Tugas Komunikasi Bisnis 2552014 pptx

Tugas Komunikasi Bisnis
Nama kelompok :
Andreas Susanto
Shara Tri Rejeki
Vischa Putri Adelia
Neneg Isti Kartika
Nur Fitriani
Zakia Fauziah

Soal 1 :
Perusahaan multi nasional ingin membuat
anak perusahaan di indonesia,bagaimana
cara perusahaan tersebut menangani
kebudayaan setempat?
Soal 2 :
Bagaimana cara manajer menigkatkan
kemapuan karyawannya?

Jawaban :
• Arti Penting Menjadi Multinasional
Saat ini, hampir seluruh perusahaan bisnis raksasa

memasarkan produk-produk mereka diluar batas-batas
negara asalnya. Faktanya, yang hangat dibicarakan saat ini
oleh mereka bukanlah apakah kita akan memasarkan
produk ini di negara lain melainkan lebih kepada
bagaimana kita akan memasarkannya (sebagai produk
yang sama dengan kampanye iklan “global” yang sama).
Karena kecenderungan pelaksanaan secara multinasional
maka kegiatan pemasaran saat ini memiliki istilah-istilah
baru seperti glocal, yang merujuk pada perusahaan yang
melakukan dua tipe pemasaran, lokal dan global yaitu
bahwa perusahaan tersebut dalam usaha pemasarannya
memadukan antara standarisasi dan elemen-elemen lokal
untuk mengamankan keuntungan dari kedua strategi
pemasaran tersebut (lokal dan global).

• Banyak perusahaan yang mengembangkan
berbagai strategi untuk mengambil manfaat dari
pasar bebas yang ada ini serta beragam
kesempatan ekonomi lain yang sedang
berkembang.

• Sebagai contoh Starbuck telah membuka sebuah
toko di dalam Kota Terlarang di Beijing, Cina, and
MTV Networks telah membentuk kerjasama
dengan @Japan Media untuk membangun
Saluran TV musik 24 jam berbahasa Jepang yang
baru.

• Bermacam alasan yang menyebabkan perusahaanperusahaan menjual produk mereka keseluruh dunia. Pertama,
banyak perusahaan yang telah mempelajari bahwa ketika
pasar dalam negeri telah matang, maka satu-satunya
kesempatan terpenting untuk kelangsungan masa depan
perusahaan diwakili oleh pasar luar negeri. Kenyataan ini
mendorong mereka untuk memperluas batas-batas mereka
dan mencari konsumen yang tersebar di seluruh dunia.
Terlebih lagi, konsumen diseluruh dunia, cenderung gemar
mencoba produk-produk “asing” yang terkenal di tempat yang
jauh dan berbeda.
• MEMPEROLEH EKSPOS DARI KULTUR LAIN
Dengan banyaknya kontak yang dilakukan konsumen dengan
barang-barang dan gaya hidup dari orang-orang yang tinggal

di bagian dunia yang lain, mereka mempunyai kesempatan
untuk mengadopsi cara dan produk mereka. Sebagian besar
pengamatan konsumen terhadap budaya yang berbeda
cenderung timbul dari inisiatif mereka sendiri -perjalanan
mereka, tinggal dan bekerjanya mereka di negara asing, atau
bahkan perpindahan mereka ke negara yang berbeda.

• Sebagai tambahan, konsumen dapat
memperoleh ”selera” terhadap kultur yang
berbeda dari kontak mereka dengan film asing,
teater, seni dan artefak dan, yang paling pasti,
dari pengamatan mereka terhadap produk yang
berbeda dan tidak familiar di kultur mereka
sendiri. Kategori tambahan tersebut di atas,
seringkali digunakan oleh pemasar untuk
mencari dan mengembangkan pasar mereka
dengan membawa produk-produk baru,
layanan, cara, ide dan pengalaman kepada
konsumen potensial yang berada di negara
yang berbeda serta memiliki sudut pandang

budaya yang berbeda.

EFEK NEGARA ASAL
• Ketika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, mereka
mungkin akan sampai pada pertimbangan akan asal negara produk
yang mereka pilih. Para peneliti menunjukkan bahwa konsumen
menggunakan pengetahuan mereka tentang dimana produk tersebut
di buat sebagai evaluasi pilihan pembelian mereka. Efek negara asal
ini muncul karena konsumen seringkali sadar bahwa nama
perusahaan atau merek tertentu berhubungan dengan negara
tertentu.
• Secara umum banyak konsumen menghubungkan Perancis dengan
anggur, mode busana, dan parfum serta berbagai produk kecantikan
yang lain Itali dengan pasta, perancang busana, furnitur, sepatu dan
mobil sport Jepang dengan kamera dan konsumen elektronik dan
Jerman dengan mobil, alat-alat perkakas, dan permesinan. Terlebih
lagi, konsumen cenderung mempunyai sikap atau kegemaran bahwa
barang tertentu harus dibuat di negara tertentu. Sikap ini bisa
berdampak positif, negatif atau netral tergantung pada persepsi atau
pengalaman. Sebagai contoh, seorang konsumen pada suatu negara

mungkin akan memberi nilai positif bagi suatu produk yang di buat di
negara lain (contohnya, konsumen Amerika kelas atas akan
beranggapan bahwa sebuah tas tangan Prada Itali atau sebuah jam
Rolex Swiss adalah investasi yang berharga).

• Berlawanan dengan kosumen lain yang mungkin
akan terpengaruh secara negatif ketika dia
mengetahui DVD player yang sedang dia
pertimbangkan untuk di beli di buat di negara yang
tidak dapat diasosiasikan dengan barang elektronik
yang bagus, seperti DVD player yang dibuat di Itali.
Efek negara asal seperti ini berpengaruh pada
bagaimana konsumen merangking kualitas dan
merek mana yang akhirnya mereka pilih. Walaupun
demikian, penelitian terbaru mengatakan bahwa
ketika motivasi membeli mereka sedang tinggi dan
ketika model spesifik produk tersebut sedang
mereka evaluasi (seperti menolak serangkaian
produk yang di buat di negara tertentu), penilaian
mendasar konsumen akan informasi negara asal

mungkin agak berkurang.

• Sebagai tambahan terhadap persepsi tentang
pemikiran suatu produk berdasarkan negara
pembuatnya adalah bahwa beberapa konsumen
mungkin meghentikan pembelian suatu produk dari
negara tertentu disebabkan oleh perasaan benci
mereka terhadap negara tersebut. Sebuah
penelitian tentang isu ini menemukan bahwa
konsumen yang animositi-nya (perasaan bencinya)
tinggi di RRC memiliki lebih sedikit produk Jepang
daripada konsumen yang animositi-nya rendah
(pada perang dunia ke-2, Jepang menjajah sebagian
wilayah Cina). Meskipun beberapa konsumen Cina
mungkin memutuskan bahwa Sony adalah merek
berkualitas tertinggi(atau persepsi dari produk itu
sendiri mungkin sangat positif), mereka walau
bagaimanapun juga menolak membawa produk
yang di buat di Jepang ke rumah mereka.


• Orang Amerika umumnya dapat menerima produk-produk
yang di buat oleh negara lain. Meskipun pada akhir
dasawarsa 80an ada konsumen yang lebih menyukai
Honda yang di buat di Jepang daripada model yang sama
tetapi di buat di USA tetapi saat ini umumnya mereka
bersikap asal itu Honda tidak masalah dimanapun produk
itu di buat.
• Analisis Konsumen secara Lintas Budaya
Untuk menentukan bagaimana memasuki pasar di luar
negeri, pelaku pasar perlu mengadakan suatu bentuk
analisis konsumen secara lintas budaya (cross cultural
consumer analysis). Analisis konsumen secara lintas
budaya ini adalah usaha untuk menentukan derajat
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih negara.
Analisis tersebut dapat menyediakan pemahaman terhadap
karakteristik psikologis, sosial, dan budaya konsumen yang
menjadi target bagi pelaku pasar, sehingga mereka dapat
mendesain strategi pemasaran yang efektif.

• PERSAMAAN DAN PERBEDAAN INDIVIDU

Pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan yang
ada pada negara – negara sangat penting bagi pelaku
pasar multinasional yang harus menyusun strategi yang
tepat untuk meraih konsumen di suatu negara yang
spesifik. Semakin banyak persamaan antara satu negara
dengan negara lain, maka pelaku pasar juga cenderung
memakai strategi pemasaran yang hampir sama.
• Sedangkan jika kepercayaan, nilai, dan adat istiadat dari
target negara – negara jauh berbeda maka strategi
pemasaran yang lebih spesifik diterapkan. Produk yang
sama dapat mempunyai makna yang berbeda di tiap
negara. Misalnya strategi pemasaran di Indonesia yang
berbudaya kolektif, dengan extended family, dan masih
menjunjung adat istiadat akan berbeda dengan strategi
pemasaran di Amerika Serikat yang berbudaya individualis
dengan nuclear family dan terbuka terhadap perubahan.
Peraturan dan kebijakan yang berbeda menuntut pelaku
pasar untuk berhati – hati dalam mendesain suatu strategi.

• Efek Waktu (Time Effects)

Saat akan memulai usaha baru di suatu negara, yang
harus dipertimbangkan adalah pace of life (ritme hidup)
yang berbeda antara satu negara dengan negara lain.
Pace of Life dapat diartikan sebagai seberapa banyak
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu
aktivitas. Penelitian terhadap pace of life di 31 negara
yang mengukur lama jalan kaki sejauh 60 kaki, lama
petugas pos mengerjakan pembelian perangko, dan
keakuratan jam publik menemukan bahwa Indonesia
berada di urutan ke-30. Pace of life tercepat ditempat oleh
Switzerland dan yang terlambat diduduki Mexico. Strategi
pemasaran di negara – negara tersebut harus
disesuaikan. Misalnya restoran Pizza Hut di Switzerland
harus menyiapkan sajian jauh lebih cepat dibanding di
Indonesia.

• AKULTURASI ADALAH SUDUT PANDANG PENJUALAN YANG PENTING
Banyak pelaku pasar bermaksud melakukan perluasan
internasional dengan melakukan strategi yang salah dengan
percaya bila sebuah produk disukai oleh konsumen local atau

domestik, kemudian semua orang akan menyukainya. Sudut
pandang yang bias ini meningkatkan kemungkinan kegagalan
penjualan jadi menyebar. Untuk mengatasi pandangan yang
sempit dan myopic culturally, pelaku pasar harus melakukan
acculturation process. Mereka harus mempelajari yang relevan
tentang kegunaan dan penggunaan potensial produk mereka di
negara-negara asing yang menjadi target pemasaran.
• Akulturasi lintas budaya adalah proses ganda (dual process) untuk
penjual. Pertama, penjual harus mengenalkan dengan seksama
diri mereka nilai-nilai (values), kepercayaan (beliefs), dan adat
istiadat (customs) dari masyarakat yang baru untuk posisi dan
pasar yang tepat bagi produk mereka. Kedua, untuk mendapatkan
penerimaan bagi produk baru di masyarakat asing, mereka harus
mengembangkan satu strategi yang mendorong anggota
masyarakat untuk merubah atau memecahkan tradisi mereka
sendiri.

• Karakteristik Naluriah dari Analisis Lintas Budaya
Biasanya sulit bagi perusahaan merencanakan
bisnis di negara-negara asing untuk menjalankan

penelitian lintas budaya konsumen. Misalnya :
sulit di negara-negara Islam di Timur Tengah
untuk mengadaptasi penelitian pasar gaya Eropa.
Contoh di Saudi Arabia tidak diperbolehkan untuk
memberhentikan orang di jalan raya dan
perkumpulan tidak dapat dijalankan karena
kebanyakan pertemuan terdiri dari 4 atau 5
orang dikeluarkan.

• TEKNIK MENGADAKAN PENELITIAN
Dalam Lintas Budaya, beban bertambah terjadi karena
bahasa dan penggunaan kata-kata seringkali berbeda dari
satu negara ke negara lain. Masalah lain pada penelitian
perdagangan internasional menekankan pada skala
pengukuran. Di USA, 5 atau 7 poin skala mungkin sesuai,
tetapi di negara lain, 10 atau bahkan 20 poin skala,
mungkin dibutuhkan. Lebih jauh lagi, fasilitas penelitian
pelayanan lewat telepon, tersedia atau tidak tersedia di
negara-negara atau wilayah tertentu di dunia.
• Untuk menghindari masalah pengukuran penelitian, para
peneliti konsumen harus membiasakan diri mereka dengan
keterbatasan pelayanan penelitian di negara-negara yang
mereka evaluasi sebagai pasar yang potensial dan harus
mempelajari bagaimana mendesain penelitian penjualan
yang akan menghasilkan data yang berguna. Peneliti harus
ingat bahwa perbedaan budaya dapat membuat
metodologi penelitian yang “standar” menjadi tidak sesuai.

• Strategi Alternatif Multinasional : Global vs Lokal
Beberapa penjual berpendapat bahwa dunia pasar
menjadi makin dan semakin mirip dan dibakukannya
standar penjualan, oleh karena itu, menjadi makin dapat
dikerjakan dengan mudah. Contohnya : Mobil Exxon telah
mengeluarkan 150 juta dolar untuk mempromosikan
produknya, dan perusahaan menginginkan semua
advertisement untuk memiliki pandangan dan perasaan
yang sama., tanpa memperhatikan dimana 100 negara di
dunia advertisement itu akan muncul. Jelasnya, penjual
lain merasa perbedaan antara konsumen dari berbagai
negara adalah terlalu jauh untuk mengijinkan strategi
penjualan yang baku. Dalam prakteknya, tantangan dasar
untuk banyak eksekutif yang merenungkan penjualan
multinasional adalah untuk memutuskan apakah
menggunakan pembagian kebutuhan dan nilai-nilai
(shared needs and values) sebagai strategi segmentasi
atau menggunakan rintangan nasional (national borders)
sebagai strategi segmentasi.

• PEMASARAN GLOBAL YANG ADAPTIVE
Dalam membedakan strategi komunikasi pemasaran yang
menekankan pada pesan umum, beberapa perusahaan melakukan
strategi yang menyesuaikan iklan mereka dengan nilai-nilai khusus
kebudayaan. Mc Donald’s adalah contoh perusahaan yang mencoba
untuk melokalisir iklannya di tiap pasar yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda, dengan cara membuat perusahaan “glocal”.
Contohnya Ronald McDonald telah berganti nama menjadi Donald
McDonald di Jepang karena bahasa Jepang tidak mengandung bunyi
“R”. Sebagai tambahan menu McDonald di Jepang telah dilokalisir
dengan memasukkan menu sup jagung dan milkshake teh hijau. Di
Swedia McDonald’s mengembangkan bungkus baru menggunakan
ilustrasi dengan ukiran kayu dan desain yang lembut untuk menarik
minat konsumen di negara itu dimana orang di negara itu memiliki
cita rasa yang tinggi terhadap makanan dan menyukai kegiatan di
luar ruangan. Beberapa perusahaan menggunakan beberapa
kombinasi strategi. Misalnya Unilever, Playtex dan Black & Decker
telah menambah strategi global mereka dengan mengesahkan produk
mereka secara lokal. Dalam mengambil pendekatan yang adaptif,
pembuat iklan global dengan pengetahuan tentang perbedaan
kebudayaan dapat membuat pesan tambahan yang efektif untuk
menyesuaikan dengan pemasaran lokal.

• Penelitian terbaru yang dilakukan oleh advertiser asing
di China menemukan bahwa 11 persen perusahaan
menggunakan global strategi, 12 persen menggunakan
lokal strategi dan hampir 77 persen menggunakan
strategi kombinasi. Dari 7 komponen periklanan yang
telah dipelajari, bahasa lokal untuk memadukan dengan
budaya lokal telah disadari sebagai hal yang paling
penting, hal penting lainnya ialah atribut produk lokal,
model, warna iklan, humor, background pemandangan,
dan musik.
• Segmentasi Psikografik Antar Budaya 
Terdapat perbedaan sikap atau perilaku yang penting
dalam menentukan kepuasan antar konsumer yang
memungkinkan munculnya pembagian consumer
berdasarkan perbedaan kultur. Beberapa perusahaan
mungkin mendirikan strategi global branding,
sedangkan perusahaan lainnya dibentuk dengan
strategi individual/local marketing.

• Penelitian di Amerika Utara dan Selatan, Asia,
dan Eropa tentang nilai dasar motivasi yang
mendorong terbentuknya sikap dan perilaku
menghasilkan 6 kelompok global values market
segments, yaitu :
• strivers: menyukai kekayaan, status, ambisi, dan
kekuasaan. Mereka berpikir bahwa persoalan
material adalah sesuatu yang sangat penting.
• devouts: mempunyai nilai-nilai tradisional seperti
keyakinan, kewajiban, kepatuhan, menghormati
yang lebih tua. sedikit tergabung dengan media
dan tidak terlalu menyukai produk luar,
khususnya di Afrika dan Asia Tengah dan Timur.
• altruists : ekstroversion, suka masalah-masalah
social dan penyebabnya. Biasanya berpendidikan
baik, usia-usia lebih tua (antara umur 44), dan

• intimates : “people-people”, focus pada hubungan yang
akrab, bersahabat, kekeluargaan. Terdapat di England,
Hungary, Belanda, dan US.
• fun seekers : grup paling muda, menyukai sesuatu yang
menarik, petualangan, kesenangan, terlihat menarik,
menghabiskan waktu di bar dan restoran. Suka akan media
elektronik, gaya hidup global khususnya musik.
• creatives : menyukai teknologi, pengetahuan, dan belajar,
consumer terbesar pada media seperti buku, majalah, dan
Koran. Menyukai barang yang menggunakan PC dan surfing
di web.
• Kesalahan Marketing : Kegagalan dalam Mengerti
Perbedaan
• Banyak marketers yang dalam market internasional yang
tidak tahu apakah produk, pendekatan promosi, aturan
harga, atau saluran eceran yang efektif di satu negara dan
di negara lain serta mencoba menentukan perubahan
spesifik apa yang harus dilakukan untuk setiap pasar asing.

• MASALAH PRODUK
Marketers internasional seringnya menolak untuk
memodifikasi produknya untuk memenuhi
keinginan budaya lokal. Marketers Amerika yang
menjual produk makanan di Jepang seringnya
menemukan kesulitan yang akhirnya
mengharuskan mereka mengubah karakteristik
asal produknya. Contoh lain perusahaan besar
cereal Kellogg berusaha menghindari berbagai
’jebakan budaya’ yang berhubungan dengan
pasar makanan yang cross culture dalam
ekspansi internasionalnya. Sudah dipelajari
dengan hati-hati perbedaan antara orang irlandia
yang mengkonsumsi cereal paling banyak
dengan orang Perancis, Italia, dan Yunani yang
sarapannya tidak memasukkan cereal.

• Untuk mengatasi masalah ’jebakan budaya’
seperti itu maka marketers harus memastikan
dengan teliti apakah karakteristik fisik produk
mereka bisa diterima di pasar baru atau tidak.
Warna juga merupakan variabel yang penting
dalam pasar internasional, karena satu warna
yang sama sering memiliki arti yang berbeda di
budaya-budaya yang berbeda. Contohnya :
warna biru di Belanda artinya hangat, di Iran
berarti kematian, di Swedia berkonotasi dingin, di
India berarti kemurnian. Hal ini menjadi penting
karena warna produk dan kemasan harus
memberikan arti yang tepat di negara dimana
produk tersebut dipasarkan.

• MASALAH PROMOSI
• Ketika berkomunikasi dengan konsumer di berbagai
negara, pesan promosi harus konsisten dengan bahasa dan
budaya yang tepat dengan target masyarakatnya.
Contohnya : perusahaan 7-up sukses dengan tema ’uncola’
di pasar US, menjadi tidak tepat bagi banyak pasar asing
karena hal itu tidak dialihbahasakan dengan baik dengan
bahasa setempat. Belajar kesalahan dengan lebih cepat,
perusahaan multinasional seperti P&G dan Ford sekarang
bekerja keras menjadi reseptif pada nilai dan rasa yang
khusus pada pasar lokal. Tindakan cepatnya adalah
menarik sponsorshipnya pada program tv di beberapa
negara ketika seks dan kekerasan pada tv show tersebut
dinilai terlalu keras/berat.
• Nama produk dan kalimat promosi juga bisa menyebabkan
suatu masalah bagi marketers internasional. Kata ’clock’ di
Cina terdengar seperti kata ’kematian’. Chevrolet nova
tidak terjual dengan baik di Amerika Latin karena di
Spanyol kata nova berarti ’tidak berlari’.

KESIMPULAN
• Dengan banyaknya perbedaan sekarang antara sesama penduduk di
sebuah negara mudah untuk mengerti bahwa perbedaan yang besar
mungkin terjadi di antara penduduk dari negara yang berbeda,
mempunyai budaya, value, kepercayaan, dan bahasa yang berbeda. Jika
pemasaran internasional adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen
mereka harus mengerti persamaan dan perbedaan yang relevan yang
ada di antara orang-orang di negara target mereka.
• Ketika konsumen membuat keputusan pembelian, mereka tampak
menyadari negara-negara asli tempat barang yang mereka beli
dihasilkan. Konsumen seringkali punya perlakuan khusus atau bahkan
preferensi untuk produk yang dibuat di negara tertentu. Efek negara-asli
ini mempengaruhi bagaimana konsumen menilai kualitas dan terkadang
merek yang pada akhirnya mereka pilih.
• Untuk beberapa pedagang internasional akulturasi adalah dual process.
Beberapa masalah yang terjadi dalam analisis lintas budaya terdiri dari
perbedaan bahasa, pola konsumsi, kebutuhan, penggunaan produk,
kondisi social ekonomi, kondisi pemasaran, dan kesempatan penelitian
pasar. Ada kebutuhan mendesak untuk analisis lintas budaya yang
konseptual dan sistematis dalam karakteristik psikologi, social, dan
budaya mengenai kebiasaan mengkonsumsi dari konsumen asing.
Analisis ini akan mengidentifikasi meningkatnya kesempatan pemasaran
yang akan menguntungkan pedagang internasional dan konsumen target
mereka.

Jawaban no 2
• Setiap orang perlu tahu strategi permainan yang
sedang berlangsung. Saat pemain melihat
keseluruhan rencana permainan, mereka akan
dapat membuat keputusan yang lebih baik di
lapangan. Saat pekerjaan seseorang dengan jelas
berhubungan dengan objek bisnis, Anda akan
mendapat hasil yang positif. Tidak hanya target
yang tercapai, tetapi sensasi ketika melihat
rencana pekerjaan mereka akan memotivasi
pemain.

• Letakkan starters di tim spesial.
Pelatih Bill Belichick dari New England Patriots
membuat kontroversi di tahun 2012 saat dia
memenuhi tim spesialnya dengan starters.
Belichick berkata itu semua untuk meletakkan
pemain terbaik di lapangan di saat kritis, bukan
hanya di saat-saat yang penting. Sama halnya
dengan bisnis. Letakkan orang dengan performa
terbaik di proyek yang sangat kritis. Berikan
karyawan problem yang sulit untuk diselesaikan.

• Menguji kinerja.
Di sepak bola, pelatih selalu melihat rekaman
permainan, menguji setiap kinerja dan
produktivitas pemain, menilai mereka
berdasarkan sebaik apa tugas individunya
mereka selesaikan, Jika ada kesalahan, rencana
harus segera diubah sebelum permainan
selanjutnya. Dalam bisnis ini disebut pandangan
manajemen. Meski pun mereka dapat dipantau
via kolaborasi online atau pun lainnya manajer
harus mempunyai visibilitas tidak hanya untuk
mengoreksi kesalahan, tetapi juga untuk
memberi penghargaan untuk pekerjaan yang
baik. Tidak ada yang lebih mengganggu pemain
A dari pada tidak diberikan penghargaan atas
kerja keras mereka untuk tim.

• Perjelas tentang peran dan saling ketergantungan.
Jika setiap orang melaksanakan pekerjaannya dan tahu
ketergantungan perannya dengan yang lain, ini akan
membuka peluang sukses yang lebih besar. “Bermainlah
di posisi Anda” adalah nasihat yang familiar dari pelatih
dan tepat untuk diterapkan di dunia bisnis, tetapi
wirausahawan butuh untuk menambahkan “seseorang
yang dapat bekerja di kala genting”.

• Percayai pemain terbaik Anda.
Salah satu ciri dari quarterback yang hebat sepeti
Peyton Manning dari Denver Broncos adalah
kemampuan untuk dengan cepat membaca serangan
dan mengubah permainan di momen yang panas. Di
dalam bisinis, kita harus mempercayai pemain
terbaik kita dalam membuat perencanaan yang
dibutuhkan tanpa harus menengok ke pundaknya
setiap menit.