Kimia Sumber Daya Alam Metabolit Sekunde

TANAMAN-TANAMAN DENGAN METABOLIT SEKUNDER DAN CARA
ISOLASINYA

Disusun Oleh :

Anindia Nurul C.

(145090200111008)

Istoria Rosyada

(145090201111032)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1. Cabai jawa
Cabai jawa dengan nama ilmiah Piper refractum Vahl merupakan jenis tanaman

tahunan yang batangnya berupa gading dan akhirnya menjadi merah saat tua. Cabai jawa
muda akan terasa pedas sedangkan yang tua akan terasa manis. Biji dari cabai jawa berbentuk
bulat pipih dan berwarna coklat kehitaman. Kandungan dari cabai jawa yaitu zat pedas
piperin, chavicine, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, piperidin, minyak atsiri, dan
sesamin.
Salah satu senywa metabolit sekunder adalah minyak atsiri. Minyak atisri pada cabai
dapat bersifat antibakteri. Cara isolasi minyak atsiri dari buah cabai jawa yaitu dengan
metode destilasi air. Preparasi sampel dilakukan dengan membuah buah cabai jawa menjadi
simplisia dengan tujuan simplisia tersebut tidak rusak oleh pendidihan dan minyak atsiri tidak
rusak oleh pemanasanselama proses destilasi. Setelah terbentuk simplisia maka dihaluskan
lagi dengan blender dengan tujuan untuk mempermudah cairan pelarut menembus sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang akan mempermudah penarikan senyawa minyak atsiri dan
bersamasama keluar dengan cairan uap. Proses selanjutnya yaitu destilasi air selama 4 jam.
Minyak atsiri yang diperoleh kemudia dipisahkan dengan corong pisah. Hasil dari destilasi
harus sesuai standar yang terdapat pada farmakope herbal, yaitu dengan kadar minyak atsiri
yang terkandung dalam simplisia buah cabe jawa tidak kurang dari 0,40% v/b.
2. Melati
Melati (Jasminum sambac) merupakan salah satu tanaman komoditas bernilai tinggi
untuk menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri melati dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri kosmetik, sabun, parfum, farmasi dan

aroma terapi. Pengambilan minyak atsiri yang terkandung dalam bunga melati tidak bisa
dilakukan dengan cara penyulingan atau destilasi dengan suhu tinggi, hal ini disebabkan
penyulingan dengan uap air atau air mendidih dapat merusak komponen minyak (Sani dkk,
2012).
Minyak atsiri melati dapat diproduksi dengan menggunakan metode maserasi. Proses
ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman
sampel tumbuhan akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam

terhadap pelarut tersebut. Metode ini cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri
bunga melati yang menghasilkan rendemen minyak rendah (Lenny, 2006).

3. Kencur
Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kencur adalah etil para
metoksisinamat (EPMS) yang diperoleh dari rimpang kencur. EPMS adalah salah satu
senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia Galanga L) yang merupakan bahan dasar
senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari (Asyhar, 2009).
Pengambilan minyak kencur dilakukan dengan cara maserasi yang kemudian

dilanjutkan dengan destilasi. Maserasi dilakukan dengan menggunakan suhu kamar
sedangkan destilasi dilakukan dengan menggunakan suhu 70⁰C (hal ini didasarkan pada
penelitian terdahulu). Pada penelitian ini kondisi operasi yang digunakan kurang sesuai
dengan teori, dimana pemanasan terhadap minyak kencur seharusnya tidak boleh melebihi
antara suhu 48⁰C sampai 50⁰C yaitu titik leleh dari etil para metoksisinamat. Selain itu jika
suhu yang digunakan untuk memanaskan melebihi titik leleh etil para metoksisinamat dapat
merusak senyawa tersebut. Maka untuk memanaskan minyak kencur sebaiknya digunakan
suhuh dibawah 50⁰C atau dapat juga dilakukan dengan mengguanakn destilasi vakum.begitu
juga dengan proses maserasi, selain menggunakan suhu kamar dapat juga dilakukan dengan
sedikit pemansan saat perendaman sambil ditambahkan pengadukan agar minyak yang di
dapat menjadi lebih banyak. Namun pemanasan pada proses maserasi juga tidak boleh
melebihi 50⁰C.

4. Belimbing Wuluh
Tumbuhan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) telah dimanfaatkan masyarakat
sebagai tanaman obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit antara lain pegal
linu, gondongan, rematik, sariawan, jerawat, panu, darah tinggi, dan sakit gigi.
Saponin yang merupakan salah satu metabolit sekunder belimbing wuluh adalah
glikosida yang tersusun dari gula yang berikatan dengan aglikon. Aglikon, (disebut juga
sapogenin) memiliki struktur yang terdiri dari rantai triterpenoid atau steroid dan bersifat non

polar. Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen
sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil dari sifat utama ini
yaitu “sapo” dalam bahasa Latin yang berarti sabun) (Calabria, 2008; Hawley & Hawley,
2004)

Berbagai penelitian telah menemukan bahwa saponin dapat memberikan efek
antitussives dan expectorants (Eccles & Weber, 2009). Efek tersebut membantu

menyembuhkan batuk. Saponin yang memiliki sifat antiinflammatory juga telah terbukti
efektif untuk menyembuhkan edema (respon inflammatory) pada tikus dan memiliki aktivitas
antiinflammatory (Hikino & Kiso cited Seigler, 1998).

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Preparasi
sampel dibuat dalam bentuk simplisia. Sebanyak 10 g simplisia dari buah belimbing wuluh (A.
bilimbi) dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian direndam dengan metanol sebanyak 60

ml. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 3 hari dengan sesekali
dikocok. Selanjutnya, hasil ekstrak disaring untuk memperoleh filtrat I dan simplisia yang
telah diekstrak (debris). Debris diekstrak kembali dengan methanol sebanyak 40 ml dan
didiamkan selama 2 hari dengan sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II) dicampurkan

dengan filtrat I, sehingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke dalam
mangkuk dan dievaporasi di almari maserasi hingga diperoleh ekstrak kental. Hal yang sama
juga dilakukan untuk tangkai daun dan buah belimbing wuluh.
Isolasi Senyawa Saponin juga dapat dilakukan dengan KLT preparative. Pemisahan
senyawa saponin ini menggunakan eluen kloroform : methanol : air (13:7:2) lapisan bawah
(Harborne cited Suharto et al., 2012). Lempeng preparatif silika gel 60 F254 Merck disiapkan
dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 20 cm. Ekstrak kental dari buah belimbing wuluh (A.
bilimbi) yang telah dilarutkan dengan alkohol 95% ditotolkan sepanjang lempeng tepi bawah

dan diangin-anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
eluen yaitu campuran homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform: metanol: aquades
(13:7:2). Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai batas atas lempeng kemudian
dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Pengamatan bercak menggunakan lampu UV 254 dan
366 nm. Lempeng juga disemprotkan pereaksi LB (Liebermann Burchard) pada kedua bagian
tepi dan bagian tersebut dipanaskan dengan hair dryer untuk memperjelas warna bercak yang
terbentuk. Bercak yang terbentuk pada bagian tepi lempeng dihubungkan dengan garis dari
tepi satu ke tepi lainnya. Bagian dalam garis dikerok dengan membuang bagian yang telah
dipanaskan dan dilarutkan dengan alcohol 95% sebagai isolat. Hal yang sama juga dilakukan
untuk daun dan tangkai daun belimbing wuluh).


5. Pecut Kuda
Tanaman pecut kuda memiliki nama ilmiah Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl dan
merupakan famili Verbenaceae. Tanaman pecut kuda berasal dari Amerika derah tropis yang

sekarang sudah banyak ditemukan dan di budidayakan di Indonesia sebagai tanaman herbal,
selain itu tanaman ini juga bisa menyembuhkan kanker karena kandungan senyawa fitokimia
yang terdapat didalamnya. Kandungan fitokimia dari tanaman pecut kuda tersebut adalah
karbohidrat, glikosida, flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, triterpenoid, dan alkaloid.
Sedangkan Ekstrak etanol daun kering pecut kuda, menunjukkan anti infflamasi dan
analgesik, pada tikus percobaan (Iptek, 2005).
Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun pecut kuda dapat diisolasi
dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol dan kromatografi kolom gravitasi. Hasil
uji fitokimia terhadap isolat menunjukkan bahwa daun pecut kuda positif mengandung
senyawa flavonoid.
Tahap penelitian diawali dengan pengambilan sampel Daun pecut. Daun pecut kuda
dibersihkan dengan cara dicuci sampai bersih, selanjutnya daun yang telah dicuci dipotong
kecil-kecil agar dapat memudahkan proses ekstraksi, kemudian dikeringakan dengan cara
diangin-anginkan pada ruangan terbuka yang tidak terkena sinar matahari. Pengeringan
dilakukan di ruang yang bebas dari sinar matahari untuk mencegah rusaknya senyawa
metabolit


sekunder

yang

terkandung

dalam

daun.

Tujuan

pengeringan

untuk

menghilangkan/mengurangi kadar air. Kemudian dihaluskan dengan cara diblender dengan
menggunakan sedikit larutan metanol. Daun pecut kuda halus kemudian dimaserasi dengan
pelarut metanol selama 3 x 24 jam. Setiap 1 x 24 jam hasil maserasi disaring dan ditampung

dalam toples dan ekstrak kembali dimaserasi dengan metanol yang baru. Filtrat hasil maserasi
yang diperoleh disatukan kemudian di evaporasi menggunakan pompa vakum pada suhu3040⁰C. Diperoleh ekstrak kental yang berwarna hijau kehitaman.
Berdasarkan hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kental metanol daun
pecut mengandung senyawa-senyawa flavonoid dan steroid. Selanjutnya untuk mendapatkan
senyawa yang positif terhadap uji fitokimia dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap
pemisahan dan pemurnian.
Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gr dilarutkan menggunakan 10 mL metanol.
Setelah itu dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Tabung reaksi yang pertama sebagai control,
tabung reaksi kedua, ketiga dan keempat berturut-turut ditambahkan serbuk Mg-HCl, H2SO4
pekat, dan NaOH pekat. Warna yang terbentuk dari masing-masing tabung tersebut
dibandingkan dengan kontrol. Jika terjadi perubahan warna menunjukkan adanya positif
flavanoid.

6. Manggis
Ekstrak kulit buah manggis diketahui memiliki aktivitas anti inflammasi, antitumor,
antioksidan dan antimikroba. Senyawa bioaktif dari ekstrak kulit buah manggis tersebut
diperkirakan dihasilkan oleh fungi endofit. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan
mengkarakterisasi isolat fungi endofit dari kulit buah manggis yang berpotensial dalam
menghasilkan senyawa antimikroba.
Isolasi Fungi Endofit dilakukan dengan cara kulit buah manggis yang sudah dicuci

dengan air mengalir, dipotong lalu direndam ke dalam larutan alkohol 70 % selama ± 3 menit,
dibersihkan dengan larutan NaOCl (Sodium Hipoklorit) 1% selama ± 5 menit. Lalu
dikeringkan dengan tisu steril dan dicuci lagi dengan alkohol 70% selama ± 0,5 menit, diikuti
dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Kulit buah manggis dipotong berukuran 1cm × 2cm
menggunakan pisau steril. Potongan kulit manggis itu diinokulasikan ke cawan petri yang
mengandung PDAK dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1-2 minggu.
Selanjutnya dilakukan pemurnian Isolat Jamur Endofit. Setiap koloni jamur yang
tumbuh dan berbeda dipindahkan ke dalam cawan petri yang berisi PDAK lalu diinkubasi
pada suhu ruang selama 24-48 jam hingga menghasilkan isolat fungi yang benar-benar murni.
Peremajaan isolat jamur endofit dilakukan dengan menumbuhkan kembali isolat-isolat jamur
endofit yang telah murni kedalam medium PDAK dengan metode streak plate dan diinkubasi
selama 4 hari.
Peremajaan C. albicans dilakukan ke medium SDA sedangkan peremajaan S. aureus
dan E. coli dilakukan ke medium NA dengan metode streak plate. Kultur mikroba diinkubasi
pada suhu ruang selama 24 jam. Inokulum C.albicans disiapkan dengan menginokulasikan 1
ose koloni murni C. albicans yang telah berumur 24 jam ke dalam 5 ml media Potato
Dektrosa Broth (PDB) dalam Erlenmeyer 50 ml, kemudian diinkubasi pada suhu ruang

selama 24 jam.
Inokulum S. aureus dan E. coli disiapkan dengan menginokulasikan 1 ose koloni

murni S. aureus dan E.coli yang telah berumur 24 jam ke dalam masing-masing 5 ml medium
nutrient broth (NB) dalam erlenmeyer 50 ml. Inokulum diinkubasi pada suhu ruang selama

18 jam. Setiap inokulum diencerkan menggunakan garam fisiologis 0,85% hingga didapatkan
populasi mikroba uji sebesar 106 Cfu/ml.
Seleksi jamur endofit penghasil antimikroba dilakukan dengan menginokulasikan 1
potongan agar isolat jamur umur 4 hari ke medium PDA yang mengandung isolat C. albicans
dan diatas medium NA yang masing-masing mengandung isolat S. aureus dan E. coli.
Masing-masing kultur mengandung 106 cfu/ml mikroba patogen. Kultur diinkubasi pada

suhu ruang selama 4 hari. Aktivitas antimikroba fungi endofit dilihat dari zona hambat yang
terbentuk.
Produksi metabolit fungi endofit dilakukan dengan cara masing-masing lima koloni
murni fungi endofit penghasil antimikroba tertinggi pada agar disk yang berumur 4 hari
dibuat disk sebanyak 5 potong berdiamater 1 cm. Lalu diinokulasikan ke dalam media
fermentasi yang berisi 20 ml PDB dalam labu Erlenmeyer ukuran 100 ml. Kultur fungi
endofit diinkubasi pada suhu ruang dalam shaker inkubator 150 rpm selama 7 hari.
Supernatan dipisahkan dari biomassa dengan sentrifugasi 3000 rpm selama 20 menit. Setelah
itu supernatan diambil dengan menyaring menggunakan kertas saring Whatman no. 42 steril.
Supernatan digunakan dalam pengujian aktivitas antimikroba terhadap jamur C. albicans,

bakteri E. coli dan S. aureus.

7. Kembang sepatu (batang)
Kembang sepatu merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak tumbuh di
sekitar pekarangan rumah. Laporan mengenai kandungan kimia dari tanaman ini sudah
digunakan oleh masyarakat sebagai obat penurun panas, obat kontrasepsi, obat gatal dan
sebagainya. Dari studi literatur diperoleh informasi bahwa kandungan kimia dari genus
Hibiscus adalah flavonoid, itupun terkonsentrasi pada daunnya (Avianto, 2004).
Senyawa flavonoid dari kembang sepatu diperoleh dengan cara ekstraksi. Preparasi
sampel batang tanaman ini yaitu dibersihkan, dikeringkan, lalu dibuat serbuk halus. Setelah
terbentuk serbuk halus maka dilanjutkan proses ekstraksi. Proses ekstaksi menggunakan
metode maserasi. Serbuk sampel ditimbang beratnya kemudian direndam dalam metanol, lalu
diekstraksi. Setelah 24 jam, campuran kemudian disaring menggunakan corong buchner
dengan bantuan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh kemudian dikeringkan menggunakan
rotari evaporator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak yang diperoleh kemudian
ditambahkan dietil eter untuk menghilangkan tannin yang mungkin ada karena tannin dapat
menyulitkan dalam tahap pemurnian senyawa. Campuran dibiarkan selama 3 jam untuk
mengendapkan tannin. Filtrat kemudian dipisahkan dengan endapan. Setelah diperoleh
ekstrak kering flavonoid maka tahapan selanjutnya adalah pemisahan komponen-komponen
senyawa menggunakan berbagai teknik kromatografi. Ekstrak kering diinfregnasi dengan
silika gel 200-350 mesh kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom vakum
menggunakan eluen campuran n-heksan : etilasetat dengan kepolaran yang makin meningkat
sehingga diperoleh fraksi-fraksi. Keberadaan senyawa dideteksi dengan kromatografi lapisan
tipis berupa spot-spot pada platt KLT. Spot yang mempunyai harga Rf (rate of flow) sama,

dikumpulkan sehingga diperoleh fraksifraksi utama yang kemudian diuapkan pelarutnya.
Tahap

berikutnya

adalah

pemisahan

senyawa

menggunakan

kromatografi

radial

menggunakan campuran eluen kloroform : metanol 8,5 : 1,5 (v/v). Setiap fraksi hasil
pemisahan di periksa dengan KLT untuk mengecek kemurnian senyawa. Dari proses ini
diperoleh dua fraksi yang memiliki noda tunggal diamati dibawah lampu UV

254 nm dan

pereaksi penampak noda CeSO4 . Kedua fraksi ini diuapkan pelarutnya yang kemudian
disebut isolat I dan isolat II. Kristal hasil isolasi diukur spektrumnya menggunakan
spektrofotometer infra merah dan UV-Visible.

8. Manggis
Penelitian terdahulu membuktikan bahwa senyawa alfa mangostin mempunyai
aktivitas antibakteri yang dapat menghambat Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Salmonella thypimurium, dan Bacillus subtilitis. Alfa dan gamma mangostin, dan

garcinon B mempunyai aktivitas antibakteri yang efektif dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Mycobacterium tuberculosi. Ekstrak buah manggis mempunyai aktivitas antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan
Propionibactericum acne (Chomnawang et al., 2007).

Alfa mangostin mempunyai nama IUPAC (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis
(3metil-2-butenil)-9H xanten-9-on). Alfa mangostin mempunyai rumus molekul C24H22O6
dan juga berat molekul 410,46. Lima puluh senyawa xanton diisolasi dari buah manggis,
pertama diberi nama mangostin. Ekstrak kulit buah yang larut dalam petroleum eter
ditemukan 2 senyawa alkaloid, salah satunya mangostin.
Sampel yang dipilih yaitu buah yang sudah matang dan berwarna ungu yang telah
berumur 144 hari sejak bunga mekar. Sampel kulit buah yang telah terkumpul dicuci
kemudian dipotongpotong dan dikeringkan dengan cara dianginanginkan. Kulit buah
manggis yang telah kering kemudian digiling hingga didapatkan serbuk. Sebanyak 100 g
serbuk simplisia kulit buah manggis ditimbang kemudian dimaserasi dengan 750 mL etanol
pada suhu kamar selama lima hari, lalu disaring. Ampas diremaserasi dengan menggunakan
150 mL etanol pada suhu kamar selama dua hari, lalu disaring. Ekstrak yang didapat
selanjutnya digabungkan dan disaring menggunakan kertas saring, kemudian pelarut
dihilangkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50⁰C. Ekstrak yang
diperoleh diuapkan kembali dengan oven pada suhu 40⁰C untuk memperoleh ekstrak kental.

Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan cara penguapan larutan ekstrak uji sebanyak 2
mL di atas cawan porselin hingga diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL
HCl 2 N. Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama
ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan
pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi Mayer
sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada tabung kedua dan endapan putih hingga
kekuningan pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid (Jones and Kinghorn, 2006).

9. Daun Sirsak
Kandungan dari daun sirsak meliputi senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium
oksalat, dan alkaloid dan juga mengandung Acetoginin yaitu senyawa yang mengandung

bulatacin, asimisin dan squamosin. Selain itu juga, daun sirsak mengandung protein, kalsium,
fruktosa , lemak, vitamin A dan B. Pada sub bab ini kan dijelaskan isolasi tanin dan alkaloid

dari daun sirsak. Fungsi utama tanin pada daun sirsak adalah untuk antivirus dan anti mikroba.
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia.
Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf,
menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial. Senyawa alkaloid mampu
digunakan untuk melawan sel kanker (pasaribu, 2009)
Preparasi dilakukan dengan cara daun sirsak dibersihkan dan selanjutnya daun sirsak
di potong kecil-kecil untuk dikeringkan dengan cara diletakkan ditempat terbuka dengan
sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung kemudian setelah kering
diblender dan diayak. Ekstraksi dilakukan secara maserasi secara bertingkat dengan pelarut nheksana, kloroform dan metanol. Sebanyak kurang lebih 200 g daun sirsak direndam dengan
700 mL n-heksana, ditutup lalu disimpan di ruang gelap dan dikocok dengan shaker 120 rpm
selama satu minggu. Setelah itu, filtrat diambil dan residu dimaserasi kembali menggunakan
300 mL n-heksana selama 3 hari. Selanjutnya filtrat diambil dan residu dimaserasi kembali
dengan pelarut klorofom dan metanol. Cara maserasi sama dengan yang telah dilakukan
diatas. Maserasi yang telah dilakukan diperoleh filtrat n heksan, kloroform dan metanol.
Filtrat n-heksana, kloroform dan metanol daun sirsak dipekatkan menggunakan rotavapor

Untuk uji tanin sendiri yaitu dengan cara sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v)
dilarutkan dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang terbentuk
ditambahkan ditambahkan 4-5 tetes FeCl3 5% (b/v). Adanya fenol ditujukan dengan

terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman. Apabila menghasilkan warna hijau
kebiruan yang lebih pekat, hal ini menandakan bahwa ekstrak kloroform daun sirsak
mengandung senyawa tanin.
Untuk uji alkaloid, sampel ekstrak dilarutkan dalam 2 mL asam klorida, dipanaskan 5
menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah 2-3 tetes pereaksi Dragendorff. Adanya
senyawa alkaloid ditunjukkan dengan endapan jingga.

10. Daun Alpukat
Tanaman alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Hampir semua bagian dari tanaman ini memiliki
khasiat sebagai sumber obat-obatan. Kandungan senyawa kimia daun alpukat yang
dilaporkan dari penelitian tentang uji aktivitas hipoglemik (kadar gula darah rendah) ekstrak
daun alpukat (Persea Americana Mill) ditemukan senyawa saponin, tanin, flavonoid, alkaloid,
dan polisakarida melalui uji fitokimia. Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa uji
invitro ekstrak daun alpukat yang mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid yang dapat
menghambat penyebaran virus (HSV) herpeks simpleks.
Senyawa metabolit sekunder yang menjadi objek utama dalam penelitian ini adalah
alkaloid. Secara umum alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne, 1996).
Alkaloid dapat berfungsi sebagai zat antioksidan hal ini didukung oleh penelitian uji
antioksidan. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam suatu jenis tanaman dapat bersifat
sebagai bioaktif penolak (repellent) nyamuk (Mustanir dan Rosnani,2008). Alkaloid indol
memilki aktifitas antibakteri dari Aspidosperma ramiflorum (Tanaka J.C.A , 2006).
Daun alpukat dicuci hingga bersih, dirajang dengan ukuran kecil, diangin-anginkan
sampai kering. Tujuan Pengeringan ini untuk menghilangkan kadar air, mencegah timbulnya
jamur, dapat disimpan dalam jangka waktu panjang dan tidak merusak komponen senyawa
kimia yang terkandung di daun alpukat. Setelah itu dihaluskan menggunakan blender dengan
tambahan sedikit metanol. Tahap akhir diperoleh Serbuk kasar daun alpukat sebanyak 400 gr.
Pada tahap ekstraksi sampel berupa serbuk halus daun alpukat diekstraksi dengan cara
maserasi menggunakan pelarut metanol. Tahap Maserasi dilakukan selama 4 x 24 jam, setiap
24 jam dilakukan penyaringan dan dimaserasi kembali dengan memakai metanol yang baru.
Maserat yang diperoleh disatukan dan dievaporasi pada suhu 30-400C dengan menggunakan
alat penguap vakum dan diperoleh ekstrak kental metanol. Tahap selanjutnya, ekstrak kental
metanol disuspensi dengan metanol-air dan dipartisi dengan pelarut n-heksan, diperoleh
fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi n-heksan dievaporasi menghasilkan ekstrak n-heksan.

Fraksi air dipartisi dengan pelarut etil asetat diperoleh fraksi air dan fraksi etil asetat. Hasil
Partisi dari fraksi fraksi dievaporasi pada suhu 30-400C sampai diperoleh ekstrak air dan
ekstrak etil asetat. Masing-masing ekstrak diuji fitokimia. Ekstrak kental metanol sebanyak
0,1 gr dilarutkan dengan 10 mL kloroform amoniak lalu hasilnya dibagi menjadi dua bagian
yang sama. Untuk bagian pertama ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 2 N perbandingan
volumenya sama. Lapisan asam diambil dan dibagi menjadi tiga bagian dan dilakukan
pengujian menggunakan pereaksi fitokimia yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, dan
pereaksi Wagner.Untuk bagian kedua diuji menggunakan pereaksi Hager. Hasil uji positif
mangandung alkaloid jika terbentuk endapan.

11. Tanaman Jamblang/Juwet/Duwet (Syzygium cumini)

Senyawa metabolite sekunder : flavonoid
Jamblang memiliki senyawa fenol yang berkhasiat antibakteri. Toksisitas senyawa
fenol merusak membran sel bakteri dan bersifat sebagai desinfektan. Kandungan kalium dan
silikat membantu mengatasi wasir dan disentri. Daun S. crispus mengandung senyawa aktif
kalium berkadar tinggi, asam silikat, senyawa alkaloid (senyawa yang bersifat basa dan
mengandung atom nitrogen), saponin (senyawa glikosida kompleks), flavonoid, flavonoid
merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa ini dapat
digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti kanker,
dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti alergi,
sitotoksik, dan anti hipertensi., sterol (stigmasterol, α-sitosterol dan campesterol), kelompok
terpen, tripenoid, phytol, tannin, glikosida dan polifenol. Terpenoid sama halnya dengan
senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan
keton.
Cara Isolasi

:

Isolasi senyawa flavonoid dari tanaman jamblang dengan teknik maserasi
menggunakan pelarut methanol selama 4x24 jam. Filtrate yang diperoleh dipekatkan dengan
evaporator pada suhu 40ºC sehingga dihasilkan ekstrak kental methanol. Ekstrak kental
methanol disuspensi dengan perbandingan metanol:air (2:1) dan dipartisi berturut-turut
dengan n-heksan dan etil asetat sehingga dihasilkan fraksi-fraksi. Hasil partisi dari fraksifraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-40 ºC sampai diperoleh ekstrak dari n-heksan, etil
asetat, dan ekstrak air.

12. Tanaman Sereh Wangi
Sereh wangi (Cymbopogon nardus) mempunyai metabolit sekunder antara lain
saponin, tanin, kuinon, dan steroid). Minyak atsiri mengandung berbagai senyawa kimia
alamiah yaitu senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenono,
dan dipentena. Sementara dua senyawa yang penting yaitu geraniol dan sitronela.


Fungsi metabolit sekunder pada tanaman sereh wangi antara lain :
a. Saponin.
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.

Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan antara lain sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, dan
merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah
sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat senyawa saponin antara lain : mempunyai rasa pahit, dalam larutan air
membentuk busa yang stabil, menghemolisa eritrosit, merupakan racun kuat untuk ikan dan
amfibi.
b. Tanin
Tanin terdapat berbagai tumbuhan berkayu dan herba, sebagai pertahanan dengan cara
mengahalangi insekta nyamuk dalam mencerna makanan. Sehingga pertumbuhan nyamuk
menurun.
c. Kuinon
Kuinon merupakan salah satu jenis senyawa fenolik. Senyawa antrakuinon dan
kuinon mempunyai kemampuan sebagai anti biotik dan penghilang rasa sakit serta
merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit.
d. Steroid
Steriod merupakan senyawa saponin dengan 27 atom C. Steroid saponin dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Hampir sama sama seperti
saponin steroid juga bersifat toksik, dan memiliki efek anti jamur.

Cara isolasi :
Senyawa-senyawa metabolit sekunder dari sereh wangi dapat diperoleh dengan
metode ekstraksi, yaitu ekstraksi dingin secara maserasi menggunakan pelarut etanol 95%.
Selanjutnya dilakukan fraksinasi menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut nheksan,etil asetat dan air.

13. Tanaman Jahe Putih
Senyawa Metabolit Sekunder :
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama
golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri. Minyak atsiri jahe (Zingiber
officinale Roxb) mengandung zingiberene, n-desilaldehid, n-nonilaldehid, d-camphene, d-oc

phellandrene, metilheptenon, sineol, borneol, geraniol clan linalool, asetat, kaprilat, sitrat,
clan chavinol, zingiberol. Dari senyawa tersebut yang berfungsi sebagai antifilariasis malayi
adalah zat pedas jahe (ekstrak etilasetat). Senyawa-senyawa dari minyak atsiri dalam jahe
putih berpotensi terhadap bermacam-macam aktivitas biologis, misalnya antioksidan, diuretik,
analgesik, mencegah kanker, antivertigo, immunostimulan, antiradang, antiinfertilitas,
hipokolesterolemik, hipotensif. Di Negara China, jus daun ini diberikan untuk obat batuk
bagi anak-anak. Manfaat lain adalah sebagai obat asthma dan bronchitis.
Cara Isolasi :
Senyawa metabolit sekunder jahe putih dapat di isolasi dengan menggunakan prinsip
destilasi uap. Sebanyak 1 kg rimpang jahe segar dimasukkan kedalam labu destilasi yang
telah diisi dengan air suling. Proses destilasi dilakukan secara kontinue selama 8 jam,
sebanyak 1 kg yang telah diiris tipis dimasukkan kedalam alat destilator, kemudian
ditambahkan 4 L air suling, dengan temperature 100oC. Setelah proses destilasi selesai,
minyak pada buret di tampung. Minyak atsiri di tambahkan dengan natrium sulfur anhidrat
untuk membebaskan air.

14. Tanaman Jeringau (Acorus calamus)
Senyawa Metabolit Sekunder :
Tanaman Jeringau mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat
flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C,
antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotic
Cara Isolasi :
Sampel berupa serbuk halus rimpang jeringau sebanyak 500 g diekstraksi dengan cara
maserasi menggunakan metanol. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, dimana setiap 24
jam ekstrak disaring, dan dimaserasi lagi dengan metanol yang baru. Ekstrak disatukan,
sehingga diperoleh filtrat metanol. Filtrat metanol dievaporasi pada suhu 30-40 oC dengan
menggunakan panguap vakum, diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol
disuspensi dengan metanol:air (1:2) dan dipartisi dengan menggunakan pelarut n-heksan,

menghasilkan fraksi n-heksan. Fraksi n-heksan dievaporasi diperoleh ekstrak n-heksan.
Fraksi air dipartisi dengan etil asetat sehingga diperoleh fraksi air dan fraksi etil asetat. Hasil
partisi dari fraksi-fraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-40oC sampai diperoleh ekstrak air
dan etil asetat. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh diuji fitokimia.

15. Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.)
Senyawa Metablit Sekunder :
Senyawa metabolit sekunder dari tanaman patah tulang yaitu senyawa alkaloid,
flavonoid, triterpenoid, steroid, saponin dan tannin. ranting Patah tulang memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa. Selain itu, penelitian sebelumnya dari ekstrak metanol dan

kloroform ranting tanaman patah tulang memiliki kemampuan toksik berturut-turut sebesar
332,248λ

g/mL dan 240,6432

g/mL dan berpotensi sebagai pestisida. Senyawa yang

terdapat dalam ekstrak metanol adalah flavonoid, tanin dan saponin sedangkan ekstrak
kloroform hanya terdeteksi positif alkaloid(Baud Grace, dkk, 2014).
Cara Isolasi :
Metode ekstraksi yang digunakan untuk sampel segar dan sampel kering adalah
maserasi. Sebanyak 100 g sampel yang telah dihaluskan direndam dalam 500 mL etanol 96%
p.a selama 2x24 jam sambil sesekali dikocok kemudian disaring, residu direndam kembali
dengan etanol 96% p.a sebanyak 250 mL lalu dikocok dan disimpan selama 2x24 jam,
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh pada maserasi pertama dan kedua dicampur dan
dievaporasi, lalu dimasukkan dalam oven pada suhu 40-500C untuk diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental yang telah diperoleh digunakan untuk analisissenyawa metabolit sekunder dan
uji toksisitas(Baud Grace, dkk, 2014).

Daftar Pustaka

Baud Grace S., Meiske S. Sangi, Harry S. J. Koleangan, 2014, Analisis Senyawa
Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman Patah Tulang
(Euphorbia Tirucalli L.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt), Program Studi
Kimia FMIPA UNSRAT, Manado
Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., Identifikasi Kandungan Kimia
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Kulit Buah Manggis, Universitas Udayana, Bali
Dian Riana Ningsih, Zusfahair, Dwi Kartika, 2016, Identification of Secondary
Metabolites
Compounds and Antibacterial Activities on the Extract of Soursop Leaf, Jurnal
Molekul, Vol. 11. No.1 (101 – 111)
Elfina, dewi, Atria martina, dan Rodesia mustika roza, 2013, Isolasi Dan Karakterisasi
Fungi Endofit Dari Kulit Buah Manggis (Garciniamangostana L) Sebagai Antimikroba Terhadap
Candida Albicans,Staphylococcus Aureus Dan Escherichia coli, Jurnal Biologi, Vol 2 No 9

Fahrunnida dan rarastoeti pratiwi, 2015, Kandungan Saponin Buah, Daun dan
Tangkai Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Seminar Nasional Konservasi Dan
Pemanfaatan Sumber Daya Alam, Solo
Ghafur Maryati Abd , Ishak Isa, Nurhayati Bialangi, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dari Daun Jamblang (Syzygium cumini), Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Gorontalo
Hudha, mohammad isnaeny, Elvianto dwi daryon, dan Muyassaroh, 2013, Minyak
Kencur dari Rimpang Kencur dengan Variabel Jumlah Pelarut dan Waktu Maserasi, Jurnal
teknik kimia, vol 8 no 1
Nohong dan Hadijah Sabarwati, 2006, Isolasi Metabolit Sekunder dari Kulit Batang
Kembang Sepatu (Hibiscus Rosasinensis), Hasil penelitian dosen muda, Unhalu
Puzi, win sonya , yani lukmayani dan undang A Dasuki, 2015, Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid dari Daun Tumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) ,
Unisba , Bandung.
Redaksi agroMedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, PT. Agromedia Pusataka,
Jakarta

Saman Sri Iin, Nurhayati Bialangi,Wenny J.A. Musa, 2013,
Isolasi Dan
Karakterisasi Senyawa Flavonoid Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rimpang
Jeringau, Universitas Negeri Gorontalo
Sukardi, Adhi pradana p., Maimurah H.P., dan Arie F.M., Extraction of Essential
Oils Jasmine (Jasminum sambac) by Method Maceration and Preliminary Treatment PEF
(Pulsed Electric Field) (Study of Voltage and Cathode Anode Distance), Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
Syahril, ardianti, 2015, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Ekstrak
Metanol Daun Pecut Kuda, Skripsi, Universitas Gorontalo, Gorontalo
Tanaka, J.C.A. C.C. da Silva, A.J.B. de Oliveira, C.V. Nakamura and B.P. Dias Filho.
Antibacterial activity of indole alkaloids from Aspidosperma ramiflorum. Antimicrobial activity
of A. ramiflorum Brazilian, Journal of Medical and Biological Research (2006) 39: 387-391 ISSN
0100-879X Short Communication

Tengo Nilda Apriyati, Nurhayati Bialangi, Nita Suleman, 2007, Isolasi Dan
Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Daun Alpukat (Persea Americana Mill),Jurusan
Pendidikan Kimia, Universitas Gorontalo