Menelaah Sastra Sebagai Salah Satu Unsur

MENELAAH SASTRA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR DALAM
PERKEMBANGAN BANGSA

Di Susun Oleh :

Nama :

M. Fachri B.Z.

NIM :

14.104.072

Fakulas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Jurusan Teknik Arsitektur
Institut Teknologi Medan
T.A. 2014 / 2015

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan terhadap ke-hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia nyalah, karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia dengan dosen pengasuh Dra. Yulizar Yunas, M.Hum. Merujuk kepada
kesesuaian materi dan topik yang sedang hangat saat ini, maka penulis
mengangkat judul karya tulis ilmiah ini dengan judul MENELAAH SASTRA
SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PERKEMBANGAN BANGSA.
Dengan adanya makalah ini, Mahasiswa diharapkan lebih mampu
mengasah pemikiran dalam lingkungan Linguistik dan kesusastraan karena sastra
merupakan refleksi nyata dari sebuah perkembangan dan peradaban suatu bangsa.
Dalam melihat suatu perkembangan peradaban biasanya para sejarawan juga akan
memanfaatkan sastra sebagai referensi mereka. Oleh karena itu nilai-nilai sastra
yang terus berkembang dari jaman pra Aksara sampai saat ini memiliki nilai
historis pada setiap wilayah.
Sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna
penulisan karya tulis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan saya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat membangun kesadaran
dan membangkitkan semangat akademisi dalam membangun kembali sastra

sebagai salah satu unsur perkembangan Bangsa.

Penulis

M. Fachri B.Z.

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
a. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
c. Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
d. Kerangka Teori ............................................................................................. 4
e. Metode Penelitian ......................................................................................... 5
2. PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
a. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
b. Analisis Masalah .......................................................................................... 8

c. Data Penunjang........................................................................................... 11
3. PENUTUP ........................................................................................................ 22
a. Kesimpulan ................................................................................................. 22
b. Rekomendasi .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

ii

1.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah
Kegiatan membaca pada umumnya banyak dipandang orang
sebagai kegiatan yang membosankan, hal ini terlihat saat kita dihadapkan
dengan pilihan membaca buku-buku atau menyaksikan tayangan televisi
yang pada akhirnya akan dipilih pastinya menyaksikan tayangan televise.

Kondisi seperti ini sangan memprihatinkan, ada banyak solusi agar
masyarakat kita gemar membaca. Salah satunya adalah dengan membaca

karya sastra. Membaca karya sastra

yaitu kegiatan membaca yang

berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca karya sastra,
pembaca

dituntut

untuk

mengaktifkan

daya

imajinasinya

dan

kreativitasnya agar dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Setelah

membaca karya sastra pembaca akan memperoleh pengetahuan dan
pengalaman melalui karya sastra yang dibacanya. Disinilah letak
kelebihan pembaca karya sastra dibandingkan karya-karya lain. Dari itulah
kita akan memahami betul bahwa pentingnya kehidupan dengan banyak
membaca karya sastra.

Sastra dapat menjadi suatu nilai yang real, karena sastra banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan membuat hidup kita semakin
berwarna. Perlu kita ketahui bahwa karya sastra telah membawa kita
kedalam perubahan zaman dengan beberapa perubahan dan pergantian
periode. Sastra merupakan salah satu bagian dari nilai budaya yang harus

1

tetap kita junjung sebagai nilai leluhur dari nenek moyang hingga pada
jaman Globalisasi seperti saat ini. Kegiatan Membaca dapat dijadikan
suatu tolak ukur sebagai perkembangan suatu bangsa, oleh sebab itu kita
harus menanamkan minat-minat membaca kepada generasi muda agar
bangsa ini dapat berkembang menjadi bangsa maju dengan masyarakat
yang memiliki karakter gemar membaca.


Mengembangkan karakter seseorang agar gemar membaca karya
sastra tidaklah sulit. Buku Sastra telah menghadirkan bacaan yang asik dan
menarik alias tidak membosankan. Dampaknya bagi mereka selain akan
kecanduan membaca merekapun akan mencoba membuat sebuah karya
untuk dijadikan sebuah bacaan. Dari sinilah karakter seseorang akan
dibangun menjadi manusia yang berwawasan luas akan ilmu bacaannya.

Perlu kita ketahui karya-karya sastra mencoba melukiskan hidup
senyata-nyatanya, sedangkan cerita-cerita hiburan sering menghindarkan
kenyataan-kenyataan itu, menutup-nutupinya, dengan maksud mengajak
pembaca melupakan kenyataan-kenyataan itu.

2

b. Rumusan Masalah
Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan
pembahasan yang lebih sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun
rumusan masalahnya yaitu:

1.

Apa itu sastra dan karakter?

2.

Bagaimana pengertian membaca sastra dan karakter bangsa?

3.

Bagaimana sejarah sastra berdasarkan perkembangan bangsa?

4.

Bagaimana peranan membaca sastra dalam perkembangan karakter
bangsa?

5.

Apa manfaat membaca sastra dalam perkembangan karakter bangsa?


c. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu sastra dan karakter.
2. Untuk Mengetahui pengertian membaca sastra dan karakter bangsa.
3. Untuk mengetahui sejarah sastra berdasarkan perkembangan bangsa
4. Untuk mengetahui peranan membaca sastra dalam perkembangan
karakter bangsa.
5. Untuk mengetahui manfaat membaca sastra dalam perkembangan
karakter bangsa.

3

d. Kerangka Teori
1. Sastra
Pengertian sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
karya seni yang berwujud dengan bahasa seperti gundahan prosa dan
puisi yang indah. Di kalangan masyarakat sendiri sastra lebih dikenal
secara umum dengan Ilmu Bahasa, namun secara rinci masyarakat
tidak terlalu paham akan apa itu sastra.

Pengertian sastra menurut Mursal Esten ( 1978 : 9 ) adalah :

“Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif
terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).”

Namun Sastra Menurut Panuti Sudjiman ( 1986 : 68 ) sendiri
adalah :
“Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya.”
Adapula pengertian Sastra Menurut Sapardi (1979 : 1) adalah :

“Sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah
suatu kenyataan social.”

Jika kita menyatukan pemikiran-pemikiran para ahli diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa sastra itu adalah sebuah konsep seni yang
berbasis bahasa atau linguistik baik yang berwujud prosa maupun
lainnya.

4

e. Metode Penelitian
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui
metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara
jelas dan konprehensif. Data teoretis dalam karya tulis ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil
data melalui pendekatan membaca berbagai literature yang relevan dengan
tema tulisan. Data tersebut diolah dengan teknik analisis melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks
tema karya tulis.

5

2.


PEMBAHASAN

a. Identifikasi Masalah
Terdapat pengertian tentang pengertian membaca sastra dalam
perkembangan karakter bangsa ini. Menurut Guntur Tarigan membaca
sastra adalah suatu karya sastra dapat dikatakan indah apabila baik dari
segi bentuknya maupun dari segi isinya terdapat keserasian, keharmonisan
yang satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang dapat mengerti selukbeluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia
memahami isinya serta menikmati keindahannya.

Pengertian membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis
yaitu membaca yang berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam
membaca sastra, pembaca dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasinya
dan kreativitasnya agar dapat memahami dan menghayati isi bacaan.
Setelah membaca karya sastra pembaca akan memperoleh pengetahuan
dan pengalaman melalui karya sastra yang dibacanya. Disinilah letak
kelebihan pembaca karya sastra dibandingkan karya-karya lain.

Saya berpendapat bahwa sastra adalah nilai budaya yang lebih
komplit dan etis, mengandung realita yang tidak bisa kita pungkiri,
berkembangnya peradaban bangsa Indonesia telah mengandung sejarah
panjang dalam perjalanan dunia sastra, membaca sastra telah mengajarkan
kita kedalam kehidupan bangsa yang lebih bermartabat sehingga akan

6

mengembangkan perkembangan karakter seseorang dalam kehidupannya.
Membaca adalah keperluan jiwa yang harus kita tekankan dalam
kehidupan, dengan membaca sastra kita akan mengetahui perkembangan
budaya, seperti zaman dahulu saat kita belum mengenal tulis-menulis
ceritanya melalui mulut-kemulut (leluri) hingga sampai ini kehidupan
yang semakin maju dan berkembang, tentunya sastra telah menghadirkan
manusia yang cerdas dan kreatif serta akan membawa perubahan karakter
anak bangsa yang gemar membaca sastra sebagai kebutuhan pokok
hidupnya.

Banyak yang telah mengartikan pengertian tersebut dengan
persepsi yang berbeda-beda, dengan tujuan yang sama. Karena dengan
banyak membaca buku sastra, kita dapat menambah wawasan yang lebih
luas dibandingkan orang yang tidak suka membaca. Dengan membaca
kita dapat menunjukan kemajuan bangsa yang mempunyai karakter maju,
karena sastra telah banyak menghadirkan suatu yang realistis dan real
tentang kehidupan sehari-hari. Banyak definisi dari berbagai para ahli
bahwa kegiatan membaca itu sangat penting untuk menunjang pola pikir
seseorang dalam proses perubahan karakter.

7

b. Analisis Masalah
Dahulu kala orang belum mengenali tulis menulis, ceritanya
disampaikan dengan tutur kata. Tiap-tiap ceritanya secara turun temurun
diceritakan dari mulut ke mulut.
Suatu keanehan yang terdapat pada cerita lama itu adalah seperti
berikut:
Cerita itu pada umumnya cerita-cerita tentang kepercayaan kuno,
sehingga orang tidak boleh dengan sekehendak hati saja menuturkan atau
menjanjikannya sebab perbuatan demikian dapat menimbulkan amarah
dewa-dewa. Jadi tiap-tiap cerita itu harus diturunkan ketika pada waktu
yang baik dalam waktu tertentu.
Dilarang sekali menuturkan cerita atau doa mati sewenangwenangnya, sebab bila ada orang lalai dan berbuat demikian, laknat dan
kutuk akan menimpa dirinya dan keluarganya (kepercayaan orang toraja).
Sebab bukankah cerita itu menuturkan tentang perihal dewa-dewa, hantu,
peri, arwah-arwah orang tua atau makhluk bertubuh halus yang tidak dapat
diperolok-olokan.
Walaupun wujud cerita itu real dan sepintas lalu dan dapat
dikatakan sebagai cerita dongeng belaka, tetapi makhluk tersebut yang
terdapat didalam cerita itu adalah dewa, jin, peri, makhluk bertubuh halus,
yang harus dihormati.
Umumnya kebanyakan suku-suku bangsa di Nusantara pada masa
purba tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun. Kelalaian ini
Nampak pada sebuah sastra lama. Tiap-tiap gubahan atau cerita lama tidak

8

diberi berangka tahun, sehingga orang tidak dapat tahu, ketika karangan
itu digubah atau dikarang. Bagi orang dahulu angka tahun tidak begitu
penting. Begitu pula nama pengarang tidak pernah dibubuhi, sebab
perseorangan atau individu tidak begitu terbilang dalam kerukunan di
Nusantara purba dan apabila ada nama pengarang dibubuhi, belum tentu
buah tangan ciptaannya.
Lagi pula menceritakan atau menjalin suatu cerita yang dikarang
oleh seorang tidak dipandang sebagai suatu kesalahan. Tiap-tiap orang
bebas menjalin sebuah cerita dan ketika menjalinnya isi dan bahasa cerita
asli itu terkadang di tambah atau di kurangi menurut banyak sedikitnya
angan-angan menjalin cerita tersebut. Dan indah buruknya hikmat kata
tergantung pada kepetahan lidah penjalin atau pencerita. Semua itu tidak
dipandang sebagai curian sastra maupun kesalahan atau kekurang jujuran,
tetapi hal demikian dipandang sebagai tanda keahlian pengarang. Misalnya
saja persamaan dongeng si Katan dan Maling Kundang tentang seorang
anak yang durhaka terhadap orangtuanya. Isinya sama, tujuan dan ajaran
sama hanya selaputnya berlainan.
Begitulah jadinya “kepandaian bersama yang tidak hanya nyata
pada isi, tetapi juga, pada bahasa dan gaya bahasanya, yang sekali-kali
tidak membayangkan curahan hati individu, tetapi golongan orang yang
menurut suatu tradisi. Sastra lama terpencar dari masyarakat, hidup
ditengah masyarakat dan adalah milik masyarakat. Kebiasaannya mengikat
jiwa masyarakat, akibatnya masyarakat menjadi statis, sukar melepaskan
diri dari kebiasaan kuno jikalau hendak mengadakan suatu perubuhan serta

9

mereka harus menoleh dahulu kepada adat-istiadat nenek-moyangnya,
agar mereka tidak buang keluar golongannya.
Dengan demikian tidak mengherankan, jika bentuk puisi yang
dipancarkan pada zaman itu bersifat statis pula, mempunyai bentuk yang
ditetapkan lebih dahulu menurut aturan-aturan yang dilazimkan. Segala
perasaan takluk kepada bingkaian kelaziman, kiasan yang sudah
ditetapkan.
Setiap penciptanya tidak akan dapat melepaskan diri dari ikatanikatan lama ini, begitu juga dalam mengeluarkan perasaannya. Saat ini kita
masih mendapati bentuk puisi lama yang tidak begitu banyak lagi dipakai,
sesuai dengan ikatan, corak dan isinya.

10

c. Data Penunjang
Ikatan-ikatan Puisi di Masa Lama
1. Pengaruh asing beradab-adab merajalela di Nusantara dan teristimewa
pengaruh India pada mulanya. Bangsa Hindu datang ke Indonesia ini
kurang lebih pada abad ke-11 sesudah masehi. Pengaruh india dalam
kebudayaan dan masyarakat besar sekali di Nusantara ini.
2. Bangunan, agama dan kesusastraan menunjukan pengaruh peradaban
Hindu itu, teristimewa di pulau Jawa. Meskipun begitu tidak dapat
dikatakan, bahwa bangsa Indonesia sebelum datangnya bangsa Hindu
tidak berkesusastraan.

Dahulu kala sebelum terpengaruh sastra asing, bangsa Indonesia
sudah mempunyai cerita dan dongeng yang mengenai dewa-dewa
manusia dan binatang, lepas dari tiap-tiap pengaruh. Dam disamping itu
boleh dikatakan, bahwa kesusastraan yang tertua yang berbentuk puisi
juga sudah ada. Diantaranya puisi lama itu seperti dibawah ini:
a.

Bidal-bidal
Yakni kalimat-kalimat singkat yang mengandung suatu pengertian

atau membayangkan sindiran dan kiasan sebagai tangkisan bagi ahli
sastra. Bidal-bidal ini mempunyai gerak lagu dan irama yang tertentu,
meskipun sifat itu sangat meminta saja. Jelas jugalah bagi tiap-tiap
pendengar, bahwa dengan adanya irama inilah bidal menjadi puisi yang
tertua dalam kesusastraan Indonesia.

11

Ingat juga kepada anak-anak kecil di Sekolah Taman Kanak-kanak,
pertama-tama mereka diajarkan bernyanyi (Puisi), sebab gerak lagu yang
tertentu memudahkan anak-anak itu mengingat kata-katanya. Ikatan
serupa itu diatas inilah yang banyak terdapat pada bangsa-bangsa yang
bersahaja (Frimitip). Bidal inilah ikatan Indonesia yang terkuno.

1)

Bidalah yang dikatakan puisi yang tertua dalam sastra tiap bangsa,
yang biasanya menjadi cermin daripada keadaan masyarakat
dimana bidal itu terjadi.

Kumpulan bidal yang sebanyak itu memang ada asal kejadiannya. Jadi
dapat jugalah dia diadakan beberapa pembagian, misalnya:
Saya sengaja memberikan dua contoh bidal yaitu :

a)

Bidal dikalangan guru

Kalau guru makan berdiri, maka murid makan berlari.
b)

Bidal kalangan rumah-tangga

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah
.
b.

Pantun
Dalam kesusatraan Indonesia lama terdapat sebuah ikatan yang

bernama pantun. Arti pantun adalah misal, seumpama, ibarat dan tamsil.
Adapun ikatan pantun pada masa dahulu sangat banyak dipakai, karena

12

susunan dan isinya sangat baiknya. Pantun itu juga adalah kepandaian
bersama yang tidak dapat diketahui siapa pengarangnya.

Ikatan pantun dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1)

Sampiran

2)

Isi

Contoh :
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Besenang-senang kemudian

c.

Talibun
Pada pantun kita lihat bahwa bilangan baris ada empat. Kalau

bilangan itu lebih dari empat, tetapi genap jumlahnya, maka pantun itu
disebut talibun.
Contoh :
Kalau anak pergi kelempau
Yu beli belanakpun beli
Ikan panjang beli dahulu.
Kalau anak merantau
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu

13

d.

Gurindam
Gurindam ialah suatu ikatan yang timbul setelah ada pergaulan

dengan orang-orang hindu. Ikatan bernama gurindam ini berasal dari
tamil. Bilangan berisinya dua dan bersajak sempurna atau pun tidak
sempurna. Keistimewaan gurindam tersimpul dalam isinya yakni berisi
nasihat, bersifat mendidik, serta banyak berisikan masalah agama. Lagi
pula kedua baris itu membentuk suatu kalimat majemuk dan biasanya
diperhubungkan menurut sebab-akibat.

Contoh:
Kurang pikir, kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

e.

Syair
Syair berasal dari bahasa Arab. Arti kata Arab syair, yang berarti

penggubah atau pengikat sastra. Jadi syair terdapat dalam kesusastraan
Indonesia setelah masuknya agama Islma. Syair terdiri dari empat baris
dalam setiap barisannya. Dilihat dari jumlah barisnya syair hampir sama
dengan pantun. Perbedaannya terletak pada persajakannya yaitu aa-aa.
Contoh :
Ya illahi khalikul bahri
Nasibku malang tidak pergi.
Ditinggalkan istri seorang diri
Bekal sengsara setiap hari.

14

2.

Masa Periode Kesusastraan Lama

Pada masa periode ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
sebagai berikut:
a.

Masa ABM (Abdullah bin Abdulkhadir Munsyi)
Abdullah lahir pada abad ke-18 (1797) dan meninggal pada tahun

1853 di jedah, ayah neneknya seorang arab, kawin dengan seorang
perempuan india. Ia mengagumi orang yang berkulit putih, mengagumi
kepandaian-kepandaian dan sifat-sifat mereka yang dianggapnya baik,
selain menjadi juru bahasa mereka, dia juga menulis beberapa buku, buah
karya Abdullah dianggap bercorak baru. Tokoh Abdullah menarik
banyak perhatian peneliti. Karena pembaruan yang dibawanya, dia
dianggap sebagai yang telah memelopori munculnya sastra baru yang
tidak lagi bersifat istanasentris, yang tidak hanya lagi menulis ceritacerita khayal yang tak berjejak pada dunia kenyataan.

b.
1)

Masa Balai Pustaka
Pada awala masa Balai Pustaka setelah lahirnya ABM pada
mulanya tahun 1908 tanggal 14 september, dengan ketetapan
gubernemen no.12, didirikan sebuah Badan Penerbit dengan nama
“Taman Bacaan Rakyat”. Dibawah pimpinan G.A.J Hazeu. Pada
tahun 1917 namanya diganti menjadi Balai Pustaka, sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan usahanya.

15

2)

Syarat-syarat penerbitan Balai Pustaka
Karena Balai Pustaka dibawah aturan aparatur pemerintahan
penjajah, maka tuntunlah harus tunduk pada ketentuan-ketentuan
pemerintah. Ketentuan yang menjadi pegangan Balai Pustaka
dalam menerbitkan sebuah buku (karangan) ialah :
a)

Karangan tidak boleh menyinggung-nyinggung soal politik.

b)

Karangan

janganlah

sampai

menyinggung-nyinggung

perasaan segolongan orang dalam masyarakat sehingga dengan
demikian keamanan negeri terganggu.
c)

Jangan pulalah hendaknya karangan-karangan itu sampai
menyinggung perasaan seorang dari agama yang dianutnya.

Buku-buku atau karangan yang tidak memenuhi syarat-syarat
diatas tentulah takan diterbitkan oleh balai pustaka.
Dibawah ini secara sederhana saya telah mencantumkan beberapa
karya sastra dalam bentuk roman terbagi menjadi beberapa periode
diantaranya:
(1) Pada periode 1920
Dalam roman Azab dan Sengsara diceritakan nasib buruk seorang
gadis yang tidak berkesampaian menikah dengan lelaki yang dicintai.

16

(2) Pada periode 1922
Dalam roman Siti Nurbaya cerita ini merupakan kritik terhadap
berbagai kehidupan kuno berkenaan dengan perkawinan.

(3) Pada periode 1936
Dalam roman di Bawah Lindungan Ka’bah ini menceritakan
tentang kehidupan seorang anak bernama hamid yang telah ditinggalkan
ayahnya dari kecil, hamid di rawat dan dibersarkan oleh seorang
saudagar kaya bernama H.Ja’far sampai tamat diploma, setelah tamat
diploma hamid melaksanakan rukun iman yang ke lima yaitu haji.
Sayangnya dalam perjalanan disana hamid meninggal.

c.

Masa Pujangga Baru
Pujangga baru munculnya hanyalah nama sebuah majalah bahasa

dan sastra yang mulai diterbitkan pada bulan juli 1933. Nama majalah
inilah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda
mengambil inisiatif penerbitan majalah itu, serta pujangga-punjangga
yang terus menerus memelihara tumbuhnya dengan sumbangan
karangan-karangan mereka baik puisi maupun prosa. Adapun peloporpelopor pada masa pujangga baru yaitu Mr.St.Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Merekalah penanda tangan manifest
pujangga baru yang mengajak pujangga muda untuk bersatu memajukan
bahasa, sastra dan kebudayaan Indonesia.

17

Kemajuan utama ialah kemajuan bahasa dan budaya Indonesia
harus dapat maju dapat kita lihat apa sebenarnya tujuan dari masa
pujangga baru, yaitu : “Membimbing semangat baru yang dinamis untuk
membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia”. Dasar yang
dipakai ialah mencontoh sebanyak-banyaknya apa yang dapat dicontoh
dari dunia luar terutanama dunia barat dengan tidak mengabaikan
kebudayaan sendiri.

d.

Masa Angkatan 1945
Munculnya Chairil Anwar dalam panggung sejarah sastra

Indonesia memberikan suatu yang baru. Sajak-sajak Amir Hamzah yang
betapapun masih mengingatkan kita kepada sastra Melayu, meskipun
sajak-sajak Amir itu memang indah dan bernilai tinggi. Tidak dapat
dibantah pula bahwa sajak-sajak Chairil Anwar bernilai, bahkan bernilai
tinggi. Bahasa yang dipergunakannya ialah bahasa yang hidup, berjiwa.
Bukan lagi bahasa baku, melainkan percakapan sehari-hari yang
dibuatnya bernilai sastra. Karena ada itulah ada orang-orang yang
berpendapat

bahwa

baru

dengan

sajak-sajak

Chairil

Anwarlah

sebenarnya bahwa sastra Indonesia lahir.
Dengan munculnya kenyatan itu, maka banyaklah orang yang
berpendapat bahwa suatu angkatan kesusastraan baru telah lahir. Pada
mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada menyebutnya
angkatan sesudah perang, ada yang menamakannya angkatan Chairil
Anwar, angkatan kemerdekaan dan lain-lain. Baru pada tahun 1948,

18

Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama angkatan 45. Nama
ini segera menjadi popular dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai
nama resmi.

3.

Periode sastra saat ini secara global
Pada Era Globalisasi dan perkembangan zaman serta teknologi

yang semakin merajai serta berkembang dengan pesat. Karya sastra tetap
berekspresi dan narsis dalam dunia yang semakin berkembang ini, karena
karya sastra menjadi suatu wadah seoarang penulis untuk menuangkan
segala imajinasinya. Hal tersebut dituntut untuk menjadi seorang penulis
yang baik harus menuangkan segala imajinasi yang tertuang pada dirinya
baik pengalaman yang sudah dijalaninya maupun hanya sekedar imajinasi
atau khayalan semata saja. Berdasarkan perubahan zaman hingga saat ini
sastra masih tetap banyak dinikmati oleh berbagai kalangan khususnya
pencinta sastra baik dalam bentuk prosa maupun puisi. Prosa terbagi
menjadi dua yaitu prosa fiksi dan non fiksi, puisi juga terbagi menjadi dua
yakni puisi lama dan puisi baru.
Terkadang saya berpikir mengapa sebagian atau banyak orang yang
tidak peduli terhadap sastra baik itu puisi, cerpen dan sebagainya. Sastra
adalah sebagian dari kebudayaan Indonesia yang harus kita kembangkan
bukan terasingkan, miris dengan keadaan ini. Didunia yang sangat
modern ini sering kita menemukan dan melihatnya sebuah karya sastra
dalam bentuk novel yang akhirnya di buat film itu adalah bentuk karya
sastra yang real dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Sering kita

19

jumpai dalam film-film yang diangkat dari sebuah novel seperti, ayatayat cinta, ketika cinta bertasbih, wanita berkalung sorban, cinta suci
zahrana, 5 cm, perahu kertas, sang penari, habibi dan ainun. Itu adalah
sebagian dari karya sastra yang akhirnya bisa kita nikmati. Jelas sastra
mempunyai nilai dan daya tarik yang lebih bagi kebudayaan kita dan
berpengaruh terhadap dunia perfilman Indonesia. Banyaknya perubahan
dan aturan-aturan dalam kesusastraan dan meninggalkan sejarah panjang
pada dunia kesusastraan hingga saat ini
Melihat uraian masalah dalam polemik saat ini, melihat sejarah
perkembang zaman periode demi periode yang telah diuraikan diatas
menurut saya telah terjadi perubahan karakter suatu bangsa bahwa kita
mempunyai budaya leluhur dari nenek moyangpun masih ada hingga saat
ini. Nilai budaya yang begitu luas terkadang orang menyepelekannya,
sedangkan perkembangan karakter Indonesia harus betul-betul dirubah
dari yang tadinya malas membaca seharusnya diperbanyak untuk
membaca. Membaca sastra pada umumnya akan menghadirkan warna
baru dalam kehidupan seseorang dan setiap individunya itu sendiri.
Merubah pola pikir seseorang dengan kreatifitas dan kemampuannya
serta minat baca yang tinggi akan menyelesaikan semua permasalahan
yang kita hadapi. Pendidikan di Indonesia tidak akan tertinggal jauh
kalau anak bangsa banyak membaca khususnya ilmu sastra yang secara
tuntas memberikan wahana perubahan karakter yang lebih baik bukan
hanya sastra saja yang harus dibaca tetapi semua bacaan wajib kita baca.
Kenyataan saat ini banyak siswa maupun mahasiswa malas untuk

20

membaca karena beberapa faktor. Maka dari itu mulai saat ini kita harus
mengajak mereka untuk lebih giat lagi membaca.
Lantas apa yang menjadi pertanyaan kita untuk bangsa kita untuk
menjadi bangsa yang memiliki karakter yang akhirnya akan merubah
seseorang dari yang tidak gemar membaca akhirnya gemar membaca.
Dibawah ini ada beberapa persoalan.
Bagaimana

dengan

Indonesia?

Beberapa

sekolah

masih

melaksanakan bacaan-bacaan wajib. Tetapi secara umum, siswa-siswa
Indonesia hanya sekali, dua kali atau bahkan ada yang sama sekali belum
pernah membaca karya sastra. Taufik ismail lebih menyukai istilah
“bangsa yang rabun membaca dan pincang mengarang” untuk
menggambarkan situasi pembelajaran sastra di Indonesia.
Secara lebih rinci, Taufik Ismail (2003) menyebutkan setidaknya
35 permasalahan dalam pembelajaran sastra di Indonesia. Permasalahan
itu diantaranya adalah merosotnya minat masyarakat secara umum untuk
membaca karya sastra. Memang ada beberapa fakta yang dapat
membantah pernyataan ini. Terbukti novel-novel seperti lascar pelangi
atau ayat-ayat cinta laris dipasaran.
Masalah-masalah lain masih banyak tetapi pokok permasalahan
dari semua persoalan itu terletak pada merosotnya wajib baca buku
sastra, bimbingan mengaranga dan pengajaran sastra di sekolah dan
kampus harus lebih ditingkatkan supaya bisa mencapai suatu karakter
seseorang yaitu generasi penerus bangsa yang unggu dan berkarakter
hebat.

21

3.

PENUTUP

a. Kesimpulan
Pengertian membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis
yaitu membaca yang berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam
membaca sastra, pembaca dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasinya
dan kreativitasnya agar dapat memahami dan menghayati isi bacaan.
Setelah membaca karya sastra pembaca akan memperoleh pengetahuan
dan pengalaman melalui karya sastra yang dibacanya. Disinilah letak
kelebihan pembaca karya sastra dibandingkan karya-karya lain.
Sejarah sastra berdasarkan perkembangan zaman terhadap karakter
bangsa terbagi menjadi beberapa perubahan diantaranya latar belakang
kesusastraan lama, ikatan-ikatan puisi lama, dan periode kesusastraan lama
berdasarkan perkembangan karakter bangsa dengan perubahannya.
Perubahan karakter suatu bangsa dapat dikembangkan melalui
kegiatan membaca buku sastra dan buku yang lainnya yang akan
menambah ilmu wawasan yang lebih luas lagi serta dapat menumbuhkan
karakter individu yang lebih baik lagi demi bangsa Indonesia tercinta ini.
b. Rekomendasi
Semoga karya tulis yang saya buat dapat memberikan manfaat
yang baik untuk semua kalangan dan semestinya dari mulai saat ini bangsa
ini kita rubah dengan perbanyak membaca karya sastra dan buku lainnya
yang

akan

menambah

wawasan

serta

ilmu

pengetahuan

demi

menghadirkan karakter suatu bangsa itu sendiri.

22

DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursal Drs., 1984. Kritik Sastra Indonesia, Angkasa Raya, Jakarta.
Dani K, Drs. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonseia Dilengkapi Dengan EYD.
Putra Harsa, Surabaya.
Djoko Darmono, Sapardi Prof. Dr. 1979. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
K.S., Yudiono. 2010. Pengantar Sejarah Sastra Di Indonesia. Grasindo, Jakarta
K.S., Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Grasindo,Jakarta
Sudjiman, Panuti Dr. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Pustaka Jaya, Jakarta.

23