T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Pendidikan Keagamaan Bagi Penghayat Kepercayaan (Studi Kasus Di Komunitas Sedulur Sikep Kab. Kudus) T2 BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk
verbal bukan dalam bentuk angka (Noeng Muhajir,
1996). Menurut Sukmadinata, metode penelitian
kualitatif adalah penelitian yang merekam gejalagejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara
sistematis
dan
akurat
(Sukmadinata,
2007)
menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor
dalam Moleong, 2007).
Penelitian kualititatif bersifat deskriptif (Nusa
Putra: 2012) yang berupa hasil ekplorasi atas subjek
penelitian
melalui
pengamatan
dengan
semua
variannya dan wawancara mendalam. Penelitian ini
juga menggunakan studi kebijakan atas kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah tentang pendidikan
keagamaan bagi pemeluk agama dan kepercayaan di
Indonesia.
Penelitian kebijakan sesuai yang disampaikan
Majchrzak dan dianut oleh ilmuwan kebijakan di
Indonesia (Riant, 2013: 99) dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengkaji masalah-masalah social yang
fundamental dalam kaitannya untuk mengkreasi
36
tindakan pragmatis dalam rangka memperbaiki atau
membenahi masalah sosial. Selain itu, dengan
menggunakan penelitian kebijakan bisa memberikan
argumen atau landasan keilmuan pada perumusan
kebijakan publik di kemudian hari.
Alasan
pemilihan
menggunakan
penelitian
kualitatif menyesuaikan dengan karakteristik dari
permasalahan dan penelitian kualititatif itu sendiri,
yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Meleong,
bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah
pengembangkan pengertian tentang individu dan
kejadian dengan memperhitungkan kontek yang
relevan. Selain itu juga bertujuan untuk memahami
fenomena social melalui gambaran holistic dan
memperbanyak pemahaman mendalam.
Karakteristik
lainnya
yang
sesuai
dengan
penelitian ini adalah berlatar belakang alamiah dan
naturalistic, sebagaimana dituliskan oleh Lincion
dan Guba (Nusa Putra, 2012; 65). Dengan berlatar
naturalistic maka konteks atau latar penelitian
harus dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga bisa
ditemukan makna, pemahaman, proses dan pola
yang hendak digali dari komunitas tersebut.
37
3.2.
Subjek dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di komunitas penghayat
kepercayaan Samin di Desa Larekrejo dan Kaliyoso
Kecamatan
Undaan
Kudus.
Penelitian
ini
juga
melibatkan pihak sekolahan yakni SMP 2 Undaan
Kudus. Persiapan penelitian ini dilakukan sejak
Februari
tahun
2012
sampai
Desember
2014.
Namun secara informal isu ini masih menjadi
perhatian peneliti.
3.3.
Narasumber Penelitian
Narasumber penelitian dalam penelitian ini
adalah murid sedulur sikep, orang tua murid siswa
sedulur
sikep,
tokoh
penghayat
kepercayaan
sedululur Sikep di desa Larekrejo dan Kaliyoso kec.
Undaan, Kabupaten Kudus, serta pihak sekolah
dimana
anak-anak
pendidikan
yakni
sesulur
di
SMP
sikep
2
nenempuh
Undaan
Kudus.
Ditambah dengan pendapat dari lembaga swadaya
masyrakat (LSM) yang mendampingi sedulur sikep.
Pendekatan keterwakilan narasumber melalui
snawball sampling yakni sumer data yang awalnya
sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju
(Sugiyono, 2013). Batasan representasi narasumber
redundency dalam penelitian ini ditentukan oleh
pertimbangan
informasi
sebagaimana
pendapat
Lincoln dan Guba; if the purpose id to maximize
38
information, then sampling is terminated when no
new information is forth-coming newly samlped unit:
thus redundancy is the primary criteria (2013; 302) .
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
peneliti agar sesuai dengan informasi yang ingin
didapatkan dan mendapatkan tujuan yang dicapai,
dalam penelitian ini mnggunakan beberapa teknik
dalam pengumpulan data;
a. Observasi
Observasi
atau
pengamatan
adalah
aktifitas mencatat suatu gejala dengan bantuan
instrumen (Motis dalam Denzin dan Lincoln,
2009) untuk mendapatkan pemahaman lebih
baik tentang konteks, terbuka, berorientasi pada
penemuan, melihat hal-hal yang oleh subjek
sendiri kurang dipahami atau disadari. Observasi
dalam penelitian ini bermula dari muncul kasus
di media lokal tentang terjadinya pemaksaan
pendidikan
agama
tertentu
atas
penghayat
kepercayaan.
Observasi dalam konteks penelitian ini
dilakukan
narasumber
secara
natural
penelitian,
bersama
dimulai
dari
para
cerita
39
pengalaman, dan harapan terkait pemenuhan
pendidikan agama bagi mereka.
b. Wawancara Mendalam (In-depth interview)
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud tertentu yang dilakukan dua belah
pihak,
yaitu
pewawancara
yang
mengajukan
pertanyaan dan terwawancara terwawancara atau
narasumber
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan yang diberikan.
Wawancana dalam penelitian ini merujuk
pada
pendapat
para
ahli;
yaitu
untuk
memproduksi pemahaman situasional (situated
understanding)
Moleong
pengertian
(Denzin
(2010)
untuk
subyek,
dan
Lincoln
dalam
mendeteksi
kadar
fleksibel,
menjadi
satu-
satunya hal yang dapat dilakukan di saat tehnik
lain sudah tidak dapat dilakukan menggunakan
pedoman wawancara. In-depth interview di dalam
penelitian ini dilakukan secara personal untuk
mendapatkan informasi secara mendalam dari
narasumber secara personal pada tema-tema
penelitian, cross ceck data, klarifikasi, persepsi
dan prioritas narasumber pada tema penelitian.
Wawancara
ini
juga
membangun
kepercayaan antara peneliti dengan narasumber
untuk menggali permasalahan atau harapan yang
mereka inginkan dengan pendidikan agama di
40
sekolah. Responden dalam penelitian ini adalah
para
para
tokoh
adat
setempat
yang
juga
sekaligus objek dari penelitian, yaitu mereka yang
mempunyai
anak
usia
sekolah.
Penentuan
responden dengan memilih konsep “getuk tular”
atau
snowball
sampling,
yaitu
peneliti
menentukan seseorang untuk menjadi sumber
penggalian data atas dasar rekomendasi atau
anjuran orang yang telah lebih dahulu menjadi
sampel (Sukardi, 2011; 64).
c. Kajian Pustaka
Library research atau studi kepustakaan
yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara
mendalami,
mencermati,
menelaah
dan
mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam
kepustakaan (sumber bacaan, buku referesi dan
hasil penelitian lain). (M. Iqbal: 2003). Data
kepustakaan
pendefinisian
akan
aliran
berkaitan
dengan
kepercayaan,
kebijakan
pemerintah tentang pendidikan nasional dan
agama di Indonesia, serta pemikiran-pemikiran
tokoh agama atau pemikir pendidikan yang pro
terhadap
perbedaan
dan
keterbukaan
lebih
khusus dalam bidang pendidikan.
d. Focus Group Discussion (FGD)
FGD
(Focus
Group
Discussion)
juga
digunakan dalam pencarian data penelitian ini,
41
adalah
untuk
informasi
mendalami
yang
wawancara,
sudah
dan
melengkapi
didapatkan
mencaritemukan
dalam
pemahaman
komprehensif, pengecekan triangulasi atas semua
temuan penelitian (Putra, 2012). FGD telah
dilakukan secara informal ketika dalam kegiatan
yang
bersamaan
dengan
komunitas
mereka,
peneliti ikut turut serta dalam kegiatan umum
yang diselenggarakan oleh lembaga yang konsen
dalam isu dan pembelaan atas minoritas.
3.5.
Teknik Analisis Data
Dalam upaya untuk mencari dan menata
secara
sistematis
terkumpul.
Sebab,
serakan
data
data-data
yang
tercecer
yang
dan
berserakan itu supaya mudah dipahami peneliti
dan enak dinikmati sebagai temuan yang dapat
dirasakan pembaca. Berkaitan dengan masalah
tersebut, penelitian ini akan penulis kerjakan
dengan memakai pendekatan analisa kebijakan
(policy analysis).
Ada tiga manfaat dalam studi kebijkan
publik (Anderson dalam Subarsono, 2006) yaitu
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
membantu para praktisi dalam memecahkan
42
masalah-masalah
publik,
dan
untuk
tujuan
politik.
Proses analisis kebijakan (Yoyo Bahtiar,
2012) tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi
harus
komprehensif
dan
multidisipliner
menyangkut rumusan, implementasi dan evaluasi
dampaknya.
Kemudian
dalam
kebijakan
pendidikan bukan pada persoalan compliance
atau political, tetapi lebih menekankan kepada
hubungan factor-faktor yang mempengaruhi pada
waktu
dan
konteks
kebijakan
tersebut
diberlakukan.
Sebagai
bagaian
dari
studi
kebijakan
kemudian analisis data yang penulis gunakan
dengan analisis isi kualitatif dengan analisis
sintesis terfokus. Dengan menggunakan analisis
isi kualitatif ditekankan pada pemaknaan data
dan rumusan kebijakan pendidikan agama, dan
dengan sinstesis terfokus lebih pada penekanan
pada perbandingan antara temuan di lapangan
dengan teori atau peraturan. Analisis isi kualitatif
menurut
Meleong
(2004)
adalah
suatu
pendekatan terhadap analisis teks secara empiris
dan
dikendalikan
secara
metodologis
dalam
konteks komunikasinya. Teknik yang dipakai
sebagai alat mempertajam analisanya dengan
43
melakukan interpetasi data, yaitu dengan metode
analisis
wacana
menganalisa
bahasa
isi
dalam
(discourse).
pesan
Adalah
komunikasi
konteks
dengan
dari
keberadaan
sisi
pesan
komunikasi tersebut, yang sekaligus memahami
nilai
ideologi
yang
berada
di
balik
pesan
komunikasi tersebut (Alex, 2001; 60).
Maka dari itu teknis analisis isi kualitatif
yang
coba
penulis
gunakan
adalah
dengan
analisis wacana, dengan memahami politik dari
dari
pesan
komunikasi
yang
terdapat
pada
peraturan perundangan pada bidang pendidikan,
khususnya pendidikan agama dan keagamaan,
yang
terjadi
pada
komunitas
penghayat
kepercayaan Samin di Kudus.
Analisa
selanjutnya
yang
digunakan
dengan analisis sintesis terfokus, Danim dalam
Riant Nugroho (2013;129) menerangkan bahwa
analisis ini dilakukan dengan cara melakukan
interpetasi secara kritis oleh peneliti, apabila
dimungkinkan
diperbandingkan
dengan
kepustakaan yang relevan.
Secara umum penelitian ini dimaksudkan
dan
diharapkan
untuk
mendeskripsikan
kebijakan secara sistematis dan objektif dengan
44
cara mengumpulkan, mengevaluasi, menguji dan
dan
mensitesiskan
bukti-bukti
untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
secara tepat.
3.6.
Keabsahan dan Keajegan Penelitian
Untuk
menguji
keabsahan
data
atau
memeriksa kebenaran data adalah dengan empat
tahap;
kepercayaan
(credibilty),
keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependabilty),
dan kepastian (confirmability) (Meleong, 2010,
Sugiyono, 2013).
Langkah yang dipakai dalam penelitian ini
untuk menunjang keabsahan data;
1. Validitas penelitian (Construct validity).
Validitas
penelitian
dilakukan
melalui
triangulasi merujuk Wiliam Wiersma (1986)
dalam Sugoyono (2013: 372) dan Patton dalam
Poerwandari
(1998)
yaitu:
(a).
Triangulasi
sumber data. Penelitian ini menggunakan
berbagai sumber data seperti dokumen, arsip,
wawancara, observasi maupun FGD pada
subjek
berbeda.
Penggunaan
data
untuk
(b).
berbagai
Triangulasi
teknik
memastikan
Teknik.
pengumpulan
data
sudah
memenuhi syarat akuntabilitas yang telah
45
ditetapkan.
(c).
Triangulasi
waktu.
Yaitu
proses menggunakan berbagai waktu (siang,
pagi, sore dan malam) tercapai melalui life in,
yaitu peneliti tinggal dan beraktifitas bersama
narasumber untuk mendapatkan informasi
yang
komprehensif
dari
semua
tahap
penelitian.
2. Keabsahan Internal (Internal validity). Adalah
derajat konsistensi antara desain penelitian
dengan
hasil
penelitian
(Sugiyono,
2013).
Pengalaman penulis bekerja dalam program
monitoring pengahayat kepercayaan dalam
mengakses layanan publik menjadi salah satu
kekuatan didalam validitas internal (Sugiyono,
2013:363).
3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity). Hasil
penelitian
dapat
tranferability
pada
memenuhi
kasus
lain
prinsip
dengan
kesamaan kontek. Untuk mencapai validitas
ekternal penelitian, maka teknik dan metode,
analisis hasil dan penyajian data dilaksanakan
dengan
cermat
sesuai
dengan
rencana
penelitian (Sugiyono, 2013:363).
4. Keajegan
(Reabilitas).
Merupakan
terkait
dengan derajat konsistensi riset. Replikasi dan
pengulangan
penelitian
pada
obyek
dan
metode yang sama dengan penelitian ini maka
46
akan
menghasilkan
hasil
yang
sama.
(Sugiyono, 2013:364)
47
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk
verbal bukan dalam bentuk angka (Noeng Muhajir,
1996). Menurut Sukmadinata, metode penelitian
kualitatif adalah penelitian yang merekam gejalagejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara
sistematis
dan
akurat
(Sukmadinata,
2007)
menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor
dalam Moleong, 2007).
Penelitian kualititatif bersifat deskriptif (Nusa
Putra: 2012) yang berupa hasil ekplorasi atas subjek
penelitian
melalui
pengamatan
dengan
semua
variannya dan wawancara mendalam. Penelitian ini
juga menggunakan studi kebijakan atas kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah tentang pendidikan
keagamaan bagi pemeluk agama dan kepercayaan di
Indonesia.
Penelitian kebijakan sesuai yang disampaikan
Majchrzak dan dianut oleh ilmuwan kebijakan di
Indonesia (Riant, 2013: 99) dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengkaji masalah-masalah social yang
fundamental dalam kaitannya untuk mengkreasi
36
tindakan pragmatis dalam rangka memperbaiki atau
membenahi masalah sosial. Selain itu, dengan
menggunakan penelitian kebijakan bisa memberikan
argumen atau landasan keilmuan pada perumusan
kebijakan publik di kemudian hari.
Alasan
pemilihan
menggunakan
penelitian
kualitatif menyesuaikan dengan karakteristik dari
permasalahan dan penelitian kualititatif itu sendiri,
yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Meleong,
bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah
pengembangkan pengertian tentang individu dan
kejadian dengan memperhitungkan kontek yang
relevan. Selain itu juga bertujuan untuk memahami
fenomena social melalui gambaran holistic dan
memperbanyak pemahaman mendalam.
Karakteristik
lainnya
yang
sesuai
dengan
penelitian ini adalah berlatar belakang alamiah dan
naturalistic, sebagaimana dituliskan oleh Lincion
dan Guba (Nusa Putra, 2012; 65). Dengan berlatar
naturalistic maka konteks atau latar penelitian
harus dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga bisa
ditemukan makna, pemahaman, proses dan pola
yang hendak digali dari komunitas tersebut.
37
3.2.
Subjek dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di komunitas penghayat
kepercayaan Samin di Desa Larekrejo dan Kaliyoso
Kecamatan
Undaan
Kudus.
Penelitian
ini
juga
melibatkan pihak sekolahan yakni SMP 2 Undaan
Kudus. Persiapan penelitian ini dilakukan sejak
Februari
tahun
2012
sampai
Desember
2014.
Namun secara informal isu ini masih menjadi
perhatian peneliti.
3.3.
Narasumber Penelitian
Narasumber penelitian dalam penelitian ini
adalah murid sedulur sikep, orang tua murid siswa
sedulur
sikep,
tokoh
penghayat
kepercayaan
sedululur Sikep di desa Larekrejo dan Kaliyoso kec.
Undaan, Kabupaten Kudus, serta pihak sekolah
dimana
anak-anak
pendidikan
yakni
sesulur
di
SMP
sikep
2
nenempuh
Undaan
Kudus.
Ditambah dengan pendapat dari lembaga swadaya
masyrakat (LSM) yang mendampingi sedulur sikep.
Pendekatan keterwakilan narasumber melalui
snawball sampling yakni sumer data yang awalnya
sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju
(Sugiyono, 2013). Batasan representasi narasumber
redundency dalam penelitian ini ditentukan oleh
pertimbangan
informasi
sebagaimana
pendapat
Lincoln dan Guba; if the purpose id to maximize
38
information, then sampling is terminated when no
new information is forth-coming newly samlped unit:
thus redundancy is the primary criteria (2013; 302) .
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
peneliti agar sesuai dengan informasi yang ingin
didapatkan dan mendapatkan tujuan yang dicapai,
dalam penelitian ini mnggunakan beberapa teknik
dalam pengumpulan data;
a. Observasi
Observasi
atau
pengamatan
adalah
aktifitas mencatat suatu gejala dengan bantuan
instrumen (Motis dalam Denzin dan Lincoln,
2009) untuk mendapatkan pemahaman lebih
baik tentang konteks, terbuka, berorientasi pada
penemuan, melihat hal-hal yang oleh subjek
sendiri kurang dipahami atau disadari. Observasi
dalam penelitian ini bermula dari muncul kasus
di media lokal tentang terjadinya pemaksaan
pendidikan
agama
tertentu
atas
penghayat
kepercayaan.
Observasi dalam konteks penelitian ini
dilakukan
narasumber
secara
natural
penelitian,
bersama
dimulai
dari
para
cerita
39
pengalaman, dan harapan terkait pemenuhan
pendidikan agama bagi mereka.
b. Wawancara Mendalam (In-depth interview)
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud tertentu yang dilakukan dua belah
pihak,
yaitu
pewawancara
yang
mengajukan
pertanyaan dan terwawancara terwawancara atau
narasumber
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan yang diberikan.
Wawancana dalam penelitian ini merujuk
pada
pendapat
para
ahli;
yaitu
untuk
memproduksi pemahaman situasional (situated
understanding)
Moleong
pengertian
(Denzin
(2010)
untuk
subyek,
dan
Lincoln
dalam
mendeteksi
kadar
fleksibel,
menjadi
satu-
satunya hal yang dapat dilakukan di saat tehnik
lain sudah tidak dapat dilakukan menggunakan
pedoman wawancara. In-depth interview di dalam
penelitian ini dilakukan secara personal untuk
mendapatkan informasi secara mendalam dari
narasumber secara personal pada tema-tema
penelitian, cross ceck data, klarifikasi, persepsi
dan prioritas narasumber pada tema penelitian.
Wawancara
ini
juga
membangun
kepercayaan antara peneliti dengan narasumber
untuk menggali permasalahan atau harapan yang
mereka inginkan dengan pendidikan agama di
40
sekolah. Responden dalam penelitian ini adalah
para
para
tokoh
adat
setempat
yang
juga
sekaligus objek dari penelitian, yaitu mereka yang
mempunyai
anak
usia
sekolah.
Penentuan
responden dengan memilih konsep “getuk tular”
atau
snowball
sampling,
yaitu
peneliti
menentukan seseorang untuk menjadi sumber
penggalian data atas dasar rekomendasi atau
anjuran orang yang telah lebih dahulu menjadi
sampel (Sukardi, 2011; 64).
c. Kajian Pustaka
Library research atau studi kepustakaan
yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara
mendalami,
mencermati,
menelaah
dan
mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam
kepustakaan (sumber bacaan, buku referesi dan
hasil penelitian lain). (M. Iqbal: 2003). Data
kepustakaan
pendefinisian
akan
aliran
berkaitan
dengan
kepercayaan,
kebijakan
pemerintah tentang pendidikan nasional dan
agama di Indonesia, serta pemikiran-pemikiran
tokoh agama atau pemikir pendidikan yang pro
terhadap
perbedaan
dan
keterbukaan
lebih
khusus dalam bidang pendidikan.
d. Focus Group Discussion (FGD)
FGD
(Focus
Group
Discussion)
juga
digunakan dalam pencarian data penelitian ini,
41
adalah
untuk
informasi
mendalami
yang
wawancara,
sudah
dan
melengkapi
didapatkan
mencaritemukan
dalam
pemahaman
komprehensif, pengecekan triangulasi atas semua
temuan penelitian (Putra, 2012). FGD telah
dilakukan secara informal ketika dalam kegiatan
yang
bersamaan
dengan
komunitas
mereka,
peneliti ikut turut serta dalam kegiatan umum
yang diselenggarakan oleh lembaga yang konsen
dalam isu dan pembelaan atas minoritas.
3.5.
Teknik Analisis Data
Dalam upaya untuk mencari dan menata
secara
sistematis
terkumpul.
Sebab,
serakan
data
data-data
yang
tercecer
yang
dan
berserakan itu supaya mudah dipahami peneliti
dan enak dinikmati sebagai temuan yang dapat
dirasakan pembaca. Berkaitan dengan masalah
tersebut, penelitian ini akan penulis kerjakan
dengan memakai pendekatan analisa kebijakan
(policy analysis).
Ada tiga manfaat dalam studi kebijkan
publik (Anderson dalam Subarsono, 2006) yaitu
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
membantu para praktisi dalam memecahkan
42
masalah-masalah
publik,
dan
untuk
tujuan
politik.
Proses analisis kebijakan (Yoyo Bahtiar,
2012) tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi
harus
komprehensif
dan
multidisipliner
menyangkut rumusan, implementasi dan evaluasi
dampaknya.
Kemudian
dalam
kebijakan
pendidikan bukan pada persoalan compliance
atau political, tetapi lebih menekankan kepada
hubungan factor-faktor yang mempengaruhi pada
waktu
dan
konteks
kebijakan
tersebut
diberlakukan.
Sebagai
bagaian
dari
studi
kebijakan
kemudian analisis data yang penulis gunakan
dengan analisis isi kualitatif dengan analisis
sintesis terfokus. Dengan menggunakan analisis
isi kualitatif ditekankan pada pemaknaan data
dan rumusan kebijakan pendidikan agama, dan
dengan sinstesis terfokus lebih pada penekanan
pada perbandingan antara temuan di lapangan
dengan teori atau peraturan. Analisis isi kualitatif
menurut
Meleong
(2004)
adalah
suatu
pendekatan terhadap analisis teks secara empiris
dan
dikendalikan
secara
metodologis
dalam
konteks komunikasinya. Teknik yang dipakai
sebagai alat mempertajam analisanya dengan
43
melakukan interpetasi data, yaitu dengan metode
analisis
wacana
menganalisa
bahasa
isi
dalam
(discourse).
pesan
Adalah
komunikasi
konteks
dengan
dari
keberadaan
sisi
pesan
komunikasi tersebut, yang sekaligus memahami
nilai
ideologi
yang
berada
di
balik
pesan
komunikasi tersebut (Alex, 2001; 60).
Maka dari itu teknis analisis isi kualitatif
yang
coba
penulis
gunakan
adalah
dengan
analisis wacana, dengan memahami politik dari
dari
pesan
komunikasi
yang
terdapat
pada
peraturan perundangan pada bidang pendidikan,
khususnya pendidikan agama dan keagamaan,
yang
terjadi
pada
komunitas
penghayat
kepercayaan Samin di Kudus.
Analisa
selanjutnya
yang
digunakan
dengan analisis sintesis terfokus, Danim dalam
Riant Nugroho (2013;129) menerangkan bahwa
analisis ini dilakukan dengan cara melakukan
interpetasi secara kritis oleh peneliti, apabila
dimungkinkan
diperbandingkan
dengan
kepustakaan yang relevan.
Secara umum penelitian ini dimaksudkan
dan
diharapkan
untuk
mendeskripsikan
kebijakan secara sistematis dan objektif dengan
44
cara mengumpulkan, mengevaluasi, menguji dan
dan
mensitesiskan
bukti-bukti
untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
secara tepat.
3.6.
Keabsahan dan Keajegan Penelitian
Untuk
menguji
keabsahan
data
atau
memeriksa kebenaran data adalah dengan empat
tahap;
kepercayaan
(credibilty),
keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependabilty),
dan kepastian (confirmability) (Meleong, 2010,
Sugiyono, 2013).
Langkah yang dipakai dalam penelitian ini
untuk menunjang keabsahan data;
1. Validitas penelitian (Construct validity).
Validitas
penelitian
dilakukan
melalui
triangulasi merujuk Wiliam Wiersma (1986)
dalam Sugoyono (2013: 372) dan Patton dalam
Poerwandari
(1998)
yaitu:
(a).
Triangulasi
sumber data. Penelitian ini menggunakan
berbagai sumber data seperti dokumen, arsip,
wawancara, observasi maupun FGD pada
subjek
berbeda.
Penggunaan
data
untuk
(b).
berbagai
Triangulasi
teknik
memastikan
Teknik.
pengumpulan
data
sudah
memenuhi syarat akuntabilitas yang telah
45
ditetapkan.
(c).
Triangulasi
waktu.
Yaitu
proses menggunakan berbagai waktu (siang,
pagi, sore dan malam) tercapai melalui life in,
yaitu peneliti tinggal dan beraktifitas bersama
narasumber untuk mendapatkan informasi
yang
komprehensif
dari
semua
tahap
penelitian.
2. Keabsahan Internal (Internal validity). Adalah
derajat konsistensi antara desain penelitian
dengan
hasil
penelitian
(Sugiyono,
2013).
Pengalaman penulis bekerja dalam program
monitoring pengahayat kepercayaan dalam
mengakses layanan publik menjadi salah satu
kekuatan didalam validitas internal (Sugiyono,
2013:363).
3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity). Hasil
penelitian
dapat
tranferability
pada
memenuhi
kasus
lain
prinsip
dengan
kesamaan kontek. Untuk mencapai validitas
ekternal penelitian, maka teknik dan metode,
analisis hasil dan penyajian data dilaksanakan
dengan
cermat
sesuai
dengan
rencana
penelitian (Sugiyono, 2013:363).
4. Keajegan
(Reabilitas).
Merupakan
terkait
dengan derajat konsistensi riset. Replikasi dan
pengulangan
penelitian
pada
obyek
dan
metode yang sama dengan penelitian ini maka
46
akan
menghasilkan
hasil
yang
sama.
(Sugiyono, 2013:364)
47