T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Sekolah Dan Etos Kerja Dengan Kinerja Mengajar Guru SD Negeri Di Kecamatan Mranggen Demak T2 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Mengajar Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris
Job performance atau actual performance yang artinya
sebagai prestasi kerja

sesungguhnya yang dicapai

seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah
kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang
dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan
kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan
bahwa:
Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu
artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan
oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru
dalam menjalankan tugas dan perannya dengan
standar yang spesifik dan jelas yang ditetapkan

oleh
organisasi.
Seorang
guru
dinyatakan
berprestasi dalam kinerjanya apabila seorang guru
memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban.

1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus
memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan
mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga
terjadi proses belajar mengajar. Adapun keterampilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar
membuat

persiapan

dari

rumah,


(b)

dalam
11

mengajar seorang guru menggunakan berbagai
gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan
untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah,
(d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan
memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai
nilai yang baik.
2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,
siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan
manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat
adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b)
dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak
terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada
kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh
oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan

belajar mengajar selalu berusaha untuk mengembangkan diri.
3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a)
seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir
di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan
belajar

mengajar

tidak

mengerjakan

pekerjaan

tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan
pekerjaannya

dengan


penuh

tanggung

jawab

selama proses belajar mengajar, (d) guru mengerjakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya)
tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar

12

guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif
(2004) Menjelaskan bahwa:
Sekolah merupakan salah satu bentuk dari
organisasi dan tujuan dari sekolah adalah
menciptakan
pendidikan
yang
berkualitas.

Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak
diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan
keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah
apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak
efektif.

Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang
efektif merupakan suatu keharusan untuk perkembangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar
di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi
sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab
yang

luas

terkait

dengan

mengajar,


manajemen

sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan,
pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan
pelayanan masyarakat (community services). Masih
dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:
Terdapat beberapa faktor yang memberikan
kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu
seorang guru harus mengajar secara efektif di
kelas dan puas dengan gaya mengajar dan
kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur
waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya
yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus
mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang
mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat
pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan
tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar.
Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan
orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena
keterampilan antar pribadi guru juga menentukan

kinerja mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik
kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas
rendah.

13

Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan
terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di
kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di
sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang
berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah
kinerja mengajar guru. Hasil belajar siswa berhubungan

dengan

mengajar

kinerja


seorang

guru

mengajar
sangatlah

guru.

Kinerja

berhubungan

dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada
faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta
faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru
tersebut melaksanakan tugas mengajar.
Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam
kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran

merupakan

inti

dari

proses

pendidikan

secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling
berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran
antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk
merumuskan


tujuan,

memilih

materi

pelajaran,

metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai
alat ukur tercapai tidaknya tujuan.

14

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kinerja Mengajar Guru
Kinerja

mengajar


guru

secara

signifikan

dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor
status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan
pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang
sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang
rendah

dibandingkan

dengan

guru

yang

belum

menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan
jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan

hasil

belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat
mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa
semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin
baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang
semakin banyak juga akan semakin meningkatkan
kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah
ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang
meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri
dengan di sekolah swasta di Pakistan

menemukan

bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk,
sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.
2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.
Teacher Job Performance Scale skala digunakan
untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui
empat

dimensi

yaitu:

(a)

dimensi

keterampilan

mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c)
dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi
keterampilan komunikasi antar pribadi. Teacher Job

15

Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur
kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan
reliabel

hasilnya

adalah

r

(correctes

item-total

correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.
TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru
di

tempat

kerja

dan

dapat

membantu

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

untuk
kinerja

mengajar guru pada tingkat individual dan organisasional serta membantu guru untuk meningkatkan
kualitas dan efektifitas dalam mengajar.
TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan
mengukur 4 demensi, yaitu:
1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki keterampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar
secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya
dan

kualitas

mengajarnya

mencakup

enam

indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar
yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai
perkembangan anak dengan baik,
siswa

sesuai

persiapan

kapasitas

dari

rumah

mereka,
sebelum

(c) Mengajar
(d)

Membuat

mengajar,

(e)

Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f)
Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin
sehingga siswa merasa puas.
2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru
untuk

mengatur

waktu

mengajar

dan

tugas-

tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala
sekolah dan departemen terdiri empat indikator,
yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b)
16

Kegiatan

belajar

mengajar

di

kelas

tidak

terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c)
Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh
oleh

pekerjaan

rumah,

(d)

Berusaha

untuk

mengembangkan diri.
3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan
keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah
meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak
mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar
di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar
dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan
silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara
metoda-metoda di dalam kelas.
4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan keterampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan
siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a)
Menolong siswa yang mengalami masalah selain
masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang
baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan
rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru
untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memotivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan
yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk
pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah
memecahkan masalah disekolah.
Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,
yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (J) dan Tidak
Pernah (TP). Pada penelitian ini menggunakan empat
17

kategori

pilihan

Perfomence

Scale

jawaban
karena

dalam
dalam

Teacher
Sukardi

Job
(2008)

menyatakan bahwa:
Berdasar pada pengalaman di masyarakat di
indonesia, ada kecenderungan seseorang atau
responden memberikan pilihan jawaban pada
katagori tengah bila menggunakan pilihan
jawaban dengan katagori ganjil.

2.2 Gaya Kepemimpinan Demokratik
Kepala Sekolah
2.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Demokratik
Konsep pemimpin berasal dari kata leader dan
kepemimpinan berasal dari kata leadership. Bennis
(1989) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah
seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai
tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan,
mengorganisasikan, atau mengontrol usaha (upaya)
orang lain atau melalui prestize, kekuasaan atau
posisi. Menurut Gibson (2002) Kepemimpinan adalah
suatu usaha untuk menggunakan gaya mempengaruhi
dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam
mencapai tujuan.
Kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh
James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive
Command

dalam

Samsudin

(2006)

yaitu,

Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan
menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di
bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai
18

suatu

tujuan

tertentu.

Sementara

Indrafachrudi

(2006)

mengartikan

kepemimpinan

adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu
kelompok

sedemikian

rupa

sehingga

tercapailah

tujuan itu. Sementara Rahman (2006) mengungkapkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru
(jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki
jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah.
Persepsi guru pada kepemimpinan kepala sekolah
adalah proses penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan penginterpretasian seorang guru terhadap
kepala sekolah dalam mempengaruhi dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan sekolah, melalui
proses

kognisi

dan

afeksi

untuk

menyimpulkan,

menafsirkan pesan dan membentuk konsep.
2.2.2 Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Demokratik
Pemimpin

ikut

berbaur

di

tengah

anggota

kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota
bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih
seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam
tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal
kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya.
1. Kelebihan pemimpin yang bergaya demokratik.
a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran dari kelompoknya.

19

b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.
c. Ia

selalu

anggota

berusaha

kelompok

membangun

dalam

semangat

menjalankan

dan

mengembangkan daya kerjanya dengan cara
memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di
samping

itu,

ia

juga

memberi

kesempatan

kepada anggota kelompoknya agar mempunyai
kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan

sebagian

kekuasaan

dan

tanggung

jawabnya.
2. Kekurangan pemimpin yang bergaya demokratik.
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan
waktu yang lebih lama.
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.
Gaya kepemimpinan demokratik menurut Stevensen
(1999) adalah:
Suatu gaya dimana seorang pemimpin
dalam
proses penggerakan bawahannya (a) selalu bertitik
tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makluk mulia didunia. (b) Selalu berusaha
mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
para bawahannya. (c) Senang menerima saran,
pendapat, bahkan kritik dari bawahannya. (d)
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya
lebih sukses dari padanya. (e) Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam
usaha mencapai tujuan (f) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. (g) Para bawahannya dilibatkan secara aktif
dalam menentukan nasib sendiri melalui peran
sertanya dalm proses pengambilan keputusan.

20

Masih dalam Stevensen (1999) bahwa pengukuran
variabel gaya kepemimpinan demokratik menggunakan indikator Democratic leadership questionere.
Penulis menguraikan sebagai berikut: (1) Saya
selalu

mempertahankan

otoritas

pengambilan

keputusan akhir dalam organisasi atau tim saya, (2)
Saya selalu mencoba untuk memasukkan satu atau
lebih

guru

dalam

menentukan

apa

yang

harus

dilakukan dan bagaimana melakukannya. Namun,
saya mempertahankan otoritas pengambilan keputusan akhir, (3) Saya dan guru saya selalu melakukan
voting setiap kali sebuah keputusan besar harus
dibuat, (4) Saya tidak mempertimbangkan saran yang
diusulkan oleh guru saya karena saya tidak punya
waktu untuk mereka, (5) Saya meminta ide dan
masukan dari guru untuk rencana dan program
sekolah mendatang, Untuk keputusan besar yang
harus disetujui dalam tim saya, harus mendapatkan
persetujuan

dari

masing-masing

individu

atau

mayoritas dari tim, (6) Saya memberitahu guru saya
apa

yang

harus

dilakukan

dan

bagaimana

melakukannya, Ketika ada sesuatu yang tidak beres
dan saya perlu membuat strategi untuk menjaga
pekerjaan atau proses agar tetap berjalan sesuai
jadwal, (7) Saya mengadakan rapat untuk mendapatkan nasihat guru saya, (8) Untuk menyebarkan
informasi, (9) saya mengirimnya melalui email, memo,
atau pesan suara; saya sangat jarang mengadakan
rapat. Kemudian saya berharap guru saya bertindak

21

atas informasi tersebut, (11) Ketika guru saya berbuat
salah, saya memberi- tahu mereka untuk tidak pernah
melakukan kesalahan itu lagi dan mencatat kesalahan
tersebut,

(12)

Saya

ingin

menciptakan

sebuah

lingkungan di mana guru menangani kepemilikan
program. (13) Saya memperbolehkan mereka untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
(14) Saya memperbolehkan guru saya untuk menentukan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana
melakukannya, (15) Guru dan karyawan baru tidak
diperkenankan untuk membuat keputusan kecuali
telah saya setujui terlebih dahulu, (16) Saya bertanya
kepada guru tentang visi mereka, darimana mereka
melihat

proses

pekerjaan

mereka

dan

kemudian

menggunakan visi mereka jika diperlukan, (17) Guru
saya lebih mengetahui pekerjaan mereka daripada
saya, jadi saya memperke- nankan mereka mengambil
keputusan

untuk

melakukan

pekerjaan

mereka,

Ketika ada sesuatu yang salah, saya memberitahu
guru saya bahwa prosedurnya tidak bekerja dengan
benar dan saya membuat prosedur yang baru, (18)
Saya memperkenankan guru saya untuk menetapkan
prioritas dengan bimbingan saya, (19) Saya mendelegasikan tugas-tugas untuk melaksanakan prosedur
atau proses baru, (20) Saya terus memantau guru dan
karyawan saya untuk memastikan mereka bekerja
dengan benar, Ketika ada perbedaan yang tidak sesuai
harapan, (21) saya bekerja dengan mereka untuk
menyelesaikan perbedaan tersebut, Setiap individu
bertanggung
22

jawab

untuk

menentukan

pekerjaan

mereka, (22) Saya suka kekuatan dimana posisi
kepemimpinan
bawahan,

saya

mengendalikan

lebih

dari

(23) Saya ingin menggunakan kekuatan

kepemimpinan
berkembang,

saya
(24)

untuk

Saya

membantu

ingin

berbagi

bawahan
kekuasaan

kepemimpinan saya dengan bawahan saya, (25) Guru
harus diarahkan atau diancam dengan hukuman agar
membuat mereka mencapai tujuan organisasi, (26)
Guru akan berlatih mengarahkan diri jika mereka
berkomitmen untuk tujuan, (27) Guru memiliki hak
untuk menentukan tujuan organisasi mereka sendiri,
(28) Guru dan karyawan mencari keamanan, (29) Guru
tahu

bagaimana

menggunakan

kreativitas

dan

kecerdikan untuk memecahkan masalah organisasi,
(30) Guru saya dapat memimpin dirinya sendiri sebaik
yang saya bisa.

2.3 Etos Kerja
Etos kerja merupakan bagian dari kebudayaan
yang dibentuk oleh proses kebudayaan panjang yang
kemudian membentuk kepribadian. Maka masyarakat
tertentu

dimungkinkan

memiliki

etos

kerja

yang

berbeda dari masyarakat yang lain, karena berbedanya
tantangan dan proses panjang kebudayaan yang
dialami.
difahami

Dengan

demikian,

sebagai

bagian

sepanjang
dari

etos

budaya,

kerja
maka

pembinaan dan peningkatan etos kerja individu dan
masyarakat dapat ditransformasikan melalui pendidikan dan pelatihan.
23

Perilaku kerja positif yang timbul sebagai akibat
dari keyakinan tentang nilai baik kerja itu sendiri. Jadi
etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang
kerja

atau

paradigma

kerja

yang

diyakini

oleh

seseorang atau kelompok orang sebagai baik dan
benar yang diwujudkan secara khas dalam perilaku
kerja mereka. Untuk mengukur indikator etos kerja
guru Sinamo (2000) dalam bukunya Strategi Adaptasi
Abad ke 21 bahwa etos kerja adalah:
(1). Kerja itu rahmat, Kerja adalah terimakasihku,
Aku sanggup bekerja tulus, (2). Kerja itu amanah,
kerja adalah tanggung jawabku. (3). Kerja itu suci,
kerja adalah panggilanku. (4). Kerja itu sehat,
kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja
keras. (5). Kerja itu seni, kerja adalah kesukaanku,aku sanggup bekerja kreatif. (6). Kerja itu
ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup
bekerja serius. (7). Kerja itu mulia, kerja adalah
pelayananku, aku sanggup bekerja memuaskan.
(8). Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul.

Beberapa faktor yang berhubungan etos kerja
seseorang antara lain: faktor usia, jenis kelamin, latar
belakang pendidikan, iklim alam, ras (suku), budaya,
kondisi psikologis, dorongan hidup, sikap hidup,
lingkungan pergaulan, kondisi keluarga, keadaan
sosio-kultural, keadaan sosial-ekonomi, kesehatan,
ajaran agama dan nilai-nilai transendennya. Jika
dikelompokkan, faktor-faktor yang berhubungan etos
kerja seseorang. Menurut Asifudin (2004) mengerucut
menjadi empat kelompok, yaitu:
(a) Faktor-faktor yang berkaitan dengan dimensi
individual, (b) Faktor-faktor yang berkaitan dengan
dimensi sosial, (c) Faktor-faktor yang berkaitan

24

dengan dimensi lingkungan, dan (d) Faktor-faktor
Memikat dan menahan sejumlah orang kedalam
organisasi dalam jangka waktu tertentu. Organisasi harus meminimalkan perputaran pegawai,
yang berkaitan dengan dimensi transcendental.

2.4 Kajian yang relevan
Berpijak pada telaah pustaka dan hasil penelitian
terdahulu diatas, tentang variabel gaya kepemimpinan
demokratik

kepala sekolah dan etos kerja dengan

kinerja mengajar guru, maka perlu kajian tentang
hubungan dua variabel gaya kepemimpinan demokratik

kepala sekolah, etos kerja dengan kinerja

mengajar guru SD negeri di kecamatan Mranggen
kabupaten Demak.
2.4.1 Hubungan

Gaya Kepemimpinan Demokratik

dengan Kinerja Mengajar
Makna kata leadership

erat kaitannya dengan

makna memimpin. Kata memimpin memiliki makna
kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang
ada

pada

suatu

organisasi

sehingga

dapat

didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Mahendra (2006), dalam
risetnya tentang hubungan motivasi, kepemimpinan
dan pelatihan terhadap kinerja pegawai menyimpulkan
bahwa

kepemimpinan

berhubungan

positif

dan

signifikan terhadap kinerja pegawai.

25

Penelitian yang dilakukan oleh Tumbol, Tewal,
dan Sepang (2014) pada variabel gaya kepemimpinan
demokratik dan prestasi kerja menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan demokratik terbukti berhubungan
positif dan signifikan terhadap pretasi kerja. Demikian
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiana
(2014) juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
demokratik terbukti memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai.
Dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh
Mahendra (2006), Tumbol, Tewal, dan Sepang (2014),
dan

Mardiana

(2014)

maka

peneliti

mengajukan

hipotesis pertama (H1) bahwa gaya kepemimpinan
demokratik kepala sekolah

berhubungan sangat

positif dan signifikan dengan kinerja mengajar Guru
SD Negeri di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
2.4.2 Hubungan

Etos

Kerja

dengan

Kinerja

Mengajar Guru.
Etos kerja adalah karakter dan kebiasaan yang
berkaitan dengan kerja yang terpancar dari sikap
hidup manusia, yang merupakan sifat kepribadiannya
yang dibentuk oleh proses kebudayaan yang panjang
serta proses sosial historis yang mengalami pasang
surut.

Biatna

hubungan

etos

(2008)
kerja

dalam
dengan

penelitian

tentang

kinerja

pegawai

menyimpulkan bahwa etos kerja, walaupun hubungan
kurang signifikan tetap memiliki hubungan yang erat
dengan kinerja. Seorang pegawai yang memiliki etos

26

kerja tinggi, kinerjanya akan lebih baik. Pendapat
diatas diperkuat oleh hasil penelitian Andhi (2010)
yang mencari hubungan antara etos kerja dengan
kinerja pegawai. Andhi menyimpulkan bahwa etos
kerja memiliki hubungan yang erat dan signifikan
dengan kinerja pegawai. Semakin tinggi etos kerja
seorang pegawai, maka kinerjanya semakin bagus.
Penelitian yang dilakukan oleh Raudhoh dan
Habib Muhammad (2013) pada variabel etos kerja dan
kinerja dosen menunjukkan bahwa etos kerja terbukti
memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
kinerja dosen. Demikian pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fajriani, Santoso, dan Ngadiman (2013)
pada variabel etos kerja dan kinerja guru juga
menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan
dari etos kerja dengan kinerja mengajar guru.

2.5 Hipotesis
1. Ada

hubungan

yang

signifikan

antara

gaya

kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan
kinerja mengajar guru SD negeri di kecamatan
Mranggen kabupaten Demak?
2. Ada hubungan yang signifikan antara etos kerja
dengan kinerja

mengajar guru

SD negeri di

kecamatan Mranggen kabupaten Demak?
Pengajuan hipotesis tersebut berdasarkan pada
teori-teori yang sudah dipaparkan dan memperhatikan
penelitian terdahulu.

27

2.6 Model Penelitian Pemikiran
Kerangka

pemikiran

yang

diajukan

dalam

penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti
yang

telah

diuraikan

diatas.

Selanjutnya

guna

memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model
penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Penelitian
Gaya
Kepemimpinan
Demokratik
(X1)

Kinerja Mengajar
Guru
(Y)

Etos Kerja
(X2)
Keterangan: X1 = Sebagai variabel bebas
X2 = Sebagai variabel bebas
Y = Sebagai variabel terikat

28