Implikatur Percakapan Pada Wacana Kartun

Implikatur Percakapan Pada Wacana Kartun Sukribo
di Surat Kabar Harian Kompas
Oleh: Iman Santoso
Program Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana – UPI Bandung
e-mail: iman.sant@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implikatur percakapan yang
ada pada wacana kartun Sukribo berdasarkan prinsip kerja sama dan maksim percakapan dari
H.P Grice. Sumber data berasal dari kartun Sukribo yang terbit di surat kabar harian Kompas
edisi minggu dari bulan September hingga Desember 2012. Desain penelitian yang digunakan
adalah desain penelitian deskriptif kualitatif. Wujud data yang dianalisis adalah tuturan yang
ada dalam wacana kartun Sukribo. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik catat
memakai kartu data. Data yang terkumpul dipilah dan dikategorisasikan berdasarkan bentuk
penyimpangan terhadap prinsip kerja sama, serta dilanjutkan dengan proses inferensi. Hasil
penelitian menunjukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kerja sama berupa penyimpangan
maksim percakapan yaitu maksim kuantitas, kualitas, relevansi dan maksim cara. Maksim
yang paling banyak dilanggar adalah maksim relevansi. Penyimpangan terhadap maksimmaksim menimbulkan implikatur percakapan yang harus dimaknai secara khusus oleh
pembaca. Penyimpangan tersebut bertujuan untuk memunculkan efek kelucuan dan
penyampaian kritik secara terselubung terhadap berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi

di Indonesia di tahun 2012.
Kata Kunci: wacana kartun, implikatur percakapan, prinsip kerja sama

PENDAHULUAN
Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki fungsi utama untuk
menyebarkan informasi. Surat kabar juga berperan dalam membentuk opini dan persepsi
masyarakat terhadap suatu realitas. Suwardi (dalam Kurniawan, 2006:13) berpendapat surat
kabar memiliki fungsi untuk menyiarkan informasi, fungsi mendidik dan fungsi
mempengaruhi.
Salah satu surat kabar di Indonesia yang memiliki pengaruh besar adalah surat kabar
harian Kompas. Saat ini Kompas memiliki oplah 507.000 dan tersebar di 33 provinsi. Pada

1

edisi hari minggu Kompas menampilkan 5 buah kartun. Salah satunya adalah kartun Sukribo.
Kartun bagi pembaca merupakan alternatif untuk mencermati dan memahami problematika
yang ada di masyarakat.
Kartun Sukribo muncul pertama kali di bulan September 2003 dan dibuat oleh seorang
kartunis bernama Ahmad Faisal Ismail dari Yogyakarta (Ahmad Faisal Ismail: berkibar
bersama Sukribo, 2011). Kartun Sukribo menampilkan hal-hal yang lucu dan bermuatan

kritik terhadap fenomena kehidupan sosial politik yang terjadi di masyarakat. Menurut
Sudarta (via Supriyadi, 2011:88), kartun adalah semua gambar humor yang lahiriahnya
bertujuan untuk mengejek. Ejekan atau kritikan yang dilontarkan dalam kartun Sukribo
disampaikan secara halus dan terselubung. Penyampaian kritik semacam ini akan membuat
pembaca „tersenyum“, jika mampu memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Meski
terselubung, kritikan yang dilontarkan Sukribo sering membuat panas telinga beberapa pihak
yang dikritik.
Maksud terselubung yang terkandung dalam kartun Sukribo merupakan implikatur
yang harus diungkap oleh pembaca. Mey (2001:45) menjelaskan bahwa implicature berasal
dari kata kerja to imply yang pada awalnya berarti “melipat sesuatu menjadi sesuatu yang
lain”, dan karena apa yang tersirat „terlipat di dalam“, maka harus „dibuka“ untuk dapat
memahaminya. Penyampaian maksud yang dilakukan secara terselubung ini merupakan
bagian dari implikatur percakapan. Dalam percakapan sehari-hari, sebuah proposisi sering
tidak disampaikan secara eksplisit dalam tuturan melainkan secara implisit. Proposisi tersebut
sering hanya dapat disimpulkan dengan merujuk pada apa yang dikatakan secara eksplisit
berdasarkan beberapa prinsip percakapan. Inilah yang disebut sebagai implikatur percakapan
(Bilmes dalam Mey, 2001:45).
Implikatur percakapan merupakan salah satu kajian dalam pragmatik. Beberapa
peneliti telah mengkaji implikatur dalam wacana humor dan kartun, seperti yang dilakukan
oleh Budiyanto (2009), Yamazaki (2010), Supriyadi (2011) dan Sudaryanto (2012). Dari

penelitian disimpulkan bahwa implikatur percakapan dari karikatur dan humor merupakan
bentuk penyimpangan maksim kerja sama dari Grice, serta prinsip kesopanan dari Leech.
Berdasarkan hal itu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana bentuk
implikatur percakapan yang terdapat dalam wacana kartun Sukribo?

2

Implikatur merupakan konsep dalam pragmatik yang dimunculkan oleh Grice. Grice
berpendapat “apa yang diimplikasikan” dan “apa yang dikatakan” merupakan bagian dari
makna penutur. Apa yang dikatakan merupakan bagian dari makna yang dapat ditentukan oleh
syarat kebenaran semantik, sedang apa yang diimplikasikan merupakan bagian dari makna
yang tidak dapat ditangkap dengan syarat kebenaran, sehingga menjadi bagian dari pragmatik
(Meibauer, 2009:365). Apa yang diimplikasikan ini merupakan implikatur. Dalam komunikasi
riil, sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari
tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan inilah yang disebut implikatur (Wijana &
Rohmadi, 2009:37). Dengan demikian implikatur dapat dikatakan sebagai makna terselubung
yang diimplikasikan oleh apa yang dituturkan. Yule (1996:61) menyebutnya sebagai makna
tambahan dari yang terkatakan.
Grice membedakan beberapa jenis implikatur, dan yang dianggap terpenting adalah
implikatur percakapan.


Bagan 1. Tipe Makna Penutur menurut Grice (Meibauer, 2009:36)
Implikatur percakapan merupakan aspek penting untuk dipahami dalam konteks
percakapan sehari-hari, karena sebuah tuturan yang mengandung implikasi tertentu tidak
dapat dipahami hanya dengan menggunakan logika formal saja. Menurut Mey (2001:46)
logika dan kehidupan sehari-hari yang alamiah tidak selalu melihat suatu hal dengan cara
yang sama. Oleh sebab itu untuk bisa memahami implikatur percakapan diperlukan
pengetahuan mengenai konteks yang menyertai sebuah peristiwa tuturan, karena makna yang
diimplikasikan tersebut tidak melekat pada makna kata secara semantis. Berbeda dengan
implikatur konvensional yang tidak harus bergantung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan

3

menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan (Yule:
1996:78).
Implikatur percakapan dapat terjadi dengan dua cara. Pertama, implikatur percakapan
khusus (Particularized conversational implicature) yaitu implikatur yang sangat tergantung
pada konteks dan tidak berasosiasi dengan bentuk linguistik tertentu. Kedua, implikatur
percakapan umum (generalized conversational implicature) yang relatif tidak bergantung

pada konteks. Implikatur ini biasanya berkaitan dengan bentuk linguistik tertentu (Meibauer,
2009:365).
Agar sebuah komunikasi bisa berlangsung lancar, para peserta tutur harus bersikap
kooperatif serta memperhatikan seperangkat asumsi. Penutur dan mitra tutur harus
menjalankan prinsip kerja sama dan mematuhi maksim percakapan (Meibauer, 2008: 24).
Implikatur percakapan akan muncul jika penutur melakukan penyimpangan terhadap prinsip
kerja sama dan maksim percakapan tersebut. Meskipun terjadi penyimpangan, peserta tutur
dapat memperhitungkan implikatur tersebut melalui inferensi.
Perincian dari prinsip kerja sama beserta empat maksimnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Prinsip Kerja sama: Buatlah kontribusi percakapan anda seperti yang diminta, pada tahap dimana
percakapan tersebut terjadi, dengan maksud atau arah pertukaran pembicaraan yang bisa diterima
dimana anda terlibat di dalamnya.
Maksim
Kuantitas

Buatlah kontribusi anda seinformatif seperti yang diminta (untuk tujuan
pertukaran)
Jangan memberi kontribusi lebih informatif dari yang diminta


Kualitas

Upayakan untuk memberikan kontribusi yang benar:
1. Jangan mengatakan apa yang anda yakini salah
2. Jangan katakan sesuatu jika anda tidak memiliki bukti yang cukup

Relevansi /Relasi

Relevanlah

Cara/Pelaksanaan

Sampaikan dengan jelas:
1. Hindari ungkapan yang tidak jelas
2. Hindari ketaksaan
3. Buatlah secara singkat (jangan bertele-tele)
4. Buatlah secara runtut

Tabel 1. Prinsip Kerja sama dan Maksim Percakapan dari Grice (Meibauer, 2008:25)
4


Implikatur percakapan memiliki beberapa sifat. Pertama, implikatur percakapan dapat
direkonstruksi kembali dengan bantuan makna kata pada kalimat yang terucapkan, prinsip
kerja sama dan maksim-maksimnya serta melalui bantuan konteks. Kedua, implikatur
percakapan hanya dapat muncul pada konteks tertentu. Dengan kata lain, kemunculannya
sangat tergantung pada konteks dimana ia berada. Ketiga, implikatur dapat dibatalkan. Hal ini
berarti, pada konteks yang sama sebuah implikatur dapat digantikan dengan ujaran lain tanpa
menimbulkan efek yang kontradiktif (Meibauer, 2008:31-32).
Dalam wacana kartun diduga terjadi banyak penyimpangan. Salah satu faktor
penyebabnya adalah hakikat kartun itu sendiri yaitu gambar, sketsa atau ilustrasi yang
menekankan parodi, humor, dan komedi, bahkan sindiran atau satir (Ferdinand, 2011). Humor
atau sindiran tersebut disampaikan secara tidak langsung atau terselubung.
Selain itu wacana kartun hanya memperoleh ruang yang sedikit di surat kabar. Kartun
Sukribo setiap kali terbit rata-rata terdiri atas 2 hingga 4 adegan. Dalam ruang yang sempit
tersebut, kartunis harus dapat menyampaikan hal-hal yang lucu, sekaligus kritik. Kartunis
seolah „dipaksa“ untuk menyampaikan maksud (kritik) secara terselubung dan dikemas dalam
format yang menimbulkan kelucuan untuk pembaca. Jalan yang diambil oleh kartunis adalah
dengan

melakukan penyimpangan terhadap prinsip kerja sama untuk memunculkan


implikatur. Kelucuan dalam wacana kartun – berdasarkan teori humor - dikembangkan dari
konsep ketidaksejajaran (incongruity) dan pertentangan (conflict) (Wijana dalam Budiyanto
2009). Menurut McGhee (via Lili, 2012) ketidaksejajaran adalah“something unexpected, out
of context, inappropriate, unreasonable, illogical, exaggerated and so forth”.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah satuan lingual dalam pertuturan pada wacana kartun
Sukribo. Kartun yang diambil sebagai sampel penelitian adalah kartun Sukribo di surat kabar
harian Kompas edisi minggu dari bulan September hingga Desember 2012. Keseluruhan
berjumlah 17 gambar kartun.
Dalam Penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Data yang
dianalisis adalah semua peristiwa tuturan yang ada dalam wacana kartun Sukribo. Tujuannya
adalah mengungkap implikatur percakapan yang digunakan oleh kartunis untuk melakukan
kritik dan memunculkan efek kelucuan.

5

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human
instrument. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik catat
menggunakan kartu data. Kartu data terdiri atas dua bagian yaitu bagian deskripsi dan bagian

refleksi.
Kerangka yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik deskriptif. Pertama,
data yang terkumpul akan dipilah dan dikategorisasikan berdasarkan bentuk penyimpangan
terhadap prinsip kerja sama dan maksim percakapan. Langkah berikutnya adalah melakukan
inferensi terhadap implikatur percakapan. Untuk melihat peristiwa yang terjadi di masyarakat
yang terkait dengan konteks situasi dalam wacana kartun Sukribo dilakukan penelusuran
berita di media online. Hal ini perlu dilakukan mengingat kartun merupakan hasil refleksi
pemikiran sang kartunis terhadap suatu kejadian. Validitas data diperoleh dengan
menggunakan validitas semantik berupa pemaknaan satuan-satuan lingual yang mengandung
implikatur percakapan. Reliabilitas data diperoleh melalui teknik intra-rater yaitu dengan baca
dan kaji secara berulang-ulang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wacana kartun Sukribo yang terbit tiap minggu merupakan hasil refleksi dari sang
kartunis atas pengamatannya terhadap kehidupan sosial politik di Indonesia. Tokoh utama
dalam kartun ini adalah Sukribo, Ridwan dan pak Lurah. Ketiganya digambarkan tinggal di
suatu kampung yang dipimpin oleh pak Lurah. Penggambaran sebagai rakyat biasa sangat
tampak dari penokohan mereka. Potret kehidupan rakyat biasa telah lama menjadi sumber
inspirasi yang tak pernah habis bagi para kartunis. Tak sedikit karya kartunis yang
menggambarkan kehidupan masyarakat golongan bawah, relasi diantara mereka maupun
dengan penguasa. Peristiwa komunikasi antara Sukribo (S), Ridwan (R), pak Lurah (PL) dan

warga lainnya yang digambarkan dalam wacana kartun Sukribo banyak mengandung hal-hal
yang menggelitik, dan kritik.
Kelucuan dan kritikan ini merupakan implikatur percakapan khusus yang harus diurai
oleh pembaca, karena untuk memahaminya diperlukan pengetahuan khusus mengenai konteks
yang ada di masyarakat. Konteks tersebut terkait dengan peristiwa politik, hukum, dan sosial
di kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut ini disampaikan bentuk penyimpangan
terhadap prinsip kerja sama dan maksim percakapan dari Grice yang memunculkan implikatur
percakapan.
6

Penyimpangan terhadap Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menuntut penutur untuk memberikan kontribusi dalam sebuah
peristiwa komunikasi seinformatif seperti yang diminta dan tidak memberikan kontribusi yang
lebih informatif dari yang diminta. Penyimpangan terhadap maksim ini akan memunculkan
implikatur percakapan. Hal ini ditemukan dalam kartun Sukribo edisi 9 September 2012 yang
berjudul “GABPENSI”.

Gambar 1. Kartun Sukribo edisi 9 September 2012
A : Ridwaan. Buset dah, susah banget nyari kamu ini, hedew dah jadi pengusaha makmur, sibuk
bangeet.

R : Hoiii Aliii… Pengusaha apaa… Aku tuh cuma pengacara, pengangguran banyak acara…!!
+> meski tidak bekerja, R memiliki banyak kegiatan.
S : Heh, jangan sembarangan ngomong kamu ndut, menghina pengacara nganggur
kamuuu…pelecehan profesi itu…Bisa dituntut kamu!!
+> Seorang pengacara dapat menuntut seseorang karena ucapannya dianggap melecehkan profesi
pengacara
A : ?!
R : ?!

GABPENSI merupakan singkatan Gabungan Pengacara Sensi. Akronim ini
diciptakan oleh kartunis untuk merujuk pada situasi yang terjadi beberapa lalu, ketika banyak
pengacara yang menjadi penasehat hukum para koruptor tersinggung atas pernyataan Wakil
7

Menteri KEMENHUM Denny Indrayana melalui twitter. Hal ini kemudian dilaporkan oleh
O.C Kaligis ke Polda Metro Jaya, karena pernyataan Deny dalam akun twitternya dianggap
telah

melecehkan

profesi

pengacara

(periksa

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/08/24/m98eo1-oc-kaligis-laporkanwamenkumham-ke-polda-metro-jaya-ada-apa).
Konteks yang muncul dalam kartun adalah pertemuan antara Ridwan (R) dan Ali (A)
yang sudah lama tidak berjumpa. R membantah pernyataan A yang menyatakan bahwa ia
telah menjadi pengusaha. R mengatakan, bahwa dia hanya menjadi pengacara yang
merupakan singkatan pengangguran banyak acara. Di sini R melakukan penyimpangan
terhadap maksim kuantitas karena ia memberikan informasi yang lebih dari yang diminta
mitra tutur. Dia sebenarnya cukup dengan menyatakan: Aku belum jadi pengusaha, atau aku
masih menganggur. Dari tuturan R yang menyatakan bahwa dia adalah seorang Pengacara,
pengangguran banyak acara memunculkan implikatur bahwa meski dia seorang yang tidak
memiliki pekerjaan, namun tetap memiliki banyak kegiatan.
Pada saat yang bersamaan Sukribo (S) menimpali agar R hati-hati dalam memberikan
pernyataan karena bisa dianggap melecehkan profesi pengacara dan bisa dituntut. Pernyataan
S ini merupakan penyimpangan terhadap maksim relevansi, karena pernyataan S tidak relevan
dengan konteks pembicaraan antara R dan A mengenai R yang sampai saat ini masih
menganggur.
Penyimpangan terhadap Maksim Kualitas
Jika maksim kuantitas berkaitan dengan kadar atau jumlah informasi yang diberikan
oleh penutur, maka maksim kualitas mewajibkan penutur untuk memberikan kontribusi yang
benar dengan cara (1) jangan mengatakan apa yang anda yakini salah dan (2) jangan
mengatakan sesuatu jika anda tidak memiliki bukti yang cukup. Penyimpangan terhadap
maksim kualitas tampak pada wacana kartun Sukribo edisi 18 November 2012 yang berjudul
“Cuma Kurir”.

8

Gambar 2. Kartun Sukribo edisi 18 November 2012.
P

: Pak Lurah...tolong nenek kamiii, dia ditangkap polisi gara-gara ngambil ketela rambat. Toloong pak
Lurah kami mohon

PL : Tapi dia emang mencuri kan…?
P

: memang nenek khilaf, tapi itu semua karena kami 2 hari nggak punya nasi untuk dimakan, sungguh

S

: (berbisik pada Ib) ssst salah..! Jangan bilang gitu…!! Bilang kalau nenek kalian cuma kurir
narkoba…nanti diampuni..!

+> ada terpidana kasus narkoba yang diberi ampunan karena ia dianggap hanyalah seorang kurir narkoba,
sedang pencuri ubi jalar tidak akan diampuni
.

Situasi dalam kartun memperlihatkan seorang perempuan (P) yang memohon
pertolongan pada PL (Pak Lurah), karena neneknya ditangkap polisi. Si nenek ditangkap
karena dituduh mencuri ubi jalar. Motif tindakan pencurian itu menurut P, karena sudah dua
hari mereka tidak punya nasi untuk dimakan. S lalu menyarankan pada P untuk tidak
memberikan alasan seperti itu. Seharusnya P membuat permohonan yang menyatakan bahwa
nenek hanya seorang kurir narkoba. Alasan ini akan membuat nenek diberi ampun,
ketimbang alasan tidak punya nasi. Pernyataan S merupakan penyimpangan maksim kualitas,
karena S sebagai penutur menyatakan sesuatu yang tidak didukung data yang sahih. Tidak

9

semua kurir narkoba diberi ampunan. Dengan kata lain S menuturkan sesuatu yang belum
tentu benar.
Apa yang digambarkan dalam kartun tersebut erat kaitanya dengan pemberian grasi
yang diterima seorang terpidana kasus narkoba. Pada bulan November 2012 presiden SBY
memberikan grasi kepada Meirika Franola, karena dianggap hanya sebagai kurir sindikat
narkoba

sehingga

layak

diberi

grasi

(Periksa

http://nasional.kompas.com/read/2012/11/16/06202611/Grasi.Minus.Garansi).
Penyimpangan terhadap Maksim Relevansi
Maksim relevansi menuntut penutur untuk menyampaikan informasi yang relevan
dengan konteks tuturan. Penyimpangan terhadap maksim relevansi dapat dilihat pada kartun
edisi 11 November 2012 berjudul “bagi tugas BUMN”.

Gambar 3. Kartun Sukribo edisi 11 September 2012
S

: Sini Pras, emakmu kan lagi sakit, ayo bantu mencuci, yuk bagi tugas. Om Kribo yang ngucek dan
nyikat, Pras yang meresin yaa..!!

P

: Om Kribo yang ngucek yaaa, Pras yang jadi anggota DPR.

+> Anggota DPR juga melakukan pekerjaan memeras.

Situasi dalam kartun memperlihatkan S yang sedang mencuci baju karena ibunya Pras
(P) sakit. S mengajak P untuk bagi tugas membantu menyuci baju. S bertugas mengucek dan
10

menyikat baju, sedang P bertugas memeras baju yang sudah disikat. P menyetujui usulan S
dengan menegaskan bahwa S yang mengucek baju. Namun P membuat pernyataan lanjutan
yang melanggar maksim relevansi yaitu dengan mengatakan Pras yang jadi anggota DPR,
padahal tugas P adalah memeras baju. Tugas anggota DPR tentu tidak terkait sama sekali
dengan memeras baju. Frasa anggota DPR yang dikaitkan dengan tugas P memeras baju
mengimplikasikan adanya anggota DPR yang diindikasikan berperilaku seperi P yaitu
memeras, namun yang diperas BUMN. Konteks tersebut terkait dengan tindakan Menteri
BUMN Dahlan Iskan yang melaporkan duganan mengenai beberapa anggota DPR yang
memeras

BUMN

ke

Badan

Kehormatan

DPR

(Periksa

http://news.detik.com/read/2012/11/05/133741/2081677/10/dahlan-iskan-juga-akan-laporkananggota-dpr-pemalak-ke-kpk)
Penyimpangan terhadap Maksim Cara
Maksim cara mensyaratkan penutur untuk menyampaikan tuturan dengan jelas, tidak
bertele-tele, ambigu dan disampaikan secara runtut. Penyimpangan terhadap maksim ini
ditemukan pada kartun edisi 9 Desember 2012 berjudul “beda urusan”.

Gambar 4. Kartun Sukribo edisi 9 Desember 2012

11

S : Aduh Wan…
R : Kenapa..??
S : Aku harus ke belakang nih…Perutku mules bangeeet…
R : Jangan…!!
R : Ada yang ngantuk saat pak Lur pidato aja kena tegur, apalagi kamu mau pergi
S : Ufff…tenang aja aku tahu caranya…
S : Pak Lurah..maaf saya mohon ijin mau pamit korupsi sebentar.
+> S yakin akan diperbolehkan meninggalkan forum karena ijin untuk melakukan korupsi lebih
bisa diterima oleh pak Lurah.
PL: (Wajah memerah, dan terkejut)

Presiden SBY saat berpidato di beberapa kesempatan pernah menegur pendengarnya
karena ada yang mengantuk. Hal ini pernah pula terjadi saat berpidato dihadapan anak-anak.
(periksa http://www.merdeka.com/peristiwa/saat-pidato-sby-pernah-tegur-perwira-tni-hinggaanak-anak.html). Kartun ini tampaknya terinspirasi dari peristiwa itu.
Dalam kartun terlihat PL sedang berpidato. S yang ada diantara pendengar tiba-tiba
ingin ke WC karena sakit perut. R melarangnya karena pendengar yang mengantuk ditegur,
apalagi akan meninggalkan forum pertemuan. S bersikukuh akan meninggalkan forum, karena
ia memiliki cara tepat untuk pamit. Ia memberikan tuturan mohon ijin mau pamit korupsi
sebentar. Kontribusi dari S ini merupakan penyimpangan maksim cara, karena maknanya
kabur dan tidak ada seorangpun yang minta ijin untuk korupsi. Hal ini memunculkan
implikatur yaitu S berkeyakinan alasan meninggalkan forum karena akan melakukan tindakan
korupsi lebih bisa diterima oleh PL, ketimbang ijin akan ke WC karena sakit perut, dan tidak
akan ditegur seperti ketika PL menegur peserta yang mengantuk saat mendengarkan pidato
PL.
SIMPULAN
Wacana kartun Sukribo merupakan hasil refleksi pemikiran pembuatnya terhadap
fenomena yang terjadi di masyarakat. Isinya sebagian besar merupakan kritik yang dibungkus
dengan kejenakaan. Tuturan-tuturan yang ada di dalamnya banyak memunculkan implikatur
12

percakapan sebagai akibat dari penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dan maksim
percakapan dari Grice. Maksim yang paling banyak dilanggar adalah maksim relevansi,
kemudian disusul maksim kualitas, cara dan kuantitas. Penyimpangan maksim tersebut
sengaja dilakukan oleh kartunis untuk membungkus kritik yang akan disampaikan dan
sekaligus memunculkan aspek kelucuan. Implikatur yang ada pada dasarnya merupakan kritik
terhadap perilaku pejabat yang koruptif dan mementingkan diri sendiri, sistem peradilan dan
kehidupan sosial rakyat jelata.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Faisal Ismail: Berkibar bersama Sukribo. (2011, Agustus 16) diakses dari
http://roemahpelantjong.blogspot.com/2011/08/ahmad-faisal-ismail-berkibarbersama.html, pada tanggal 18 Juni 2013.
Budiyanto, Dwi. (2009). “Penyimpangan Implikatur Percakapan dalam Humor-Humor Gus
Dur“ dalam LITERA, Vol. 8, No. 2, Oktober 2009. Diakses dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/1206 pada tanggal 15
Maret 2013.
Ferdinand, Agus. (2011). „(Aspirasi) Kartun dan Karikatur sebagai Karya Jurnalistik di
Kompasiana“ dalam Kompasiana, 25 November 2011. Diakses dari
http://media.kompasiana.com/new-media/2011/11/25/aspirasi-kartun-dankarikatur-sebagai-karya-jurnalistik-di-kompasiana-416255.html pada tanggal 2
Mei 2013.
Kurniawan, Eko. (2006). Studi Analisis Isi Pemberitaan Media Massa tentang Lingkungan
Hidup dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di
Kabupaten Bangka. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana,
Universitas Diponegoro. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/15499/1/Eko_Kurniawan.pdf pada tanggal 19 Juni
2013.
Lili, Zhan. (2012) ”Understanding Humor Based on the Incongruity Theory and the
Cooperative Principle” dalam Studies in Literature and Language. Vol. 4, No.
2, 2012, pp. 94 – 98. Diakses dari
http://cscanada.net/index.php/sll/article/view/2472/0 pada tanggal 15 Maret
2013.
Mey, Jacob L. (2001). Pragmatics, an Introduction. Second edition. Oxford: Blackwell
Publishing.
Meibauer, Jörg. (2009). “Implicature” dalam Concise Encyclopedia of Pragmatics, editor
Jacob L. Mey. Oxford: Elsevier Ltd.
13

_____________ (2008). Pragmatik eine Einführung. Zweite, verbesserte Auflage. Tübingen:
Stauffenburg Verlag.
Sudaryanto. (2012) Wacana Humor Verbal Tulis Gus Dur: Kajian Sosiopragmatik. Tesis.
Program Studi Linguistik Terapan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/8438/1/COVER%20%2009706251018.pdf pada tanggal 15 Maret 2013.
Supriyadi, Slamet. (2011).“Karikatur Karya G.M Sudarta di Surat Kabar Kompas, Kajian
Pragmatik“ dalam Humaniora, Vol. 23, No. 1 Februari 2011: 87 – 97 diakses
dari http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jurnal-humaniora/article/view/1013/842
pada tanggal 15 Maret 2013.
Wijana, I Dewa Putu., & Rohmadi, Muhammad. (2009). Analisis Wacana Pragmatik, Kajian
Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka
Yamazaki, Tatsuroh. (2010) „Conversational Implicature in Stand-up Comedies” dalam Tama
Journal , Maret 2010. Diakses dari
http://repo.lib.hosei.ac.jp/handle/10114/6459 pada tanggal 15 Maret 2013.
Yule, George. (1996) Pragmatics. Penerjemah: Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

14

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52