manajemen risiko kesehatan di tempat (5)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko
merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai
macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko
terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.
Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami
dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan
memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.


Menurut

Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.

Hal ini secara konkret

menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang
sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya
membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar,
tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil.

1


Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong
resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana
suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari
peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya
gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual).
Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas.

Akibat

lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena
terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan
baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran
dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat
berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan

mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis dan manajemen resiko ?
2. Apa saja ruang lingkup analisis dan manajemen resiko ?
3. Apa peranan analisis dan manajemen resiko dalam identifikasi ?
1.3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian analisis dan manajemen resiko.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup analisis dan manajemen resiko.
3. Untuk mengetahui peranan analisis dan manajemen resiko dalam
identifikasi.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Analisis dn Manajemen Resiko

Analisis resiko adalah suatu metode analisis yang meliputi factor penilaian,
karakterisasi, komunikasi, manajemen dan kebijakan yang berkaitan dengan
resiko tersebut.
Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang
dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai
suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang
menimbulkan kerugian.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko
adalah

suatu

pendekatan

terstruktur/metodologi

dalam


mengelola

ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk:
mengelolanya

dan

penilaian resiko, pengembangan strategi untuk
mitigasi

resiko

dengan

menggunakan

pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,

mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu.

Manajemen resiko tradisional terfokus pada

resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana
alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang
sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini
merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan
ketidakpastian,

dan

memperkirakan

3

dampak


yang

ditimbulkan

dan

mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
(Uher,1996).
Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 stage
utama, yaitu (Soeharto, 1999):
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dan evaluasi resiko
3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi resiko tersebut.

2.2. Ruang Lingkup Analisis dan manajemen Risiko
Konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimilisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori

accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata
rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi.
Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun ‘accident’.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
b. Identifikasi risiko,
c. Analisis risiko,
d. Evaluasi risiko,
e. Pengendalian risiko,
f. Pemantauan dan telaah ulang,
g. Koordinasi dan komunikasi.

4

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen
risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses
manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan

dalam sebuah organisasi. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun
secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks,
identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal
jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko
seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

5

Penentuan konteks
Konteks strategi
Konteks organisasi
Konteks manajemen resiko
Pengembangan kriteria
Struktur kebijakan

Identifikasi risiko
Apa yang bisa terjadi
Bagaimana itu bisa terjadi


Menentukan
Kemungkinan

Menentukan
Konsekuensi

Perkiraan tingkat resiko

Evaluasi Resiko
Membandingkan kembali dengan kriteria standar
Penetapan prioritas resiko

Ya
Resiko diterima

Penilaian risiko

Tidak


Penanggulangan resiko
Identifikasi penanggulangan resiko
Evaluasi pilihan penanggulangan
Memilih penanggulangan
Menyiapkan rencana penanggulangan
Implementasi penanggulangan

6

Pemantauan dan review

Komunikasi dan konsultasi

Analisa resiko
Penentuan Alternatif-Alternatif Kontrol

Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan aktivitas atau proyek kedalam
elemen-elemen. Elemen-elemen ini menyediakan suatu kerangka logis untuk
mengidentifikasi dan menganalisis agar dapat disusun urutan risiko yang
signifikan. Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan ruang lingkup
aktivitas/ proyek.
Identifikasi Risiko
1. Umum
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola.
Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam
ataupun diluar organisasi.
2. Apa Yang Dapat Terjadi
Tujuannya adalah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari
kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu juga
dilakukan pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang ada
secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada dasarnya tahap ini
memberikan eksplorasi gambaran permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini
nantinya akan memberikan besaran konsekuensi yang dapat terjadi. Konsekuensi
merupakan salah satu variabel penting untuk penentuan level risiko nantinya.
3. Bagaimana Dan Mengapa Itu Terjadi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario proses kejadian yang akan
menimbulkan risiko berdasarkan informasi gambaran hasil eksplorasi masalah

7

diatas. Skenario menjadi penting untuk memberikan rangkaian ‘cerita’ tentang
proses terjadinya sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang dapat diduga menjadi
penyebab ataupun mempengaruhi timbulnya risiko. Tahap ini akan memberikan
rentang probabilitas yang ada. Sebagaimana konsekuensi, maka probabilitas juga
merupakan variabel penting yang akan menentukan level risiko yang ada.
4. Peralatan Dan Teknik
Pendekatan yang digunakan untuk identifikasi risiko diantaranya, checklist,
penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flowcharts, brainstorming,
analisis sistem, analisis skenario, dan teknik sistem engineering.

Analisis Risiko
1.

Umum

Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat
diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi
dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko,
dan

konsekuensinya.

Faktor

yang

mempengaruhi

konsekuensi

dapat

teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi
dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama ini sudah
dijalankan.
Analis pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan gambaran seluruh risiko
yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil
untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang
cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
2.

Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada

Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada
untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alatalat yang digunakan dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang dapat
dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian
sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
8

3.

Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan

Konsekuensi dan probabilitas adalah kombinasi/ gabungan untuk memperlihatkan
level risiko. Berbagai metode bisa digunakan untuk menghitung konsekuensi dan
probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode statistik.
Metode lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia, dengan
melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga
internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan secara
subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement.
Hasilnya dapat memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang
ada.
Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi
diantaranya adalah:
a. Catatan-catatan terdahulu.
b. Pengalaman kejadian yang relevan.
c. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalamand.
e.
f.
g.
h.

pengalaman pengendaliannya.
Literatur-literatur yang beredar dan relevan.
Marketing test dan penelitian pasar.
Percobaan-percobaan dan prototipe.
Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.
Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.

Sedangkan teknik-tekniknya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.
Menggunakan berbagai disiplin keilmuan dari para pakar.
Evaluasi perorangan dengan menggunakan kuesioner.
Menggunakan sarana komputer dan lainnya.
Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon kejadian
(event tree).

4. Tipe Analisis
Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode
analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif
bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya.

9

Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah:
kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan
analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang
ada.
Penjelasan tentang karakteristik jenis-jenis analisis tersebut dapat dilihat dibawah
ini:
A.

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya
risiko dapat termasuk dalam:
a.

Risiko rendah

b.

Risiko sedang

c.

Risiko tinggi

Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang
membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.

B.

Analisis Semi-Kuantitatif

Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi
nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi
maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai
tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. setelah itu
dilihat tingkat konsekuensi yang dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50.
Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian
dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian
New Zealand Standard, No. 96, 1999).
Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-kuantitatif,
karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada

10

dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat
pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah
risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim
yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan background, tentu saja juga
melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.

C.

Analisis Kuantitatif

Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis
tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat
dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau
kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi
eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan
probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian
digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan
berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.
5. Sensitifitas Analisis
Tingkatan sensitifitas analisis (dimulai dari yang paling sensitif sampai dengan
yang kurang sensitif) adalah:
a.

Analisis Kuantitatif

b.

Analisis Semi-kuantitatif

c.

Analisis Kualitatif

Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada
tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:

11

a.
b.
c.

Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam

d.

parameter biaya ataupun parameter lainnya.
Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.

Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko,
analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan
pengendalian.
1.

Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
a.

Penghindaran risiko

Beberapa pertimbangan penghindaran risiko :
1.

Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya
memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian

b.
c.
d.

2.
3.

risiko.
Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk

4.

pengendalian.
Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan

5.

dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri.
Alokasi sumber daya tidak terganggu.

Mengurangi probabilitas
Mengurangi konsekuensi
Transfer risiko
Alternatif transfer risiko ini, dilakukan setelah dihitung keuntungan
dan kerugiannya. Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko
kepada pihak kontraktor. Oleh karena itu didalam perjanjian kontrak
dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan
dan juga risiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang
mungkin terjadi dapat juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi.

Prinsip Pengelolaan Risiko

12

Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti 11
prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut penjabaran prinsipprinsip tersebut.
1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)
Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan
peningkatan, antara lain, kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja
keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi
perusahaan.
2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an
integral part of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan
suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga merupakan
bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen perubahan. Manajemen risiko
bukanlah merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitasaktivitas utama dan proses dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of
decision making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan
informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan
tindakan dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya,
manajemen risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat
diterima atau apakah suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly
addresses uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.
5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu
(systematic, structured and timely)
13

Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap manajemen
risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten, dapat
dibandingkan, serta andal.
6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on
the best available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi
seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan
pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus
mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau
kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi
serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes
human and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihakpihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat
pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and
inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan
sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen
risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga
memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan
sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap
perubahan (dynamic, iterative and responsive to change)

14

Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan
pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru
bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu
organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau
dan menanggapi perubahan.
11. Manajemen
berkelanjutan

risiko

memfasilitasi

organisasi

(facilitates

perbaikan
continual

dan

pengembangan

improvement

and

enhancement of the organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk
memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek lain
dalam organisasi mereka.

15

2.3. Peranan Analisis Dan Manajemen Resiko Dalam Identifikasi
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok
et al., 1996)


Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah




yang rumit.
Memudahkan estimasi biaya.
Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang



dihasilkan dalam cara yang benar.
Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko



dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa



banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat




keputusan.
Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan
terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
a.
b.
c.
d.

Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi

perusahaan itu.
e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena
kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public
image.
Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit
sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai
manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).
a. Survival
16

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kedamaian pikiran
Memperkecil biaya
Menstabilkan pendapatan perusahaan
Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.

17

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan
kerugian. Tujuan dari manajemen risiko adalah minimilisasi kerugian
dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang.
Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara
implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang
akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini :
Survival, Kedamaian pikiran, Memperkecil biaya, Menstabilkan
pendapatan perusahaan, Memperkecil atau meniadakan gangguan
operasi

perusahaan,

Melanjutkan

pertumbuhan

perusahaan,

Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan
dan masyarakat.

18

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, denny. 2009. Manajaemen Resiko. Definisi dan Manfaat Penerapan
Manajemen Resiko, [online] dari :
http://jurnalsdm.blogspot.co.id/2009/09/manajemen-resikodefinisidan-manfaat.html (7 oktober 2016)
Wikipedia. Manajemen Resiko. [online] dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko (7 Oktober 2016)
Internasional standar ISO/IEC 27005.2013. [online] dari :
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2013/04/Terjemahanvasthu-ISO_IEC_27005-20081.pdf (7 Oktober 2016)
Purwati, Indri. 2013. Manajemen Resiko. [online] DARI :
http://www.indri.ga/2013/01/manajemen-risiko.html (7 Oktober
2016)

19