Chapter I Efek Madu Alami terhadap Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren Tipe Minor pada Pasien RSGMP USU
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah salah satu kelainan yang paling sering
terjadi di rongga mulut.1 SAR tipe minor dikarakteristikkan dengan ulser superfisial,
berukuran kecil dan sakit.2 SAR di rongga mulut terjadi dalam bentuk ulser kecil,
bulat atau oval, berulang, batas margin yang jelas, dan dasar abu-abu atau
kekuningan.3 Pola berulang dan ketidaknyamanan yang terjadi membuat SAR sangat
mengganggu penderita.1
Prevalensi SAR bervariasi tergantung daerah populasi yang diteliti. Prevalensi
SAR sekitar 20% dari populasi dunia, masyarakat yang berada dalam kelompok
ekonomi kelas menengah dan atas biasanya paling sering terkena SAR.1 Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Scully (2013), SAR dilaporkan mengenai 5-66 %
penduduk Amerika Serikat.3 Penelitian yang dilakukan oleh Axell (1990)
menunjukkan bahwa prevalensi SAR terjadi pada 11,1% penduduk Thailand.4
Prevalensi SAR di Indonesia sendiri berkisar antara 5-66% dari jumlah populasi
umum.5 Angka kejadian yang paling sering dijumpai adalah pada remaja, dan
biasanya SAR lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.3
Sampai saat ini, etiologi pasti SAR belum diketahui.1,6,7 Meskipun demikian
telah banyak teori yang menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan terjadinya
SAR, diantaranya reaksi alergi, faktor genetik, faktor hormonal, kelainan darah,
defisiensi nutrisi, stress dan trauma.1,7-10 Etiologi SAR belum sepenuhnya diketahui,
maka perawatannya bersifat simtomatis, untuk pengobatannya biasanya dengan
memberikan obat antiinflamasi seperti triamsinolone asetonide.1,2,7,8 SAR juga bisa
dirawat dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan madu.11
Madu merupakan salah satu bahan alami yang sering digunakan dalam
pengobatan. Mandal (2011) dalam penelitiannya menyatakan pentingnya pengobatan
menggunakan madu telah didokumentasikan dalam kepustakaan medis tertua di
Universitas Sumatera Utara
dunia, dan sejak zaman kuno madu telah dikenal memiliki antimikroba yang dapat
menyembuhkan luka, baik luka bakar, ulser, maupun luka terbuka. Sifat
penyembuhan dari madu tersebut ditimbulkan karena viskositas yang kental sehingga
dapat mempertahankan kelembaban luka dan adanya aktivitas antimikroba yang
dapat mencegah terjadinya infeksi.12 Subrahmanyam (1998) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa penggunaan madu dapat meredakan inflamasi dan kontrol
infeksi yang baik pada luka bakar.13 Madu juga memiliki aktivitas antioksidan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam proses penyembuhan, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamed (2007) pada ulser rongga
mulut.14
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di atas
yang mayoritas masih dilakukan di luar negeri didapatkan hasil yang baik yang
menerangkan bahwa madu bisa digunakan sebagai antimikroba, antiinflamasi dan
antioksidan, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang efek
penyembuhan madu alami terhadap stomatitis aftosa rekuren tipe minor pada pasien
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGMP USU), Medan.
Madu alami menjadi pilihan karena mengandung kadar madu asli (100%) tanpa
campuran bahan lain yang biasa terdapat pada madu yang sudah diolah. Pemberian
madu alami pada penelitian ini diharapkan dapat menyembuhkan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
umum penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor pada pasien RSGMP USU?
Pertanyaan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengurangan eritema halo pada stomatitis aftosa rekuren
tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah terdapat pengurangan ukuran pada stomatitis aftosa rekuren tipe
minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
3. Apakah terdapat pengurangan skala rasa sakit pada stomatitis aftosa
rekuren tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini dilakukan adalah :
Untuk mengetahui efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor pada pasien RSGMP USU.
Tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui pengurangan eritema halo pada stomatitis aftosa rekuren
tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
2. Untuk mengetahui pengurangan ukuran pada stomatitis aftosa rekuren tipe
minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
3. Untuk mengetahui pengurangan skala rasa sakit pada stomatitis aftosa
rekuren tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
1.4 Hipotesis
Terdapat efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa rekuren
tipe minor pada pasien RSGMP USU.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya bagi instansi
pendidikan bahwa madu alami dapat digunakan sebagai salah satu obat untuk
menyembuhkan SAR.
2. Bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang SAR, mengetahui cara penanggulangannya serta sebagai acuan untuk
dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
Bagi tenaga kesehatan dapat menentukan dan menerapkan cara pengobatan
alternatif untuk terapi stomatitis aftosa rekuren
tipe minor yaitu dengan
menggunakan madu alami.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah salah satu kelainan yang paling sering
terjadi di rongga mulut.1 SAR tipe minor dikarakteristikkan dengan ulser superfisial,
berukuran kecil dan sakit.2 SAR di rongga mulut terjadi dalam bentuk ulser kecil,
bulat atau oval, berulang, batas margin yang jelas, dan dasar abu-abu atau
kekuningan.3 Pola berulang dan ketidaknyamanan yang terjadi membuat SAR sangat
mengganggu penderita.1
Prevalensi SAR bervariasi tergantung daerah populasi yang diteliti. Prevalensi
SAR sekitar 20% dari populasi dunia, masyarakat yang berada dalam kelompok
ekonomi kelas menengah dan atas biasanya paling sering terkena SAR.1 Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Scully (2013), SAR dilaporkan mengenai 5-66 %
penduduk Amerika Serikat.3 Penelitian yang dilakukan oleh Axell (1990)
menunjukkan bahwa prevalensi SAR terjadi pada 11,1% penduduk Thailand.4
Prevalensi SAR di Indonesia sendiri berkisar antara 5-66% dari jumlah populasi
umum.5 Angka kejadian yang paling sering dijumpai adalah pada remaja, dan
biasanya SAR lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.3
Sampai saat ini, etiologi pasti SAR belum diketahui.1,6,7 Meskipun demikian
telah banyak teori yang menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan terjadinya
SAR, diantaranya reaksi alergi, faktor genetik, faktor hormonal, kelainan darah,
defisiensi nutrisi, stress dan trauma.1,7-10 Etiologi SAR belum sepenuhnya diketahui,
maka perawatannya bersifat simtomatis, untuk pengobatannya biasanya dengan
memberikan obat antiinflamasi seperti triamsinolone asetonide.1,2,7,8 SAR juga bisa
dirawat dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan madu.11
Madu merupakan salah satu bahan alami yang sering digunakan dalam
pengobatan. Mandal (2011) dalam penelitiannya menyatakan pentingnya pengobatan
menggunakan madu telah didokumentasikan dalam kepustakaan medis tertua di
Universitas Sumatera Utara
dunia, dan sejak zaman kuno madu telah dikenal memiliki antimikroba yang dapat
menyembuhkan luka, baik luka bakar, ulser, maupun luka terbuka. Sifat
penyembuhan dari madu tersebut ditimbulkan karena viskositas yang kental sehingga
dapat mempertahankan kelembaban luka dan adanya aktivitas antimikroba yang
dapat mencegah terjadinya infeksi.12 Subrahmanyam (1998) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa penggunaan madu dapat meredakan inflamasi dan kontrol
infeksi yang baik pada luka bakar.13 Madu juga memiliki aktivitas antioksidan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam proses penyembuhan, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamed (2007) pada ulser rongga
mulut.14
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di atas
yang mayoritas masih dilakukan di luar negeri didapatkan hasil yang baik yang
menerangkan bahwa madu bisa digunakan sebagai antimikroba, antiinflamasi dan
antioksidan, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang efek
penyembuhan madu alami terhadap stomatitis aftosa rekuren tipe minor pada pasien
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGMP USU), Medan.
Madu alami menjadi pilihan karena mengandung kadar madu asli (100%) tanpa
campuran bahan lain yang biasa terdapat pada madu yang sudah diolah. Pemberian
madu alami pada penelitian ini diharapkan dapat menyembuhkan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
umum penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor pada pasien RSGMP USU?
Pertanyaan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengurangan eritema halo pada stomatitis aftosa rekuren
tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah terdapat pengurangan ukuran pada stomatitis aftosa rekuren tipe
minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
3. Apakah terdapat pengurangan skala rasa sakit pada stomatitis aftosa
rekuren tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini dilakukan adalah :
Untuk mengetahui efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa
rekuren tipe minor pada pasien RSGMP USU.
Tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui pengurangan eritema halo pada stomatitis aftosa rekuren
tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
2. Untuk mengetahui pengurangan ukuran pada stomatitis aftosa rekuren tipe
minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
3. Untuk mengetahui pengurangan skala rasa sakit pada stomatitis aftosa
rekuren tipe minor setelah dilakukan pengobatan menggunakan madu alami
1.4 Hipotesis
Terdapat efek madu alami terhadap penyembuhan stomatitis aftosa rekuren
tipe minor pada pasien RSGMP USU.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya bagi instansi
pendidikan bahwa madu alami dapat digunakan sebagai salah satu obat untuk
menyembuhkan SAR.
2. Bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang SAR, mengetahui cara penanggulangannya serta sebagai acuan untuk
dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
Bagi tenaga kesehatan dapat menentukan dan menerapkan cara pengobatan
alternatif untuk terapi stomatitis aftosa rekuren
tipe minor yaitu dengan
menggunakan madu alami.
Universitas Sumatera Utara