KEBIJAKAN KEBUDAYAAN UNTUK ORANG EROPA 1901 dibentuk Komisi Purbakala (Oudheidkundige Commissie) dan membiayai restorasi candi Borobudur (1907-1911)
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN
Kebijakan kebudayaan di Indonesia lahir dalam hubungan yang kompleks antara penduduk Indonesia dan pemerintahan asing Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan secara sistemik dan intensif dilakukan pemerintah HB sejak munculnya politik etis (1900-1930) di awal abad 20 Perhatian pemerintah terhadap pendidikan di HB dimulai sejak 1848, yang secara bersamaan di negeri Belanda diberlakukan pendidikan gratis. Sejak itu secara perlahan meningkat pada periode politik liberal (1870- 1900)
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN MASA HINDIA BELANDA
Werheim yang menyebutkan adanya
penurunan kesejahteraan petani di bawah kebijakan liberal, telah menyebabkan munculnya perubahan sikap di Belanda terhadap Hindia Belanda.
Melalui tulisan dalam jurnal de Gids (1899), C.
Th. Van Deventer menulis “A Debt of Honour”
(sebuah hutang kehormatan) mengatakan bahwa Belanda berhutang kepada HB sebesar £187 juta selama peride 1867-1878 Meski politik etis mengalami kegagalan, namun telah menyadarkan Belanda bahwa tidak seharusnya memerintah HB dengan kekerasan.
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN MASA HINDIA BELANDA
Secara etnografs pemerintah HB menyusun
sekitar 20 hukum adat di Indonesia. Tugas
pemerintah kolonial adalah ‘memelihara
pengembangan organik masyarakat pribumi
dalam rangka memungkinkan mereka untuk
berkembang’ ( Gouda ).
Arnold de Kat Angelino menyebutkan bahwa
Belanda harus menghormati
‘keanekaragaman organik’ dari kehidupan
orang Indonesia dan ‘mengatur peran yang
tepat dari semua organisme individual yang
membentuk keseluruhan’KEBIJAKAN BUDAYA UNTUK ORANG EROPA
Lembaga-lembaga kebudayaan pada awalnya
dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan
untuk sanitaasi dan pendidikan.Museum menurut Bennet lebih dari sekedar alat
untuk membenarkan dominasi kulit putih Eropa
di koloni dan pembuatan kebijakan ras, gender,
dan hierarkhi kelas di dalam suatu bangsa.
1778 lahir museum Nasional Indonesia yang
menurut Paul Michael Taylor disebut sebagai
suatu lembaga yang pengumpulan dan
pengawasannya dilakukan oleh orang-orang
Eropa. Museum bagi bangsa Eropa sebagai
petunjuk kemajuan mereka
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN UNTUK ORANG EROPA
1901 dibentuk Komisi Purbakala
(Oudheidkundige Commissie) dan membiayai restorasi candi Borobudur (1907-1911)
Lembaga-lembaga non-pemerintah
(lingkaran budaya- Kunstkirengen) yang menyelenggarakan konser- konser musisi tenar Eropa, pameran lukisan orang Eropa, kesenian pribumi yang dillindungi, promosi teater, dan biskopKEBIJAKAN BUDAYA BAGI ORANG INDONESIA
1908 didirikan Commissie voor de Volkslectuur yg th. 1917 menjadi Kantor voor de
Volkslectuur sebagai lembaga yang mempelajari masalah bacaan populer.
1920 didirikan Balai Pustaka yang mengkhususkan diri pada percetakan dan penjilidan buku. Kecenderungan pem. Kolonial dengan BP:
1. Jangka panjang sebagai stndarisasi bahasa lokal (khususnya Melayu) Maier
2. Ekspresi perhatian politik etis untuk kesejahteraan sosial dengan mengubah perilaku dan atribut pribumi melalui kesusasteran Kimmen
KEBIJAKAN BUDAYA BAGI ORANG INDONESIA
Balai Pustaka merupakan sebuah
instrumen yang digunakan oleh negara sebagai kontrol atas perkembangan budaya yang disadari pasarnya tidak memadai
Merle Ricklefs, BP memiliki tugas
menerbitkan bacaan orang dewasa: karya klasik daerah,Balai Pustaka Bacaan Liar saduran/terjemahan , karya Melayu Apolitis Politis baru Moral
Tidak Bermoral Sastra yang baik Sastra dibawah standar
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Dua kelompok utama kaum nasionalis
memberikan pengaruh besar atas politik dan
kebijakan di Indonesia setelah 1927, yaitu
kelompok Sukarno (Islam, Marxisme, dan
nasionalis)dan kelompok Hatta (sosialis-
nasionalis)Awal tahun 30-an, dengan menggunakan forum
jurnal sastra Pujangga Baru, terjadi diskusi
budaya untuk pengimbang budaya gerakan
nasionalisAchdiat Miharja melalui bukunya Polemik
Kebudayaan menunjukkan adanya pernyataan-2
tentang kebanggan nasionalis dan rasa percaya
diriDEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Sutan Takdir Alisyahbana melalui tulisannya
“Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru” dalam Pujangga Baru (1935) menyatakan bahwa ke-Indonesiaan adalah produk abad 20 yang harus dibedakan dari budaya yang mendahuluinya yang disebutnya ‘pra- Indonesia’.Indonesia harus melihat budaya ‘dinamis’ Barat sebagai model.
Ia menentang upaya menghubungkan Indonesia dengan budaya pra-Indonesia yang dipandangnya sebagai penghambat perkembangan budaya. Pembersihan terhadap ke-Indonesiaan yang berbau pra-Indonesia harus dilakukan
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Sanusi Pane melalui artikel ‘Kesatuan
Indonesia’ dalam surat kabar Suara Umum
(Sep, 1935) memberikan tanggapan terhadap tulisan STA , Ia menolak adanya pembagian pra- Indonesia dengan Indonesia. Masa depan Indonesia justru bertolak dari masa lalu. Ia menolak dominasi budaya barat yang materialistis, individualisme, dan intelektual barat yang mengabaikan spiritualisme dan menundukkan alam. Budaya timur adalah bersatu dengan alam dan memelihara hal-2 yang bersifat spiriyual. Idealnya harus ada kombinasi yang seimbang antara Barat dan Timur dalam pengembangan budaya Indonesia.
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Model Sutan Takdir AlisyahbanaModel ini lebih sederhana dibanding
dengan model yang dikembangkan oleh
Sanusi PanePra Indonesia Indonesia Tradisonal Ke barat-baratan Statis
Dinamis Terikat tradisi Mudah berubah Terbelah-belah Kesatuan
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Pembagian Sanusi Pane antara
kebudayaan Barat yang seimbangTimur- Timur Barat Barat seimbang Harmoni Harmoni Kompetisi
Satu dengan Satu dengan Menundukka
alam alam n alam Teknologi Terbelakang TeknologiI. Terbelakang I.
Pengetahua Pengetahua n n Ekonomi Terbelakang Ekonomi
Spiritual & Spiritual Material
KEBIJAKAN BUDAYA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Pada awal pendudukannya, Jepang melakukan reformasi sosial dan ekonomi yang luas dalam mengejar tujuan perangnya, termasuk di dalamnya memegang kendali media massa dan melarang semua organisasi. Kurasawa, menggambarkan ciri pemerintahan sebagai ‘kombinasi antara mobilisasi dan kontrol’. Kebudayaan bagi pemerintah Jepang adalah sebagai sarana yg digunakan untuk mengendalikan penduduk dan memobilisasi kelompok dan individu untuk mempertahankan visi imperialis Jepang
KEBIJAKAN BUDAYA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Sendenbu th 1942 (Departemen
Propaganda) adalah kunci kebijakan
budaya Jepang di Jawa.
Keimin Bunka Shidosho (Pusat
Kebudayaan) th. 1943 didirikan , bertugas
mempromosikan seni tradisional
Indonesia. Orang-orang Indonesia
memimpin bagian-2 sastra, musik, seni
rupa, pertunjukan seni, dan administrasi.
Pusat kebudayaan ini juga menerbitkan
majalah tahunan ‘Kebudayaan Timur’ yang
editornya Sanusi Pane dari Pujangga BaruDAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Produksi dan distribusi propaganda berdampak
pada produksi flm, radio, media cetak, seni rupa,
teater, musik, wayang. KAMISHIBAI, diperkenalkan.
Dalam seni rupa, seniman-seniman eks Persagi
menduduki jabatan penting ( Agoes Djajasoeminto )
di bagian Seni Rupa Pusat Kebudayaan. Bagian
Seni Rupa Poetera dipimpin oleh Soedjojono.
Affandi, Kartono Yoedokoesoemo, Hendra
Gunawan, Henk Ngantunk, Muchtar Apin, Zaini-
semuanya dulu anggota Persagi- bergabung
dengan Poetera. Menurut Jim Supangkat , meski
para seniman menggunakan metode Barat, tapi
para seniman Indonesia memaknai sebagai
‘kontemporer’DAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Kontrol negara atas produksi dan distribusi
flm mengikuti yang sudah ada di Jepang.
Pilihan tontonan berubah karena banyak
didatangkan flm dari Jepang serta
rangsangan produksi flm lokal demi tujuan
propaganda.
Muhammad Yamin dan Sanusi Pane mempro-
mosikan dan mengembangkan sejarah
nasionalis yang kemudian menjadi standar
teks sej. Nasional.
1. Penggambaran masa pra kolonial dalam
kesatuan politik 2. 350 th dalam penindasan pem. BelandaDAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Sejarah Indonesia tulisan Sanusi Pane (1943) di kemudian hari menjadi Sejarah nasional baku dan strukturnya teleh direplikasi dalam banyak sejarah lokal.
Kebijakan budaya Jepang di Indonesia meskipun berhasil dilaksanakan dan dikelola, namun gagal mencapai tujuan seperti yang mereka inginkan.
Indonsia tidak menerima gagasan budaya Pan Asia atau budaya Jepang tiruan yang ‘matang’.
Namun demikian dalam jangka panjang dampak yang ditimbulkan telah menyebabkan menguatnya persatuan budaya nasional
KEBIJAKAN BUDAYA PERIODE DEMOKRASI TERPIMPIN
Gagasan dan slogan Soekarno sangat mendominasi demokrasi terpimpin sejak 5 Juli 1959. Perdebatan di parlemen berpindah pada pidato-pidatonya.
Pidatonya th 1959 (Manipol USDEK), Soekarno ingin memobilisasi rakyat Indonesia melalui ide revolusi ( Legge ) Peran Dinas Kebudayaan Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya,. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di seluruh daerah Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa
Peran Dinas Kebudayaan
Prof. Priyono , sebagai menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menjelaskan (1958) bahwa kesenian
kita haruslah kesenian nasional dalam rohnya,
tetapi dalam bentuknya bisa kesenian daerah.
Dalam demokrasi terpimpin seni yang baik
adalah ‘berkualitas tinggi’, ‘berkarakter moral’,
dan ‘nasional’
30 Oktober 1959 , DPPK mengeluarkan
pernyataan bahwa tarian barat yang tampak gila
seperti rock’n roll, cha-cha, samba, dsb. tidak
dapat diterima oleh siapapun dan dimanapun.
Sedangkan tarian barat yang dapat diterima adalah tarian balet,opera, musik kamar. Peran Dinas Kebudayaan
Sebagai ‘penyeimbang’ dipromosikan tarian
nasional seperti: lenso, saputangan, dan seram-
pang dua belas.Upaya lain yang dilakukan negara dalam rangka
menciptakan budaya nasional adalah genre
musik yang disebut Hiburan Daerah ( Lagu
berbahasa daerah, berasal dari kebudayaan
daerah diiringi musik instrumen dan nada-nada
diatonik Barat disertai dengan penampilan di
panggung musik.Negara mendorong keterlibatan Pekerja Budaya
untuk menciptakan seni realisme karena mudah
dipahami oleh para petani, pekerja, dan tentara
sebagai komponen utama pembangun bangsaPeran Dinas Kebudayaan
Organisasi terbesar seniman LEKRA (Lembaga
Kebudayaan Rakyat) dibentuk 17-8-1950,
sebagai reaksi terhadap STA tentang
modernisasi Barat dalam konferensi Budaya.
Lekra memandang seni sebagai hal yang dapat
mengangkat ketidak setaraan yang terdapat
dalam realitas sosial dan sekaligus
mempromosikan proses perubahan revolusioner
kepedulian terhadap kerakyatan/rakyat IndonesiaPeningkatan mobilisasi Lekra berlangsung
setelah konggres nasional di Solo (1959) karena
beranggapan iklim politik kondusif untuk visi
mereka, melanjutkan perjuangan melawan
kolonialisme yang dimulai dengan revolusi
Perlawanan Terhadap Lekra
Melalui Manikebu (Manifes Kebudayaan) yang
dibentuk th 1963, sekelompok penulis majalah
Sastra (HB Jassin, Trisno Sumardjo, Goenawan
Muhammad, Taufi Ismail, Arief Budiman,
Wiratno Soekito) menerbitkan tantangan
terhadap Manipol Soekarno sebagai dasar kehidupan kebudayaan nasional.
Pandangan humanistis universal dan komitmen
terhadap kebebasan artistik yang bertentangan
dengan Lekra telah menyebabkan kelompok ini
sejak Mei 1964 dinyatakan sebagai kelompok
terlarang oleh Soekarno karena dianggap telah melemahkan semangat revolusi. Perlawanan Terhadap Lekra
Lekra yang berafliasi dengan PKI telah mengilhami partai-partai politik lain mendirikan organisasi budaya mereka sendiri. PNI Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN).
1959 yang dipimpin Sitor Situmorang . Visi sejalan dengan Lekra NU Lembaga Seniman Budayawan Muslim
Indonesia (Lesbumi).1962. Pendirinya adalah para tokoh industri flm ( Djamaludin
Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani ) visi
ekplorasi budaya Indonesia dari perspektif Islam