PIK industri kopi di sumatera selatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri merupakan sebuah keterampilan dan ketekunan kerja yang menggunakan
beberapa alat canggih untuk menghasilkan suatu produk. Terdapat berbagai jenis
industri yang ada di lingkungan, salah satunya industri kimia. Industri kimia tidak
hanya diartikan sebagai industri yang hanya bergelut dengan bahan-bahan kimia
berbahaya saja. Berbagai macam industri bisa dikatakan sebagai industri kimia karena
dalam proses nya pasti terdapat bagian yang berkenaan dengan proses kimia.
Di Indonesia sendiri sudah banyak didirikan berbagai macam industri, mulai dari
industri yang bertaraf besar sama industri rumahan. Industri rumahan biasanya
didirikan oleh aktifis maupun kelompok kerja. Dalam industri rumahan tentunya
banyak yang dijadikan sebagai bahan olahan. Industri rumahan tentunya bermodal
kecil dan membutuhkan keterampilan dan keuletan yang lebih. Industri rumahan
biasanya memanfaatkan barang-barang disekitar untuk dijadikan sebuah barang yang
lebih berharga
Salah satu industri rumahan yang terdapat di Indonesia khususnya Malang adalah
industri kopi. Selain dikenal sebagai kota apael, Malang juga terkenal dengan
kenikmatan kopinya. Maka tak heran banyak kedai kopi yang menyajikan kopi malang.
Menurut Rahardjo (2012), kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya. Kopi

juga berperan sebagai sumber penghasilan bagi para petani kopi. Untuk meningkatkan
harga jual kopi dipasaran, banyak kelompok tani yang mengolah kopi tersebut sampai
menjadi kopi siap minum.
Keberhasilan industri kopi membutuhkan banyak dukungan dan keuletan dari
beberapa pihak untuk meningkatkan kualitas dan mendistribusikan hasil olahan. Di
Malang sendiri, industri rumahan kopi bekerja sama dengan beberapa koperasi untuk
pemasaran dan bantuan dana perkembangan untuk mendapat alat-alat pengolahan kopi.
Pengolahan kopi dari kebun samapai menjadi kopi siap minum tentunya tak lepas
dari proses kimia maupun fisika. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
untuk mendapatkan hasil kopi siap minum dengan rasa yang nikmat dan alami. Maka
dari itu, industri kopi menjadi tujuan dalam pembuatan tugas ini.

BAB II
ISI

2.1 Latar Belakang Industri Kopi
Tanaman kopi saat ini sedang mengalami permasalahan, seperti harga kopi yang
rendah serta kurangnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi kopi. Dalam industri
kopi saat ini, terjadi penurunan tingkat produksi nasional maupun internasional. 80%
hasil perkebunan kopi di Indonesia berasal dari para petani kopi dan sisanya berasal

dari perkebunan pemerintahan. 50-70% produksi kopi di Indonesia diekspor dan
sisanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Hasil tersebut masih berupa hasil
mentah yang harus diolah lagi.
Kandungan kimia terpenting dari kopi adalah kafein. Kafein menyebabkan orang
tetap terjaga dan aktif karena dapat menempati sisi aktif dari reseptor adenosin.
Adenosin dapat membuat seseorang menjadi rileks dan tidak mengantuk, sehingga
kafein dapat menghambat sistem ini dan memberikan efek agar manusia terjaga. Efek
yang dihasilkan adalah detak jantung meningkat, otot menjadi lebih kaku, dan gula
darah meningkat. Kafein tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan karena dapat
menyebabkan efek buruk bagi kesehatan tubuh. Beberapa orang yang sangat sensitif
dengan kafein, sehingga tidak bisa mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak (Utami,
2011).
Komposisi kimia dari kopi dipengaruhi oleh jenis kopi, kualitas, dan lokasi panen.
Kandungan kimia yang berbeda ini akan berpengaruh terhadap metode pengolahan,
mutu fisik biji kopi kering, serta cita rasa seduhan (Mulato, 2010).
Daerah Malang yang terkenal sebagai penghasil kopi adalah Dampit, Tirtoyudo,
dan Ampelgading. Desa Tiromarto Kecamatan Ampelgading merupakan salah satu
desa yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani kopi. Tidak heran apabila
kebun kopi di sini sangat luas, hal ini karena didukung dari letak geografis kecamatan
Ampelgading Malang yang berada di dataran tinggi dan mempunyai hawa yang

dingin. Daerah ini berada di kaki gunung Semeru. Sehingga sangat cocok untuk
perkembangan kopi. Jenis kopi yang ditanam adalah kopi robusta. Kopi robusta dari
Malang ini termasuk ke dalam kopi terenak di dunia.
Kopi robusta atau kopi canephora digunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan
canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat
sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi
dibandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.

Saat ini, para petani kopi sedang berada dalam permasalah. Permasalahan yang
dihadapi adalah harga kopi yang tidak stabil, cuaca yang kurang mendukung untuk
proses penjemuran, serta kurangnya minat masyarakat untuk mengolah kopi sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, didirikan kelompok Tani di desa Tirtomarto Ampelgading.
Selain untuk menanggulangi permasalahan diatas, kelompok tani ini juga bekerja sama
dalam meningkatkan kualitas hasil panen kopi. Berbagai usaha sudah dilaksanakan,
diantaranya adalah mengikuti sosialisasi petani kopi se-Malang Raya dan juga
melakukan pemupukan secara organik.
Usaha untuk menaikkan harga jual kopi adalah mengolah kopi hasil panen menjadi
produk siap saji. Dengan mengolah kopi hasil panen, membuat harga kopi menjadi
jauh lebih tinggi. Biji kopi kering memiliki harga jual sekitar Rp 36.000,00 dan setelah
diolah menjadi produk siap saji harga menjadi Rp 60.000,00. Industri kopi ini

memproduksi kopi yang berkualitas tinggi saja, dan mempertahankan kemurnian dari
rasa kopi itu sendiri. Mengingat banyak nya produk kopi yang banyak campuran,
sehingga rasa murni dari kopi sendiri menjadi berubah. Bagi para pecinta kopi,
tentunya bisa membedakan kopi murni dengan kopi campuran. Para pecinta kopi
tentunya lebih menyukai kopi murni daripada yang campuran. Maka dari itu,
kelompok tani industri kopi ini tetap mempertahankan kemurniaan dari kopi. Hal ini
bertujuan untuk menjaga daya ikat dengan konsumen.
2.2 Proses Industri Kopi
Pengolahan kopi dari kebun sampai siap saji membutuhkan beberapa tahapan yang
harus dilakukan. Tahapan tersebut terdiri dari tahapan fisika maupun kimia. Tahap
pertama setelah kopi dipetik dari pohon adalah pemecahan kulit dari biji kopi. Kopi
yang dipetik adalah kopi yang sudah berwarna merah, yang menandakan kopi tersebut
sudah tua. Pengupasan ini menggunakan mesin agar prosesnya lebih cepat. Mesin
yang digunakan untuk proses pemecahan kulit kopi diberi roda, hal ini bertujuan agar
mesin tersebut dapat dibawa berpindah-pindah ke petani satu dengan yang lainnya.
Karena kurangnya tempat untuk proses industri, maka pengolahannya terpencar di
beberapa rumah anggota kelompok tani.
Tahap kedua adalah pengeringan. Biji kopi yang kulit sudah terpecah,
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4-5 hari bila cuacanya panas, bila hujan
bisa membutuhkan waktu yang lebih untuk penjemuran. Biji kopi yang kering,


kulitnya akan berwarna hitam. Setelah proses pengeringan, selanjutnya kopi masuk ke
mesin pemisahan antar kulit dengan bijinya. Biji kopi yang sudah terpisah dengan
kulitnya kembali dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari agar biji kopi benarbenar kering. Pengeringan ini berguna untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada
biji kopi agar kopi bisa bertahan lama.

Gambar 2.1 (mesin pemisah kulit kopi dengan bijinya)
Tahapan ketiga adalah pemilihan biji kopi. Biji kopi yang sudah bersih dan kering
dipilih yang bijinya berkualitas bagus. Kualitas ini berdasarkan ukuran biji kopi. Biji
kopi yang dipilih adalah yang berukuran besar dan memiliki bentuk utuh (tidak
pecah). Pemilihan ini dilakukan agar ketika penggorangan didapatkan hasil yang
panas merata. Apabila tidak melalui proses pemilihan ini, akan didapatkan hasil
penggorengan yang matangnya tidak merata, sehingga menurunkan kualitas kopi dan
merubah rasa kopi. Untuk mempermudah proses pemilihan ini, digunakan metode
pengayakan secara manual dengan menggunakan tampah.
Tahapan keempat adalah proses penggorengan biji kopi. Biji kopi yang sudah lolos
seleksi, digoreng menggunakan mesin yang bergerak memutar agar matangnya
merata. Biji kopi melalui proses penggorengan selama lebih kurang 30 menit untuk
kapasitas 2-3 kg dalam tabung mesin.


Gambar 2.2 (mesin penggorengan biji kopi)
Tahapan kelima adalah pendinginan biji kopi yang sudah matang. Biji kopi
yang sudah matang akan langsung keluar dari mesin penggorengan menuju mesin
pendinginan. Mesin pendingin ini bekerja secara berputar untuk menghilangkan uap
panas biji kopi.

Gambar 2.3 (mesin pendingin)
Tahapan keenam adalah penghalusan biji kopi menjadi serbuk kopi. Biji yang
sudah dingin langsung dihaluskan menggunakan mesin selip untuk dihasilkan
bubuk halus. Penyelipan dilakukan hingga dua kali agar dihasilkan serbuk kopi
yang benar-benar halus.

Gambar 2.4 (mesin penghalus biji kopi)
Tahapan terakhir adalah proses pencampuran dengan gula dan pengemasan.
Perbandingan campuran ini adalah 2:1 untuk gula dan kopi. Pengemasan kopi ini
menggunakan plastik kemasan yang sudah di desain khusus. Proses pengemasan ini
menggunakan mesin dan setiap kemasan berisi 30 gr campuran gula dan kopi.
Kemasan tersebut merupakan kemasan satu gelas kopi.

Gambar 2.5 (mesin pengemas)

Pengemasan kopi di industri kelompok tani ini bervariasi. Terdapat kemasan 100
gr dan juga kemasan biji kopi yang belum menjadi serbuk.

Gambar 2.6 (kemasan serbuk kopi 100 gr)

Gambar 2.7 (kemasan biji kopi 200 gr)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Industri rumahan memang terdapat banyak macamnya. Mulai dari produksi
makanan hingga hiasan. Dalam industri rumahan juga melalui beberapa tahapan proses
yang dilakukan. Seperti halnya dalam pengolahan kopi oleh kelompok tani di
Ampelgading. Kopi diolah sedemikian hingga didapatkan hasil yang berkualitas tinggi.
Kopi diolah mulai dari pemetikan di pohon hingga pengemasan dan siap untuk dipasarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Pudji. 2012 . Pamduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika Dan Robusta.
Jakarta : Penebar Swadaya.