INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karuniaNya pubikasi ”Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura Tahun 2014” dapat terselesaikan. Keragaman data dan informasi statistik saat ini sangat dibutuhkan guna menunjang proses percepatan pembangunan. Informasi

mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota yang diukur melalui sekelompok barang dan jasa yang digunakan menjadi salah satu informasi yang begitu penting.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui Indeks Kemahalan Konstruksi dan luas wilayah yang disebut juga sebagai indeks kewilayahan. Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK) Provinsi dan IKK kabupaten/kota dihitung sejak tahun 2004 berdasarkan UU no 33 tahun 2004 yang mendasarkan kepada Indeks Harga Bangunan (IHB).

Pada akhirnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan publikasi berikutnya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga publikasi ini dapat diterbitkan diucapkan terimakasih. Semoga publikasi ini bermanfaat.

Jayapura, Agustus 2014

KEPALA BPS Kota Jayapura

Drs. Parjan, M.Si NIP. 19660925 199203 1 001

Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura 2014 i

III.5 Formula Penghitungan IKK .............................................

III.5.1 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi-j

Kabupaten/Kota (TKK kab ) j ............................................................

III.5.2 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis

Bangunan/konstruksi Rata-rata Nasional (TKK nas ) j .............................................................

III.5.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis

Bangunan/konstruksi Kabupaten/Kota (IKK kab ) j 34

III.5.4 Indeks

Konstruksi Umum Kabupaten/kota (IKK Umum Kab) ....................

BAB IV ANALISIS IKK KOTA JAYAPURA

IV.1 Profil Kota Jayapura .......................................................

IV.2 Indeks Kemahalan Konstruksi ........................................

IV.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura ................. 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura 2014 iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Wilayah administrasi dan luas wilayah .............

37 Tabel 2

Indeks Kemahalan Konstruksi tahun 2010-2013 ............................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Besaran Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU

No 33 Tahun 2004 ............................................. 3

Gambar 2 Komponen Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 .................................

12 Gambar 3 Peta Kota Jayapura ............................................

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Luas wilayah dan Jumlah Kelurahan/Kampung ............................................................................

37 Grafik 2

Indeks Kemahalan Konstruksi tahun 2010-2013 ............................................................................

Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura 2014 iv

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak dan wewenang serta kewajiban daerah otonom, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada daerah tersebut. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 dan direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Sedangkan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, pemerintah mengalokasikan dana, yang dikenal dengan Dana Alokasi Umum (DAU) yang bersumber dari Pendapatan APBN sesuai UU Nomor 25 tahun 1999 yang direvisi melalui UU Nomor 33 tahun 2004 dan PP 55 tahun 2005.

DAU merupakan instrumen transfer yang bertujuan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization grant). Besaran Dana Alokasi Umum (DAU) sekurang-kurangnya adalah

25% dari total penerimaan dalam negeri netto pada APBN, untuk periode transisi dinyatakan 25.5% dan pada tahun 2008 dinyatakan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto.

Alokasi DAU murni secara efektif dilaksanakan pada tahun anggaran 2008, dan dengan diterapkannya formula DAU murni, ada kemungkinan suatu daerah mendapat DAU lebih rendah atau tidak mendapatkan DAU sama sekali, sebagai contoh apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal sama atau lebih besar dari alokasi dasar, maka hasil penghitungan DAU adalah nol atau negatif (untuk kasus DAU negatif, akan disesuaikan menjadi nol yang berarti daerah tidak menerima DAU).

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa pada sistem alokasi DAU murni, kondisi Celah Fiskal yang merupakan selisih kebutuhan fiskal terhadap kapasitas fiskal atau potensi keuangan daerah, sangat berpengaruh terhadap besaran DAU yang akan diterima oleh suatu Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Untuk itu alokasi DAU pada tahun 2008 atau alokasi DAU murni, sangat berbeda dengan pola alokasi DAU pada tahun-tahun sebelumnya.

Adapun total besar DAU secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: ( lihat gambar 1 )

Gambar 1. Besaran Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004

Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan, 2007 dalam Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, Departemen Keuangan

Komponen Dana Alokasi Umum (DAU) berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari dua komponen, yaitu Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF), dapat dirumuskan sebagai berikut:

Alokasi Dasar

Pada pasal 27 ayat 4 disebutkan bahwa alokasi dasar (AD) dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah, berbeda dengan formula DAU berdasarkan UU Nomor 25 tahun 1999 yang terdiri dari belanja pegawai dan lumpsum. Penghitungan Alokasi Dasar berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2005 didasarkan atas :

• Realisasi Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah termasuk peningkatan gaji pokok, tunjangan keluarga dan tunjangan PPh pasal 21 dengan rata-rata 15%

• Kenaikan Tunjangan Jabatan Fungsional dan Struktural •

Tingkat Pertumbuhan (Accres) 2,5% •

Gaji Bulan ke-13 •

Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Pada UU nomor 33 tahun 2004, komponen belanja hanya

belanja pegawai sipil daerah. Komponen belanja pegawai untuk masing-masing daerah (misal daerah A) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Alokasi DAU dari

komponen belanja = x

pegawai daerah A

Celah Fiskal (CF)

Celah fiskal merupakan selisih dari kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal atau potensi fiskal suatu daerah. Kebutuhan fiskal daerah secara umum menggambarkan perkiraan besarnya kebutuhan anggaran yang diperlukan oleh daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, yang diukur dengan jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Indeks Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia.

Sedangkan kapasitas fiskal merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil (DBH Pajak serta DBH SDA) yang mencerminkan kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan.

Pengalokasian DAU berdasarkan formula dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana: CF = Celah Fiskal

K b f = Kebutuhan Fiskal TBR

= Total Belanja Rata-Rata APBD

IP = Indeks Jumlah Penduduk IW

= Indeks Luas Wilayah IPM

= Indeks Pembangunan Manusia

IKK

= Indeks Kemahalan Konstruksi

IPDRB = Indeks PDRB Perkapita 

= Bobot Indeks Kpf

= Kapasitas Fiskal PAD

= Pendapatan Asli Daerah DBH Pajak = Dana Bagi Hasil Pajak DBH SDA

= Dana Bagi hHasil dari Penerimaan

Sumber Daya Alam

Sejak tahun 2008 perolehan DAU sepenuhnya berdasarkan pada penggunaan formula penghitungan DAU murni. Karena itu Kebijakan hold harmless atau alokasi DAU yang tidak boleh lebih rendah dibandingkan DAU sebelumnya, sudah tidak berlaku lagi.

Adapun untuk mengatasi kemungkinan ketimpangan kemampuan fiskal antar daerah yang terjadi, dipergunakan beberapa kemungkinan penghitungan celah fiskal :

1. Apabila Celah Fiskal positif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih besar dari pada kapasitas fiskal, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah dengan nilai Celah Fiskal.

2. Apabila Celah Fiskal sama dengan nol (CF=0) atau kebutuhan fiskal sama dengan kapasitas fiskal, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar.

3. Apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal lebih kecil dari alokasi dasar, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar dikurangi dengan nilai celah fiskal.

4. Apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal sama atau lebih besar dari alokasi dasar, maka hasil penghitungan DAU adalah nol atau negatif. Untuk kasus DAU negatif, akan disesuaikan menjadi nol yang berarti daerah tidak menerima DAU.

I.1.1 Variabel Kebutuhan Fiskal

Variabel kebutuhan fiskal suatu daerah hendaknya dapat mengakomodir kebutuhan suatu daerah, yang digunakan untuk pembiayaan program-program pembangunan fasilitas daerah Variabel kebutuhan fiskal suatu daerah hendaknya dapat mengakomodir kebutuhan suatu daerah, yang digunakan untuk pembiayaan program-program pembangunan fasilitas daerah

Indikator dari Variabel-variabel yang digunakan hendaknya mampu untuk mengakomodir kebutuhan untuk program-program pembiayaan fasilitas daerah, sehingga dapat terbentuk suatu rumusan sederhana, mudah dihitung dan dengan data yang mudah diperoleh.

Berikut variabel kebutuhan fiskal yang dugunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan penduduk/masyarakat. Pelayanan tersebut dapat meliputi beberapa aspek, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan lainnya.

Untuk membedakan kebutuhan satu daerah dengan daerah lain berdasarkan jumlah penduduk, maka dibuatlah indeks penduduk.

Indeks penduduk dihitung dengan cara: Indeks penduduk dihitung dengan cara:

2. Luas Wilayah

Daerah dengan cakupan wilayah yang luas membutuhkan pembiayaan yang lebih besar, maka dibentuklah suatu indeks untuk membedakan besaran luas wilayah tersebut. Hal tersebut yang dijadikan alasan untuk digunakannya variabel luas wilayah. Data luas wilayah bersumber dari Departemen Dalam Negeri dan Bakosurtanal. Apabila terdapat perbedaan luas daerah yang cukup besar, maka digunakan luas daerah yang memiliki tingkat densitas yang memenuhi kewajaran.

Indeks Wilayah tersebut dihitung dengan cara:

3. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan daerah dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Sebagai indikator untuk mengukur variabel kemajuan pembangunan di daerah digunakan IPM sebagai pengganti dari Indeks Kemiskinan yang telah digunakan sebelumnya.

Komponen IPM meliputi angka harapan hidup waktu lahir, indeks pendidikan yang terdiri dari angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah dan Indeks daya beli. Penghitungan masing-masing indeks memperhatikan nilai maksimum dan minimum standar UNDP.

4. Indeks Kemahalan Konstruksi

Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan terhadap harga sejumlah bahan bangunan/konstruksi, upah tukang dan harga sewa alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam bangunan tersebut.

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap TKK kabupaten/kota atau provinsi lain.

Sesuai dengan pengertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk daerah/wilayah yang berbeda pada periode waktu tertentu.

Berbeda dengan pengertian indeks periodikal yang selama ini sudah dikenal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Harga Konsumen (IHK), kedua indeks harga tersebut menggambarkan perkembangan harga di suatu daerah/wilayah pada periode waktu tertentu terhadap harga periode tahun dasar.

5. Produk Domestik Regional Bruto

Dalam penghitungan DAU PDRB yang dihitung adalah PDRB perkapita yaitu membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB perkapita merupakan ukuran untuk melihat kemajuan pembangunan suatu daerah ditinjau dari jumlah penduduk.

Gambar 2. Komponen Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004

Dana Alokasi Umum

Alokasi dasar Alokasi berdasarkan celah fiskal

pegawai fiskal

Asli daerah

Penduduk

Bagi Hasil

Indeks

Pajak

Luas Wilayah

Indeks

Bagi hasil

Pembangunan/konstruks

i Manusia Indeks PDRB

Perkapita

Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan, 2007 dalam Penyelenggaraan Pemerintah dan

Pembangunan Daerah, Departemen Keuangan

I.1.2 Variabel Kapasitas Fiskal

Variabel kapasitas fiskal mengindikasikan kemampuan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kapasitas fiskal suatu daerah diukur melalui tiga variabel yaitu pendapatan asli daerah, dana bagi hasil pajak, dan dana bagi hasil dari penerimaan sumber daya alam.

I.2 Tujuan

Tujuan utama penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tahun 2013 adalah untuk menyediakan data dasar dalam rangka kebijakan dana perimbangan 2014 dan utamanya digunakan sebagai salah satu variabel kebutuhan fiskal dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk pengalokasian tahun 2014.

Dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa IKK digunakan sebagai proksi untuk menggambarkan tingkat kesulitan geografis suatu daerah, dengan demikian semakin sulit letak geografis daerah, maka akan semakin besar pula angka Indeks Kemahalan Konstruksi-nya(IKK). Disamping itu IKK juga merupakan sumber data yang bersifat spasial yang menggambarkan perbandingan antar wilayah.

1.3 Ruang Lingkup

Terhitung mulai tahun 2010 dan selanjutnya, penentuan tahun dasar tidak lagi mengacu pada rata-rata nasional, akan tetapi mengacu pada kabupaten/kota yang memiliki nilai IKKnya paling dekat dengan nilai 100. Sesuai hasil penghitungan IKK Kabupaten/Kota pada tahun 2010 berdasarkan versi 491 kabupaten/kota, terpilih kota Samarinda sebagai kota pembanding terhadap IKK kabupaten/kota lainnya. Oleh karena itu untuk lima tahun kedepan, kota Samarinda akan menjadi kota pembanding terhadap IKK kabupaten/Kota lainnya di Indonesia.

BAB II KONSEP DAN DEFINISI

Beberapa konsep dan definisi secara umum yang digunakan dalam proses pengumpulan data dan penghitungan indeks kemahalan konstruksi (IKK) antara lain: konsep mengenai harga barang konstruksi termasuk harga sewa alat berat, pedagang besar, pedagang campuran, kegiatan konstruksi, tingkat kemahalan konstruksi, diagram timbang, dan indeks kemahalan konstruksi.

Harga perdagangan besar (HPB) adalah harga transaksi penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dilakukan oleh pedagang besar/distributor ke pedagang besar berikutnya atau kepada konsumen dalam jumlah besar (partai). Yang dimaksud dengan pengertian HPB disini adalah harga lokal gudang yaitu harga penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dijual berada di tempat/gudang penjual.

Harga pedagang campuran adalah harga transaksi barang dagangan yang dilakukan secara partai besar dan sebagian lagi dilakukan secara eceran dengan konsumen, sedangkan data yang dicatat adalah harga untuk penjualan barang dalam partai besar.

Harga produsen adalah transaksi yang terjadi antara produsen sebagai penjual dengan pedagang besar/distributor sebagai pembeli secara party/grosir. Sedangkan yang dimaksud dengan harga eceran (HE) adalah harga yang terjadi karena transaksi penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dilakukan oleh pedagang eceran ke konsumen.

HPB bahan bangunan/konstruksi adalah harga berbagai jenis bahan bangunan/konstruksi yang digunakan dalam kegiatan konstruksi dalam jumlah besar (party) yang merupakan hasil transaksi antara pedagang besar/distributor/supplier bahan bangunan/konstruksi dengan pengguna bahan bangunan/ konstruksi tersebut.

Pedagang Besar (PB) adalah pedagang/distibutor yang menjual bahan bangunan/konstruksi secara party/grosir atau dalam jumlah besar.

Pedagang campuran adalah pedagang yang dapat menjual barang dagangannya dalam jumlah besar maupun eceran. Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditas itu sendiri.

Kegiatan Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat

tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan tersebut antara lain: gedung, jalan jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan,

dan drainase, bangunan/konstruksi sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan/konstruksi pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan/konstruksi jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan bangunan/konstruksi.

bangunan/konstruksi

air

Berdasarkan KBLI 2005 yang disusun Badan Pusat Statistik yang merupakan revisi KBLI 2000, secara umum jenis bangunan/konstruksi dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu:

i. Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal, mencakup rumah dan gedung yang digunakan untuk tempat tinggal oleh rumah tangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi hotel, sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik, bangunan perdagangan, bangunan tempat pemeliharaan hewan, ternak dan unggas, banguan tempat ibadat,banguan

ii. Prasarana Pertanian meliputi pembuatan kolam pemeliharaan ikan, pintu pengendali air, bagan, percetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi, dan sejenisnya.

iii. Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan, mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang, tempat parkir, trotoar dan sejenisnya.

iv. Bangunan & Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi Mencakup Bangunan/konstruksi Pengolahan Penyaluran dan Penampungan

Limbah/Drainase, Bangunan/konstruksi

Air

Bersih/Air

Pengolahan/Penyaluran dan Penampungan Barang Migas, Bangunan/konstruksi Elektrikal, Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai, Konstruksi Telekomunikasi Navigasi Udara, Konstruksi Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, Konstruksi Sentral

Elektrikal dan Telekomunikasi Lainnya, Pembuatan/Pengeboran Sumur Air tanah, Instalasi Listrik Bangunan/konstruksi Sipil, Instalasi Navigasi Laut dan Sungai, Instalasi Meteorologi dan Geofisika, Instalasi Navigasi Udara, Instalasi Sinyal dan Telekomunikasi

Telekomunikasi,

Konstruksi

Kereta Api, Instalasi Sinyal dan Rambu - Rambu Jalan Raya, Instalasi Telekomunikasi.

v. Bangunan/konstruksi Lainnya Mencakup Bangunan/konstruksi Terowongan, Bangunan/ konstruksi Sipil Lainnya, Pemasangan Perancah, Pemasangan Bangunan/konstruksi Kostruksi Prefab dan Pemasangan Kerangka Baja, Pengerukan, Konstruksi Khusus Lainnya, Instalasi Jaringan Pipa, Instalasi Bangunan/konstruksi Sipil Lainnya, Dekorasi Eksterior,serta bangunan/konstruksi sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan dan pengerukan.

Berdasarkan asas keterbandingan penghitungan IKK, bahwa untuk setiap daerah harus mempunyai bobot nilai di setiap jenis bangunan/konstruksi, sedangkan pada kenyataannnya tidak setiap kabupaten/kota memiliki kelima jenis bangunan/konstruksi tersebut,

penghitungan IKK jenis bangunan/konstruksi dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

maka

dalam

i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, terdiri dari:

a. Kontruksi gedung tempat tinggal, meliputi: rumah yang dibangun sendiri, real estate, rumah susun dan perumahan dinas.

ii. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan terdiri dari:

a. Bangunan/konstruksi jalan, jembatan dan landasan meliputi: pembangunan/konstruksi jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar/tembok, drainase jalan, marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas.

b. Bangunan/konstruksi jalan dan jembatan kereta.

c. Bangunan/konstruksi dermaga meliputi: pembangunan/konstruksi, pemeliharaan dan perbaikan dermaga/pelabuhan, sarana pelabuhan dan penahan gelombang.

iii. Bangunan/konstruksi lainnya terdiri dari:

pembangunan/konstruksi lapangan olah raga, lapangan parkir dan sarana lingkungan pemukiman.

a. Bangunan/konstruksi

sipil,

b. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk pertanian meliputi:

- Bangunan/konstruksi pengairan diantaranya: pembangunan/konstruksi waduk (reservoir), bendungan, jaringan irigasi, pintu air, sipon dan drainase irigasi, talang, check dam, tanggul pengendali banjir, tanggul laut, krib dan vaduk.

- Bangunan/konstruksi tempat proses hasil pertanian, diantaranya bangunan/konstruksi penggilingan dan bangunan/konstruksi pengeringan.

c. Bangunan/konstruksi elektrikal meliputi: pembangkit

tenaga listrik, transmisi dan transmisi tegangan tinggi.

d. Konstruksi telekomunikasi udara meliputi: konstruksi bangunan/konstruksi telekomunikasi dan navigasi udara, bangunan/konstruksi pemancar/ penerima radar, dan bangunan/konstruksi antenna.

e. Konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, pembangunan/konstruksi

konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api.

f. Konstruksi

telekomunikasi meliputi: bangunan/konstruksi sentral telepon/telegraph, konstruksi bangunan/konstruksi

sentral

pemancar dan bangunan/konstruksi stasiun kecil.

menara

h. Instalasi listrik meliputi: pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan lemah dan pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan kuat.

i. Instalasi gas meliputi: pemasangan instalasi gas pada gedung tempat tinggal dan pemasangan instalasi gas pada gedung bukan tempat tinggal.

j. Instalasi listrik jalan k. Instalasi jaringan pipa: jaringan pipa gas, jaringan air dan

jaringan minyak. Harga sewa alat berat konstruksi adalah harga yang terjadi ketika seseorang/organisasi/institusi menyewa alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dalam periode tertentu seperti dalam waktu jam, hari, minggu, atau bulan. Satuan/unit yang digunakan dalam harga sewa ini adalah satu unit/jam.

Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi yang akan dibandingkan antar daerah, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan

Diagram Timbang atau bobot yang digunakan dalam penghitungan IKK terdiri dari diagram timbang IKK menurut kelompok jenis bangunan/konstruksi dan diagram timbang umum. Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi adalah bobot setiap jenis barang dan jasa dalam memperoleh nilai TKK masing-masing kelompok jenis bangunan/konstruksi. Diagram timbang umum adalah bobot setiap jenis bangunan/konstruksi dalam memperoleh IKK umum setelah diperoleh IKK masing- masing kelompok jenis bangunan/konstruksi.

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan Tingkat Kemahalan Konstruksi suatu kabupaten/kota terhadap kota acuan, yang mana kota Samarinda terpilih sebagai kota acuan untuk periode 5(lima) tahun kedepan terhitung sejak tahun 2010.

Berbeda dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Konstruksi (IHPB konstruksi) yang merupakan indeks periodical, IKK merupakan indeks spasial yang menunjukkan perbedaan harga antar wilayah dalam waktu yang sama.

Besar Bahan Bangunan/Konstruksi adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas bahan bangunan/konstruksi di suatu negara/daerah. Secara makro ekonomi perubahan harga bahan bangunan/konstruksi dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan. Namun berbagai faktor yang juga mempengaruhi perubahan harga bahan bangunan/konstruksi adalah faktor biaya produksi dan faktor biaya transportasi.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan/konstruksi yang merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan, dapat mengambarkan perkembangan statistik harga bahan bangunan/konstruksi di suatu daerah. Manfaat IHPB bahan bangunan/konstruksi semakin diperlukan terutama didalam penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 dan telah direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 105/PMK.06/2005 tanggal 9 Nopember 2005, serta

Data IHPB konstruksi dibuat menjadi dua bentuk penyajian, yaitu :

1). IHPB konstruksi menurut kelompok barang Jumlah kelompok jenis barang yang dihitung dalam

kelompok IHPB bahan bangunan/konstruksi adalah sebanyak 33 kelompok barang, yaitu kelompok kayu gelondongan; barang galian segala jenis; kayu gergajian dan awetan; kayu lapis dan sejenisnya; bahan bangunan/konstruksi dari kayu; cat, vernis, dan lak; aspal; hasil kilang minyak lainnya; barang-barang dari plastik; kaca lembaran; bahan bangunan/konstruksi dari keramik dan tanah liat; semen; batu split; barang-barang lainnya dari bahan bukan logam; barang-barang dari besi dan baja dasar; barang-barang dari logam dasar bukan besi; alat pertukangan dari logam; bahan bangunan/konstruksi dari logam; barang- barang logam lainnya; alat-alat berat dan perlengkapannya; mesin listrik dan pengatur listrik; perlengkapan listrik lainnya; dan aki.

2). IHPB konstruksi menurut kelompok bangunan/konstruksi. IHPB konstruksi menurut kelompok bangunan/konstruksi dibagi

dalam 5 jenis bangunan/konstruksi, yaitu :

a. Bangunan/konstruksi tempat tinggal dan bukan tempat tinggal

b. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk pertanian

c. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan

d. Bangunan/konstruksi dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi

e. Bangunan/konstruksi lainnya Selanjutnya IHPB konstruksi umum yang merupakan indeks

lima kelompok bangunan/konstruksi di atas digunakan dalam penyesuaian IKK secara nasional (inflator).

tertimbang dari indeks

ke

BAB III METODOLOGI

III.1 Paket Komoditas

Data dasar penghitungan IKK adalah harga bahan bangunan/konstruksi, balas jasa pekerja sektor konstruksi dan sewa alat berat dilakukan secara triwulanan. Harga tersebut meliputi harga 145 kualitas barang yang berasal dari 60 jenis barang, 7 jenis balas jasa pekerja dan harga sewa 6 macam alat

berat sektor konstruksi. Selanjutnya dari barang tersebut dipilih komoditas yang mempunyai nilai atau andil yang cukup besar dalam

kelompok jenis bangunan/konstruksi, serta harga barang-barang tersebut comparable

membuat

masing-masing

keterbandingan antar kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kualitas yang terpilih pada penghitungan IKK periode berjalan tidak harus selalu sama dengan tahun sebelumnya. Dalam pemilihan paket komoditas IKK, perlu diperhatikan azas pemilihan paket komoditas sebagai berikut :

atau

mempunyai

a. Comparability (keterbandingan) - Specific product description - Characteristic determining price

b. Representativeness (mewakili)

Berdasarkan azas tersebut dan sesuai perkembangan yang ada, paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2013 yaitu terdiri dari 33 jenis barang meliputi tanah urug, pasir, batu pondasi, batu bata, batako, bata ringan, batu split, seng gelombang, paku, semen Portland, besi beton, bak mandi fiber, kloset, seng plat, pipa pvc, kayu balok, kayu papan, kayu triplek/lapis, cat, tegel/keramik, genteng/atap, kaca, aspal, gypsum, kabel, bahan bangunan siap pasang dari kayu, mesin pompa, rangka baja, tangki air, lampu dan MCB.

Dan untuk balas jasa pekerja sektor konstruksi meliputi Upah Mandor, Kepala Tukang, Tukang Kayu, Tukang,Batu, Tukang Cat, Tukang Listrik dan pembatu tukang. Sedangkan untuk sewa alat berat itu sendiri meliputi: excavator, bulldozer, Skidsleer loader, tandem/vibrating roller, dump truck, compact track loader.

III.2 Diagram Timbang

Diagram timbang atau bobot terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi untuk menghitung Tingkat Kemahalan Konstruksi, sedangkan diagram timbang umum (dari data Bill of Quantity). digunakan untuk menghitung Indeks Kemahalan Konstruksi.

III.2.1 Diagram Timbang Kelompok Jenis Bangunan/Konstruksi

Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi disusun berdasarkan besarnya andil atau nilai masing-masing jenis bahan bangunan/konstruksi untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas dan digunakan untuk menghitung tingkat kemahalan konstruksi.

Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi menggunakan data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi termasuk sewa alat yang dibutuhkan atau digunakan untuk membangun 1 (satu) unit jenis bangunan/konstruksi. Jenis bangunan/konstruksi yang dimaksud terdiri dari tiga kelompok jenis bangunan/konstruksi, yaitu:

i) Bangunan/konstruksi tempat tinggal dan bukan tempat tinggal;

ii) Bangunan/konstruksi jalan, jembatan, dan pelabuhan; dan

iii) Bangunan/konstruksi lainnya. Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data table Input-Output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan kontraktor.

Sesuai dengan tujuan penyusunan IKK, maka penggunaan (kuantitas/volume) barang untuk membangun satu unit

III.2.2 Diagram Timbang Umum

Diagram timbang umum disusun berdasarkan data Bill of Quantity (BoQ) pembangunan/konstruksi fisik masing-masing pemerintah kabupaten/kota, seperti pembangunan/konstruksi gedung kantor, rumah dinas, jalan, jembatan, lapangan olah raga dan lain-lain yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota tersebut. Pengeluaran tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelompok jenis bangunan/konstruksinya, lalu dibuat persentase total

kelompok jenis bangunan/konstruksi

pengeluaran

masing-masing

terhadap total seluruh pengeluaran. Selanjutnya nilai tersebut di-update setiap tahun untuk mendapatkan nilai penimbang yang lebih representative.

tersebut

III.3 Kegiatan Pengumpulan Data

Khusus untuk barang-barang bahan bangunan/konstruksi yang menjadi paket komoditas IKK, pengumpulan data harga dilakukan di 491 kabupaten/kota di seluruh Indonesia melalui survei serentak. Sejak tahun 2010 pelaksanaan survei serentak

Responden yang menjadi sumber data pada kegiatan survei serentak terdiri dari beberapa kategori yaitu pedagang besar/distributor, pedagang campuran, produsen, pedagang eceran, dan kategori lainnya seperti: kontraktor, PT. PLN dan Dinas Pekerjaan Umum (Kimpraswil) atau instansi terkait lainnya (khususnya untuk mengumpulkan data harga sewa alat-alat berat, BoQ dan upah pekerja/jasa konstruksi).

Pemilihan responden dilakukan secara purposif dengan mengutamakan pedagang besar (PB). Jika pedagang besar tidak ada maka dipilih responden dengan urutan skala prioritas yaitu dari pedagang campuran, produsen dan pilihan terakhir yaitu pedagang eceran (PE). Sehingga jenis harga yang dikumpulkan dalam survei HPB-K ini terdiri dari harga perdagangan besar (HPB), harga produsen (HP), dan harga eceran (HE).

III.4 Identifikasi Kualitas Barang

Setelah menetapkan paket komoditas IKK 2010 dan harga bahan bangunan/konstruksi, kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan Survei Identifikasi Kualitas Barang (SIKB). Kegiatan ini dimaksudkan untuk validasi data harga dengan cara mengumpulkan data harga seluruh kualitas dari komoditas

SIKB juga digunakan sebagai dasar justifikasi untuk mendapatkan harga dengan kualitas barang yang setara, jika kualitas yang tercakup dalam paket komoditas tidak terdapat di provinsi tertentu.

III.5 Formula Penghitungan IKK

Sejak tahun 2010, penghitungan IKK tidak lagi mengacu pada rata-rata nasional dan penggunaan inflator, tetapi menggunakan kota acuan. Pertimbangan penggunaan salah satu ibukota provinsi sebagai kota acuan adalah, kota acuan dapat memberikan flexibilitas dalam penghitungan IKK apabila ada penambahan jumlah kabupaten/kota yang akan dihitung IKKnya, serta literatur tentang indeks spasial pada umumnya mengacu pada satu wilayah tertentu sebagai dasar. Oleh karena itu pada tahun 2010 telah terpilih dan ditetapkan bahwa kota Samarinda merupakan kota pembanding dalam penghitungan IKK untuk lima tahun kedepan.

Selain kota acuan metode penghitungan IKK juga mengalami perubahan yaitu dari metode eksponensial berubah

III.5.1 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi j Kabupaten/Kota (TKK kab ) j

i = jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat j = kelompok jenis bangunan (j=1,2,3) P i = harga jenis barang/bahan bangunan i Q ij = kuantitas/volume bahan bangunan i kelompok

jenis bangunan ke-j

III.5.2 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis

Bangunan/konstruksi Rata-rata Nasional (TKK n ) j

n = nasional k = kabupaten/kota (1,2,…491) j = jenis bangunan ke-j

III.5.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis

Bangunan/konstruksi Kabupaten/Kota (IKK kab ) j

n = nasional k = kabupaten/kota (1,2,…491)

j = jenis bangunan ke-j

III.5.4 Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/kota (IKK Umum Kab)

Q j = diagram timbang IKK umum kabupaten/kota kelompok bangunan j

menggambarkan perkembangan harga barang-barang yang digunakan di sektor konstruksi di Indonesia (IHPB sektor konstruksi) Februari 2010-Juni 2013

I = suatu

konstanta

yang

BAB IV ANALISIS IKK KOTA JAYAPURA

IV.1. Profil Kota Jayapura

Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 pemerintah Indonesia telah melaksanakan kebijakan tentang otonomi daerah untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial, termasuk Propinsi Papua, baik itu Provinsi Papua maupun Papua Barat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kota Jayapura yang merupakan bagian dari Wilayah Provinsi Papua, secara kewilayah Pemerintahan Kota Jayapura terbagi kedalam 5 Distrik dan 39 kelurahan/Kampung dengan

jumlah penduduk sebesar 272.544 jiwa dan luas wilayah 940 km 2 . Dari luas wilayah Kota Jayapura tersebut, lebih dari separuh luas

Kota Jayapura (61%) berada di distrik Muaratami yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea. Sedangkan distrik dengan jumlah kelurahan/kampung terbanyak berada di distrik Abepura sebanyak 11 Kelurahan/kampung terdiri dari 8 berstatus kelurahan dan 3 berstatus Kampung, seperti terlihat pada Tabel 1 dan Grafik 1 dibawah ini :

Tabel. 1.

Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Distrik

di Kota Jayapura

No Distrik/Kecamatan

Ibukota

Luas Wilayah Jumlah

(Km 2 ) Kel/Kamp (1)

Kecamatan

(4) (5) 1 Muara Tami

Skouw Mabo

155,7 11 3 Heram

Kota Baru

63,2 5 4 Jayapura Selatan

Waena

43,4 7 5 Jayapura Utara

Entrop

Tanjung Ria

Sumber: BPS Kota Jayapura 2013

Sumber: BPS Kota Jayapura 2013

Secara geografis Kota Jayapura terletak pada 137 0 .27 ’’-

0 0 141 0 .41 ’ Bujur Timur dan 1 27 ’ - 3 49 ’ Lintang Selatan, berbatasan langsung dengan Lautan Pasifik di sebelah utara dan

Kabupaten Keerom di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Jayapura di sebelah barat dan Negara Papua New Guinea di sebelah timur.

Adapun batas - batas administrasinya adalah sebagai berikut: 

Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Depapre Kabupaten Jayapura

Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten Keerom.

Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea.

Sebelah Utara berbatasan dengan Lautan yaitu lautan Pasifik.

Gambar 3. Peta Kota Jayapura

Sumber: BPS Kota Jayapura

IV.2 Indeks Kemahalan Konstruksi

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan Tingkat Kemahalan Konstruksi suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap Tingkat Kemahalan Konstruksi rata-rata nasional.

Pada umumnya perubahan besaran IKK dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1) Kesulitan geografis

2) Tingkat kemahalan harga barang / bahan bangunan, sewa alat dan balas jasa pekerja sektor konstruksi

3) Besaran realisasi anggaran (Realisasi BoQ) Untuk itu besaran nilai IKK yang telah dicapai menunjukkan, bahwa besaran nilai IKK tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor kesulitan geografis semata, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang merupakan komponen pembetuk IKK itu sendiri, seperti Tingkat kemahalan harga barang/bahan bangunan, Besaran sewa alat berat dan Besaran balas jasa pekerja sektor kontruksi, serta Besaran Realisasi Anggaran pembangunan (BoQ) itu sendiri.

IV.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura

Kota Jayapura terletak di ibukota provinsi papua, jika dilihat dari sisi sarana dan prasarana serta letak geografis, tentu saja Pemerintah Kota Jayapura memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dan lengkap dengan tingkat kesulitan geografis yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Papua.

Terlepas dari perihal tersebut diatas capaian Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kota Jayapura dapat dilihat pada Grafik 2 dibawah ini.

Grafik 2 IKK KOTA JAYAPURA TAHUN 2010 - 2013

Sumber: IKK BPS Kota Jayapura 2013

Dari Grafik 2 diatas capaian Indeks kemahalan Konstruksi Kota Jayapura tahun 2013 sebesar 170.07 turun sebesar 0.14% dibandingkan capaian pada pada tahun 2012 sebesar 197.71, IKK sebagai salah satu indikator dari 5 indikator ( Penduduk, PDRB, IPM, IKK dan Luas Wilayah) dalam pembentukan DAU, tentu saja penurunan besaran nilai IKK pada tahun 2013, akan berdampak pada besaran DAU 2014 yang diterima oleh Pemerintah Kota Jayapura.

Meskipun capaian IKK Kota Jayapura tahun 2013 mengalami penurunan, capaian IKK tersebut masih menempati rangking ke- 24 dari 29 Kabuapten/Kota se-provinsi Papua. Dengan demikian capaian tersebut masih lebih baik dibanding 5(lima) kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Waropen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Nabire dan yang terakhir adalah Kabupaten kepulauan Yapen.

Untuk itu besaran nilai IKK Kota Jayapura yang telah dicapai menunjukkan, bahwa besaran nilai IKK tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor kesulitan geografis semata, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang merupakan komponen pembetuk IKK itu sendiri, seperti tingkat kemahalan harga barang/bahan bangunan, besaran sewa alat berat dan besaran balas jasa pekerja

Perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kota Jayapura dan rangking dari tahun 2010 – 2013 secara lengkap dapat dilihat pada tabel. 2 di bawah ini:

Tabel. 2 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura

Tahun 2010 – 2013

Tahun IKK

134,62 29 Menggunakan Kota acuan Dari 29 Kab/kota di Papua

153,08 26 Dari 29 Kab/kota di Papua

197.71 20 Dari 29 kab/kota di Papua

170.07 24 Dari 29 kab/kota di papua

Sumber : Pengolahan IKK tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota Se Jawa Bali). Salatiga : Jurnal Studi Pembangunan/konstruksi Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya.

Abimanyu, Anggito. 2005. Format Anggaran Terpadu

Menghilangkan Tumpang Tindih. Bapekki Depkeu.

Khusaini, Muhammad, SE, MSS, MA. 2006. Ekonomi Publik, Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan/konstruksi Daerah.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2005 Dana Alokasi Umum.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah, Departemen Keuangan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2005 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan kabupaten/Kota.

UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

UU Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

______________. 2008.Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun 2008. Padang:Simposium Nasional Akuntansi IX.

______________. 2009.Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun 2009. Padang:Simposium Nasional Akuntansi IX.

45

Daftar Kecamatan di Kota Jayapura. http://desa-pesisir.pmd.depdagri.go.id/?bread=3209. Kabupaten Kota Jayapura. http://id.wikipedia.or./wiki/kabupaten_Kota Jayapura. Lembar Negara Tentang Pembentukan Kota Jayapura. http://id.wikisource.org/wiki/undang_undang_republik_indonesia _nomor_3_tahun_2008. Mendagri Resmikan Enam Kabupaten Baru. http://www.gatra.com/artikel.php?id=115840 Republik Indonesia. Papua Tambah Lima Kabupaten. http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&t ask=view&id=7655&itemid=684.

46

BLOK III : RESPONDEN UMUM

No Jenis Barang

Asal Barang Keterangan (1)

Kualitas Barang

Satuan

Harga per satuan/unit

1 Pasir Pasir Beton / Cor

Pasir Pasang

Pasir Urug

2 Batu Pondasi Batu Belah

Batu Gunung

Batu Kali

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

3 Batubata

Batubata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 )

100 buah

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

100 buah

4 Batako Biasa

100 buah

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

100 buah

5 Batu Split Ukuran 1 - 2 cm

Ukuran 2 - 3 cm

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

6 Semen Abu-abu Bosowa

zak

isi 50 kg Gresik

Tiga Roda

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

zak

7 Pipa PVC Maspion, kw AW, Ф 4" panjang 4 m

batang

Maspion, kw D, Ф 4" panjang 4 m

batang

Vinilon, kw AW, Ф 4" panjang 4 m

batang

Vinilon, kw D, Ф 4" panjang 4 m

batang

Wavin, kw AW, Ф 4" panjang 4 m

batang

Wavin, kw D, Ф 4" panjang 4 m

batang

Winlon, kw AW, Ф 4" panjang 4 m

batang

Winlon, kw D, Ф 4" panjang 4 m

batang

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

batang

8 Seng Plat Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm

Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm

Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm

kaki

Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm

kaki

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

m/kaki *)

9 Seng Gelombang Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm

lembar

Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm

lembar

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

lembar

10 Paku Paku Kayu 5 cm

kg

Paku Kayu 10 cm

kg

Paku Beton 5 cm

kg

Paku Beton 10 cm

kg

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

kg

11 Besi Beton (Full) Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m

batang

Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m

batang

Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m

kg

Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m

kg

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

batang/kg *)

12 Keramik Putih Polos Accura

Kualitas 1 (KW 1) Arwana

uk. ( 30 x 30 ) cm Asahi

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

13 Kayu Papan Kamper ( 2 cm x 20 cm x 4 m )

Meranti ( 2 cm x 20 cm x 4 m )

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

14 Kayu Balok Kamper ( 6 cm x 12 cm x 4 m )

Meranti ( 6 cm x 12 cm x 4 m )

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

15 Kayu Lapis Ukuran ( 0,3 x 122 x 244 ) cm

lembar

Ukuran ( 0,4 x 122 x 244 ) cm

lembar

Ukuran ( 0,5 x 122 x 244 ) cm

lembar

Ukuran ( 0,6 x 122 x 244 ) cm

lembar

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

lembar

16 Cat Tembok a. Isi 5 kg Avian

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

kaleng

17 Cat Kayu / Besi isi 1 kg Altex

Kuda Terbang

kaleng

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

kaleng

18 Kaca Polos Bening Asahi tebal 3 mm

Asahi tebal 5 mm

Mulia tebal 3 mm

Mulia tebal 5 mm

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

19 Aspal Curah Grade 60/70 Lokal

ton

Curah Grade 60/70 Impor

ton

Drum Grade 60/70 (155 kg) Impor

drum

Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal

drum

Lainnya …….………………..… (sebutkan)

BLOK V : CATATAN

………….. , ……………………….20.…… Mengetahui, Kepala BPS Kabupaten / Kota

( ………………...………….………..) NIP.

Nilai dan Persentase

Diagram Timbang Umum menurut Kelompok Jenis Bangunan

Tahun 2009 - 2010

Provinsi / Kabupaten / Kota * ) : ……………………………………..

2010 Jenis Bangunan

Nilai Persentase

(%) (1)

(%)

(4) (5) 1. Bangunan Tempat Tinggal

(2)

(3)

dan Bukan Tempat Tinggal 2. Bangunan Pekerjaan Umum

untuk Pertanian 3. Pekerjaan Umum untuk Jalan,

Jembatan dan Pelabuhan 4. Bangunan dan Instalasi Listrik,

Gas, Air minum dan Komunikasi 5. Bangunan Lainnya Total

100% * ) : coret yang tidak perlu

100%

Keterangan :

I - Usahakan untuk mendapatkan nilai dan persentase pembangunan fisik untuk setiap jenis bangunan, apabila mengalami kesulitan / terlalu lama untuk memperoleh data tersebut usahakan untuk mendapatkan persentasenya terlebih dahulu.

- Tahun 2009 adalah realisasi nilai penggunaan dan tahun 2010 adalah nilai perkiraan. II Data diperoleh dari hasil konsultasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota. III

Kelompok Jenis Bangunan terdiri dari : 1. Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal meliputi bangunan perumahan, perkantoran, rumah sakit, tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, stasiun, dll. 2. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian meliputi bangunan waduk, bendungan, embung, jaringan irigasi, pintu air, drainase irigasi, talang, check dam, tanggul, pengendali banjir, tanggul laut, dsb. 3. Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan, meliputi pembangunan jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar / tembok, drainase jalan, marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, bangunan jalan, jembatan kereta api, bangunan dermaga / pelabuhan, sarana pelabuhan dan penahan gelombang.

4. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi, meliputi pembangkit tenaga listrik, tranmisi dan transmisi tegangan tinggi, bangunan telekomunikasi dan navigasi udara, instalasi air bersih dan air limbah, pemasangan instalasi gas pada gedung, instalasi jalan raya, jaringan pipa gas, jaringan air, dan jaringan minyak.

5. Bangunan Lainnya meliputi bangunan lapangan olahraga, lapangan parkir dan sarana lingkungan dan pemukiman.

51

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SIDOARJO

0 25 27

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

KONSTRUKSI GENDER DALAM RUMAH TANGGA PADA IKLAN DI TELEVISI ( Analisis Semiotika Terhadap Iklan Bayclin, Procold dan Sharp Aquamagic )

3 45 22

KONSTRUKSI BERITA MAJALAH ELEKTRONIK TENTANG KPK VS POLRI (Analisis Framing di Majalah Elektronik Detik Edisi 165, 26 Januari – 1 Februari 2015)

1 40 16

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

HASIL UJI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA MAHASISWA BARU FMIPA TAHUN 2015 DAN ANALISA BUTIR SOAL TES DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS POINT BISERIAL

2 67 1

KAJIAN PERBANDINGAN METODE DAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN PLATFORM TANKI TIMBUN DI DERMAGA NILAM TANJUNG PERAK DENGAN SISTEM DECK ON PILEDAN REKLAMASI

5 53 36

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68

PENGARUH ALOKASI PRO-POOR BUDGET TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEBAGAI VARIABEL MODERASI DITINJAU DARI EKONOMI SYARIAH Oleh: Meri Lustianah ABSTRAK - View of PENGARUH ALOKASI PRO-POOR BUDGET TERHADAP INDEKS

0 0 14