Badan hukum badan hukum perdata (2)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan
Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “HUKUM BISNIS” tentang
persekutuan perusahaan BADAN HUKUM. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan usaha yang berbadan hukum.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurnya, untuk itu kami mengharapkan
kritik bahwa kritk dan saran dari pembaca yang bermanfaat untuk mengembangkan isi dari tugas ini.
Kami juga berharap agar tugas ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan khusus
nya dapalm bidang ilmu Hkum Bisnis. Sekian dan juga terimakasih.

Tim penyusun

i

DAFTAR ISI:
Kata Pengantar……………………………………….………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………..ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................1

1.4. Manfaat Makalah...............................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Perseroan Terbatas............................................................................................................................2
A. Pengertian Perseroan Terbatas…………………………………………………………………...2
B. Modal Perseroan Terbatas………………………………………………………………………..2
C. Ciri-ciri dari PT..............................................................................................................................2
D. Struktur dan organ PT………………………………………………………………………….....3
E. Kelebihan dan keburukan Perseroan Terbatas................................................................................4
2.2 . Koperasi............................................................................................................................................5
A. Pengertian Koperasi........................................................................................................................5
B. Koperasi sebagai Badan Hukum.....................................................................................................5
C. Tujuan, Fungsi,Prinsip Dasar..........................................................................................................5
D. Syarat-syarat Pendirian..................................................................................................................6
E. Modal Dasar Pendirian Koperasi....................................................................................................6
F. Perolehan Status Badan Hukum......................................................................................................6
G. Struktur Organisasi.........................................................................................................................7
H. Pembubaran Koperasi.....................................................................................................................7
2.3. Yayasan..............................................................................................................................................8
A. Pengertian Yayasan.........................................................................................................................8
B. Status Badan Hukum Yayasan........................................................................................................8

C Yayasan Terdiri atas kekayaan yang terpisahkan............................................................................9
D Organ Yayasan.................................................................................................................................9
E Pendiri Yayasan..............................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................................................11
Daftrar Pustaka.......................................................................................................................................12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah perusahaan mulai dikenal pada saat disusunnya Rancangan Wetboek van Koophandel (Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang) yang kemudian berlaku di Netherland (Belanda) sejak tahun 1838.
Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel dinyatakan pula berlaku di Hindia Belanda
(Indonesia) sejak tahun 1848 hingga saat ini.
Secara umum,perusahaan didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi yang menggunakan dan

mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan,yaitu
organisasi,produksi,sumber ekonomi,kebutuhan dan cara yang menguntungkan. Dalam kesempatan ini penulis
akan merangkum tentang Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi, dan Yayasan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Apakah penjelasan dari Perusahaan Persekutuan Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT)?
2) Apakah penjelasan dari Perusahaan Persekutuan Badan Hukum berbentuk Koperasi?
3) Apakah penjelasan dari Perusahaan Persekutuan Badan Hukum berbentuk Yayasan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan makalah ini, yaitu antara lain:
1) Mengetahui pengertian dan cirri-ciri Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Yayasan.
2) Mengetahui Struktur-struk dari Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Yayasan.
3) Mengetahui cara pendirian dari Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Yayasan.
1.4 MANFAAT MAKALAH
Melalui makalah ini diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
masyarakat. Adapun manfaat dari makalah ini antara lain:
1) Bagi penulis, dengan adanya penyusunan makalah ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dan wawasan penulis tentang perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Yayasan.
2) Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi jenis Perseroan Terbatas, Koperasi, dan

Yayasan.
3) Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat dijadikan dasar acuan bagi pengembangan penelitian
selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan yang akan datang.
4)
Bagi pengusaha, dengan adanya penyusunan makalah ini maka dapat memperkirakan
perusahaan
mana yang baik untuk dikembangkan sebagai modsal atau langkah untuk mendirikan suatu
perusahaan.

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERSEROAN TERBATAS.
A. Pengertian Perseroan terbatas.
PERSEROAN TERBATAS atau PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham undang – undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas ( UUPT ). Sebagai Badan Hukum,
Perseroan Terbatas dianggap layaknya orang-perorangan secara individu yang dapat melakukan perbuatan
hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri, dan dapat dituntut serta menuntut di depan pengadilan.

Untuk menjadi Badan Hukum, Perseroan Terbatas harus memenuhi persyaratan dan tata cara pengesahan
Perseroan Terbatas sebagaimana yang diatur dalam UUPT, yaitu pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia. Tata cara tersebut antara lain pengajuan dan pemeriksaan nama Perseroan Terbatas yang
akan didirikan, pembuatan Anggaran Dasar, dan pengesahan Anggaran Dasar oleh Menteri.
Sebagai persekutuan modal, kekayaan Perseroan Terbatas terdiri dari modal yang seluruhnya terbagi
dalam bentuk saham. Para pendiri Perseroan Terbatas berkewajiban untuk mengambil bagian modal itu dalam
bentuk saham dan mereka mendapat bukti surat saham sebagai bentuk penyertaan modal. Tanggung jawab
para pemegang saham terbatas hanya pada modal atau saham yang dimasukkanya ke dalam perseroan (limited
liability). Segala hutang perseroan tidak dapat ditimpakkan kepada harta kekayaan pribadi para pemegang
saham, melainkan hanya sebatas modal saham para pemegang saham itu yang disetorkan kepada perseroan.
B. Modal Perseroan Terbatas
Modal Perseroan Terbatas terdiri dari Modal Dasar, Modal Ditempatkan dan Modal Disetor. Modal Dasar
merupakan keseluruhan nilai perusahaan, yaitu seberapa besar perseroan tersebut dapat dinilai berdasarkan
permodalannya. Modal Dasar bukan merupakan modal riil perusahaan karena belum sepenuhnya modal
tersebut disetorkan hanya dalam batas tertentu untuk menentukan nilai total perusahaan. Penilaian ini sangat
berguna terutama pada saat menentukan kelas perusahaan.
Modal Ditempatkan adalah kesanggupan para pemegang saham untuk menanamkan modalnya ke dalam
perseroan. Modal Ditempatkan juga bukan merupakan modal riil karena belum sepenuhnya disetorkan
kedalam perseroan, tapi hanya menunjukkan besarnya modal saham yang sanggup dimasukkan pemegang
saham ke dalam perseroan. Modal Disetor adalah Modal Perseroan Terbatas yang dianggap riil, yaitu modal

saham yang telah benar-benar disetorkan kedalam perseroan. Dalam hal ini, pemegang saham telah benarbenar menyetorkan modalnya kedalam perusahaan. Menurut UUPT, Modal Ditempatkan harus telah disetor
penuh oleh para pemegang saham.
C. Ciri-ciri dari Perseroan Terbatas.
1. Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.
2. Modal dan ukuran perusahaan besar.
3. Kelangsungan hidup perusahaan Perseroan Terbatas ada di tangan pemilik saham.
4. Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.
5. Kepemilikan mudah berpindah tangan.
6. Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam bentuk dividen.
7. Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham.

2
8. Sulit untuk membubarkan Perseroan Terbatas.
9. Pajak berganda pada pajak penghasilan / pph dan pajak deviden.
10. Terdiri dari pada 2 orang atau lebih.
D. Struktur dan organ dari Perseroan Terbatas
Terdiri dari yaitu:
RUPS ( RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM )
Kewenangan RUPS meliputi:
1.

Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya, misalnya dalam
bentuk benda tidak bergerak.
2.
Menyetujui dapat tidaknya pemegang saham dan kreditor lainnya yang mempunyai tagihan terhadap
Perseroan menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham
yang telah diambilnya.
3.
Menyetujui pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan.
4.
Menyetujui penambahan modal perseroan.
5.
Memutuskan pengurangan modal perseroan.
6.
Menyetujui rencana kerja yang diajukan oleh Direksi.
7.
Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan dan
mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke cadangan khusus.
8.
Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan
permohonan

agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan waktu berdirinya, dan pembubaran perseroan.
9.
Mengangkat Anggota Direks dan Memberhentikan anggota Direksi sewaktu-waktu dengan
menyebutkan
alasannya.
DIREKSI
Direksi adalah organ yang menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan. Direksi
mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, Direksi wajib:
 Untuk Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi
 Untuk Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang tentang Dokumen Perusahaan;
 Untuk Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan dan dokumen Perseroan
lainnya. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
Þ Mengalihkan kekayaan Perseroan;
Þ Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari 50% jumlah
kekayaan bersih Perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
maupun tidak.Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan Perseroan atau
lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum
tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.

DEWAN KOMISARIS
Ketentuan baru dalam UU ini adalah menambahkan Komisaris Independen dalam struktur organ perseroan.
Komisaris Independen ini berasal dari luar kelompok Direksi dan Komisaris Utama. Hal ini guna
menyeimbangkan peran Dewan Komisaris dan guna terciptanya iklim manajeman perseroan yang transparan,

akuntabel dan profesional. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha, dan memberi nasihat kepada Direksi.

3
Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam hal melakukan
pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara
tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
Dewan Komisaris wajib:
 Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya.
 Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan
tersebut dan Perseroan lain.
 Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru
lampau kepada RUPS.
KOMITE AUDIT

Komite Audit membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi kepengawasannya dengan
melaksanakan kajian atas integritas laporan keuangan sebuah PT; manajemen risiko dan pengendalian
internal; kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan perundang-undangan; kinerja, kualifikasi dan independensi
auditor eksternal; dan implementasi dari fungsi audit internal.
KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI
Komite Nominasi dan Remunerasi bertanggung jawab untuk menelaah dan merumuskan rekomendasi paket
remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi serta merencanakan pencalonan dan nominasi calon yang akan
diusulkan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau anggota berbagai Komite lainnya.
E. Kelebihan dan keburukan Perseroan Terbatas.
Kelebihan Perseroan Terbatas:
1. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham terhadap utang-utang perusahaan.
Maksudnya
adalah jika anda termasuk pemegang saham dan kebetulan perusahaan punya utang, anda hanya
bertanggung jawab sebesar modal yang anda setorkan. Tidak lebih.
2. Kelangsungan perusahaan sebagai badan hukum lebih terjamin, sebab tidak tergantung pada beberapa
pemilik. Pemilik dapat berganti-ganti.
3. Mudah untuk memindahkan hak milik dengan menjual saham kepada orang lain.
4. Mudah memperoleh tambahan modal untuk memperluas kegiata dalam usahanya, misalnya dengan
mengeluarkan saham baru.
5. Manajemen dan spesialisasinya memungkinkan pengelolaan sumber-sumber modal untuk itu secara

efisien. Jadi jika anda mempunyai manajer tidak cakap, anda bisa ganti dengan yang lebih cakap.
Keburukan Perseroan Terbatas:
1. Perseroan Terbatas merupakan sebuah subyek dari pajak tersendiri. Jadi tidak hanya perusahaan yang
ter
kena pajak. Dividen atau laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dikenakan pajak lagi
pajak pendapatan. Tentunya dari pemegang saham yang bersangkutan.
2. Jika anda akan mendirikan perseroan terbatas, pendiriannya jauh lebih sulit dari bentuk kepemilikan
usaha lainnya. Dalam pendiriannya, PT memerlukan akte notaris dan ijin khusus untuk usaha tertentu.

3.
hal

Biaya pembentukannya relatif tinggi Bagi sebagian besar orang, PT dianggap kurang “secret” dalam
dapur perusahaan. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas perusahaan harus dilaporkan kepada
pemegang saham. Apalagi yang menyangkut laba perusahaan.

4

2.2

KOPERASI

A. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan yang sesuai dengan landasan dan asas koperasi dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 Pasal 2. Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang berbadan hukum; dengan keanggotaan
yang terbuka dan sukarela, menjalankan usaha bersama berdasarkan UU, mempunyai ciri khas dalam
keanggotaan. Anggota koperasi jumlahnya relatif besar dan mempunyai kebebasan dalam keluar masuk.
Dalam peraturan koperasi Indonesia koperasi baru dapat didirikan apabila ada minimal 20 orang yang
bersama-sama mempunyai tujuan untuk mendirikan suatu koperasi. Hal yang paling utama yang harus
dipenuhi oleh semua calon anggota pendiri sebelum membuat atas pendirian koperasi adalah adanya
kesepakatan antara calon pendiri untuk secara bersama-sama mengikatkan diri untuk mendirikan suatu
koperasi. Koperasi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.
2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi.
B. Koperasi sebagai Badan Hukum
Koperasi termasuk dalam kategori badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu yang termaksu
dalam Anggaran Dasar. Dengan menjadinya koperasi sebagai badan hukum, maka harus terpenuhi syarat
sahnya badan hukum yakni cakap untuk memiliki kekayaan yang terpisah dengan anggotanya, serta semua
yang dilakukan oleh pengurus atas nama badan hukum koperasi yang merupakan tanggung jawab dari badan
hukum koperasi tersebut. Untuk masalah waktu, syarat-syarat serta ketentuan mengenai perolehan status
badan hukum tergatung pada ketentuan hukum prosedur yang berlaku.
Koperasi sebagai suatu badan hukum pasti memiliki hubungan hukum dengan subjek hukum lainnya seperti
pengurus, anggota, maupun pihak ketiga di luar koperasi. Maka setiap hubungan hukum yang terjadi antara
para pihak harus mengacu kepada peraturan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Bab ketiga tentang
perikatan pada KUH Perdata. Jika akta pendirian yang merupakan perikatan tersebut tidak mengikuti
ketentuan syarat sah perjanjian sebagaimana Pasal 1320 – 1337 KUH Perdata maka koperasi tersebut pada
saat pendiriannya tidak memiliki dasar hukum sebagai badan hukum. Status koperasi sebagai sebuah badan
hukum adalah :
1. Koperasi adalah badan hukum: Didirikan dengan akta pendirian, Disahkan oleh Pemerintah, diumumkan
dalam berita Negara.
2. Dibentuk berdasarkan Undang-Undang.
C. Tujuan, Fungsi , dan Prinsip Dasar
Tujuan koperasi sesuai yang tertera dalam Pasal 3 UU No. 25 Thn 1992 adalah memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai organisasi usaha, penerapan asas ekonomi dan asas hukum menjadi
jelas.

Fungsi dan peranan koperasi yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 antara lain :
a.Membangun, meningkatkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
b.Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat.
c.Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
(soko guru).
d. Mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar
asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

5
Adapun prinsip-prinsip dasar koperasi dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 5 adalah sebagai
berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3.Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa; usaha masingmasing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian.
7. Kerja sama antarkoperasi.
D. Syarat- Syarat Pendirian
Syarat utama mendirikan sebuah koperasi hanya memerlukan calon pendiri sebanyak minimal 20 orang ;
dari dua puluh orang tersebut kemudian dapat menjadi anggota, dan di antara mereka dapat dipilih menjadi
pengurus, maupun pengawas.
Setelah terpenuhi jumlah anggota minimal dan semua anggota telah memahami betul mengenai tujuan,
hubungan hukum dan aturan main dalam koperasi yang akan mereka dirikan, maka proses selanjutnya adalah
menuangkan kesepakatan bersama tersebut ke dalam Anggaran Dasar; yang berbentuk akta pendirian
koperasi. Dalam Anggaran Dasar tersebut, para pendiri wajib memuat dan menyatakan sekurang-kurangnya
hal-hal sebagai berikut :
1. Daftar nama pendiri.
2. Nama dan tempat kedudukan koperasi.
3. Maksud dan tujuan serta bidang usaha.
4. Ketentuan mengenai keanggotaan.
5. Ketentuan mengenai rapat anggota.
6. Ketentuan mengenai pengelolaan.
7. Ketentuan mengenai permodalan.
8. Ketentuan mengenai jangka watu berdirinya.
9. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha.
10. Ketentuan mengenai sanksi.
E. Modal Dasar Pendirian Koperasi
Aturan mengenai permodalan koperasi ini memang tidak diatur secara detail, namun secara prinsip sangat
jelas asal usul pengumpulan modal dalam sebuah koperasi seperti yang ditentukan dalam UU Perkoperasian,
antara lain terdiri atas :
1. Modal sendiri yang dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
2. Modal pinjaman yang dapat berasal dari pinjaman dari anggota, pinjaman dari anggota koperasi lain,
bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi atau sumber-sumber pinjaman lain yang sah.
F. Perolehan Status Badan Hukum

Perolehan status badan hukum dimual semenjak sebuah koperasi mendapatkan pengesahan atas akta
pendirian atau anggaran dasar di hadapan notaris. Sedangkan pengesahan yang dilakukan di otoritas koperasi
sebenarnya hanya bertujuan sebagai registrasi atau pencatatan di lembaga pemerintahan dan pengumuman
dalam Berita Negara. Dalam kedudukan tersebut, apabila dikemudian hari misalnya ternyata koperasi
melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata) terhadap pihak ketiga misalnya, akan dapat
ditentukan siapa yang bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan melawan hukum tersebut.

6
G. Struktur organisasi
Rapat Anggota Koperasi
Rapat Anggota adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota koperasi dan merupakan kekuasaan
tertinggi dalam organisasi koperasi. Dalam rapat anggota, setiap anggota mempunyai hak suara yang sama
yaitu, satu anggota satu suara. Ketentuan Rapat Anggota :
1. Harus diselenggarakan minimal satu tahun sekali.
2. Ditentukan jumlah quorum, fungsi dan wewenang rapat anggota.
3. Perlu diatur ketentuan yang membedakan antara rapat anggota dan rapat anggota luar biasa.
4. Rapat Anggota merupakan perwujudan dari karakteristik koperasi, yaitu anggota sebagai pemilik
sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.
Pengurus Koperasi
Pengurus adalah pelaksana dari amanah para anggota yang diputuskan dalam Rapat Anggota.Pengaturan
pengurus meliputi antara lain : persyaratan, tugas, kewajiban dan wewenang serta masa jabatan pengurus.
Ketentuan lain pengurus koperasi adalah :
1. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam RA.
2. Pengurus tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pengurus lain dan pengawas.
3. Jumlah Pengurus gasal.
4. Mempunyai wewenang antara lain : mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan, menerima,
mengangkat dan memberhentikan pengelola usaha.
5. Bertanggungjawab atas kegiatan pengelolaan kelembagaan dan usaha koperasi kepada anggota melalui
RA.
6. Kualitas pengurus sangat mempengaruhi keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya.
Pengawas Koperasi
Secara ideal selayaknya anggota koperasi sebagai pemilik dapat melakukan pengawasan terhadap jalannya
koperasi, namun dalam pelaksanaannya secara spesifik fungsi pengawasan dalam koperasi dilakukan oleh
Pengawas. Dalam Anggaran Dasar yang diatur antara lain : Persyaratan, masa jabatan, tugas, kewajiban dan
wewenang Pengawas.
Pengelola Koperasi
Pengelola koperasi diangkat oleh pengurus berdasarkan kebutuhan koperasi. Pengelola koperasi bertugas
untuk mengelola usaha koperasi dan dapat disebut dengan istilah Manager, Direksi atau Kepala Unit Usaha.
Ketentuan-ketentuan pengangkatan pengelola koperasi :
1. Rencana pengangkatannya harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RA,
2.Hubungan dengan Pengurus berdasarkan suatu perikatan atau perjanjian yang memuat sekurangkurangnya :Lamanya perjanjian kerja,Hak dan kewajiban masing-2 pihak, Penyelesaian selisihan,
3. Apabila salah seorang anggota pengurus diangkat menjadi pengelola, maka anggota pengurus ybs
melepaskan diri dari jabatannya sebagai pengurus,
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus.

H. Pembubaran Koperasi
Apabila Koperasi sudah berjalan, ada kemungkinan macet usahanya atau tidak dapat melanjutkan usahanya
lagi. Ada beberapa hal yang akan dijelaskan yang meliputi :Koperasi membubarkan diri atau dibubarkan harus
atas dasar ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan dapat
bubarnya Koperasi dan harus benar-benar terbukti baik secara materil maupun menurut hukum tidak
diragukan lagi kebenarannya. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bila apat Anggota Koperasi yang bersangkutan menghendaki agar Koperasinya dibubarkan. Pembubaran
atas kehendak anggota ada alasan yang cukup kuat, misalnya akan menggabungkan dengan Koperasi lain.
7
b.Disamping atas kehendak sendiri, Koperasi dapat pula dibubarkan atas keputusan Pemerintah.
Pemerintah dapat membubarkan Koperasi apabila :
- Terdapat bukti-bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak dapat lagi memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam Undang-Undang Koperasi yang berlaku.
- Kegiatan Koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang mengganggu
lingkungannya.
- Koperasi yang bersangkutan tidak dapat diharapkan lagi kelangsungan hidupnya dalam memenuhi
kebutuhan anggotanya.
- Tidak menyesuaikan diri dengan Undang-Undang yang baru.

2.3 . YAYASAN
A. Pengertian Yayasan
Menurut Mr. Paul Scholten sebagai berikut: “Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu
pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan
menunjukkan bagaimanakah kekayaan itu diurus atau digunakan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yayasan adalah badan hukum yg tidak mempunyai
anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial (mengusahakan layanan dan bantuan
spt sekolah, rumah sakit). Menjadi pertanyaan sekarang adalah kapankah suatu yayasan itu memperoleh
kedudukan sebagai badan hukum Menurut Paul Scholten maupun Pitlo, ”Kedudukan badan hukum itu
diperoleh bersama-sama dengan berdirinya yayasan itu”. Berdasarkan hal tersebut, pendapat ini menurut Ali
Rido dapat berlaku juga di Indonesia”.
B. Status Badan Hukum Yayasan
Sebelum berlakunya Undang-undang Yayasan, sebagai badan hukum (rechtpersoon) yayasan sudah sejak
lama diakui dan tidak diragukan. Meskipun belum ada undang – undang yang mengaturnya. Dalam lalu lintas
otar sehari-hari, Yayasan diperlakukan sebagai legal entity.
Yayasan sebagai badan hukum telah diterima di Belanda dalam suatu yurisprudensi Tahun 1882 Hoge
Raad, yang merupakan badan peradilan tertinggi di negeri Belanda berpendirian bahwa Yayasan sebagai
badan hukum adalah sah menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad tersebut diikuti
Hoode Gerech Shof di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dalam putusannya dari tahun 1889.
Adapun yang dimaksud dengan Yayasan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, yaitu: “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang social, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota”.
Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan diberikan batasan yang jelas dan diharapkan masyarakat
dapat memahami bentuk dan tujuan pendirian Yayasan tersebut. Sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi
tentang Yayasan dan tujuan diberikannya Yayasan. Yang geraknya terbatas di bidang sosial , keagamaan dan
kemanusiaan sehingga tidak dipakai sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan.
Yayasan dipandang sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Yayasan adalah perkumpulan orang.
2. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum.
3. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri
4. Yayasan mempunyai pengurus.
5. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan.
6. Yayasan mempunyai kedudukan hukum(domisili) tempat.
7. Yayasan dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

8
Berdasarkan batasan Yayasan tersebut di atas, disamping juga sudah dipastikan status badan hukumnya,
Yayasan juga memiliki unsur-unsur suatu badan hukum seperti memiliki kekayaan yang dipisahkan (sendiri)
juga Yayasan memiliki maksud dan tujuan.
Dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dijelaskan tentang cara berdirinya
Yayasan, yang berbunyi:
1. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya
sebagai kekayaan awal.
2. Pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan akta notaris dan dibuat
dalam bahasa Indonesia.
Sekalipun sudah ditentukan status badan hukumnya, suatu Yayasan yang pendiriannya sesuai tidak serta
merta menjadi sebuah badan hukum bilamana sudah dibuat akta pendiriannya di hadapan notaris.
Guna mendapatkan status badan hukum sebuah Yayasan harus melalui proses pengesahan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Pasal 11 ayat 1 yang
berbunyi:
1. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian.
2. Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 2 memperoleh pengertian dari Menteri.
Dengan dijelaskan prosedur memperoleh status badan hukum menjadikan hasil yang jelas bahwa Yayasan
adalah badan hukum dan atas hal ini diharapkan tidak ada lagi keragu-raguan tentang status badan hukum
Yayasan.
C.Yayasan Terdiri Atas Kekayaan yang Dipisahkan
Sebuah badan otar sudah tentu Yayasan memiliki kekayaan yang tersendiri, dipisahkan dari para pendiri
sebagaimana disimpulkan yang dapat ditarik pada ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan kemudian ditekankan lagi bahwa yayasan tidak mempunyai anggota.
Hal ini dianggap sudah cukup jelas oleh pembuat undang-undang sehingga tidak perlu dijelaskan lebih
lanjut dalam penjelasan, ketentuan Pasal 1 ayat 1 juncto Pasal 26 ayat 1. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa sebuah yayasan selain merupakan kekayaan yang dipisahkan tidak terdiri atas, orang-orang
sehingga tentunya bukan berdiri atas badan hukum juga.
D. Organ Yayasan
Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan
perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut. Di sini tampaklah bahwa sebagai sebuah organisasi dalam
hukum segala tindakan dari yayasan diwakilkan oleh organ-organ pengurusnya, apa yang diputuskan oleh
organ tersebut adalah keputusan dari yayasan itu.
Yayasan sebagai otaris dalam hukum, dalam kegiatan rutin maupun tertentu yayasan dibina, diurus, dan
diawasi oleh organ yayasan. Adapun sesuai ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
menyebutkan: “Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas”.
1 . Pembina

Pembina dalam yayasan memiliki kedudukan tertinggi dimana pengawas sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi: “Pembina adalah organ yayasan
yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang
ini atau anggaran dasar”.
Kewenangan yang diberikan kepada adalah kewenangan yang benar, karena pada umumnya pembina
adalah pendiri yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina adalah pendiri yayasan tersebut,
walaupun ada kemungkinan pembina dapat diangkat oleh rapat pembina jika calon pembina tersebut dinilai
oleh rapat pembina dan jika calon pembina tersebut dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai
maksud dan tujuan yayasan,

9
maupun penyingkatan sesuai Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Kewenangan yang besar
tersebut sesuai ketentuan Pasal 28 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 berbunyi:
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Kebutuhan mengenai perubahan anggaran dasar.
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas.
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan.
d. Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan.
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.
Kewenangan yang diberikan kepada pembina adalah kewenangan yang besar, karena pada umumnya
pembina adalah pendiri yayasan tersebut, walaupun ada kemungkinan pembina dapat diangkat oleh rapat
pembina jika dalam pembina tersebut dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan
tujuan yayasan, maupun pengangkatan sesuai Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pembinaan bukanlah badan tertinggi dalam yayasan tidak seperti yang ditentukan RUPS dalam Undangundang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: “Rapat umum
pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan
tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan
komisaris”.
2. Pengurus
Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan kegiatan/ pengurusan yayasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Adapun guna menjalankan
kegiatan pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
Karena pengurus diberikan wewenang untuk menjalankan kegiatan yayasan, maka pengurus bertanggung
jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan.
3. Pengawas
Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas untuk melaksanakan pengawasan serta Iotari
nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan tentang pengertian pengawas yayasan ini
termuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pengawas di dalam menjalankan tugasnya wajib dengan itikad baik dengan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan seperti yang dimuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16
Tahun 2001.
E. Pendirian Yayasan
Sebagai badan hukum yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta
kekayaan pendirinya sebesar kekayaan awal sesuai dengan Pasal 9 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan. Adapun yang dimaksud sebagai orang dalam ketentuan tersebut di atas, dalam penjelasannya
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

Disamping itu yayasan juga dapat didirikan berdasarkan surat wasiat [Pasal 9 ayat (3) Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001]. Disini penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat [Pasal 10 ayat (2)
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001]. Pendirian yayasan berdasarkan wasiat dilaksanakan karena bila tidak
dilaksanakan, maka pihak yang berkepentingan dapat meminta pengadilan pemerintah, ahli waris atau
menerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut [Pasal 10 ayat (3) Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001].
Pendirian yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa Indonesia, hal ini sudah
ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001, sehingga pembuatan akta
secara notarial adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi dengan memenuhi segala ketentuan notaris dalam
pembuatan akta, baik pembacaan, waktu, wilayah kewenangan notaris maupun penandatanganan.

10

BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Dalam usaha pada zaman sekarang ini diperlukan sebuah perlidungan dari hukum (Iocial hukum) agar
dalam hal ini sebuah usaha persekutuan yang berbadan hukum terdiri dari Perseroan Terbatas(PT), Koperasi
,dan Yayasan.
Badan Hukum “Peseroan Terbatas”. Perseroan Terbatas adalah sebuah Badan Hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham. Para pendiri Perseroan Terbatas berkewajiban untuk mengambil bagian
modal itu dalam bentuk saham dan mendapat bukti suratsebagai bentuk perntaan modal.
Dalam Perseroan Terbatas ini para pemegang saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas sesuai
besarnya saham yang dimiliki, semakin besar saham yang dimiliki semakin bessa pula keuntungan juga
kerugian yang diterima, begitu juga sebaliknya.Organ Perseroan terdiri dari RUPS(Rapat Umum Pemegang
Saham), Direksi, Dewan Komisaris, Komite Audit, Komite Nominasi dan Remunasi.
Selanjutnya ialah “Koperasi”, yaitu Badan Hukum yang berlandaskan yang kegiatan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan, dengan keanggotaannya yang terbuka dan sukarela,
menjalankan usaha sesuai UU, mempunyai Iocia khas dalam keanggotaan, dan dalam biasanya dalam bidang
yang sama. Koperasi sebagai badan hukum harus terpenuhi syarat sahnya badan hukum yakni cakap untuk
memiliki kekayaan yang terpisah dengan anggotanya.
Perolehan status badan hukum dimulai semenjak sebuah koperasi mendapatkan pengesahan atas akta
pendirian atau anggaran dasar di hadapan notaris. Struktur dalam organisasi adalah Rapat Anggota, Pengurus,
dan Pengawas Koperasi.
Kemudian yang terakhir adalah Yayasan. Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan olehh seatu
pernyataan sepihak. Pernyataan itu berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan
menunjukkan bagaimana kekayaan itu diurus dan digunakan. Dalam pendirian yayasan bukanlah merupakan
sebuah usaha untuk mencari keuntungan melainkan untuk tujuan Iocial. Struktur yayasan adalah Pembina,
Pengurus, Pengawas.

11

“DAFTAR PUSTAKA”
Sopandi, Eddi. Bebrapa Hal Dan Catatan Berupa Tanyajawab Hukum Bisnis. Bandung: Refika Aditama,
2003
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Kholil, Munawar. 2007. Hukum perkoperasian antara konsep dan praktik. Solo
Silondae, A.A. dan Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok- Pokok Hukum B isnis. Jakarta : Salemba Empat.
Http://www.google.com//

12

TUGAS HUKUM BISNIS
“BADAN HUKUM”

OLEH:
• KARIN LOUISE SURBAKTI
(213410082)
• DAVID K BATUBARA
(214410030)
• DAHLIA IRNA S SIALLAGAN (215410254)
• WULAN HARMONI SIALLAGAN(215410185)
• ICA UDAYANI SIMANJORANG (215410201)
• HEINNIKE AYULIA MUNTE
(215410209)
• PUJA KHARISMA
(215410256)
• KEVIN AFRIILA BUTAR-BUTAR (215410193)
• RAJA P SIMANJUNTAK
(213410149)