HUKUM HAK ASASI MANUSIA (2)

TUGAS
HUKUM DAN HAM
(REVIEW BOOK)

Disusun oleh :
Wahyullah A. Yusuf
NIM 8111416077
Rombel 02
Dosen : Ridwan Arifin, S.H.,LL.M

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

HUKUM HAK ASASI MANUSIA
Wahyullah A Yusuf
Nim 8111416077
wahyulaw07@students.unnes.ac.id
BAB I
Identitas Buku
Nama/Judul Buku :

Penulis/Pengarang
Penerbit
:
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman :
ISBN Buku
:

Hukum Hak Asasi Manusia
: Prof. Dr. Rahayu, S.H.,M.Hum
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
: 2015
: Semarang
: Indonesia
402
978-979-70490-6-5

Tentang Pengarang

Pengarang buku ini adalah Prof. Dr. Rahayu, S.H.,M.Hum lahir di
Semarang pada 5 Mei 1962. Menyelesaikan pendidikan dasar hingga
menengahnya di Semarang. Diawaali di SD Don Bosko Semarang, SMP Negeri 5
Semarang (1997) hingga SMA 3 Semarang (1981). Pendidikan sarjana
ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang (1985), sedang
untuk S2 di selesaikan di program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bandung (1995). Studi doktoralnya diselesaikan program Doktor Ilmu Hukum
UNDIP pada 10 April 2010. Gelar guru besar disandang sejak 1 April 2013.
Menekuni ilmu hukum dengan kekhususan Hukum Internasional dan Hak
Asasi Manusia, Rahayu selalu berusaha untuk terus mengembangkan
kemampuan keilmuannya melalui berbagai kegiatan sesuai dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Berbagai pelatihan dan kegiatan pernah di ikutinya, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Diantaranya adalah :
1. Human Rights Course di Castan Centre for Human Rights Law-Faculty of
Law-Monash University-Melbourne-Australia-pada tahun 2004.
2. Sandwich Programme di Flinders University-Adelaide-South Australiapada tahun 2008.
3. Guest researcher di Norwegian Centre for Human Rights-Oslo UniversityNorwegia-pada tahun 2009.
4. Tailor Made training mengenai Socio Legal Studies di Van Vollenhoven
institute-Leiden University-Belanda-pada tahun 2010.
Disamping aktifitasnya sebagai pengajar tetap (dosen) di fakultas hukum

Undip sejak tahun 2010 1986 dan ketua pusat studi HAM dan Hukum
Humaniter Internasional (PUSHAM-HHI) Fakultas Hukum Undip, sampai saat ini
juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar, lokakarya maupun
pelatihan, baik pada tingkat regional, nasional maupun internasional, berkaitan

dengan isu Hak Asasi Manusia. Tulisannya tersebar di berbagai jurnal ilmiah
dan media massa (Koran) berkaitan dengan isu-isu actual yang terjadi di
masyarakat.
Tentang Buku
Buku Hukum Hak Asasi Manusia ini merupakan buku cetakan ketiga
tahun 2015 dari buku yang pertama diterbitkan tahun 2010 dan buku yang
kedua diterbitkan tahun 2012. Buku cetakan ketiga tahun 2015 dengan tebal
402 halaman. Sekilas buku ini terlihat sangat sederhana yang hanya terdiri dari
5 bab. Secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab 1 berisi
tentang pengertian dan konsep dasar untuk memahami HAM, Bab II berisi
tentang sejarah perkembangan pemenuhan HAM, Bab III secara khusus
membahas tentang berbagai instrument hukum HAM Internasional dan
mekanisme pemantauannya. Bab IV membahas tentang instrument hukum
HAM nasional Indonesia. Bab V menjelaskan tentang mekanisme perlindungan
dan penegakkan HAM di Indonesia.

Buku ini membahas tentang perhatian dan perjuangan umat manusia
untuk memenuhi hak-haknya ini telah mendorong mereka untuk hidup secara
berkelompok dan berorganisasi. Pembentukan Negara adalah manifestasi
keinginan untuk hidup berkelompok guna melindungi kemanusian dari hak
asasi manusia. Serta konsep ini juga mendasari ketentuan internasional bahwa
kewajiban perlindungan dan pemajuan HAM utamanya pada Negara. Sehingga
Negara adalah pemegang kewajiban HAM warganya.

BAB II
ISI Buku
1. Pengertian dan Konsep Dasar Hak Asasi Manusia
 Istilah dan Pengertian Hak Asasi Manusia
Berkaitan dengan definisi HAM, maka sampai saat ini, masingmasing para ahli memberikan pengertian HAM yang berbeda-beda.
Namun dari berbagai pengertian secara garis besar dapat diketahui
bahwa HAM adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal
sebagai hak-hak yang melekat pada diri manusia karena hakikat dan
kodrat kelahiran manusia. Berbagai pengertian tentang HAM masih
berbeda satu sama lain, namun secara umum semua definisi terarah
pada hak-hak dasar yang secara kodrat telah melekat pada diri
manusia, bersifat universal, dimana hak-hak tersebut harus dilindungi,

dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, serta dirampas
haknya oleh siapa pun.
HAM memiliki dua dimensi yaitu dimensi moral dan dimensi
hukum. Dimensi moral dari HAM adalah hak yang tidak dapat
dipisahkan, karena hak tersebut adalah hak-hak yang dimiliki manusia
karena ia manusia dan manusia memilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
berdasarkan martabat sebagai manusia. Hak tersebut bertujuan untuk
menjamin martabat setiap manusia.
Dimensi kedua dari HAM adalah dimensi hukum, yaitu HAM yang
dituangkan dalam berbagai instrument hukum baik internasional












maupun nasional yang disusun berdasarkan dengan proses
pembentukan hukum baik ditingkat nasional maupun internasional.
Teori Hak Asasi Manusia
Gagasan tentang HAM adalah krisalisasi dari berbagai sistem nilai
dan filsafat tentang manusia dan seluruh aspek kehidupannya. Secara
umum terdapat 4 kelompok teori besar yang digunakan sebagai dasar
pemahaman HAM, yaitu :
1. Teori hukum alam/teori hukum kodrat
2. Teori hukum positif
3. Teori hukum universal
4. Teori relativisme Budaya
Prinsip Dasar HAM
Merupakan rumusan dasar dan acuan standar dalam pelaksanaan
HAM. Beberapa prinsip dasar yang menjiwai hak-hak asasi manusia
internasional dapat ditemukan disemua perjanjian internasional tentang
HAM. Prinsip tersebut tidak dapat dicabut, tidak bias dibagi, saling
bergantung dan berkaitan, kesetaraan dan non diskriminasi, partisipasi
dan kontribusi, tangguung jawab Negara dan penegakkan hukum.

Perkembangan Pemikiran HAM
Perkembangan substansi hak-hak yang terkandung dalam konsep
HAM dapat dipahami dengan menggunakan kerangka berpikir KAREL
VASAK yang menggunakan istilah generasi untuk menunjuk pada suatu
substansi dan ruang lingkup hak yang telah diprioritaskan pada kurun
waktu tertentu.
Pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM dilihat sebagai tanggung jawab Negara didalam
konteks kewajibannya terhadap warga negaranya. Dari konsep
pelanggaran HAM yang terdapat dalam instrument internasional maka
dapat dikemukakan bahwa pengertian pelanggaran HAM selalu dikaitkan
dengan elemen keterlibatan Negara, karena memang subyek
penanggung jawab HAM adalah Negara. Pelanggaran HAM dilakukan oleh
individu atau kelompok individu yang bukan aparat Negara, namun
Negara melalui aparatnya tidak melakukan tindakan apapun, baik
preventif maupun reseptif.
Kewajiban Negara
Berbagai macam hak dan kewajiban sebagai manifestasi prinsipprinsip HAM yang dirumuskan dalam berbagai instrument hukum
menempatkan HAM sebagai sekumpulan hak yang bersifat normatif yang
harus di implementasikan dan dijamin pelaksanaannya.


2. Sejarah Perkembangan Pemenuhan Hak Asasi Manusia
 Sejarah Pemenuhan HAm
Hak Asasi Manusia bermula dari sebuah gagasan bahwa manusia
tidak dapat diperlakukan semena-mena oleh kekuasaan, karena manusia
memiliki
hak
alamiah
yang
melekat
pada
dirinya
karena
kemanusiaannya. Prinsip dasar perlindungan HAM ini adalah kebebsan
individu namun pengutamaan individu disini tidak bersifat egoistik,
karena penyelenggaraan HAM terjadi dalam prasyarat social bahwa
kebebasan individu selalu dipahami dalam konteks penghormatan hak
individu lain.
 Perkembangan HAM dalam hukum Internasional




Perkembangan HAM internasional sepanjang abad 19 itu terus
berlanjut pada abad ke 20, yaitu dengan adanya gerakan penghapusan
perbudakan yang dilandasi oleh motif kepedulian kemanusiaan yang
besar. Puncaknya adalah ketika liga bangsa bangsa mengesahkan
konveksi penghapusan perbudakan dan perdagangan budak tahun 1926.
Perkembangan HAM di indonesia
Perbincangan mengenai HAM menjadi bagian penting dalam
pemikiran beberapa tokoh yang memperjuangkan harkat dan martabat
manusia yang lebih baik dinegeri ini. Pemikiran inilah yang menjadi spirit
dalam berbagai perdebatan yang berlangsung di rapat-rapat Badan
Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada BPUPKI
terjadi benturan pemikiran tentang Negara dan posisi Negara terhadap
HAM. Secara umum terdapat perbedaan yang berbeda, yaitu Soekarno
dan Supomo yang menolak pencantuman hak tersebut dalam UUD,
sedangkan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin yang bersikeras
menuntut dicantumkannya hak warga Negara tersebut dalam pasal
Konstitusi.


3. Instrumen Hukum Internasional Hak Asasi Manusia
Instrument HAM merupakan titik awal untuk memulai pembahasan
tentang instrument hukum HAM, karena secara signifikan sangat
mempengaruhi berbagai instrument hukum HAM modern di tingkat
internasional.
 Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia
1. Universal Declaration of human rights
Merupakan dokumen pengakuan internasional terhadap HAM yang
disusun oleh Komisi HAM PBB. Deklarasi yang mengindikasikan
pendapat internasional ini diterima sebagai dokumen yang mengikat
secara moral sebagai landasan dasar kemanusiaan. Hak-hak yang
disuarakan disebarkan lewat pengajaran dan pendidikan, serta lewat
langkah-langkah progresif, secara nasional dan internasional, guna
menjamin pengakuan dan kepatuhan yang bersifat universal dan
efektif terhadapnya. Hal penting yang terkandung dalam deklarasi
tersebut adalah :
 Norma dasar
 Hak-hak personal
 Prinsip interaksi antar manusia
 Kebebasan dasar dan hak sipil politik

 Hak ekonomi,social dan budaya,
 Mekanisme penegakan HAM internasional.
2. Internasional covenant on civil and political rights atau kovenan
internasional tentang hak sipil dan politik tahun 1966.
Kovenan HAM sipil dan politik ini telah diratifikasi lebih dari 144
negara, dan pemerintah Indonesia sudah meratifikasinya dengan UU
nomor: 12 tahun 2005 serta melakukan berbagai upaya untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam kovenan tersebut, antara lain dengan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat luas.
3. Kovenan Hak Ekonomi, sosial dan budaya tahun 1966
Hak yang telah diatur dalm kovenan ini adalah :
 Hak atas pekerjaan

Hak atas kondisi kerja yang layak
Hak untuk bergabung dan membentuk serikat buruh
Hak atas jaminan sosial
Hak atas perlindungan bagi keluarga
Hak atas standar hidup yang layak, termasuk hak atas pangan,
pakaian, tempat tinggal
 Hak atas kesehatan
 Hak atas pendidikan
 Hak atas kebudayaan






4. Instrumen Hukum Nasional Hak Asasi Manusia
 Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945
Pencantuman secara normative hak-hak asasi manusia dalam UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hasil amandemen yang
berhasil ditetapkan pada 18 Agustus 2000 merupakan prestasi gemilang
yang berhasil dicapai majelis permusyawaratan rakyat (MPR) pasca orde
baru, sekaligus mengakhiri perjalanan panjang bangsa ini dalam
memperjuangkan perlindungan konstitusional hak asasi manusia.
5. Mekanisme perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia
 Mekanisme perlindungan Hak Asasi Manusia Nasional
Perkembangan pengaturan HAM memberikan dampak yang sangat
luar biasa bagi Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut,
disamping melakukan proses legislasi berbagai peraturan yang berkaitan
dengan HAM, Indonesia juga membangun sistem perlindungan HAM
dengan membentuk berbagai lembaga yang diperlukan, diantaranya
adalah :
 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
 Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan
 Komisi perlindungan anak Indonesia
 Lembaga perlindungan saksi dan korban
 Mekanisme Penegakan Hak Asasi Manusia
 Pengadilan HAM Indonesia
Munculnya lembaga peradilan HAM di Indonesia dilatarbelakangi
oleh buruknya sittuasi di Timor timur pasca jajak pendapat tahun
1999. Keadaan ini menarik perhatian dunia internasional, khususnya
PBB, untuk mengambil tindakan guna memulihkan keadaan tersebut.
Diantaranya yaitu pembunuhan missal, penyiksaan dan penganiyaan,
penghilangan paksa, kekerasan berbasis gender, pemindahan
penduduk secara paksa dan pembumi-hangusan.
 Komisi kebenaran dan rekonsiliasi
KKR adalah fenomena yang timbul di era transisi politik dari suatu
rezim otoriter ke rezim demokratis, terkait dengan persoalan
penyelesaian kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan rezim
sebelumnya. Pemerintah transisi berusaha menjawab masalah
tersebut dengan mendamaikan dua kubu, yaitu kecenderungan untuk
menghukum dan untuk memaafkan upaya jalan tengah seperti ini
memang tidak sepenuhnya memuaskan semua pihak, terutama

korban, keluarga korban dan organisasi masyarakat sipil, namun
dengan cara inilah yang dapat dilakukan oleh pemerintah mengingat
kejahatan
kemanusiaan
yang
dilakukan
rezim
sebelumnya
mengandung dimensi politik, psikologis, dan hukum yang sangat
kompleks.
Dalam melaksanakan tugas, komisi mempunyai wewenang :
 Melaksanakan penyelidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
 Meminta keterangan kepada korban
 Meminta dan mendapatkan dokumen resmi dari instansi sipil
maupun militer,
 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait,
 Memanggil setiap orang yang terkait untuk memberikan
keterangan dan kesaksian,
 Memutuskan pemberian kompensasi, restitusi, rehabilitasi atau
amnesty apabila perkara sudah didaftrakan ke pangadilan HAM.

GAMBAR BUKU