Pengaruh Globalisasi pada Desain Busana
Pengaruh Globalisasi pada Desain Busana
Pengantin Wanita di Indonesia
Oleh:
Arini Arumsari
Program Studi Kriya Tekstil dan Mode STISI Telkom
email: [email protected]
Abstract
Beside the main function of clothes in everyday life to protect and cover the body, through
clothes people can express their identity, opinions and tastes of each person.
Devinitiflyclothes or fashion can be defined as an item worn on the human body for the
purpose to protect our physical, ethical, and aesthetical and symbolic which appropriate
with the environment, social and cultural values.
Wedding dress is a kind of clothes that can not be worn arbitrary. Because it symbolize a
hopes that would only be used once in a lifetime. And it will only be used by the right people
at the right time for the right reasons. And involving many other things such as culture,
religion, ideology and others. So all the meaning and majesty contained therein that attract
many people to better understand, analyze, and process.
In this discussion I will discuss the impact of globalization on the bride's dress design in
Indonesia. Currently, many people of Indonesia especially women who prefer to use modern
dress (european / west) wther than use kebaya or other traditional dress. Although initially
these dresses are derived from European culture and especially Christians, but along with the
times and cultural globalization that occurred in Indonesia, the use of modern wedding
dresses is also being rapidly adopted.
With the increasing of this modern dresses needs, in Indonesia fashion industry people were
competing in this business, with weighing the benefits to be derived from this field. Modern
wedding dresses can be very varied in the model or style. Can also combine different types of
styles, not just consist of one style only. Due to the design of a wedding gown involves many
factors such as religion, culture, traditions, tastes, trends and other
Keywords: wedding dress, globalization, modern
1. Pendahuluan
Dalam bukunya Fashion From Concept
to Costumer, Gini Stephens Frings
menjelaskan definisi fashion dari
konsep dasarnya, yaitu fashion
sebagai sebab akibat dan refleksi yang
terjadi akibat keadaan sosial, politik,
ekonomi dan kekuatan artistik yang
sedang berkembang pada saat
tersebut. Gaya yang berkembang dan
berevolusi dari faktor-faktor tersebut
23 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
menceritakan kejadian prasejarah
atau kejadian-kejadian sosial yang
berdampak pada bagaimana orang
bepakaian dan berubah secara
periodik
sesuai
berkembangnya
keadaan sosial dan faktor lainnya yang
mempengaruhi di atas. Seluruh ruang
ganti dari zaman ke zaman mampu
menceritakan dan mencerminkan
siklus trend pada bagaimana cara
orang berfikir dan hidup. Maka busana
atau pakaian merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan
dalam
kehidupan manusia dan selalu
berubah mengikui perkembangan
zaman. Hal ini berlaku juga terhadap
busana pengantin terutama busana
pengantin wanita.
2.1 Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang
memiliki
hubungan
dengan
peningkatan
keterkaitan
dan
ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia
melalui
perdagangan,
investasi,
perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara
menjadi bias.
Dalam
banyak
hal,
globalisasi
mempunyai banyak karakteristik yang
sama
dengan
internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang
dikaitkan dengan berkurangnya peran
negara atau batas-batas negara.
Berikut ini beberapa ciri yang
menandakan semakin berkembangnya
fenomena globalisasi di dunia.
1. Perubahan dalam konsep ruang
dan
waktu.
Perkembangan
barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa
komunikasi
global
terjadi
demikian cepatnya, sementara
melalui
pergerakan
massa
semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari
budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di
negara-negara yang berbeda
menjadi
saling
bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan
internasional,
peningkatan
pengaruh
perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam
World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural
melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini,
kita dapat mengonsumsi dan
mengalami
gagasan
dan
pengalaman baru mengenai halhal yang melintasi beraneka
ragam budaya, misalnya dalam
bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama,
misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi
regional dan lain-lain.
Globalisasi terdiri dari:
1. Globalisasi Budaya
2. Globalisasi Ekonomi
3. Globalisasi Informasi
24 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
Perkembangan
desain
busana
pengantin ini masuk dalam kategori
globalisasi kebudayaan. Kebudayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai
hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan
dengan
aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspekaspek kejiwaan ini menjadi penting
artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam
alam
pikiran
orang
yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil
pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala
tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu keseluruh dunia (sehingga
menjadi budaya dunia atau world
culture) telah terlihat semenjak lama.
Cikal bakal dari persebaran budaya
dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini
(Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi
kebudayaan secara intensif terjadi
pada
awal
ke-20
dengan
berkembangnya teknologi komunikasi.
Kontak melalui media menggantikan
kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antarbangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi
kebudayaan.
Ciri
berkembangnya
globalisasi
kebudayaan yaitu:
1. Berkembangnya
pertukaran
kebudayaan internasional.
2. Penyebaran
prinsip multi
kebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu
individu terhadap kebudayaan
lain di luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan
pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi
dari suatu negara ke negara
lain.
5. Berkembangnya mode yang
berskala
global,
seperti
pakaian, film dan lain lain.
6. Bertambah banyaknya kegitankegiatan
berskala
global,
seperti Piala Dunia FIFA.
2.1 Gaun Pengantin Modern
Gaun pengantin adalah pakaian yang
dikenakan oleh pengantin wanita
pada upacara pernikahan. Warna,
gaya dan berbagai kepentingan untuk
proses upacaranya sangat penting,
tergantung agama, dan kebudayaan
kedua mempelai. Pada tradisi modern,
warna gaun pengantin barat adalah
putih. Putih dalam hal ini termasuk
juga yang bernuansa putih seperti,
putih gading, ivory, putih kulit telur.
Kepopuleran warna putih ini dapat
ditelusuri kembali ke tahun 1840 pada
pernikahan Ratu Victoria dan Albert of
Saxe-Coburg. Sang ratu memilih
menggunakan gaun putih pada acara
tersebut
untuk
melambangkan
kesucian
cintanya,
walaupun
sebenarnya warna gaun pernikahan
kerajaan pada saat itu adalah perak.
25 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Pernikahan tersebut disebarluaskan
besar-besaran, maka para wanita pun
menjadi terinspirasi untuk melakukan
hal yang sama pada pernikahannya.
Pernikahan Ratu Victoria dengan Albert of
Saxe-Coburg
Dan tradisi tersebut berlanjut hingga
kini. Walaupun sebelumnya para
wanita menikah dengan gaun
pengantin berwarna apapun selain
hitam.Tetapi warna putih telah
menjadi simbol kesucian hati dan
kepolosan.Lalu seiring berjalannya
waktu ditambahkan bahwa putih juga
melambangkan keperawanan, yang
justru merupakan pendapat yang
salah karena seharusnya warna biru.
(The History of the White Wedding
Dress by Kelsey McIntyre)
Pada kebudayaan timur, misalnya Cina
gaun pengantin biasanya berwarna
merah
yang
melambangkan
keberuntungan, tetapi saat ini para
pengantin wanita lebih memilih gaun
pengantin modern berwarna putih
untuk pernikahannya.Juga di India
bagian utara, warna gaun pernikahan
tradisional mereka adalah merah.
Orang India Selatan menggunakan
warna putih atau krem pada sari yang
mereka gunakan sebagai gaun
pengantin.
Kelsey McIntyre dalam tulisannya
berjudul “The History of White
Wedding Dress“ juga mengemukakan
pendapat yang sama jika tradisi gaun
pengantin putih ini dimulai oleh Ratu
Victoria pada pernikahannya, dan
memberikan pengaruh yang sangat
besar. Pada buku “Godey’s Lady’s
Book”, 1849, terdapat kalimat ini:
“Custom has decided, from the earliest
ages, that white is the most fitting
hue, whatever may be the material. It
is an emblem of the purity and
innocence of girlhood, and the
unsullied heart she now yields to the
chosen one.”
Juga terdapat puisi kuno tentang
bagaimana
warna
memberikan
pengaruh terhadap masa depan:
“Married in white, you will have
chosen all right. Married in grey, you
will go far away. Married in black, you
will wish yourself back. Married in red,
you’ll wish yourself dead. Married in
blue, you will always be true. Married
in pearl, you’ll live in a whirl. Married
in green, ashamed to be seen, Married
in yellow, ashamed of the fellow.
Married in brown, you’ll live out of
26 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
town. Married in pink, your spirits will
sink.”
Revolusi Industri juga membawa
dampak perubahan. Mulai tahun 1890
dan kemunculan department store,
hampir
semua
wanita
dapat
mewujudkan
impiannya
untuk
menikah dengan mengenakan gaun
pengantin yang baru. Gaun pengantin
putih menjadi populer, dan pada
tahun 1890, Ladies Home Journal
menulis: “That from times immemorial
the bride’s gown has been white”.
Walaupun pernyataan ini kurang
tepat, namun ini menunjukan betapa
sangat
diterimanya
jika
gaun
pengantin berwarna putih.
Pada saat pesta pernikahan, gaun
pegantin eropa ini biasanya dilengkapi
oleh beberapa aksesoris yang merupa
kan ciri khas utama yaitu:
1.
Veil / kerudung.
Bangsa Yunani dan Romawi Kuno
percaya bahwa veil dapat menjaga
pengantin perempuan dari kekuatan
jahat. Pada budaya timur, pemakaian
veil berkaitan dengan mitos bahwa
pengantin pria tidak boleh melihat
wajah pengantinnya sebelum upacara
pernikahan, untuk menghindari halhal yang buruk. Di Zaman Victoria, veil
menjadi bagian penting dari sebuah
gaun pengantin. Pernikahan Ratu
Victoria memang menjadi acuan
dalam tradisi pernikahan di abad 19.
Ia memadukan veil dengan bunga
orange blossom yang kemudian
menjadi tren.
Pada masa kini, bahan yang biasanya
digunakan sebagai bahan veil adalah
kain tulle. Veil berbahan kain tulle ini
pertama kali digunakan oleh Nellie
Curtis, anak perempuan dari George
Washington, presiden Amerika Serikat
yang pertama. Berawal saat Nellie
sedang duduk dibalik tirai tulle saat
ayahnya
berjalan
memasuki
kamarnya.
2.
Tiara
27 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno,
tiara, yang awalnya menyimbolkan
kedaulatan dan kekuasaan, hanya
dipakai oleh raja-raja dan pemuka
agama yang dianggap tinggi dan
terhormat. Seiring berjalannya waktu,
penggunaan tiara menjadi semakin
popular. Pemakaiannya berkembang
mulai dari zaman Napoleon, sampai
setelah restorasi monarki di Prancis.
Wedding Tiara adalah adaptasi dari
tradisi kuno. Sebelumnya, baju
pengantin tradisional tidak memakai
tiara. Tiara pertama kali dipakai
sebagai aksesori yang melengkapi
gaun pengantin oleh para pengrajin
perhiasan di Inggris pada abad ke-19.
Ini merupakan simbol kekayaan
seseorang pada masa itu.
3.
karma. Sejak abad pertengahan,
sarung tangan memang memiliki arti
yang berhubungan dengan cinta dan
kesetiaan.
Ada
tradisi
yang
mengharuskan calon pengantin pria
menghadiahkan
sarung
tangan
sebagai hadiah pertunangan, dan
pengantin perempuan memakainya di
hari pernikahan mereka. Walaupun
sempat
menghilang,
pemakaian
sarung tangan bagi pengantin
perempuan kembali hidup pada tahun
1930-an.
4. Buket bunga
Sarung tangan
Di zaman Victoria, pemakaian sarung
tangan yang dipadankan dengan gaun
pengantin
menyiratkan
seorang
perempuan yang mempunyai tata
Semula, pengantin perempun hanya
membawa sejumput tanaman obat,
karena dipercaya wanginya dapat
menangkal pengaruh kekuatan jahat,
kesialan dan penyakit. Bawang putih
adalah tanaman yang paling sering
digunakan. Pada Zaman Yunani dan
Romawi, tradisi ini digantikan dengan
mengenakan rangkaian bunga di
28 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
rambut sebagai simbol kehidupan
baru dan kesuburan.
3. Analisa Data
Walaupun seperti telah diketahui dari
keterangan diatas bahwa pada
awalnya gaun pengantin ini memang
berasal dari kebudayaan Eropa dan
terutama umat Kristiani, namun
seiring dengan perkembangan zaman
dan globalisasi budaya yang terjadi di
Indonesia, saat ini mulai bayak wanita
Indonesa
yang
lebih
memilih
menggunakan
gaun
pengantin
modern (Eropa/barat) dibandingkan
kebaya ataupun pakaian daerah
lainnya.
Salah satu buktinya adalah fenomena
beberapa tahun belakangan ini, mulai
berkembangnya
industri
penyelenggara pernikahan (wedding
organizer), bridal, dan desain gaun
pengantin. Tahun ini saja banyak
diadakan pameran–pameran bridal
(wedding exhibition) di kota-kota
besar di Indonesia, dan masyarakat
pun menyambutnya dengan sangat
antusias. Seperti pameran Bridal
World, Bridal Vaganza, Wong Hang
Wedding Exhibition, dan lain-lain yang
diadakan hampir setiap bulan dengan
megah di gedung-gedung besar
ataupun di ballroom hotel berintang
di Kota Bandung. Karena pada saat ini
gaya hidup masyarakat telah berubah
dan jasa bridal ini kini sudah menjadi
salah satu kebutuhan masyarakat di
kota-kota besar di Indonesia.
Suasana pada pameran ‘Bridal World’
2011 di Graha Manggala Siliwangi,
Bandung
29 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Dengan mulai dibutuhkannya industri
gaun pengantin modern ini di
Indonesia, maka orang pun berlombalomba untuk menggeluti usaha ini,
dengan
menimbang-nimbang
keuntungan
besar
yang
akan
diperoleh dari bidang ini. Sebagai
contoh saat ini banyak desainer
terkemuka Indonesia anggota APPMI
dan IPMI yang membuat line khusus
wedding dress pada rumah modenya
seperti Adjie Notonegoro, Deden
Siswanto, Biyan, Rusly Tjohnardi,
Harry Ibrahim, Ferry Sunarto dan lainlain seiring dengan meningkatnya
permintaan terhadap gaun pengantin
modern ini.
Dokumentasi karya para desainer anggota
APPMI Jawa Barat, pada acara Fahion
Tendence APPMI Jawa Barat 2011 di
Hotel Hyatt, Bandung
Selain peran para desainer, kalangan
yang berperan menciptakan trend ini
adalh kalangan artis dan public figur di
Indonesia yang memilih untuk
menggunakan
gaun
pengantin
modern pada saat pesta pernikahan
mereka yang tentu saja pesta
pernikhan tersebut diekspos oleh
media dan dilihat oleh masyarakat
yang kemudian ingin menirunya.
30 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
Namun dibalik maraknya penggunaan
gaun pengantin modern ini, bukan
berarti busana pengantin daerah
Indonesia ditinggalkan begitu saja.
Busana pengantin daerah tetap
menjadi pilihan utama misalnya
kebaya, tetapi desain kebaya saat ini
sudah berkembang menjadi sangat
beragam dan cenderungsemakin
modern.sebagai contoh, karya kebaya
modern paling popular saat ini adalah
kebaya modern karya Anne Avantie,
desainer
anggota
APPMI
asal
Semarang, Jawa tengah. Yang
karyanya selalu dipakai oleah para
selebritis
dan
kaum
sosialita,
termasuk selalu digunakan untuk Putri
Indonesia pada ajang pemilihan Miss
Universe pada sesi busana daerah.
Ia bahkan berhasil mencatatkan
prestasi tak hanya di dalam negeri
namun hingga ke mancanegara.
Pelanggannya datang dari kalangan
pejabat hingga selebritis. Beberapa
Miss Universe yang datang ke
Indonesia juga pernah mengenakan
kebaya rancangan Anne. Mereka
antara lain, Jennifer Hawkins (Miss
Universe 2004 asal Australia), Chyntia
Ollavaria (runner up 1 Miss Universe
2005 asal Puerto Rico), Zulyeka Rivera
Mendoza (Miss Universe 2006 asal
Puerto Rico), Riyo Mori (Miss Universe
2007 asal Jepang), serta Dayana
Mendoza (Miss Universe 2008 asal
Venezuela)
Di tangan Anne Avantie ini, kebaya
yang awalnya cenderung dianggap
sebagai busana konvensional yang
ketinggalan zaman, diubah menjadi
adibusana yang menembus garis batas
kedaerahan tanpa meninggalkan akar
budaya
bangsa.
Kebaya
hasil
kreativitasnya memberi warna baru
bagi perkembangan dunia fashion
Indonesia karena keberaniannya
menerobos aturan baku tentang
kebaya yang terkesan kuno dan kaku.
Dengan ciri khas tersebut, ia telah
menciptakan trend yang merupakan
tonggak baru eksplorasi garis rancang
dan siluet kebaya.
Kebaya ala Anne Avantie kemudian
banyak menginspirasi para pelakon
industri fashion untuk memproduksi
karya mirip kebaya Anne Avantie.
31 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Kebaya modern karya Anne Avantie
Kebaya modern karya desainer Indonesa
lainnya
4. Kesimpulan
Melihat betapa gemerlap dan
megahnya gaya hidup masyarakat
Indonesia saat ini yang dapat dilihat
dari penggunaan gaun pengantin
yang mewah ini. Walaupun sebagai
pembenaran sering dikatakan bahwa
gaun pengantin ini kan memang
sangat istimewa karena hanya
dikenakan satu hari pada saat
pernikahan yang merupakan momen
yang sangat istimewa dan sakral
dalam kehidupan manusia.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
dampak globalisasi budaya ini bukan
hanya terdapat pada tradisi dan
desain gaun pengantinnya saja,
tetapi
secara
umum
sangat
mempengaruhi gaya hidup orang
Indonesia
menjadi
berbudaya
konsumerisme.
Budaya
konsumerisme
adalah
budaya
konsumsi
yang
dikonstruksi
kapitalisme
melalui
proses
penciptaaan ‘diferensi’, ‘citra’, gaya
dan gaya hidup.Budaya belanja
didorong oleh logika ‘hasrat’ (desire)
dan ‘keinginan’ (want) yang jauh
lebih
besar
daripada
logika
kebutuhan
(need).
Orang
dikondisikan tidak sekedar membeli
barang, tetapi membeli citra, ilusi,
status simbol, prestise, dan gaya
hidup. Hal ini dikembangkan rasa
ketakutan untuk tidak mengikuti
yang baru (trend, fashion, mode).
‘Budaya konsumerism’ (the culture of
consumerism) adalah
kegiatan
konsumsi yang dimuati dengan
makna-makna simbolik tertentu
(prestise, status, kelas) dengan pola
dan tempo pengaturan tertentu.
Konsumsi ditopang oleh proses
32 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
penciptaaan ‘diferensi’ secara terus
menerus lewat penggunaan ‘citra’
dan tanda dalam proses konsumsi.
Konsumsi
adalah
aktivitas
menghabiskan nilai tanda (sign/
value). Maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh globalisasi yang
mengakibatkan konsumerisme pada
masyarakat ini salahsatu contohnya
dapat
dilihat
dari
fenomena
perubahan desain gaun pengantin ini.
Daftar Pustaka
Agus Sachari & Yan Yan Sunarya
Sejarah dan Perkembangan Desain
dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia
Penerbit ITB 2002 Bandung
Hitchcock, Michael. 1991. Indonesian
Textiles. Singapore : Peripilus Edition
(HK) Ltd
Hottenroth, Friedrich. 2002, L’Art du
Costume, Prancis: L’Aventurine.
O’Hara,
Georgina.
1989.
The
Encyclopedia of Fashion. London:
Thames and Hudson Ltd
Tim Penyusun Seri Buku Indonesia
Indah, 1997, Indonesia Indah Seri
Busana Daerah, Jakarta: Yayasan
Harapan Kita / BP3 TMII
Andrean, Tina. 2006. Wedding
Inspiration by Tina Andrean. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Frings, Gini Stephens. 1987. Fashion
From Concept To Consumer. New
Jersey – USA : Prentice Hall, Inc
33 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Pengantin Wanita di Indonesia
Oleh:
Arini Arumsari
Program Studi Kriya Tekstil dan Mode STISI Telkom
email: [email protected]
Abstract
Beside the main function of clothes in everyday life to protect and cover the body, through
clothes people can express their identity, opinions and tastes of each person.
Devinitiflyclothes or fashion can be defined as an item worn on the human body for the
purpose to protect our physical, ethical, and aesthetical and symbolic which appropriate
with the environment, social and cultural values.
Wedding dress is a kind of clothes that can not be worn arbitrary. Because it symbolize a
hopes that would only be used once in a lifetime. And it will only be used by the right people
at the right time for the right reasons. And involving many other things such as culture,
religion, ideology and others. So all the meaning and majesty contained therein that attract
many people to better understand, analyze, and process.
In this discussion I will discuss the impact of globalization on the bride's dress design in
Indonesia. Currently, many people of Indonesia especially women who prefer to use modern
dress (european / west) wther than use kebaya or other traditional dress. Although initially
these dresses are derived from European culture and especially Christians, but along with the
times and cultural globalization that occurred in Indonesia, the use of modern wedding
dresses is also being rapidly adopted.
With the increasing of this modern dresses needs, in Indonesia fashion industry people were
competing in this business, with weighing the benefits to be derived from this field. Modern
wedding dresses can be very varied in the model or style. Can also combine different types of
styles, not just consist of one style only. Due to the design of a wedding gown involves many
factors such as religion, culture, traditions, tastes, trends and other
Keywords: wedding dress, globalization, modern
1. Pendahuluan
Dalam bukunya Fashion From Concept
to Costumer, Gini Stephens Frings
menjelaskan definisi fashion dari
konsep dasarnya, yaitu fashion
sebagai sebab akibat dan refleksi yang
terjadi akibat keadaan sosial, politik,
ekonomi dan kekuatan artistik yang
sedang berkembang pada saat
tersebut. Gaya yang berkembang dan
berevolusi dari faktor-faktor tersebut
23 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
menceritakan kejadian prasejarah
atau kejadian-kejadian sosial yang
berdampak pada bagaimana orang
bepakaian dan berubah secara
periodik
sesuai
berkembangnya
keadaan sosial dan faktor lainnya yang
mempengaruhi di atas. Seluruh ruang
ganti dari zaman ke zaman mampu
menceritakan dan mencerminkan
siklus trend pada bagaimana cara
orang berfikir dan hidup. Maka busana
atau pakaian merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan
dalam
kehidupan manusia dan selalu
berubah mengikui perkembangan
zaman. Hal ini berlaku juga terhadap
busana pengantin terutama busana
pengantin wanita.
2.1 Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang
memiliki
hubungan
dengan
peningkatan
keterkaitan
dan
ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia
melalui
perdagangan,
investasi,
perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara
menjadi bias.
Dalam
banyak
hal,
globalisasi
mempunyai banyak karakteristik yang
sama
dengan
internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang
dikaitkan dengan berkurangnya peran
negara atau batas-batas negara.
Berikut ini beberapa ciri yang
menandakan semakin berkembangnya
fenomena globalisasi di dunia.
1. Perubahan dalam konsep ruang
dan
waktu.
Perkembangan
barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa
komunikasi
global
terjadi
demikian cepatnya, sementara
melalui
pergerakan
massa
semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari
budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di
negara-negara yang berbeda
menjadi
saling
bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan
internasional,
peningkatan
pengaruh
perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam
World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural
melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini,
kita dapat mengonsumsi dan
mengalami
gagasan
dan
pengalaman baru mengenai halhal yang melintasi beraneka
ragam budaya, misalnya dalam
bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama,
misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi
regional dan lain-lain.
Globalisasi terdiri dari:
1. Globalisasi Budaya
2. Globalisasi Ekonomi
3. Globalisasi Informasi
24 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
Perkembangan
desain
busana
pengantin ini masuk dalam kategori
globalisasi kebudayaan. Kebudayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai
hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan
dengan
aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspekaspek kejiwaan ini menjadi penting
artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam
alam
pikiran
orang
yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil
pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala
tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu keseluruh dunia (sehingga
menjadi budaya dunia atau world
culture) telah terlihat semenjak lama.
Cikal bakal dari persebaran budaya
dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini
(Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi
kebudayaan secara intensif terjadi
pada
awal
ke-20
dengan
berkembangnya teknologi komunikasi.
Kontak melalui media menggantikan
kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antarbangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi
kebudayaan.
Ciri
berkembangnya
globalisasi
kebudayaan yaitu:
1. Berkembangnya
pertukaran
kebudayaan internasional.
2. Penyebaran
prinsip multi
kebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu
individu terhadap kebudayaan
lain di luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan
pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi
dari suatu negara ke negara
lain.
5. Berkembangnya mode yang
berskala
global,
seperti
pakaian, film dan lain lain.
6. Bertambah banyaknya kegitankegiatan
berskala
global,
seperti Piala Dunia FIFA.
2.1 Gaun Pengantin Modern
Gaun pengantin adalah pakaian yang
dikenakan oleh pengantin wanita
pada upacara pernikahan. Warna,
gaya dan berbagai kepentingan untuk
proses upacaranya sangat penting,
tergantung agama, dan kebudayaan
kedua mempelai. Pada tradisi modern,
warna gaun pengantin barat adalah
putih. Putih dalam hal ini termasuk
juga yang bernuansa putih seperti,
putih gading, ivory, putih kulit telur.
Kepopuleran warna putih ini dapat
ditelusuri kembali ke tahun 1840 pada
pernikahan Ratu Victoria dan Albert of
Saxe-Coburg. Sang ratu memilih
menggunakan gaun putih pada acara
tersebut
untuk
melambangkan
kesucian
cintanya,
walaupun
sebenarnya warna gaun pernikahan
kerajaan pada saat itu adalah perak.
25 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Pernikahan tersebut disebarluaskan
besar-besaran, maka para wanita pun
menjadi terinspirasi untuk melakukan
hal yang sama pada pernikahannya.
Pernikahan Ratu Victoria dengan Albert of
Saxe-Coburg
Dan tradisi tersebut berlanjut hingga
kini. Walaupun sebelumnya para
wanita menikah dengan gaun
pengantin berwarna apapun selain
hitam.Tetapi warna putih telah
menjadi simbol kesucian hati dan
kepolosan.Lalu seiring berjalannya
waktu ditambahkan bahwa putih juga
melambangkan keperawanan, yang
justru merupakan pendapat yang
salah karena seharusnya warna biru.
(The History of the White Wedding
Dress by Kelsey McIntyre)
Pada kebudayaan timur, misalnya Cina
gaun pengantin biasanya berwarna
merah
yang
melambangkan
keberuntungan, tetapi saat ini para
pengantin wanita lebih memilih gaun
pengantin modern berwarna putih
untuk pernikahannya.Juga di India
bagian utara, warna gaun pernikahan
tradisional mereka adalah merah.
Orang India Selatan menggunakan
warna putih atau krem pada sari yang
mereka gunakan sebagai gaun
pengantin.
Kelsey McIntyre dalam tulisannya
berjudul “The History of White
Wedding Dress“ juga mengemukakan
pendapat yang sama jika tradisi gaun
pengantin putih ini dimulai oleh Ratu
Victoria pada pernikahannya, dan
memberikan pengaruh yang sangat
besar. Pada buku “Godey’s Lady’s
Book”, 1849, terdapat kalimat ini:
“Custom has decided, from the earliest
ages, that white is the most fitting
hue, whatever may be the material. It
is an emblem of the purity and
innocence of girlhood, and the
unsullied heart she now yields to the
chosen one.”
Juga terdapat puisi kuno tentang
bagaimana
warna
memberikan
pengaruh terhadap masa depan:
“Married in white, you will have
chosen all right. Married in grey, you
will go far away. Married in black, you
will wish yourself back. Married in red,
you’ll wish yourself dead. Married in
blue, you will always be true. Married
in pearl, you’ll live in a whirl. Married
in green, ashamed to be seen, Married
in yellow, ashamed of the fellow.
Married in brown, you’ll live out of
26 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
town. Married in pink, your spirits will
sink.”
Revolusi Industri juga membawa
dampak perubahan. Mulai tahun 1890
dan kemunculan department store,
hampir
semua
wanita
dapat
mewujudkan
impiannya
untuk
menikah dengan mengenakan gaun
pengantin yang baru. Gaun pengantin
putih menjadi populer, dan pada
tahun 1890, Ladies Home Journal
menulis: “That from times immemorial
the bride’s gown has been white”.
Walaupun pernyataan ini kurang
tepat, namun ini menunjukan betapa
sangat
diterimanya
jika
gaun
pengantin berwarna putih.
Pada saat pesta pernikahan, gaun
pegantin eropa ini biasanya dilengkapi
oleh beberapa aksesoris yang merupa
kan ciri khas utama yaitu:
1.
Veil / kerudung.
Bangsa Yunani dan Romawi Kuno
percaya bahwa veil dapat menjaga
pengantin perempuan dari kekuatan
jahat. Pada budaya timur, pemakaian
veil berkaitan dengan mitos bahwa
pengantin pria tidak boleh melihat
wajah pengantinnya sebelum upacara
pernikahan, untuk menghindari halhal yang buruk. Di Zaman Victoria, veil
menjadi bagian penting dari sebuah
gaun pengantin. Pernikahan Ratu
Victoria memang menjadi acuan
dalam tradisi pernikahan di abad 19.
Ia memadukan veil dengan bunga
orange blossom yang kemudian
menjadi tren.
Pada masa kini, bahan yang biasanya
digunakan sebagai bahan veil adalah
kain tulle. Veil berbahan kain tulle ini
pertama kali digunakan oleh Nellie
Curtis, anak perempuan dari George
Washington, presiden Amerika Serikat
yang pertama. Berawal saat Nellie
sedang duduk dibalik tirai tulle saat
ayahnya
berjalan
memasuki
kamarnya.
2.
Tiara
27 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno,
tiara, yang awalnya menyimbolkan
kedaulatan dan kekuasaan, hanya
dipakai oleh raja-raja dan pemuka
agama yang dianggap tinggi dan
terhormat. Seiring berjalannya waktu,
penggunaan tiara menjadi semakin
popular. Pemakaiannya berkembang
mulai dari zaman Napoleon, sampai
setelah restorasi monarki di Prancis.
Wedding Tiara adalah adaptasi dari
tradisi kuno. Sebelumnya, baju
pengantin tradisional tidak memakai
tiara. Tiara pertama kali dipakai
sebagai aksesori yang melengkapi
gaun pengantin oleh para pengrajin
perhiasan di Inggris pada abad ke-19.
Ini merupakan simbol kekayaan
seseorang pada masa itu.
3.
karma. Sejak abad pertengahan,
sarung tangan memang memiliki arti
yang berhubungan dengan cinta dan
kesetiaan.
Ada
tradisi
yang
mengharuskan calon pengantin pria
menghadiahkan
sarung
tangan
sebagai hadiah pertunangan, dan
pengantin perempuan memakainya di
hari pernikahan mereka. Walaupun
sempat
menghilang,
pemakaian
sarung tangan bagi pengantin
perempuan kembali hidup pada tahun
1930-an.
4. Buket bunga
Sarung tangan
Di zaman Victoria, pemakaian sarung
tangan yang dipadankan dengan gaun
pengantin
menyiratkan
seorang
perempuan yang mempunyai tata
Semula, pengantin perempun hanya
membawa sejumput tanaman obat,
karena dipercaya wanginya dapat
menangkal pengaruh kekuatan jahat,
kesialan dan penyakit. Bawang putih
adalah tanaman yang paling sering
digunakan. Pada Zaman Yunani dan
Romawi, tradisi ini digantikan dengan
mengenakan rangkaian bunga di
28 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
rambut sebagai simbol kehidupan
baru dan kesuburan.
3. Analisa Data
Walaupun seperti telah diketahui dari
keterangan diatas bahwa pada
awalnya gaun pengantin ini memang
berasal dari kebudayaan Eropa dan
terutama umat Kristiani, namun
seiring dengan perkembangan zaman
dan globalisasi budaya yang terjadi di
Indonesia, saat ini mulai bayak wanita
Indonesa
yang
lebih
memilih
menggunakan
gaun
pengantin
modern (Eropa/barat) dibandingkan
kebaya ataupun pakaian daerah
lainnya.
Salah satu buktinya adalah fenomena
beberapa tahun belakangan ini, mulai
berkembangnya
industri
penyelenggara pernikahan (wedding
organizer), bridal, dan desain gaun
pengantin. Tahun ini saja banyak
diadakan pameran–pameran bridal
(wedding exhibition) di kota-kota
besar di Indonesia, dan masyarakat
pun menyambutnya dengan sangat
antusias. Seperti pameran Bridal
World, Bridal Vaganza, Wong Hang
Wedding Exhibition, dan lain-lain yang
diadakan hampir setiap bulan dengan
megah di gedung-gedung besar
ataupun di ballroom hotel berintang
di Kota Bandung. Karena pada saat ini
gaya hidup masyarakat telah berubah
dan jasa bridal ini kini sudah menjadi
salah satu kebutuhan masyarakat di
kota-kota besar di Indonesia.
Suasana pada pameran ‘Bridal World’
2011 di Graha Manggala Siliwangi,
Bandung
29 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Dengan mulai dibutuhkannya industri
gaun pengantin modern ini di
Indonesia, maka orang pun berlombalomba untuk menggeluti usaha ini,
dengan
menimbang-nimbang
keuntungan
besar
yang
akan
diperoleh dari bidang ini. Sebagai
contoh saat ini banyak desainer
terkemuka Indonesia anggota APPMI
dan IPMI yang membuat line khusus
wedding dress pada rumah modenya
seperti Adjie Notonegoro, Deden
Siswanto, Biyan, Rusly Tjohnardi,
Harry Ibrahim, Ferry Sunarto dan lainlain seiring dengan meningkatnya
permintaan terhadap gaun pengantin
modern ini.
Dokumentasi karya para desainer anggota
APPMI Jawa Barat, pada acara Fahion
Tendence APPMI Jawa Barat 2011 di
Hotel Hyatt, Bandung
Selain peran para desainer, kalangan
yang berperan menciptakan trend ini
adalh kalangan artis dan public figur di
Indonesia yang memilih untuk
menggunakan
gaun
pengantin
modern pada saat pesta pernikahan
mereka yang tentu saja pesta
pernikhan tersebut diekspos oleh
media dan dilihat oleh masyarakat
yang kemudian ingin menirunya.
30 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
Namun dibalik maraknya penggunaan
gaun pengantin modern ini, bukan
berarti busana pengantin daerah
Indonesia ditinggalkan begitu saja.
Busana pengantin daerah tetap
menjadi pilihan utama misalnya
kebaya, tetapi desain kebaya saat ini
sudah berkembang menjadi sangat
beragam dan cenderungsemakin
modern.sebagai contoh, karya kebaya
modern paling popular saat ini adalah
kebaya modern karya Anne Avantie,
desainer
anggota
APPMI
asal
Semarang, Jawa tengah. Yang
karyanya selalu dipakai oleah para
selebritis
dan
kaum
sosialita,
termasuk selalu digunakan untuk Putri
Indonesia pada ajang pemilihan Miss
Universe pada sesi busana daerah.
Ia bahkan berhasil mencatatkan
prestasi tak hanya di dalam negeri
namun hingga ke mancanegara.
Pelanggannya datang dari kalangan
pejabat hingga selebritis. Beberapa
Miss Universe yang datang ke
Indonesia juga pernah mengenakan
kebaya rancangan Anne. Mereka
antara lain, Jennifer Hawkins (Miss
Universe 2004 asal Australia), Chyntia
Ollavaria (runner up 1 Miss Universe
2005 asal Puerto Rico), Zulyeka Rivera
Mendoza (Miss Universe 2006 asal
Puerto Rico), Riyo Mori (Miss Universe
2007 asal Jepang), serta Dayana
Mendoza (Miss Universe 2008 asal
Venezuela)
Di tangan Anne Avantie ini, kebaya
yang awalnya cenderung dianggap
sebagai busana konvensional yang
ketinggalan zaman, diubah menjadi
adibusana yang menembus garis batas
kedaerahan tanpa meninggalkan akar
budaya
bangsa.
Kebaya
hasil
kreativitasnya memberi warna baru
bagi perkembangan dunia fashion
Indonesia karena keberaniannya
menerobos aturan baku tentang
kebaya yang terkesan kuno dan kaku.
Dengan ciri khas tersebut, ia telah
menciptakan trend yang merupakan
tonggak baru eksplorasi garis rancang
dan siluet kebaya.
Kebaya ala Anne Avantie kemudian
banyak menginspirasi para pelakon
industri fashion untuk memproduksi
karya mirip kebaya Anne Avantie.
31 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2
Kebaya modern karya Anne Avantie
Kebaya modern karya desainer Indonesa
lainnya
4. Kesimpulan
Melihat betapa gemerlap dan
megahnya gaya hidup masyarakat
Indonesia saat ini yang dapat dilihat
dari penggunaan gaun pengantin
yang mewah ini. Walaupun sebagai
pembenaran sering dikatakan bahwa
gaun pengantin ini kan memang
sangat istimewa karena hanya
dikenakan satu hari pada saat
pernikahan yang merupakan momen
yang sangat istimewa dan sakral
dalam kehidupan manusia.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
dampak globalisasi budaya ini bukan
hanya terdapat pada tradisi dan
desain gaun pengantinnya saja,
tetapi
secara
umum
sangat
mempengaruhi gaya hidup orang
Indonesia
menjadi
berbudaya
konsumerisme.
Budaya
konsumerisme
adalah
budaya
konsumsi
yang
dikonstruksi
kapitalisme
melalui
proses
penciptaaan ‘diferensi’, ‘citra’, gaya
dan gaya hidup.Budaya belanja
didorong oleh logika ‘hasrat’ (desire)
dan ‘keinginan’ (want) yang jauh
lebih
besar
daripada
logika
kebutuhan
(need).
Orang
dikondisikan tidak sekedar membeli
barang, tetapi membeli citra, ilusi,
status simbol, prestise, dan gaya
hidup. Hal ini dikembangkan rasa
ketakutan untuk tidak mengikuti
yang baru (trend, fashion, mode).
‘Budaya konsumerism’ (the culture of
consumerism) adalah
kegiatan
konsumsi yang dimuati dengan
makna-makna simbolik tertentu
(prestise, status, kelas) dengan pola
dan tempo pengaturan tertentu.
Konsumsi ditopang oleh proses
32 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a
Pengantin Wanita Indonesia
penciptaaan ‘diferensi’ secara terus
menerus lewat penggunaan ‘citra’
dan tanda dalam proses konsumsi.
Konsumsi
adalah
aktivitas
menghabiskan nilai tanda (sign/
value). Maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh globalisasi yang
mengakibatkan konsumerisme pada
masyarakat ini salahsatu contohnya
dapat
dilihat
dari
fenomena
perubahan desain gaun pengantin ini.
Daftar Pustaka
Agus Sachari & Yan Yan Sunarya
Sejarah dan Perkembangan Desain
dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia
Penerbit ITB 2002 Bandung
Hitchcock, Michael. 1991. Indonesian
Textiles. Singapore : Peripilus Edition
(HK) Ltd
Hottenroth, Friedrich. 2002, L’Art du
Costume, Prancis: L’Aventurine.
O’Hara,
Georgina.
1989.
The
Encyclopedia of Fashion. London:
Thames and Hudson Ltd
Tim Penyusun Seri Buku Indonesia
Indah, 1997, Indonesia Indah Seri
Busana Daerah, Jakarta: Yayasan
Harapan Kita / BP3 TMII
Andrean, Tina. 2006. Wedding
Inspiration by Tina Andrean. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Frings, Gini Stephens. 1987. Fashion
From Concept To Consumer. New
Jersey – USA : Prentice Hall, Inc
33 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2