Proposal bayi baru lahir di

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini dengan judul asuhan pada ibu nifas normal dengan teknik menyusui.
Penulisbanyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

2.

3.
4.

5.
6.
7.

Ibu Ns. Erika, M.Kep., Sp. Mat, selaku ketua Yayasan Tengku Maharatu yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.
Ibu Sri Wardanis M.Kes, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu
Pekanbaru.

Ibu Rummy Islami Zalni SST, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu
Ibu Wan Anita S.SiT, selaku pembimbing laporan pendahuluan tugas akhiryang telah
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan untuk
menyelesaikan laporan pendahuluan tugas akhir ini.
Seluruh Staff Dosen Pengajar dan Administrasi Prodi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Tengku Maharatu Pekanbaru.
Buat orang tua tercinta, serta seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan
dorongan moril dan materil kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.
Teman-teman mahasiswi D-III kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu
Pekanbaru yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih banyak perbaikanbaik dari segi isi maupun dari segi teknik penyusunannya.Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dengan maksud menyempurnakan proposalini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berserah semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Pekanbaru, Agustus 2015

penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...............................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL ........................................................
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL ..........................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................

ii
iii
iv
vi

BAB I .... PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................. 3
C. Manfaat...........................................................................................
4

D. Ruang lingkup.................................................................................. 4
BAB II .. LANDASAN TEORITIS

A.
B.
BAB III
B.
C.
D.

Konsep dasar...................................................................................
5
manajemen....................................................................................... 30
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS
Lokasi dan Waktu............................................................................ 37
Cara pengambilan kasus................................................................... 37
Instrumen......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya menciptakan hidup sehat harus dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat besar sehingga dapat menentukan pertumbuhan
dan perkembangan di masa dewasa (Shahnaz, 2007). Ibu harus melakukan perawatan bayi
yang benar dan tepat agar terciptanya hidup yang sehat pada bayi mereka, karena ibu
merupakan pengasuh utama bagi bayi mereka dalam memenuhi perkembangan fisik, sosial,
emosional, dan kognitif yang sehat pada bayi mereka (Shahnaz, 2007). Ibu harus memiliki
inisiatif dalam merawat dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada bayi mereka. Hal ini
harus didasari oleh pengetahuan ibu yang baik (Muh Askar & Juriadi, 2014).
Banyak ibu yang belum memahami cara perawatan bayi baru lahir, karena pengetahuan
dan pengalaman ibu yang rendah (Christy, 2013). Hal ini membuat ibu menjadi takut, cemas
dan bingung pada perasaan dan keyakinannya dalam merawat bayi mereka, terutama pada
anak perama karena ketidaktahuan mereka akan cara merawat bayi yang benar (Wong, 2009).
Hal inilah yang membuat anak pertama sering disebut sebagaiexperiment child (Rahmi, 2008
dalam Wulanningrum & Irdawati, 2011)
Jika keadaan ini berlanjut terus-menerus akan mempengaruhi kesehatan bayi mereka
(Christi, 2013). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan UNICEF (2012) bahwa pengetahuan
ibu yang rendah beresiko tinggi terjadi masalah kesehatan pada bayinya daripada ibu yang

memiliki pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan ibu yang dipengaruhi pendidikan ibu,

dimana berdasarkan data UNICEF (2012) bahwa selama tahun 1998-2007 angka kematian
bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau
lebih tinggi adalah 24 per 1000 kelahiran hidup. Masalah kesehatan yang mungkin terjadi
pada bayinya adalah kesulitan pemberian makan bayi sampai gangguan nutrisi, infeksi pada
bayi dan masalah kesehatan lainnya (Wong dkk, 2009). Masalah kesehatan bayi dapat
menyebabkan bayi rentan terhadap kematian (Meadow & Newell, 2009).
Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir
(neonatal), bukan bulan pertama stelah kelahiran (UNICEF, 2012). Angka kematian neonates
tahun 2012 di seluruh dunia adalah 21 kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan angka kematian neonatal tahun 2012 di Indonesia adalah 19 kematian neonatal per
1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian neonatal tahun 2012 di Indonesia adalah 19
kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup (UNICEF, 2014). Kematian pada neonatal
biasanya diawali dari penyakit yang diderita anak tersebut yang sebenarnya masih bisa
ditanggulangi (Meadow & Newell, 2009). Oleh karena itu, ibu harus merawat dan
memperhatikan bayinya dengan benar, agar tidak merusak kelangsungan hidup bayi secara
keseluruhan (Thairu & Pelto, 2008).
Ibu harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan pengetahuan dalam melakukan

perawatan bayi baru lahir, karena kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru
lahir dipengaruhi oleh pengetahuan ibu sejak awal, jika ibu tidak memiliki pengetahuan yang
baik maka ibu akan mengalami kesulitan dalam menjalankan peran baru sebagai ibu
(Friedman dkk, 2013). Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir juga
dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut, karena biasanya banyak mitos dari
budaya tertentu yang tidak sesuai dengan cara merawat bayi baru lahir yang tepat, serta
informasi juga didapatkan terutama dari orang tuanya (Friedman dkk, 2013).
Orang tua dan mertua sering memberikan nasihat dan bimbingan serta bantuan dalam
merawat bayi mereka (Yupi, 2010). Hal ini bertujuan agar pengetahuan ibu dapat meningkat
untuk mencegah sakit pada bayi baru lahir (Christi, 2013). Cara orang tua dan mertua dalam
mengajarkan ibu biasanya sesuai dengan cara mereka merawat anaknya dahulu,hal ini yang
membuat ibu melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan orang tua dan mertua mereka
(Yupi, 2010). Pada saat ibu menyadari bahwa perawatan yang dilakukan orang tuanya adalah
salah dan menimbulkan dampak masalah kesehatan pada anaknya barulah ibu mengubah
perilakunya menjadi perilaku yang lebih baik dalam merawat bayi baru lahir (Chisti, 2013).
Pada saat menimbulkan dampak kesehatan pada bayinya, ibu baru meningkatkan
pengetahuan cara merawat bayi yang tepat dan benar (Christi, 2013). Ketika pengetahuan ibu
sudah bertambah maka ibu akan merasa lebih percaya diri dan merasa lebih nyaman untuk
melakukan perawatan pada bayi baru lahir (Aziz, 2005). Pengetahuan ibu terhadap kesehatan
bayi baru lahir menjadi lebih baik, karena telah terpapar pendidikan kesehatan oleh tenaga

kesehatan (Adam dkk, 2014). Pengetahuan ibu dapat meningkatkan kualitas perawatan bayi
baru lahir dan dapat mencegah terjadinya sakit pada bayi mereka (Yupi, 2010).
Bayi sangat rentan terserang penyakit karena belum memiliki daya imun yang sempurna,
oleh karena itu orang tua harus memperhatikan cara perawatan bayi baru lahir secara tepat
dan komprehensif (Putra, 2012). Penyakit yang diderita bayi yang paling umum disebabkan
oleh bakteri dan virus yang bisa datang dari perawatan bayi yang kurang tepat (Putra, 2012).
Oleh karena itu ibu harus menjaga kebersihan bayinya secara keseluruhan untuk mencegah

B.

1.
2.

3.

4.

penyakit dengan memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
agar bakteri atau virus tidak masuk ke tubuh bayi melalui tali pusat.
Selain personal hygiene, ibu wajib melakukan imunisasi pada bayinya untuk

meningkatkan daya imun bayi tersebut dan imunisasi juga merupakan program wajib yang
dilakukan di Indonesia yang telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42
tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisassi (KEMENKES, 2013). Daya imun tubuh bayi
harus tetap dijaga oeh ibu dan ibu juga harus memberikan nutrisi yang cukup untuk bayinya
karena nutrisi sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh bayi (Ai & Lia, 2010).
Nutrisi yang tepat untuk bayi adalah ASI eksklusif, karena kandungan nutrisi yang ada di
dalam ASI sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan bayi tersebut (Ai & Lia, 2010). Perawatanperawatan bayi baru lahir tersebut juga harus didukung dengan melakukan pijat bayi agar
tubuh bayi menjadi lebih rileks dan efektif untuk meningkatkan waktu istirahat bayi (Vivian,
2010). Oleh karena itu, perawatan bayi baru lahir yang akan diteliti adalah tentang
memandikan bayi , perawatan tali pusat, ASI eksklusif, Imunisasi dan pijat bayi.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal di BPM Bidan Nina Herliani.
TUJUAN
TUJUAN UMUM
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
secara tepat dan komprehensif di BPM Bidan Nina Herliani.
TUJUAN KHUSUS
Mengumpulkan data subyektif dan obyektif pada bayi baru lahir normal.
Menyimpulkan kondisi pasien berdasarkan data subjektif dan objektif, antisipasi masalah

potensial, yang dialami pasien berdasarkan hasil pemeriksaan, dan melaksanakan tindakan
segera sesuai dengan masalah potensial.
Merencanakan tindakan/ asuhan berdasarkan kondisi pasien yang telah disimpulkan tanpa
mengabaikan antisipasi masalah/komplikasi yang mungkin terjadi, melaksanakan tindakan/
asuhan yang telah direncanakan, dan menganalisis keefektifan rencana dan pelaksanaan
asuhan yang telah dilakukan serta melakukan evaluasi.
Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan dengan metode SOAP.

C. MANFAAT
1.

Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi tenaga kesehatan tentang cara melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
secara tepat dan komprehensif.

2.

Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan serta dapat menjadi data tentang asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir normal.


3.

Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan referensi bagi peneliti
selanjutnya tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.

D. RUANG LINGKUP

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan pada bayi baru lahir normal secara tepat
dan komprehensif di BPM Bidan Nina Herliani tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di bulan
Oktober sampai Desember 2015dengan melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
dan di dokumentasikan secara SOAP.

BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS
A. Metode Pengambilan Kasus
Metode pengambilan kasus adalah metode yang dilakukan dengan mengumpukan
data secara langsung dirumah bidan dan bertahap, oleh penulis data yang dikumpulkan

digabungkan dalam dokumentasi varney atau Soap.
B. Lokasi Dan Waktu
1. Lokasi
a. Kasus ini diambil di BPM Bidan Nina Herliani yang beralamat di Jalan Jambu I kecamatan
Tapung, kota Bangkinang.
b. Kunjungan rumah yang dilakukan beralamat jalan Belimbing No. 132 kecamatan Tapung,
kota Bangkinang.
2. Waktu
Waktu pengambilan kasus pada bulan November sampai Januari.
C. Teknik Mengambil Kasus
Pengambilan kasus ini dimulai :
1. Melakukan studi pendahulan
2. Mengurus proses administrasi dengan pihak BPM Bidan Nina Herliani dan Stikes Tengku
Maharatu
3. Melakukan ikatan kerja sama dengan pasien
4. Melakukan asuhan pada bayi baru lahir normal.
D. Instrumen
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, peneliti menggunakan
timbangan untuk mengukur berat badan bayi baru lahir. Dan setiap bayi baru lahir diukur
suhu tubuhnya menggunakan termometer raksa, sebelum dan sesudah dimandikan, kemudian
di dokumentasikan dengan metode SOAP.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram (Ibrahim kristiana S, (1984) dalam
Vivian, 2010).

2. Ciri-Ciri Bayi Normal
Menurut Vivian (2010) seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri,
yaitu lahir antara 37-42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-36 cm, bunyi jantung pada menit pertama
180x/menit, kemudian 120-140 x/menit, pernafasan pada menit pertama 80 x/menit,
kemudian 40 x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin, rambut lanugo tidak terlihat, rambut
kepala sudah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, labia mayora sudah menutupi labia
minora (perempuan) testis sudah turun di dalam scrotum (laki-laki), refleks hisap dan
menelan sudah terbentuk, refleks moro baik (bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan
gerakan memeluk), refleks grasping baik (bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam), eliminasi baik (urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama).
3. Perubahan Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Anik (2010) saat bayi keluar dari jalan lahir, bayi melakukan adaptasi-adaptasi.
Adapun adaptasi tersebut adalah :

a.

b.

c.

1)
2)
3)

Perubahan sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui placenta.
Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal
dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan
lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 – 100 ml).
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan
udara. Pernafasan pada eonates terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan
biasanya masih tidak teratur frekwensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Sebagai sebab-sebab
yang menimbulkan pernafasan yang pertama, yaitu rangsangan pada kulit bayi, tekanan pada
thorax sebelum bayi lahir, penimbunan CO2, kekurangan O2, pernafasan intrautrin ,
danpemeriksaan bayi.
Perubahan kadar karbohidrat/glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali
pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3 cara, cara pertama melalui
penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin
setelah lahir). Cara kedua melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis). Cara
ketiga melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami
eonat dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
Evaporasi : cairan menguap pada kulit yang basah.
Konduksi : kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan langsung dengan benda/alat
yang suhunya lebih dingin.
Konveksi : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang eonates dingin (25oC atau kurang)

4) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas menyentuh permukaan
yang lebih dingin.
d. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
1) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
2) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam eonat pembuluh:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk mengalami proses
oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan meningkatkan tekanan
atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya
eonat pembuluh baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara
fungsi akan menutup.
e. Perubahan gastrointestinal (ginjal)
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih
terbatas, juga hubungan antara osephagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas kurang dari 30 cc..
Faeces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental disebut
mekonium. Faeces ini mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan berlangsung
sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam
waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta
warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.
f. Perubahan berat badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran (meconium,
urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih
dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan
pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200
ml/kg BB sehari.
g. Sistem skeletal
Tulang-tulang lunak karena tulang tersebut sebagian besar terdiri dari kartilago yang
hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
h. Sistem neuromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut memiliki tonus kemampuan
untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk
mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna
4. Periode Transisional
Menurut Patricia (2006) periode transisional mencakup tiga periode, meliputi:
a. Periode pertama reaktivitas
Periode reaktivitas berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran.

Karakteristik :
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi cepat dan tidak teratur,
frekuensi pernapasan mencapai 80 x/menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin
dilahirkan dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur serta adanya
retraksi.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai
pergerakan usus pada periode ini.
4) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat, refleks menghisap kuat.
b. Fase tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktivitas, dan bisa berakhir
dari satu menit sampai 2-4 jam.
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi dan pernapasan menurun
(kembali ke nilai dasar).
2) Kestabilan warna kulit; terdapat beberapa akrosianosis.
3) Bising usus bisa didengar.
c. Periode kedua reaktivitas
Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam.
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi 120-160 x/menit dan dapat
bervariasi, frekuensi pernapasan berkisar 30-60 x/menit dengan pernapasan yang lebih cepat
tetapi tetap stabil.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan
bercak-bercak.
3) Bayi kerap berkemih dan mengeluarkan mekonium di periode ini.
4) Peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Refleks hisap sangat kuat,
dan bayi sangat aktif.
5. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
Manajemen bayi baru lahir normal menurut JNPK-KR (2008) terdiri atas 2 penilaian,yaitu :
a. Penilaian
sebelum
bayi
lahir ada
mencakup
2
pertanyaan.
Pertanyaan
tersebut adalah apakah kehamilan cukup bulan? Dan apakah air ketuban jernih,tidak
bercampur mekonium?
b. Penilaian segera setelah bayi lahir ada mencakup 2 pertanyaan. Pertanyaan tersebut adalah
apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap? Dan apakah tonus otot bayi
baik/bayi bergerak aktif?
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR (2008) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2015) apabila bayi baru
lahir cukup bulan, ketuban jernih, bayi menangis atau bernafas, dan tonus otot baik maka
asuhan yang akan diberikan adalah :
a. Jaga kehangatan
Pada waktu bayi lahir, bayi mampu mengatur secara tetap suhu tubuhnya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus
dibungkus dengan kain hangat karena suhu tubuuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai tubuhnya stabil.
Cara pencegahan kehilangan panas:
a) Ruang bersalin ynag hangat
b) Keringkan bayi tanpa membersihkan verniks

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
b.

1)
2)
3)
4)
c.
d.

e.

f.

·
·
·

Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Gunakan pakaian yang sesuai.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi.
Rawat gabung
Resusitasi dalam lingkungan yang hangat.
Transportasi hangat
Pelatihan untuk petugas dan konseling untuk keluarga
Membersihkan jalan napas.
Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bernafas tidak akan menyebabkan
aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru). Bayi normal akan segera menangis spontan
segera sesudah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan nafas dengan cara:
Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lurus dan kepala tidak
menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan
kassa steril.
Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering
dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera menangis.
Keringkan
Pemantauan tanda bahaya
Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi. Tanda bahaya tersebut adalah apabila bayi
tidak dapat menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang, kecepatan nafas >60
x/menit, tarikan dada bawah yang dalam, merintih dan mengalami sianosis sentral.
Memotong tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan pengikatan punting tali pusat. Yang
pertama dilakukan adalah mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam klorin 0,5 % untuk membersihkan dari darah dan secret lainnya. Kemudian bilas
dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk bersih dan kering. Ikat punting tali pusat
dengan jarak 1 cm dari dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic
DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastic tali
pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya
dengan simpul mati di bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan
dalam klorin 0,5 %. Kemudian letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusui
dini.
Berikan nasehat pada ibu dan keluarga agar melipat popok di bawah punting tali pusat dan
punting sebaiknya tidak dibubuhkan apapun.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan eksklusif. Segera setelah bayi
lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di perut ibu dengan kulit bayi
kontak ke kulit ibu.
Keuntungan IMD untuk ibu :
Membantu kontraksi uterus
Merangsang kolostrum dan meningkatkan ASI
Membantu ibu mengatasi stress

·

·
·
·
·
·
g.

h.

i.

j.

6.

a.

Menunda ovulasi
Keuntungan IMD untuk bayi :
Mengurangi infeksi dengan kolostrum
Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan dan napas.
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi
Mencegah kehilangan panas.
Beri suntikan vitamin K 1 mg IM
Untuk mencegah perdarahan karena defesiensi vitamin K maka setiap bayi yang baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tingi diberi vitamin K parenferal dosis 0,5 – 1 mg (1 M).
Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
Tetes mata/salep antibrotika yang diberi dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Obat
yang diberikan berupa tetes mata (larutan perat nitrat 1%) atau salep (salep mata eritromisin
0,5%) salep/tetes mata yang diberikan dalam 1 garis lurus, mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar mata.
Pemeriksaan
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam
menyesuaikan diri dari kehidupan didalam rahim ke kehidupan luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada
bayi. Resiko terbesar BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal selasa 24 jam pertama.
Beri imunisasi hepatitis B 0,5 mL IM
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam pertama setelah
vitamin K, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan diberikan BCG dan OPV pada saat
sebelum bayi pulang dari klinik.
Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan imunisasi
berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi.
Perawatan Bayi Di Rumah
Perawatan bayi adalah tindakan yang dilakukan untuk merawat dan menjaga kesehatan
bayi, serta memenuhi kebutuhan dasar bayi (Gupte, 2004). Perawatan bayi baru lahir terdiri
dari ASI eksklusif, perawatan mata, perawatan kulit, memandikan bayi, pijat bayi, perawatan
tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pakaian bayi, imunisasi, perawatan bayi secara umum,
observasi bayi (Dalta, 2007). Berikut ini adalah perawatan bayi baru lahir yang akan
dijelaskan adalah sebagai berikut :
Perawatan Tali Pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan
beberapa uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan tali pusat yang berbedabeda dan semuanya menunjukkan hasil yang serupa.
Suatu studi yang dilakukan oleh Brain (1993), menunjukkan bahwa dengan apus alkohol
dan diikuti taburan bedak antiseptik dapat mempercepat waktu lepasnya tali pusat. Tapi pada
suatu uji coba klinis besar, ditemukan bahwa meskipun bedak antiseptik dapat mempercepat

pelepasan tali pusat lebih dini, namun luka bekas tali pusat tersebut lebih lama sembuhnya
(Mungford, 1986).
Untuk diwaspadai bagi negara-negara yang beriklim tropis, peng-gunaan alkohol yang
populasi dan terbukti efektif, di daerah panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan
efektifitasnya. Bedak antiseptik juga dapat kehilangan efektivitasnya terutama dalam suasana
kelembaban tinggi (bila tidak selalu dijaga biar selalu dingin dan kering), sehingga
penggunaan bahan tersebut mengakibatkan peningkatan infeksi.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak
ditutup dan hanya membersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling
efektif untuk perawatan tali pusat. Penting dinasehatkan kepada ibu dan mereka yang
membantu merawat bayi agar tidak membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat
dibiarkan tetap terbuka dan kering(Vivian, 2010)
b. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi
bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan infeksi (Hidayat, 2009). Prinsip dalam
memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi setelah
dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke hidung, mulut atau telinga yang dapat
mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2009). Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
memandikan bayi, yaitu memandikan bayi dengan washlap dan dengan cara rendam(Putra,
2012).
c. Pijat Bayi
Menurut Vivian (2010) pijat bayi adalah sentuhan pijat kepada bayi yang bertujuan untuk
membuat bayi menjadi lebih rileks, meningkatkan efektifitas istirahat bayi, memperbaiki
konsentrasi bayi, memperkuat system kekebalan tubuh, meningkatkan nafsu makan,
menstimulasi aktifitasnervus vagus untuk memperbaiki pernafasan, meningkatkan aliran
oksigen dan nutrisi menuju sel. Pijat bayi dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi atau bisa
juga malam hari sebelum bayi tidur, karena aktifitas bai cukup melelahkan dan dapat
dilakukan 1-2 jam setelah makan/minum. Keadaan yang tidak diperbolehkan adalah ketika
bayi sedang lapar, baru selesai makan, saat bayi sedang demam dan saat bayi tampak kurang
nyaman atau gelisah.
d. ASI eksklusif
Menurut Anik (2010) menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu
adalah gizi terbaik untuk bayi. Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh
wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol
susu, cangkir, sendok, atau pipet. Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk
mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya
tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, American Academy of
Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. ASI
sangat baik untuk kesehatan bayi, ASI juga mengandung antibiotik yang bisa melindungi bayi
dari berbagai penyakit selama antibodinya berkembang. Oleh sebab itu pemberian ASI
disarankan pada 6 bulan awal masa kelahiran (ASI eksklusif).
e. Imunisasi

B.
1.

2.

3.

a.

b.

4.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit
dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
kedalam tubuh.
Untuk melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak dan apabila sudah terjadi penyakit, maka penyakitnya itu tidak
menjadi tambah parah. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit.
Semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir memerlukan Imunisasi untuk
melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Semua orang yang kontak
(berhubungan) dengan penderita penyakit menular .
Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang
sangat penting untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi anda
untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab
anda sebagai orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal
masa kanak-kanak dan Semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat
imunisasi. Terdiri dari BCG, Polio (1,2,3,4), Hepatitis (B1, B2, B3), DPT (1,2,3), dan
campak.
Konsep Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Definisi
Menurut Varney (1997) manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang
ilmiah. Penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil
keputusan yang berfokus pada klien.
Asuhan bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama
kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.
Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandart pada bayi baru lahir dengan
memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera
setelah dilahirkan (Ai & Lia, 2010).
Hasil yang Diharapkan
Menurut Ai & Lia (2010) terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera setelah merencanakan
asuhan.
Melakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi bayi baru lahir.
Pengkajian bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian:
Pengkajian segera setelah bayi lahir
Bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lair dari kehidupan dalam uterus ke
kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian apgar. Pengkajian sudah dimulai sejak kepala
tampak divulva (crowning).
Pengkajian keadaan aspek
Setelah pengkajian segera setelah bayi lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan.
Manajemen Asuhan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan
pengumpulan data dasardan diakhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi ( data ) yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara:
a.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuia dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi:
1) Pemeriksaan khusus ( inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi )
2) Pemeriksaan penunjang ( laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya )
Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap
selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan ini harus komperhensif, mencakup data subjektif,
data objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang
sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap,
dan akurat.
2. Interpretasi Data Dasar (Langkah II)
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesik. Baik
rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak
dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan denga hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai
dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan
merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
3. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial (Langkah III)
Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau
diagnose yang sudah teridentifikasi. Misalnya untuk diagnose potensial yaitu hipotermi
potensial menyebabkan gangguan pernapasan, hipoksia potensial menyebabkan asidosis, atau
hipoglikemi menyebabkan hipotermi.
4. Menetapkan tindakan segera (Langkah IV)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau
penanganan segera bersama anggota tim kesehatanlain sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya
bila bayi tidak bernapas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah langkahlangkah resusitasi pada bayi tersebut.
5. Menyususn Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)

6.

7.

5.
a.
b.

c.

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional dan sesuai dengan temuan dari
langkah sebelumnya.
Implementasi asuhan bayi baru lahir (Langkah VI)
Melaksanakan rencana asuhan pada bayi baru lahir secara efisien dan aman, misalnya
memberikan konseling tentang menjaga bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat dan
mengawasi tanda-tanda bahaya, dan lain-lain.
Evaluasi (Langkah VII)
Evalusi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui factor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan
asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benarbenar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif
melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. Demikianlah langkahlangkah alur berpikir dalam penatalaksanaan klien kebidanan. Alur ini merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dan tidak terpisah satu sama lain, namun berfungsi
memudahkan proses pembelajaran. Proses tersebut diuraikan dan terpilah seolah-olah
terpisah antara satu tahap / langkah dengan langkah berikutnya.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Menggunakan Metode SOAP
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia
(Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA, format pengkajian pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana).
Pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
Menurut (Wildan, 2011) Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien,
dengan cara penulisannya: S (subyektif ) merupakan segala bentuk pernyataan atau keluhan
dari pasien. O (objektif) merupakan data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh
bidan/tenaga kesehatan lain. A (analisis) merupakan kesimpulan dari objektif dan subyektif. P
(perencanaan) merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis (Saifudin, 2002).