Buku Panduan Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK Di SMA

KATA PENGANTAR

Direktorat Pembinaan SMA telah melakukan berbagai upaya agar sekolah secara terus menerus meningkatkan layanan pendidikan. Salah satu upaya yang telah dicanangkan selama ini adalah publikasi tentang pelaksanaan ICT Based School Management dan ICT Based Learning. Dengan pelaksanaan ICT Based School Management dan ICT Based Learning diharapkan sekolah memberikan layanan prima kepada seluruh warganya. Muaranya adalah peningkatan mutu lulusan yang kompeten sebagai pembelajar (learner).

ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menggambarkan pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran. Peluang baru yang djanjikan teknologi ini sangat luas. Untuk memanfaatkannya, kreativitas pendidik menjadi penting, karena tanpa kreatiitas pendidik tersebut teknologi ini tidak akan memberikan dampak yang optimal. Dalam proses pembelajaran berbasis TIK yang paling canggih sekalipun, guru tetap memegang peran sentral sebagai pengembang konten dan tutor pembelajaran.

Untuk memberikan panduan bagi SMA yang akan melaksanakan pembelajaran pembelajaran berbasis TIK, Direktorat Pembinaan SMA bekerjasama dengan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemdiknas, dan Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia menyusun Panduan Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK di SMA.

Penting untuk ditekankan bahwa peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu. Pendidik yang menguasai alat bantu TIK dengan baik akan menghasilkan pembelajaran yang baik pula. Dengan kata lain, TIK bukanlah pengganti pendidik, melainkan justru pendidik lah yang menjadikan TIK berperan dalam pembelajaran.

Jakarta, Oktober 2011 . Direktur Pembinaan SMA .

Totok Suprayitno, Ph. D . NIP. 196010051986031005

Panduan Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK di SMA | ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembelajaran secara tatap muka di dalam kelas adalah bentuk transfer ilmu

pengetahuan yang difasilitasi oleh pendidik, dan diikuti oleh peserta didik dalam suatu periode waktu yang sudah ditetapkan berdasarkan kurikulum tertentu menggunakan metode pembelajaran dan sarana pendidikan yang ada. Model pembelajaran tatap muka seperti ini adalah bentuk baku yang dilaksanakan oleh seluruh satuan pendidikan di Indonesia. Dengan model pembelajaran tatap muka ini, proses transfer ilmu pengetahuan akan lebih efektif karena jika terjadi kesulitan memahami suatu konsep yang djelaskan, peserta didik dapat langsung memperoleh penjelasan dari fasilitator yang mendampinginya. Dapat dipastikan bahwa model pembelajaran tatap muka ini tidak dapat digantikan oleh model pembelajaran apapun, walaupun bukan berarti pembelajaran tatap muka ini tidak memiliki kelemahan.

Kelemahan utama pembelajaran tatap muka terletak pada proses nya yang hanya dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pendek yang sudah ditentukan. Seolah-olah proses transfer ilmu pengetahuan dibatasi oleh ruang dan waktu dan sangat bergantung pada keberadaan guru sebagai penyampai ilmu pengetahuan.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini, memberikan peluang baru kepada dunia pendidikan untuk mengembangkan model-model pembelajaran baru untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang muncul dari pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Dari sisi proses, TIK dapat menutup kelemahan keterbatasan ruang dan waktu, sedangkan dari sisi konten, TIK menawarkan pemahaman konten yang lebih mudah dicerna peserta didik. Misalnya, bentuk kompleks suatu pengetahuan, dapat disederhanakan dengan simulasi TIK, bentuk-bentuk jasad renik dapat dibesarkan menggunakan TIK sehingga mudah dilihat, bentuk-bentuk besar dapat dikecilkan dengan TIK sehingga dapat dibawa di depan peserta didik, dan aktivitas yang berbahaya dapat disajikan dengan TIK sehingga tidak membahayakan.

Meskipun peluang baru yang ditawarkan TIK sangat menarik dan memberikan harapan, tetap tidak dapat dipungkiri bahwa peran pendidik tetap tidak tergantikan olehnya. TIK hanyalah alat bantu yang tidak akan berbunyi apa-apa jika tidak disentuh oleh para pendidik yang kreatif. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang benar tentang penerapan TIK dalam pembelajaran.

Dengan adanya peluang-peluang baru yang muncul karena kemajuan TIK, diharapkan layanan pendidikan oleh satuan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Proses pembelajaran lebih efektif dan pengelolaan sekolah lebih eisien. Dampaknya akan menghasilkan lulusan yang sangat kompeten dalam bidangnya sehingga mampu bersaing di lingkungan masyarakat.

Direktorat Pembinaan SMA sangat berkepentingan dengan layanan pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, mengajak kepada seluruh satuan pendidikan di Indonesia untuk menerapkan TIK dalam memberikan layanan pendidikan.

Sebagai bentuk realisasinya, Direktorat Pembinaan SMA menyusun panduan Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK. Panduan ini akan memberikan arahan yang tepat bagi satuan pendidikan dalam merancang, membangun, mengimplementasikan, dan menjaga keberlangsungan penerapan TIK di satuan pendidikan masing-masing.

B. Tujuan Secara umum, panduan ini bertujuan memberikan arahan kepada SMA dalam

menerapkan pembelajaran berbasis TIK. Secara khusus, panduan ini akan memberikan pemahaman tentang tata kelola

pembelajaran berbasis TIK. Panduan ini juga akan memberikan arahan tentang tahapan pengembangan

pembelajaran berbasis TIK. Diawali dengan transformasi tingkat kematangan TIK SMA, pengembangan infrastruktur SMA, pengembangan prosedur dan tata kelola pembelajaran berbasis TIK, dan panduan implementasi pembelajaran berbasis TIK di SMA.

C. Dasar Hukum Berikut dasar hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan e-learning,

yaitu :

1. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

3. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;

4. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi;

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar Komptentensi Lulusan (SKL);

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;

10. Dokumen Rencana Strategis Direktorat SMA, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014;

BAB 2 KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS TIK

A. Deinisi Pembelajaran Berbasis TIK Pembelajaran berbasis TIK adalah upaya memanfaatkan kemajuan TIK untuk

mendukung proses pembelajaran. TIK berperan sebagai alat bantu bukan sebagai subyek utama.

Dalam pembelajaran berbasis TIK, TIK berperan sebagai media penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Dua unsur penting dalam proses transfer ilmu pengetahuan tersebut yaitu unsur media dan pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Unsur media menggambarkan TIK sebagai jaringan infrastruktur yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik, sedangkan unsur pesan menggambarkan konten pembelajaran digital.

Pembelajaran berbasis TIK, tidak menghilangkan konteks awal pembelajaran yang berlangsung secara tatap muka di dalam ruang kelas melainkan melalui beberapa tahapan evolusi sesuai kondisi sekolah.

Pada sekolah yang baru merintis pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran digambarkan sebagai proses tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai suplemen. Pada tahap ini guru sebagai penyampai materi. Konten digital yang disampaikan hanya bersifat tambahan sehingga tidak wajib disampaikan. Proses pembelajaran dibatasi oleh ruang dan waktu.

Pada tingkat yang lebih tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai komplemen. Pada kondisi ini guru masih sebagai penyampai materi. Beberapa konten digital wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum, sedangkan proses pembelajaran masih dibatasi ruang dan waktu.

Pada tingkatan berikutnya, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah mengintegrasikan kemajuan TIK ke dalam proses pembelajaran. Seluruh konten pembelajaran berbentuk digital, dan wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum. Siswa dapat mengakses konten pembelajaran tanpa terbatas ruang dan waktu dan guru berperan sebagai tutor. Pengelolaan pembelajaran tidak menggunakan TIK sehingga masih terdapat campur tangan pengelolaan pembelajaran secara manual.

Pada tingkatan paling tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah menyatu dengan kemajuan TIK (menyatu seperti infuse yang tidak dapat dibedakan lagi antara cairan infuse dengan darah). Pada kondisi ini, peserta didik melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan online yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Guru dalam tingkatan ini berperan sebagai tutor. Pengelolaan pembelajaran menggunakan aplikasi Learning Management System.

Suplemen

Komplemen

Integrasi

Infuse

Gambar 1

Dari gambaran di atas, secara konseptual, pembelajaran berbasis TIK dideinisikan sebagai pembelajaran tatap muka yang diperkaya dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memfasilitasi pendidik sebagai penyampai materi maupun sebagai tutor menggunakan konten digital.

B. Deinisi Operasionalisasi Pembelajaran Berbasis TIK Secara operasional, yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis TIK adalah

aktivitas pembelajaran yang didukung oleh infrastruktur TIK, menggunakan aplikasi pengelolaan pembelajaran, menggunakan aturan tata kelola yang ditetapkan, dan menggunakan konten digital (Digital Based Content) yang merupakan bahan pengayaan pembelajaran tatap muka di dalam kelas.

Infrastruktur TIK yang dimaksud dalam deinisi ini meliputi, jaringan komputer yang dimiliki sekolah, Komputer Server, koneksi internet, area hotspot, dan Komputer Client untuk pendidik dan peserta didik.

Aplikasi pengelolaan pembelajaran (sering juga disebut sebagai Learning Management System) adalah program komputer yang dibangun untuk melayani pembelajaran berbasis TIK berdasarkan aturan tata kelola yang ditetapkan. Program komputer yang dimaksud tidak hanya mengelola konten pembelajaran tetapi termasuk juga alur kerja (worklow) proses pembelajaran, rekam jejak (track record) aktivitas belajar peserta didik, dan rekam jejak hasil belajar peserta didik. Karekteristik yang harus dimiliki oleh aplikasi pengelolaan pembelajaran ini adalah Student Self Service, Online Learning, Online Assessment, Collaborative Learning, dan Training Resourcess Management.

Tata kelola yang dimaksud dalam deinisi ini adalah standar operasinal dan prosedur yang disepakati dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK. Tata kelola ini ditetapkan dan didiseminasikan ke seluruh warga sekolah. Tata kelola ini akan menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

Konten digital (Digital Based Content) dapat dibuat sendiri oleh pendidik, atau diperoleh dari internet dan sumber-sumber sah lainnya.

C. Infrastruktur Pendukung Pembelajaran Berbasis TIK Infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran

berbasis TIK meliputi Komputer Server, Intranet, Akses Internet, dan Komputer Client untuk pendidik dan peserta didik.

1. Komputer Server Komputer server berfungsi sebagai mesin yang merespons setiap permintaan

data komputer client. Tugasnya sangat berat, oleh karenanya spesikasi komputer server harus sangat tinggi. Processor yang digunakan adalah processor kelas server, dengan memory minimum 8 GB.

Sistem operasi yang dipasang dalam komputer server berbeda dengan sistem operasi yang dipasang di komputer client. Minimal harus mengandung web server multidomain, database server dan DNS server.

Web server multidomain adalah platform sistem operasi yang memungkinkan aplikasi berbasis jaringan di server dapat diakses oleh komputer client melalui intranet maupun internet. Database server adalah fungsional sistem operasi server yang mewujudkan server sebagai pangkalan data. DNS server adalah platform sistem operasi server yang menterjemahkan nomor IP komputer menjadi nama domain sehingga mudah dihafalkan.

Secara umum, server harus dinyalakan selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Ketentuan ini mengharuskan sekolah menempatkan komputer server di dalam ruangan server dengan pendingin yang memadai. Ruangan server minimal berukuran 3 m x 2 m dengan pendingin yang menyala terus menerus. Untuk menghindari kerusakan perangkat karena listrik padam sebuah server harus dilengkapi dengan UPS (Uninterupted Power Supply).

Secara detil, komputer server yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah:

Nama Perangkat

Fitur

Sistem Operasi & Aplikasi

• Processor Kelas Server • RAM minimum 8 GB

• OpenSource • NIC minimum 2 Port • Webserver Multidomain/

Komputer Server

gigabit ethernet

hosting

• Storage minimum 4 TB

• Database Server

• DVD R/W

• DNS Server

• LCD Monitor 15”

2. Intranet Intranet sering juga disebut sebagai Local Area Network (LAN). Intranet ini

menghubungkan seluruh komputer yang dimiliki sekolah membentuk suatu jaringan komputer. Dengan adanya intranet ini memungkinkan seseorang di area manapun di sekolah dapat mengakses aplikasi yang dipasang di server.

Idealnya, seluruh ruangan di sekolah terhubung dengan intranet melalui kabel, ditambah areal tertentu diberi akses poin sehingga warga sekolah dapat mengakses intranet dan internet melalui area hotspot.

Untuk membangun intranet, diperlukan perangkat keras berupa kabel UTP, Konektor RJ45, Switch/Hub, Toolkit Jaringan Komputer, dan Access Point.

3. Akses Internet Akses internet dibutuhkan untuk menghubungkan server dengan entitas lain

di luar sekolah. Akses internet juga dapat dimanfaatkan untuk mempublikasi aplikasi yang dipasang di server sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat di luar sekolah. Dengan kata lain, akses internet ini memungkinkan aplikasi pembelajaran berbasis TIK diakses dari luar sekolah.

Akses internet minimal yang harus dimiliki sekolah adalah dedicated 1MB (upstream dan downstream nya 1:1). Disertai dengan minimal 1 buah IP Public Static yang disediakan oleh Internet Service Provider (biasanya diberi IP Public Static sebanyak 8).

4. Komputer Client Komputer client untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK dapat berupa

personal computer (PC) dapat juga berupa komputer jinjing (laptop/notebook). Komputer client ini berfungsi sebagai alat untuk mengakses program komputer berbasis jaringan yang dipasang di komputer server.

Processor komputer client yang digunakan tidak dibatasi tetapi sebaiknya menggunakan standar processor terbaru di pasaran dengan kecepatan tidak kurang dari 2.2 GHz. Untuk kebutuhan akses ke server yang lebih baik minimal RAM yang dibutuhkan adalah 2GB.

Berikut ini adalah itur minimum komputer client:

Nama Perangkat

Fitur

Sistem Operasi & Aplikasi

• Processor kecepatan minimal 2.2GHz

• RAM minimal 2GB

• Semua jenis sistem operasi

Personal

• Storage minimal 500GB

Computer • Aplikasi browser

• NIC gigabit Ethernet

Notebook/Laptop • Aplikasi perkantoran

• Wireless LAN

• Aplikasi Grais

• DVD RW • Monitor LCD

D. Aplikasi Penunjang Pembelajaran Berbasis TIK Aplikasi yang dimaksud dalam panduan ini adalah program komputer yang

dirancang untuk menjalankan aturan dan tatakelola pembelajaran berbasis TIK yang dilaksanakan di sekolah. Aplikasi komputer tersebut sering disebut dengan nama Learning Management System (LMS).

Karakteristik dasar LMS adalah:

1. Memberikan layanan student self service, artinya seluruh warga belajar dalam pembelajaran berbasis TIK ini dapat melayani dirinya sendiri ketika ingin menjalani aktivitas belajar. Struktur kurikulum dan bahan ajar dapat diakses secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak lain.

2. Memberikan layanan online learning, artinya seluruh bahan ajar yang disiapkan oleh pendidik dapat diakses oleh peserta didik secara online melalui jalur internet maupun intranet. Bahan ajar disajikan dalam bentuk course yang telah dipaket- paket sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

3. Memberikan layanan online assessment, artinya peserta didik yang telah melakukan pembelajaran secara online dapat mengetahui apakah dirinya telah menguasai materi pembelajaran onlinenya dengan cara mengikuti layanan assessment secara online.

4. Memberikan layanan collaborative learning, artinya aplikasi menyediakan layanan kolaborasi pembelajaran antara pendidik dengan pendidik, pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.

5. Menyediakan layanan training resources management, artinya menyediakan layanan pengelolaan sumber daya pelatihan secara terkomputerisasi.

Platform aplikasi LMS harus berbasis web supaya dapat diakses melalui berbagai macam platform sistem operasi yang dipasang di komputer client. LMS juga harus bersifat open system, maksudnya sistem tersebut dapat diintegrasikan dengan sistem lain.

Aplikasi dengan karakteristik di atas tidak difungsikan sebagai pengganti pelaksanaan pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Walaupun layanan yang diberikan serupa, seluruh layanan aplikasi ini bersifat pengayaan atas materi pembelajaran tatap muka di dalam kelas.

Dari karakteristik dasar di atas, dapat dikembangkan itur-itur layanan aplikasi sebagai berikut:

1. Sharing material, konten pembelajaran yang dikembangkan pendidik dapat dengan mudah sampai ke tangan pendidik lain dan peserta didik.

2. Forum dan Chat, adalah itur komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Forum sifat komunikasinya tidak interaktif sedangkan chat bersifat interaktif.

3. Latihan soal, adalah itur LMS yang memungkinkan peserta didik untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka atas bahan ajar yang dipelajari.

4. Recording Grades, adalah itur aplikasi yang mampu melacak dan mengelola nilai peserta didik sesuai dengan konigurasi yang dilakukan oleh pendidik.

5. Recording log, adalah itur aplikasi untuk mereka log semua kegiatan peserta didik.

Fitur-itur lain dapat dikembangkan oleh masing-masing sekolah sepanjang tidak menyimpang dari karakteristik dasar Learning Management System.

Untuk memperoleh aplikasi LMS dengan karakteristik dan itur yang dimaksud di atas, dapat dilakukan melalui beberapa cara.

1. Menggunakan aplikasi open source yang mudah didapat di internet. Saat ini cukup banyak aplikasi berlisensi GPL (General Public License) yang dibangun untuk Learning Management System. Perlu sedikit seting agar aplikasi open source ini menjadi Learning Management System yang handal. Kehandalan aplikasi open source LMS diwujudkan dalam bentuk aplikasi tambahan (plug in) yang sangat banyak dan memiliki komunitas yang telah menyebar di seluruh dunia.

2. Mengembangkan aplikasi dengan cara memesan kepada perusahaan pengembang (tailor made). Biasanya akan menghabiskan biaya yang sangat tinggi.

3. Membeli aplikasi LMS siap pakai yang banyak beredar di pasaran. Membeli aplikasi LMS siap pakai sering kali akan bermasalah ketika akan mengembangkan ke itur-itur baru. Biasanya pengembang tidak mau menambahkan itur baru yang diinginkan sekolah.

Direkomendasikan agar sekolah memanfaatkan aplikasi open source yang mudah didapat di internet karena saat ini aplikasi yang beredar di internet sudah sangat memadai untuk layanan Learning Management System.

E. Tata Kelola Pembelajaran Berbasis TIK di Sekolah Yang dimaksud dengan tata kelola pembelajaran berbasis TIK adalah aturan

dasar pengelolaan pembelajaran berbasis TIK yang ditetapkan oleh pihak manajemen sekolah. Aturan dasar tersebut meliputi: mekanisme pengaturan sistem, mekanisme pengelolaan konten, mekanisme transaksi, dan mekanisme perawatan sistem.

Konten Pembelajaran

Infrastruktur TIK

Gambar 2. Sistem Pembelajaran Berbasis TIK

Mekanisme pengaturan sistem dilakukan sekali pada saat awal sistem pembelajaran berbasis TIK diimplementasikan. Berikut ini adalah pengaturan sistem yang dilakukan oleh sekolah.

1. Seluruh ruangan di sekolah terhubung dengan jaringan kabel komputer lokal (LAN). Beberapa area terhubung melalui jaringan nirkabel (wireless).

2. Server berisi sistem operasi server dengan tambahan fungsional sebagai web server multidomain, DNS Server, dan Database Server dapat diakses oleh seluruh komputer client yang terhubung dengan LAN di ruangan manapun berada.

3. Setiap komputer yang terhubung dengan server dapat mengakses internet melalui gateway yang dipasang di server.

4. Aplikasi LMS yang dipasang di server dapat diakses melalui jalur lokal maupun jalur internet menggunakan nama domain. Penggunaan nama domain diwajibkan karena akan leksibel ketika diakses dalam jaringan lokal, dan lancar diakses melalui jalur internet.

Mekanisme pengelolaan konten dilakukan supaya tidak ada perselisihan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ketersediaan konten Learning Management System.

1. Konten digital dikembangkan oleh sekelompok pendidik dengan matapelajaran sejenis.

2. Konten digital dikelompokkan sesuai dengan SK/KD sesuai matapelajaran masing- masing.

3. Konten yang disepakati oleh seluruh pendidik dalam matapelajaran yang sama djadikan bahan ajar standar yang akan dipasang di LMS.

4. Konten non standar yang bersifat pengayaan dapat dipasang oleh masing-masing pendidik.

5. Setiap saat pendidik melakukan update atas bahan ajar yang dianggap sudah tidak relevan lagi.

6. Konten tidak boleh dipasang di LMS mengatasnamakan pendidik secara perseorangan, tetapi mewakili salah satu matapelajaran yang diampu oleh pendidik tersebut.

7. Setiap pendidik suatu matapelajaran diharuskan membuat soal latihan yang disertai dengan penjelasan atas jawaban soal yang dikembangkan. Seluruh butir soal suatu matapelajran dikelola dalam bank soal.

Mekanisme transaksi diatur supaya setiap transaksi yang terjadi dalam Learning Management System bersifat akuntabel.

1. Konten pembelajaran pada dasarnya dapat diakses secara online oleh peserta didik yang terdatar dalam sistem database sekolah maupun yang tidak terdatar dalam sistem database sekolah.

2. Transaksi pembelajaran berupa course dan latihan soal online hanya dapat diakses oleh peserta didik yang terdatar dalam sistem database sekolah.

3. Sebuah course dan latihan soal online disajikan dalam periode waktu yang panjang sehingga dapat diakses berkali-kali oleh peserta didik yang terdatar dalam database sekolah. Seluruh aktivitas peserta didik terkait hal ini disimpan dalam pangkalan data LMS.

4. Ulangan djadwalkan pada periode waktu tertentu yang pendek dan hanya bisa diakses satu kali oleh peserta didik, sehingga pengerjaan ulangan hanya dapat dilakukan secara bersama-sama dalam waktu yang sama.

Perawatan sistem dilakukan oleh beberapa pihak yang menyangkut infrastruktur dilakukan oleh administrator jaringan, yang menyangkut konten pembelajaran dilakukan oleh pendidik, sedangkan yang menyangkut perangkat keras dilakukan oleh teknisi komputer sekolah. Masing-masing entitas yang terlibat dalam perawatan sistem memiliki uraian tugas yang ditetapkan secara detil oleh sekolah.

F. Konten Pembelajaran Digital Salah satu faktor dominan dalam pembelajaran berbasis TIK adalah keberadaan

konten pembelajaran digital atau disebut konten digital. Konten digital pada dasarnya adalah digitalisasi bahan ajar yang digunakan

guru dalam pembelajaran tatap muka. Berbagai format digital telah dikembangkan, tidak ada paksaan untuk menggunakan salah satu format yang ada, bahkan sekolah dapat mengkombinasikan bentuk format digital yang akan digunakan dalam konten digital mereka.

Konten digital yang dapat digunakan dalam Learning Management System memiliki banyak format, namun setidak-tidaknya memiliki lima karakteristik:

1. Accessibility/Shareability, artinya konten tersebut dapat diakses dari suatu lokasi dan dikirimkan ke lokasi lain.

2. Interoperability, artinya konten dapat dioperasikan menggunakan tool berbeda dalam platform sistem operasi yang berbeda-beda sehingga memudahkan pertukaran konten dari SMA yang satu ke SMA yang lainnya. Sifat konten yang dapat diopersikan di berbagai jenis sistem operasi, menyebabkan konten dapat djalankan di berbagai perangkat mobile. Kondisi ini memunculkan sifat portable dari konten.

3. Durability, artinya konten dapat bertahan dari perkembangan dan perubahan teknologi.

4. Reusability, artinya konten dapat digunakan kembali untuk pengembangan selanjutnya.

5. Cost Efectiveness, artinya konten dapat meningkatkan eisiensi dan peroduktivitas dengan mengurangi biaya dan waktu.

Untuk menjaga keberlangsungan (suistainability) fungsi konten pembelajaran digital, SMA direkomendasikan memiliki konten yang bersifat open (open content). Ditinjau dari cara memperoleh, open content berarti diperoleh secara mudah dan tidak berbayar, sedangkan ditinjau dari kode sumber (source code), open content berarti kode sumbernya dapat dimodiikasi oleh guru (reuseable).

Dalam hal sekolah perlu mengadakan konten yang berbayar (berlisensi), sekolah wajib mematuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Mengutamakan konten yang sudah dinilai oleh Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom).

2. Lisensi minimal 5 (lima) tahun.

3. Konten dapat dishare minimal untuk 40 unit komputer secara simultan.

4. Konten diperoleh dengan harga yang wajar, melalui proses pengadaan barang/ jasa sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB 3 STRATEGI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SEKOLAH

A. Analisis Kebutuhan Ketika pertama kali membangun sekolah pada masa yang lalu, tidak

terpikirkan bahwa dimasa yang akan datang sekolah tersebut akan diharapkan siap untuk implementasi pembelajaran berbasis TIK. Ketika itu yang terpikirkan hanya penambahan daya tampung tanpa memikirkan infrastruktur TIk yang akan dibangunnya di masa depan, sehingga ketika sekolah diminta untuk meng- implementasi pembelajaran berbasis TIK diperlukan transformasi.

Transformasi untuk menuju ketersediaan infrastruktur yang memadai bagi pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK harus dilandasi oleh analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dimulai dengan mengungkapkan kondisi ideal infrastruktur TIK yang harus dicapai untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK, menuliskan kondisi faktual (kondisi saat ini) infrastruktur TIK sekolah, dan merencanakan kondisi minimal untuk mengurangi gab antara kondisi faktual dengan kondisi ideal. Untuk mengetahui kondisi faktual pihak sekolah perlu melakukan evaluasi diri sebagaimana djabarkan pada Bab. 5 butir pengkategorian

Tabel 1. Contoh Analisis Kebutuhan Infrastruktur TIK untuk Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK

100% ruangan - Koneksi antar terhubung dengan terhubung dengan terhubung dengan ruangan

kabel LAN

kabel LAN 65% area terbuka 90% area terbuka 100% area terbuka

LAN

- Area Hotspot sekolah tercover

sekolah tercover

sekolah tercover

oleh hotspot

oleh hotspot

oleh hotspot

Dedicated 1:1

Dedicated 1:1

B. Akses Internet Up to 1Mbps

RAM 32GB

C. Server

2 port NIC gigabit 2port NIC gigabit

2 port NIC gigabit

Rasio Client

D. Komputer

Rasio

Rasio

PC:Siswa = 1:10

PC: Siswa = 1:5

PC: Siswa = 1:1

Analisis kebutuhan ini akan menghasilkan satuan-satuan perencanaan minimal yang akan dicapai sekolah untuk mengurangi jarak antara kondisi faktual dengan kondisi ideal.

B. Transformasi Menuju Infrastruktur TIK Yang Memadai Hasil analisis kebutuhan merupakan landasan untuk melakukan transformasi

agar infrastruktur sekolah siap untuk implementasi pembelajaran berbasis TIK. Kekurangan kualitas perangkat dipenuhi secara minimum sehingga tidak terlalu membebani biaya pengembangan.

Transformasi TIK ada kalanya dilakukan menggunakan prinsip transformasi umum. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Hubungkanlah seluruh gedung yang dimiliki sekolah dengan jaringan kabel local area network (LAN).

Menghubungkan seluruh gedung berarti melibatkan kabel yang sangat panjang dan konektor RJ45 yang sangat banyak. Selain itu membutuhkan switch/ hub yang cukup banyak pula. Perencanaan topologi jaringan komputer yang baik akan membutuhkan pembiayaan yang eisien. Penggunaan kabel lebih direkomendasikan dibandingkan penggunaan nirkabel untuk menghubungkan antar gedung.

Pada area yang tidak berupa gedung, misalnya lapangan olah raga, perlu disediakan area hotspot. Access Point Outdoor dengan kekuatan pancar tinggi harus disediakan untuk kondisi ini.

2. Kembangkan aplikasi berbasis jaringan, kemudian pasang di server yang bisa diakses melalui LAN maupun internet.

Aplikasi berbasis jaringan yang dimaksud adalah program komputer yang dipasang di web server dan dapat diakses dari seluruh komputer client yang terhubung dengan LAN. Aplikasi berbasis jaringan yang dimaksud dalam panduan ini mengarah pada Learning Management System.

Learning Management System yang terpasang di server harus disesuaikan dengan tata kelola yang ditetapkan oleh sekolah.

Kerahkan seluruh pendidik untuk membangun konten dan mengisikannya ke dalam Learning Management System.

Transformasi yang dilakukan ini akan merubah struktur sekolah yang pada awalnya dibangun tidak untuk menjalankan pembelajaran berbsis TIK menjadi sekolah yang siap untuk menjalankan pembelajaran berbasis TIK.

Gambar 3. Contoh Denah Sekolah dan Infrastrukturnya

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN KONTEN DIGITAL

A. Format Dasar Konten Digital Berbicara konten digital, terbayang sebuah program komputer berisi animasi

canggih yang menjelaskan sebuah proses kompleks dalam sebuah topik matapelajaran. Bayangan ini tidak salah. Konten digital seperti tersebut di atas adalah bentuk ideal konten digital yang harus dimiliki sekolah ketika melaksanakan pembelajaran berbasis TIK.

Terdapat banyak format konten digital yang harus dikenali oleh sekolah sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis TIK. Pengetahuan ini akan banyak membantu dalam merumuskan strategi akuisisi kepemilikan konten digital dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.

1. e-book Salah satu bentuk konten digital, dikenal dengan nama e-book. Format utama

e-book adalah bentuk pdf (portable document format). Format dokumen ini sangat mudah cara pembuatannya. Beberapa aplikasi perkantoran umum sudah dilengkapi dengan itur untuk menyimpan dalam format pdf.

Format ini adalah bentuk konten digital yang paling mudah untuk dibuat oleh pendidik. Mereka hanya perlu mengetikkan naskah bahan ajarnya di dalam aplikasi perkantoran biasa, kemudian disimpan dalam format pdf. Format pdf inilah yang dipublikasi sebagai e-book.

2. e-audio-book Bentuk lain konten digital dinamakan e-audio-book. Sebuah fungsional buku

disimpan dalam bentuk suara. Pembuatan e-audio-book juga sangat mudah, hanya membutuhkan perekam digital yang saat ini sudah banyak disediakan oleh program komputer yang terpasang di komputer maupun laptop.

Format ini juga mudah untuk dibuat oleh pendidik. Mereka hanya perlu merekam suara yang menjelaskan isi suatu topik matapelajaran dan disimpannya sebagai konten digital audio.

3. Animasi Animasi adalah gambar bergerak. Dibuat untuk menggambarkan secara visual

suatu topik matapelajaran. Untuk membuat animasi, diperlukan keahlian khusus sehingga tidak semua orang dapat membuat animasi topik matapelajaran ini.

4. Video Pembelajaran Video adalah gambar bergerak hasil tangkapan kamera video. Sebuah kejadian

yang diabadikan menggunakan kamera video dapat djadikan sebagai video pembelajaran jika sesuai dengan topik matapelajaran tertentu dalam suatu kurikulum.

Video pembelajaran dapat berbentuk sangat sederhana. Misalnya, video yang memperkenalkan perangkat microscope dapat dikategorikan sebagai video pembelajaran.

Setiap pendidik dapat membuat berbagai macam jenis video pembelajaran, dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

Kadang kala, video pembelajaran yang kompleks diperoleh dari siaran televisi. Dengan bantuan TV tuner, siaran televisi tersebut dapat direkam kemudian diedit untuk disesuaikan dengan topik matapelajaran yang sesuai.

B. Pemetaan Topik Matapelajaran Terhadap Struktur Kurikulum dan Konten Digital Tingkat kepemilikan konten digital sering kali dirasakan sangat rendah. Tidak

dapat dipastikan apa penyebab rendahnya tingkat kepemilikan konten digital ini. Upaya telah banyak dilakukan dalam hal mengajak para pendidik untuk

mengembangkan konten digital dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK. Tetapi upaya itu kurang berhasil. Padahal sedikitnya konten digital yang dimiliki sekolah akan menghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.

Untuk mengetahui secara pasti, berapa persen konten digital yang sudah dimiliki suatu sekolah dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK, diperlukan kegiatan yang dinamakan pemetaan topik matapelajaran terhadap struktur kurikulum dan konten digital. Dengan memetakan setiap topik matapelajaran dengan struktur kurikulum dan konten digital akan diperoleh informasi tentang konten-konten digital yang belum dimiliki sekolah. Informasi inilah yang harus dimanfaatkan untuk memacu semangat pendidik dalam pengadaan konten digital yang dibutuhkan.

Strategi memetakan konten digital terhadap topik matapelajaran dan struktur kurikulum juga dibutuhkan pada saat implementasi memasukkan konten digital ke dalam aplikasi Learning Management System. Dengan peta yang jelas, pendidik akan dengan cepat mengetahui konten digital mana yang sebaiknya harus segera dikembangkan.

C. Mengembangkan Unit Produksi Upaya lain untuk mengembangkan konten digital dilakukan secara profesional

dengan mengembangkan unit produksi. Unit produksi atau sering disebut sebagai production house adalah organisasi yang dibentuk sekolah beranggotakan orang- orang (guru maupun non guru) yang memiliki kemampuan membuat konten digital. Unit produksi sering ditempatkan sebagai bagian dari laboratorium multimedia karena perangkat yang digunakan untuk memproduksi konten digital dimiliki oleh laboratorium multimedia.

Sekolah yang memiliki anggaran besar, dapat membangun ruang unit produksi terpisah dari laboratorium multimedia. Di dalam ruang unit produksi tersebut diisi dengan perangkat berkualitas tinggi.

Tabel 2. Perangkat di Ruangan Unit Produksi

Nama Perangkat

Fitur

Keterangan

Minimal Kecepatan 2.2GHz RAM Min 4 GB

Semua Platform Sistem Komputer Multimedia Graphics Card Operasi dapat digunakan.

DVD RW SoundCard

Sotware Movie Editor

Sotware berbayar maupun Multimedia

Perangkat Lunak

Sotware Pengolah Gambar

Sotware Pengolah Suara

berlisensi GPL (open source)

Sotware Pembuat Animasi Video Camera dengan

Kamera video portable lebih HandyCam

dilengkapi HDD lebih dari

direkomendasikan untuk

kemudahan penggunaan Camera Digital

120GB

Lebih dari 10 MP

LCD Proyektor yang LCD Proyektor pada umumnya dilengkapi dengan sensor

LCD Proyektor Inter- dilengkapi dengan sensor gerak gerak portable berfungsi aktif

interaktif.

untuk membantu pembuatan video pembelajaran.

Automatic Document

Dilengkapi Automatic

Feeder sangat mempercepat Scanner

Document Feeder

pembuatan portable

Ukuran Max A3

document format Pdf Document

Seluruh aplikasi yang dapat

Converter

menghasilkan format pdf. USB TV Connector

TV Tuner

Port AV Port Antena TV Analog

Pembentukan unit produksi dalam suatu sekolah tidak boleh hanya berdasarkan pertimbangan keinginan. Artinya, keinginan untuk memiliki unit produksi saja tidak cukup djadikan pertimbangan membentuk unit produksi. Pertimbangan utama adalah tersedianya SDM yang memiliki kompetensi cukup untuk operasionalisasi unit produksi.

Unit produksi yang dibentuk dalam organisasi sekolah memiliki uraian tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh anggota yang ditunjuk. Salah satu indikator kinerjanya adalah memproduksi konten pembelajaran digital.

BAB 5 EVALUASI DIRI PEMETAAN TINGKAT KEMATANGAN TIK SEKOLAH

A. Tujuan Evaluasi Diri Evaluasi diri dilakukan agar sekolah mengetahui tingkat kematangan TIK yang

dimilikinya. Tingkat kematangan TIK ini akan menuntun sekolah dalam melakukan pengembangan TIK untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.

Evaluasi diri berbeda dengan analisis kebutuhan. Evaluasi diri lebih menyeluruh sehingga seluruh aspek anatomi sekolah diperhitungkan.

B. Kategorisasi Sekolah Untuk Suksesnya Implementasi Pembelajaran Berbasis TIK Implementasi pembelajaran berbasis TIK tidak serta merta dapat dilaksanakan

oleh sekolah. Terdapat tingkat kematangan TIK minimum yang harus dicapai oleh sekolah untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasis TIK. Oleh karena itu, sekolah terlebih dahulu harus melakukan evaluasi diri apakah tingkat kematangan TIK nya sudah memadai atau belum. Tingkat kematangan TIK yang belum memadai cenderung akan menyebabkan kegagalan dalam implementasi.

Tingkat kematangan TIK sekolah dilihat dari empat aspek:

1. SDM

2. Konten Pembelajaran

3. Sarana TIK

4. Manajemen Sekolah

Berikut ini adalah indikator masing-masing aspek tingkat kematangan TIK sekolah.

o Tingkat Kompetensi TIK Kepala Sekolah

o Kompetensi rendah, sedang, o Tingkat Kompetensi TIK

atau tinggi sesuai dengan Pendidik

skor indeks kompetensi. SDM o Tingkat Kompetensi TIK o Dukungan positif akan

Tenaga Kependidikan bernilai tinggi, dukungan o Partisipasi peserta didik

negatif akan bernilai rendah. o Dukungan Kepala Sekolah

o Semakin banyak konten digital yang dimiliki semakin

o Kepemilikan Konten Digital Konten

bagus tingkat kematangan o Pemanfaatan Konten Digital Pembelajaran

TIK nya. Demikian juga o Produksi Konten Digital

untuk pemanfaatan dan produksi.

o Infrastruktur sekitar sekolah

menunjang TIK o Infrastruktur Sekitar Sekolah

yang

sekolah. Bernilai tinggi jika lengkap, bernilai rendah jika tidak lengkap.

Sarana TIK o Jaringan Komputer Lokal

o Infrastruktur di dalam o Akses Internet lingkungan sekolah. Bernilai o Perangkat TIK yajng dimiliki tinggi jika lengkap, bernilai o Penggunaan Perangkat rendah jika tidak lengkap.

o Aplikasi database dalam mendukung ICT Based

o Penggunaan aplikasi School Management. Manajemen database untuk pengelolaan

Bernilai tinggi jika Sekolah sekolah

menggunakan aplikasi database, dan bernilai rendah jika sebaliknya.

Indikator-indikator di atas, digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen untuk menilai tingkat kematangan TIK sekolah. Skor yang dicapai sekolah mencerminkan tingkat kematangannya. Jika terlalu rendah, sebuah sekolah harus meningkatkan skor evaluasi dirinya dengan memperhatikan aspek-aspek indikator yang bernilai rendah.

Dengan kegiatan ini, akan diperoleh pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat kematangan TIK nya. Pada kategori tertentu, sekolah tidak direkomendasikan

Instrumen Evaluasi Diri dan Panduannya adalah bagian dari panduan ini yang disertakan sebagai lampiran.

C. Kategori Sekolah dan Pemilihan Model Pembelajaran Berbasis TIK Sekolah dengan kondisi infrastruktur TIK minimum, tentu memiliki

karakteristik model pembelajaran berbasis TIK yang berbeda dengan sekolah dengan kondisi infrastruktur TIK mapan. Pemilihan model yang salah justru akan menjadikan gagalnya upaya implementasi pembelajaran berbasis TIK di sekolah tersebut. Untuk itu diperlukan rambu-rambu yang harus dipatuhi sekolah dalam implementasi pembelajaran berbasis TIK.

Berikut ini adalah gambaran umum mengenai tipologi tingkatan-tingkatan sekolah sesuai kondisi infrastruktur TIK-nya, yaitu A, B, dan C. Namun dalam prakteknya akan sangat sulit bagi sekolah mengelompokan diri persis ke dalam salah satu tingkatan tersebut. Dalam hal ini sekolah perlu melakukan evaluasi diri implementasi pembelajaran berbasis TIK.

1. Tingkatan A (Advanced) Tingkatan A merupakan sekolah yang mapan dalam infrastruktur, tata kelola,

SDM, dan konten. Sekolah yang termasuk tingkatan ini diharapkan dapat menjadi pusat panutan (center excellence) bagi sekolah-sekolah di sekitarnya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran e-learning baik dari segi konten maupun infrastruktur. Sebagai centre of exellent, sekolah-sekolah pada level ini wajib berbagi resources kepada sekolah-sekolah di sekitranya.

2. Tingkatan B (Medium) Tingkatan B merupakan sekolah yang mapan dalam infrastruktur, sudah terdapat

tata kelola namun belum maksimal dalam pengembangan konten. Sekolah yang termasuk kategori ini seyogianya fokus terhadap program pengembangan konten.

3. Tingkatan C (Novice) Tingkatan C merupakan sekolah yang belum mapan dalam infrastruktur dan

aspek-2 lainnya. Sekolah yang termasuk kategori ini seyogianya fokus terhadap pembangunan infrastruktur terlebih dahulu. Sementara konten dan tatakelola bisa mengacu ke sekolah yang sudah lebih mapan.

D. Dasar Analisis Pembuatan Rencana Amggaran dan Biaya (RAB)

A. KATEGORI LEVEL C

1. Kondisi Infrastruktur o Biasanya memiliki infrastruktur LAN tetapi tidak seluruh ruang di sekolah

terhubung dengan LAN o Tidak memiliki hotspot o Server Low-en o Bandwidth kurang dari 1 Mbps

2. Kondisi SDM o Biasanya guru yang dimiliki tidak dapat mengembangkan sendiri konten

digital untuk kebutuhan pembelajaran berbasis TIK o Belum memiliki staf TIK

3. Kondisi Konten o Sangat minim, hanya mengandalkan modul yang dibuat oleh satu/dua

orang guru o Hanya meliputi beberapa topic dari beberapa matapelajaran

4. Kondisi Perangkat TIK o Memiliki komputer praktek dengan jumlah sangat sedikit

o Tidak memiliki perangkat multimedia (Komputer Multimedia, sotware multimedia, Video Camera, dan Kamera Digital)

o Jumlah LCD Proyektor yang kurang memadai o Jumlah laptop untuk guru kurang memadai

RAB yang direkomendasikan untuk meningkatkan kapasitas pendukung pembelajaran berbasis TIK yang dimiliki.

1. Untuk Perbaikan Infrastruktur o Menghubungkan seluruh ruang gedung ke dalam LAN, membangun hotspot

jika ada ruang gedung yang secara teknis tidak bisa dihubungkan dengan kabel.

o Meng-upgrade server dengan menambah RAM dan Storage o Meng-upgrade Bandwidth

2. Untuk Upgrade kapasitas dan kualitas SDM o Mengadakan pelatihan pembuatan konten digital

3. Untuk Pengadaan Konten o Menambah koleksi open content, dan membeli konten berlisensi (sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang jasa yang berlaku)

4. Untuk Pengadaan Perangkat TIK o Menambah komputer client dengan melakukan pengadaan barang.

o Pembelian perangkat multimedia (Komputer Multimedia, sotware multimedia, Video Camera, dan Kamera Digital)

o Pembelian perangkat LCD Proyektor o Pembelian laptop o Pembelian Server Low-end tambahan

B. KATEGORI LEVEL B

1. Kondisi Infrastruktur o Biasanya memiliki infrastruktur LAN tetapi tidak seluruh ruang di sekolah

terhubung dengan LAN o Tidak memiliki hotspot o Server Medium

o Bandwidth sudah mencapai 1 Mbps

2. Kondisi SDM o Biasanya guru yang dimiliki sudah dapat mengembangkan sendiri konten

digital untuk kebutuhan pembelajaran berbasis TIK. o Staf TIK nya sudah menguasai ilmu komputer tingkat medium.

3. Kondisi Konten o Cukup banyak, selain mengandalkan modul yang dibuat oleh guru juga

mengandalkan materi yang dibuat oleh staf TIK o Meliputi sebagian besar topic dari beberapa matapelajaran

o Format konten yang dikoleksi sudah termasuk video, animasi, sotware pembelajaran mandiri

4. Kondisi Perangkat TIK o Memiliki komputer praktek dengan jumlah masih kurang memadai

o Jumlah perangkat multimedia kurang memadai (Komputer Multimedia, sotware multimedia, Video Camera, dan Kamera Digital)

o Jumlah LCD Proyektor sudah memadai o Jumlah laptop untuk guru sudah memadai

RAB yang direkomendasikan untuk meningkatkan kapasitas pendukung pembelajaran berbasis TIK yang dimiliki.

1. Untuk Perbaikan Infrastruktur o Menghubungkan seluruh ruang gedung ke dalam LAN, membangun hotspot

jika ada ruang gedung yang secara teknis tidak bisa dihubungkan dengan kabel.

o Meng-upgrade server dengan menambah RAM dan Storage atau menambah server kelas medium

2. Untuk Upgrade kapasitas dan kualitas SDM o Mengadakan pelatihan pembuatan konten digital

o Melatih teknisi untuk pengelolaan dan optimalisasi layanan server

3. Untuk Pengadaan Konten o Menambah koleksi open content, dan membeli konten berlisensi (sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang jasa yang berlaku)

4. Untuk Pengadaan Perangkat TIK o Menambah komputer client dengan melakukan pengadaan barang.

Pembelian perangkat multimedia (Komputer Multimedia, sotware multimedia, Video Camera, dan Kamera Digital)

Terhadap masing-masing tingkatan sekolah tersebut dapat diuraikan masing- masing kondisi LMS, Infrastruktur, Konten, dan Tata Kelola yang bersesuaian.

Tingkatan A

Tingkatan B

Tingkatan C

• LMS hanya

• LMS hanya • LMS yang

memiliki itur

memiliki itur memiliki itur

sharing material,

Sharing Material LMS

Forum, Gathering

lengkap

• LMS dapat diakses • LMS dapat diakses

dan Reviewing

dari komputer dari Internet

assignment

• LMS dapat diakses

standalone

dari LAN

• Mempunyai pusat

sumber belajar • M e m p u n y a i • -

• M e m p u n y a i laboratorium • Mempunyai laboratorium

laboratorium komputer

computer

computer • Bandwidth > 2 MB

• Bandwidth > 1 MB

• Bandwidth < 1 MB Infrastruktur • WiFi

• Satu guru satu • - • Satu guru satu

• - laptop • LCD proyektor tiap • -

• LAN Sekolah tiap kelas

kelas

• Server low-end • LAN Sekolah

• LAN Sekolah

• Server medium

• Server high-end Referensi lain

Konten yang sama

Konten berbasis

berupa tautan dengan konten

Multimedia (audio,

Konten sumber konten ajar, ajar konvensional,

video, animasi) dan

bahan Pengayaan misalnya dalam

Interaktif

dan Bank Soal format Presentasi Sudah memiliki staf Sudah memiliki staf Belum memiliki staf

Tata Kelola TIK dalam struktur TIK dalam struktur TIK dalam struktur organisasi

organisasi

organisasi

BAB 6 TAHAPAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DI SEKOLAH

A. Analisis Kesiapan Infrastruktur Tahap awal yang dilakukan sekolah dalam implementasi pembelajaran

berbasis TIK adalah melakukan analisis infrastruktur. Intinya menjawab pertanyaan apakah infrastruktur yang dimiliki sekolah telah mencapai kondisi minimal untuk dapat menjalankan pembelajaran berbasis TIK.

Selain infrastruktur utama seperti Komputer Server, Jaringan Intranet, Akses Internet, dan Komputer Client, perhatikan pula infrastruktur pendukung lainnya seperti keberadaan perangkat TIK di tiap-tiap ruang kelas.

Di setiap ruang kelas atau ruang laboratorium setidaknya telah memiliki LCD Proyektor, atau televisi layar lebar sebagai pengganti fungsional LCD Proyektor. Seperangkat PC Client atau Notebook yang dibawa oleh pendidik pada saat pembelajaran tatap muka berlangsung di dalam kelas.

Secara terstruktur contoh format berikut akan sangat membantu pelaksanaan analisis kesiapan infrastruktur.

Tanggal

Pukul

Penanggung Jawab :

Uraian

Kondisi Lapangan

Status

Intranet

Koneksi antar gedung : ………. %

vx

vx Akses Internet

Area hotspot : ………. %

Bandwidth sesuai dengan dokumen

vx

kontrak dengan ISP

Ruangan Server

Air Conditions

vx Server

Power AC

Layanan Web Server

vx

Layanan Database Server

vx

vx Ruang Kelas

Layanan DNS Server

LCD Proyektor : ………. %

vx

Air Conditions : ………. %

vx

Power AC : ………. %

vx

Sound System : ………. %

vx 27

B. Analisis Kesiapan SDM Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK di sekolah sangat

bergantung pada kesiapan SDM. Berdasarkan instrumen evaluasi diri pemetaan tingkat kematangan TIK

sekolah, diperoleh informasi dasar tentang kondisi kesiapan SDM ini. Jika indeks kompetensi TIK SDM sekolah cukup rendah, ada baiknya untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum melangkah untuk implementasi pembelajaran berbasis TIK.

SDM sekolah diorganisasikan dengan baik agar mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK secara optimal.

Struktur organisasi kepengurusan pengelola TIK di sekolah sebagai berikut:

Penanggungjawab Program

Sekolah Mitra / pihak Sekolah Mitra / pihak lain

lain

Garis koordinasi

Garis pengawasan

Gambar 2. Struktur Organisasi Implementasi TIK di SMA

Penjelasan Struktur organisasi :

Penangungjawab Program berkoordinasi langsung dengan penanggungjawab pelaksana maupun admin sekolah.

Penanggungjawab Pelaksana berkoordinasi langsung dengan Pengembang Konten, Sekolah Mitra atau pihak lain