188.938,88 euro. Pemenangnya adalah
GoldenPalace.com, sebuah online casino. Juga pada tahun 2005, Sinn Fein berusaha
melelang peralatan pengawasan yang dipasang oleh M15 di markasnya di Belfast.
Ketika eBay menghapusnya dari situs dengan mengatakan bahwa Sinn Fein telah
melanggar dua bagian perjanjian pemakaian eBay, Sinn Fein menuduh eBay telah
melakukan sensor. Barang termahal yang dijual eBay hingga hari ini ialah jet Gulfstream
senilai $4,9 juta.
(Sumber: Perusahaan yang Mengubah Dunia, karya Jonathan Mantle, ESENSI, 2009.
Page 16
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Lampiran
EYD dan Kelayakan
Naskah Ter jemahan*)
Makalah disampaikan oleh Bambang Trim – Praktisi Perbukuan Indonesia
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi acuan bagi para penerbit yang
menyadari pentingnya penerapan bahasa secara standar dalam karya atau produk
bernama buku. Karena itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan
naskah adalah naskah ditulis dengan bahasa Indonesia yang standar atau
mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-naskah nonfiksi. Namun, dalam
praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh penerbit
serta tidak semuanya naskah ditulis dengan penerapan EYD.
Ada dua kasus yang melatari penerapan EYD sebagai salah satu kriteria
kelayakan sebuah naskah. Kasus pertama yaitu terkadang tidak mampunya
Pedoman EYD menjawab beberapa persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik
dalam penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim.
Kasus kedua yaitu kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah,
terhadap EYD itu sendiri sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan
naskah masih sering terjadi, seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan
tanda baca yang keliru.
Dalam kasus pertama, buku Pedoman EYD ataupun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tidak bisa semata-mata dijadikan acuan untuk menilai kelayakan naskah,
pun termasuk dijadikan satu-satunya referensi untuk penyuntingan naskah.
Page 17
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Karena itu, para penulis ataupun penerbit perlu mencari solusi kebahasaan yang
lain dan menetapkan suatu keputusan yang ajek sebagai gaya penulisan.
Sebetulnya masalah untuk kasus pertama ini sudah lama dikaji dan
akhirnya muncullah gagasan membuat semacam buku pedoman gaya selingkung
(house style) penerbitan dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya gagasan ini akan
dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas. Akan tetapi, entah mengapa
sampai sekarang buku pedoman gaya selingkung ini tidak pernah selesai.
Di pihak lain, beberapa institusi penerbitan profesional (media massa dan
penerbit buku) menyusun sendiri buku pedoman gaya selingkung penerbit dan
menetapkan aturan-aturan tersendiri dalam hal kebahasaan. Penetapan gaya
selingkung yang paling mencolok dilakukan oleh para penerbit Islam yang
umumnya kurang bisa menerima pedoman kata baku yang dimuat di Kamus Besar
Bahasa Indonesia, misalnya kata salat, mesjid, salawat, dan kalbu diganti menjadi
shalat, masjid, shalawat, dan qolbu.
Untuk kasus kedua, mungkin sudah menjadi fenomena betapa seorang
penulis ataupun penerjemah merasa tidak berkepentingan mengetahui lebih jauh
tatatulis naskah berdasarkan EYD atau bahasa Indonesia yang baku. Pengetahuan
terbatas mereka soal bahasa Indonesia dipergunakan dalam bahasa tulis sehingga
menimbulkan banyak kekeliruan dalam hal penerapan standar bahasa maupun
kerancuan di dalam naskah. Hal ini semakin sering terjadi manakala kampanye
bahasa baku Indonesia agak kendur sejak lebih dari satu dekade lalu. Selain itu,
pelatihan menulis ataupun menerjemahkan dengan mendatangkan ahli bahasa
Indonesia juga sangat minim diselenggarakan.
Page 18
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
7 Aspek yang Disunting
Dalam konteks penyuntingan naskah, ada tujuh aspek yang disunting sebagai
indikator penilaian kelayakan naskah. Adapun ketujuh aspek tersebut sebagai
berikut:
1. keterbacaan (readability) dan kejelasan (legibility);
2. ketaatasasan atau konsistensi;
3. ketatabahasaaan;
4. kejelasan gaya bahasa;
5. ketelitian fakta dan data;
6. kesopanan dan kelegalan;
7. kehematan produksi (rincian biaya dan spesifikasi produk).
Dari ketujuh aspek tersebut terlihat bahwa masalah keterbacaan dan
kebahasaan naskah juga menjadi poin penting. Naskah yang mengandung banyak
kesalahan bahasa tentu memiliki tingkat keterbacaan serta kejelasan yang rendah
sehingga bisa merepotkan pembaca sasaran. Untuk itu, penyunting menggunakan
empati
dengan
menempatkan
diri
sebagai
pembaca
sasaran,
sekaligus
menggunakan pengetahuan kebahasaannya guna membantu penulis/ penerjemah
menampilkan naskah yang layak baca.
Hal itulah yang menjadi filosofi penyuntingan naskah bahwa penyunting
berfungsi menjembatani antara kepentingan penulis/penerjemah dan pembaca
sasaran. Dalam hal penerapan EYD, editor bertugas mematut ejaan yang terdapat
di dalam naskah. Apa yang dilakukan penyunting terhadap sebuah naskah? Ada
lima aktivitas yang dilakukan dalam penyuntingan naskah sebagai berikut.
Pengabaian yaitu tetap membiarkan bagian naskah apa adanya karena
sudah benar, akurat, atau memenuhi syarat layak dari penerbit.
Perbaikan/penyesuaian yaitu memperbaiki bagian naskah sesuai dengan
kaidah bahasa ataupun gaya selingkung.
Page 19
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Pengubahan yaitu mengubah kalimat, paragraf, atau struktur dalam
naskah sesuai dengan kejelasan dan standar yang ditetapkan penerbit
sehingga naskah memiliki keterbacaan tinggi.
Pengurangan yaitu menghilangkan bagian naskah tertentu dalam hal
bagian tersebut tidak diperlukan ataupun guna mengefisienkan halaman
atau mengepaskan halaman hingga berkelipatan 8.
Penambahan yaitu menambahi bagian naskah yang dianggap penting
untuk dimasukkan ataupun guna mengepaskan halaman hingga
berkelipatan 8.
Kesalahan dalam penerapan EYD kerap terdapat di dalam naskah, apalagi
naskah terjemahan. Kesalahan yang paling umum terdapat adalah
kesalahan penulisan kata baku: sekedar, hembus, silahkan, ketinggalan;
kesalahan pemilihan kata (diksi): kilah, bergeming, acuh;
kesalahan pemenggalan kata (utamanya juga diakibatkan sistem
otomatis pemenggalan dalam program komputer berbasis bahasa
Inggris);
kesalahan penggunaan tanda baca, terutama tanda tanya (?) dan tanda
koma (,);
kesalahan penggunaan huruf kapital;
kesalahan penulisan unsur serapan: frekwensi, hipotesa, aktifitas.
Kesalahan seperti ini meskipun tidak mengubah makna, jelas merepotkan dan
mengganggu kelancaran baca. Karena itu, apabila ada naskah yang kacau dalam
penerapan EYD, penerbit akan menyarankan untuk memperbaiki terlebih dahulu
dengan catatan ide naskah sangat baik. Khusus untuk naskah terjemahan, penerbit
akan lebih berhati-hati karena kekacauan penerapan EYD memungkinkan juga
adanya kesalahan tafsir dalam penerjemahan.
Page 20
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Kelayakan Naskah Terjemahan
Di luar aspek ide ataupun fenomena buku yang menjadi best seller dunia dan
ditulis oleh penulis/pengarang ternama, aspek kebahasaan naskah terjemahan
tentu menjadi faktor penting penilaian kelayakan terbit naskah. Terkadang naskah
yang sudah diterjemahkan dan hasilnya mengecewakan, penerbit akan mengulang
kembali proses penerjemahan dengan mengganti penerjemah. Di sisi lain,
penyunting penerbit yang menerima naskah terjemahan dengan kualitas rendah
akan ‘berjibaku’ melakukan penyuntingan berat atau dengan kata lain
menjermahkan ulang naskah.
Pengadaan naskah terjemahan umumnya adalah solicited atau naskah yang
memang diprogramkan penerjemahannya dan diurus pengalihan copyright-nya
oleh penerbit. Karena itu, naskah terpilih ini memang sudah dipertimbangkan dari
segi ide dan gaya penulisannya oleh penerbit. Akan tetapi, jika penerjemah tidak
berhasil menghasilkan hasil terjemahan naskah sesuai dengan kualitas naskah
aslinya, naskah pun tidak layak diterbitkan karena akan membahayakan imej
penerbit sekaligus mengecewakan pembaca.
Banyak kasus naskah terjemahan dari buku-buku berkualitas dunia akhirnya
menjadi turun kualitasnya karena persoalan bahasa yang buruk. Tentu menjadi
keprihatinan kita bersama manakala baik penerjemah maupun penerbit tidak
memiliki idealisme untuk menghasilkan naskah terjemahan yang baik dengan mau
berpayah-payah menerapkan bahasa Indonesia yang standar. Alhasil, citra
penerbit Indonesia juga menjadi buruk di mata penerbit asing karena kita
dianggap merusakkan karya bermutu mereka.
*) Makalah pernah disampaikan dalam acara Pelatihan Penerjemahan dan Penyuntingan, Program
Pascasarjana Bahasa Inggris, UPI, Bandung, 20 Mei 2006.
Page 21
Creative Editing
Editing Karya Terjemahan, ©2010 by Bambang Trim
Tentang Pemateri
Nama Lengkap
Bambang Trimansyah
Nama Pena
Bambang Trim
Profesi
Penulis, Editor, Dosen,
Trainer
Tanggal Lahir
29 Juni 1972
Pendidikan
D3 Editing Unpad dan S1
Sastra Indonesia Unpad
Karya Buku
100+ berbagai bidang (buku pelajaran, buku anak,
buku parenting, buku motivasi, buku spiritual, dan
buku referensi, buku penunjang edukasi)
Karya Editing Best Seller
Aa Gym Apa Adanya, The True Power of Water, Jagalah
Hati, Jangan ke Dokter Lagi, dsb.
Website
www.bambang-trim.com
http://manistebu.wordpress.com
www.dixigraf.com
bambangtrim@yahoo.com
HP
08121466193
Pengalaman Perbukuan
Frankfurt Book Fair, Kuala Lumpur Book Fair, Cairo
Internasional
Book Fair, Manila Book Fair, IKAPI-REX Editor Forum
ABPA Philippine, Seminar Persatuan Editor Malaysia.
Page 22
Creative Editing