PROPOSAL TUGAS AKHIR - CONTO proposal jalan rigid di batam oke

  

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN

TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

PADA RUAS JALAN KARTINI/DIPONEGORO

KOTA BATAM PROV. KEPULAUAN RIAU

  

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Sipil

Universitas Jayabaya

  

Disusun Oleh

Endi Aulia Garadian

NIM : 2010731150039

  

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS JAYABAYA

2014

  

RENCANA DAFTAR ISI

ABSTRAK i PRAKATA ii DAFTAR ISI iii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN iv

  DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vi

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang

  1.2 Tujuan Penelitian

  1.3 Pembatasan Masalah

  1.4 Sistematika Pembahasan

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Fungsi dan Jenis Perkerasan Kaku

  2.1.1 Lapisan Tanah Dasar

  2.1.2 Lapisan Pondasi Bawah

  2.1.3 Lapisan Atas Beton Semen 2.2 Beban Lalu Lintas .

  2.2.1 Konfigurasi Sumbu dan Roda Kendaraan

  2.2.2 Beban Sumbu

  2.2.3 Beban Lalu Lintas Pada Lajur Rencana

  2.3 Umur Rencana

  2.4 Daya Dukung Tanah Dasar

  2.5 Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2003

  2.5.1 CBR Tanah Dasar

  2.5.2 Lalu Lintas Rencana

  2.5.3 Perencanaan Tebal Pelat

  2.5.4 Sambungan

  BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Bagan Alir Penelitian

  3.2 Lokasi Penelitian

  3.3 Pengumpulan Data

  3.4 Pengolahan Data

  BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  4.1 Data CBR

  4.2 Data Lalu Lintas

  4.3 Hasil Perencanaan Tebal Perkerasan

  4.4 Perencanaan Dimensi Sambungan

  BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan

  5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya merupakan unsur penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa dan pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa untuk mencapai Tujuan Nasional, yang hendak diwujudkan melalui serangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu serta berlangsung secara terus-menerus. Jalan merupakan prasarana perhubungan darat yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia..

  Dampak pertumbuhan lalulintas di Jalan Kartini, kota Batam, provinsi Kepulauan Riau menyebabkan kemacetan lalulintas terutama di jam –jam kerja.

  Kemacetan ini tentusaja merugikan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Jalan ini merupaka jalan Arteri yang sangat pentingyang menghubungkan kota Batam ke arah bandara kota Batam.

  Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Untuk meningkatkan kualitas dari kekuatan, kenyamanan dan ketahanan dari Jalan Arteri tersebut bagi pengguna jalan, maka perkerasan kaku adalah pilihan yang paling tepat yang dapat digunakan, disamping itu biaya pemeliharan dari perkerasan kaku lebih murah dari pada perkerasan lentur karena mempunyai umur rencana yang lebih lama.

  Perkerasan jalan merupakan komponen utama dalam konstruksi jalan raya. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Lapisan perkerasan menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan, sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut. Oleh karena itu, dalam perencanaan perkerasan jalan perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan perkerasan jalan seperti: fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang menjadi beban perkerasan jalan, sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, bentuk

  Atas dasar pemikiran tersebut, maka perlu dibuat suatu penambahan kapasitas jalan dengan membangun satu ruas jalan di sebelahnya dengan perkerasan kaku dengan Perencanaan Perkerasan kaku (rigid pavement) memakai metode Bina Marga pada ruas jalan Kartini kota Batam Provinsi Kepulauan Riau .

  1.2 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan suatu tebal perkerasan jalan yang mampu mendukung beban lalulintas jalan di ruas jalan Kartini, kota Batam Provinsi kepulauan Riau.

  1.4 Batasan Penelitian

  Untuk menyederhanakan permasalahan yang muncul selama penelitian berlangsung, maka dibuat batasan-batasan masalah yang akan dibahas. Adapun lingkup penelitian yaitu sebagai berikut:

  a. Perhitungan tebal perkerasan beton yang digunakan untuk menghitung desain perkerasan kaku adalah metode Bina Marga berdasarkan Pd T-14-2003 mengenai “Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen” yang mengadopsi dari Austroads 1992 “A Guide to the Structural Design of Road Pavements” yang merupakan acuan normatif dari metode Bina Marga.

  b. Perhitungan desain perkerasan kaku berupa tebal beton semen, ukuran ruji, batang pengikat, dan ukuran tulangan.

  c. Perhitungan desain perkerasan kaku dikhususkan untuk Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT).

1.5 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun dalam lima bab, dimana pada masing-masing bab membahas hal-hal sebagai berikut:

  Bab 1 Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan, identifikasi

  permasalahan, tujuan dan manfaat dilakukan penelitian, batasan dan ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan yang disajikan.

  Bab 2 Tinjauan Pustaka, menjelaskan landasan teori yang menjadi acuan pustaka

  pada saat penelitian. Tinjauan kepustakaan dilakukan pada buku-buku literatur dan berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung penyusunan laporan skripsi.

  Bab 3 Metodologi, berisi mengenai pendekatan atau tahapan yang digunakan

  dalam penelitian, langkah-langkah perhitungan secara manual dan dengan menggunakan program.

  Bab 4 Hasil dan Pembahasan, menjelaskan perbandingan perhitungan secara

  manual dan perhitungan dengan menggunakan program, pengujian validasi program, dan analisa menggunakan program.

  Bab 5 Kesimpulan dan Saran, menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil

  penelitian dan saran-saran dari penulis yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Perkerasan Jalan Raya

  Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk itu dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut, seperti fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan, sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk geometrik lapisan perkerasan.

  Berdasarkan bahan pengikatnya, perkerasan jalan dibagi menjadi 3 jenis:

  a. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah aspal. Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.

  lapis permukaan (surface) lapis pondasi atas (base) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade)

Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur b. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah beton semen, sehingga sering disebut juga perkerasan beton semen (concrete pavement). Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas tinggi, akan mendistribusikan beban ke tanah dasar sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari pelat beton sendiri.

  ruji (dowel) plat beton (concrete slab) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade)

Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku

  c. Perkerasan Komposit (Composite Pavement) Merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku dan lapisan perkerasan lentur di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas.

  ruji (dowel) lapis permukaan (surface) plat beton (concrete slab) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade)

Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit Terdapat beberapa perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

  Tidak terlalu besar, pemeliharaan rutin pada sambungan

  Perkerasan kaku atau sering disebut juga perkerasan beton semen adalah suatu susunan konstruksi perkerasan yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.

  (Sumber: Manu, Iqbal. (1995). Perkerasan Kaku (Rigid Pavement))

  Kekuatan konstruksi ditentukan oleh kemampuan menyebarkan tegangan oleh setiap lapisan

  7. Peranan Lapisan Kekuatan konstruksi ditentukan oleh lapisan beton, sedangkan pondasi bawah sebagai lantai kerja dan drainase

  Relatif sederhana kecuali pada sambungan Cukup rumit karena harus mengendalikan sejumlah parameter, terutama kendali temperatur

  6. Pelaksanaan Konstruksi

  Umumnya dua kali lebih besar dari perkerasan kaku

  5. Biaya Pemeliharaan

  No Perbedaan Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur

  Pada umumnya tinggi Pada umumnya lebih rendah

  Berkurang seiring dengan waktu dan frekuensi beban lalu lintas 4. Biaya Konstruksi Awal

  3. Indeks Pelayanan Tetap baik selama umur rencana

  Umur rencana 5 – 10 tahun. Kerusakan tidak merambat, kecuali jika perkerasan terendam air

  Umur rencana 15 – 40 tahun. Jika terjadi kerusakan, maka kerusakan dapat meluas dalam waktu singkat

  Ketahanan (durability)

  1. Bahan Ikat Beton semen Aspal 2.

2.2 Perkerasan Kaku

  Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Pelat beton semen memiliki sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.

2.2.1 Lapisan Perkerasan Kaku

  Lapisan-lapisan perkerasan kaku meliputi:

  a. Lapisan Pelat Beton (Concrete Slab) Lapisan pelat beton terbentuk dari campuran semen, air, agregat, dan bahan tambahan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus diuji terlebih dahulu dan harus bersih/bebas dari bahan-bahan yang merugikan (lumpur, minyak, bahan organik, dll.).

  b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) Lapisan pondasi bawah dapat berupa lean-mix concrete (campuran beton kurus), bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand

  bedding), atau bahan pengikat seperti semen, kapur, abu terbang yang

  dihaluskan. Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase. Perkerasan kaku dapat menggunakan pondasi bawah atau tanpa pondasi bawah. Beberapa alasan digunakan atau tidak digunakannya lapis pondasi bawah, dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Alasan Digunakan dan Tidak Digunakannya Subbase

  Digunakan Subbase Tidak Digunakan Subbase

  1. Tanah dasar jenuh air sehingga

  1. Tanah dasar cukup keras (tanah tidak dapat mencegah efek berbutir/pasir).

  pumping.

  2. Tanah lempung/lanau yang sulit

  2. Tanah dasar granular/berpori, mengalirkan air. mudah mengalirkan air.

  3. Pelaksanaan konstruksi tidak

  3. Selama pelaksanaan konstruksi, mensyaratkan perlunya subbase tanah dasar mudah rusak saat yang keras untuk dilalui alat dilalui alat berat. berat.

  (Sumber: Mochtar, I.B. (2002). Aspek Perencanaan Jalan Beton Semen)

  Adapun fungsi dari lapis pondasi bawah yaitu:

  • Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen sebagai lantai kerja (working platform).
  • Menaikkan nilai modulus reaksi tanah dasar (modulus of

  subgrade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).

  • Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada pelat beton.
  • Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butiran-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan, atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

  c. Tanah Dasar (Subgrade) Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar pada perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan, maupun kerataannya. Daya dukung ditentukan dengan pengujian CBR, apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) atau lapisan yang lain ( misalnya Agregat klas A ) gabungan CBR akan mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%.

2.2.2 Jenis Perkerasan Kaku

  Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan pelat beton perkerasan kaku, maka perkerasan kaku dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: a. Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) / Jointed Plain

  Concrete Pavement (JPCP)

  Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang guna mencegah retak beton. Umumnya perkerasan ini lebarnya 1 lajur dengan panjang 4 – 5 m. Perkerasan ini tidak menggunakan tulangan, namun menggunakan ruji (dowel) dan batang pengikat (tie bar).

  4 - 5 m 3-3,5 m batang pengikat sambungan memanjang

  (tie bar) sambungan melintang ruji (dowel)

  3-3,5 m

Gambar 2.4 Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)

  b. Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) / Jointed

  Reinforced Concrete Pavement (JRCP)

  Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat berkisar antara 8 – 15 m.

  8 - 15 m batang pengikat (tie bar)

  wire mesh ruji (dowel)

Gambar 2.5 Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)

  c. Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) / Continuously

  Reinforced Concrete Pavement (CRCP)

  Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi adanya sambungan- sambungan muai melintang. Panjang pelat lebih dari 75 m.

  batang pengikat (tie bar) wire mesh

Gambar 2.6 Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT)

  d. Perkerasan Beton Prategang / Prestressed Concrete Pavement (PCP) Jenis perkerasan beton semen yang menggunakan tulangan prategang untuk mengurangi pengaruh susut, muai akibat perubahan suhu dan umumnya tanpa tulangan melintang. Banyak digunakan untuk airport, apron, taxiway, runway.

  batang pengikat (tie bar) tulangan prategang

Gambar 2.7 Perkerasan Beton Prategang Komponen-komponen yang terdapat dalam perkerasan kaku meliputi:

  a. Penyalur Beban

  • Ruji (dowel)

  Merupakan sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap sambungan melintang guna menyalurkan beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi penurunan yang berarti. Batang ruji diletakkan di tengah tebal pelat.

  Penyaluran Beban = 0% Penyaluran Beban = 100%

Gambar 2.8 Ilustrasi Penyaluran Beban

  Bagian batang ruji yang dapat bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat dan dilapisi dengan pelumas serta ditutup dengan topi pelindung muai (expansion cap).

  digergaji dan diisi dengan joint sealer

Gambar 2.9 Ruji pada Sambungan Melintang

  ruji polos lapisan pelumas kemudian ditutup topi pelindung muai

  • Batang Pengikat (Tie Bar)

  Batang pengikat merupakan batang baja ulir (deformed bar) yang diletakkan tegak lurus sambungan memanjang, dengan fungsi untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal. digergaji dan diisi dengan joint sealer batang pengikat berulir

Gambar 2.10 Batang Pengikat pada Sambungan Memanjang

  pengunci batang pengikat berulir

Gambar 2.11 Sambungan Memanjang dengan Pengunci

  b. Baja Tulangan (Wire mesh) Apabila perkerasan digunakan tulangan, maka tulangan berupa anyaman kawat dilas atau anyaman batang baja. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemah, dll yang dapat mengurangi lekatan dengan beton. Tujuan utama penulangan yaitu: - membatasi lebar retak, agar kekuatan pelat dapat dipertahankan.

  • memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga meningkatkan kenyamanan.
  • mengurangi biaya pemeliharaan.

  c. Sambungan (Joint) Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan retak beton akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat beton akibat perubahan suhu dan kelembaban. Ada 2 jenis sambungan, yaitu:

  • Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint)

  Pemasangan sambungan memanjang bermaksud untuk mengendalikan

  • Sambungan Melintang (Transverse Joint)

  Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan. Apabila sambungan melintang dilaksanakan dengan cara menggergaji, maka pengerjaan sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi. Beberapa jenis sambungan melintang, yaitu: » Sambungan Susut (Contraction Joint)

  Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan suhu dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan umumnya dibuat sama.

  » Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil pengecoran lama dengan beton hasil pengecoran baru.

  • Sambungan Isolasi Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian. Sambungan muai ditempatkan di antara pertemuan bangunan (misalnya lubang got/manhole, bak penampung) dengan pelat beton.

  joint sealer

  

B

a

n

joint filler

g

u

n

a

n

s

a

l

u

r

a

n

,

f

a

s

i

l

i

t

a

s

u

m

u

m

,

p

e

k

a

r

a

n

g

a

n

,

d

l

l

.

Gambar 2.12 Sambungan Isolasi

  d. Pengisi Sambungan dan Penutup Sambungan (Joint Filler and Joint Sealer) Bahan penutup sambungan (joint sealer) dapat berupa expandite plastic, senyawa gabungan bitumen karet yang dituangkan dalam keadaan panas, atau bahan yang siap pakai seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan). Sebelum bahan penutup dipasang, celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing.

  

2.2.4 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina

Marga

  Parameter-parameter yang digunakan dalam merencanakan perkerasan kaku meliputi: a. Jenis dan Tebal Pondasi Bawah

  Jenis dan tebal pondasi bawah ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan repetisi sumbu yang terjadi. Apabila tanah dasar mempunyai CBR lebih kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (lean-mix concrete) setebal 15 cm. Jenis dan tebal minimum lapis pondasi bawah yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Tebal Minimum Pondasi Bawah

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

  Dalam program, grafik tebal pondasi bawah diubah menjadi persamaan garis agar dapat dijalankan oleh program. Persamaan garis didapatkan dari hasil interpolasi titik yaitu sebagai berikut: Tebal pondasi 100 mm BP (Bahan Pengikat)

  0,3317

  CBR BP100 = 0,0311× (repetisi) .....................................................(2.1) Tebal pondasi 125 mm BP (Bahan Pengikat)

  

0,3024

  CBR BP125 = 0,0306 × (repetisi) ....................................................(2.2) Tebal pondasi 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus)

  

0,2868

  CBR BP150 = 0,0238 × (repetisi) ....................................................(2.3) Tebal pondasi 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus)

  

0,272

  CBR CBK125 = 0,0185 × (repetisi) ...................................................(2.4)

  b. CBR Efektif Tanah Dasar Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI

  03-1744-1989. Apabila tanah dasar memiliki nilai CBR kurang dari 2 % maka dianggap mempunyai nilai CBR efektif 5%. Nilai CBR tanah dasar efektif dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 CBR Tanah Dasar Efektif

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

  Grafik CBR tanah dasar efektif juga diubah ke dalam bentuk persamaan garis agar dapat dihitung dalam program. Dengan cara interpolasi titik, maka

  diperoleh persamaan garis sebagai berikut: Untuk 100 mm BP (Bahan Pengikat) Ef BP100 = 3,2608 × CBR

Tabel 2.3 di bawah ini.

  dan hasil tes beton yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm

  2

  lentur karakteristik fs = 45 k g/cm

  strength) umur 28 hari. Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik

  d. Kuat Tarik Lentur Beton (Flexural Strength) Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

  3. Karet kompon (A chlorinated rubber curing compound) 2,0

  2. Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5

  1. Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi bawah 1,0

  No. Lapis Pemecah Ikatan µ

Tabel 2.3 Nilai Koefisien Gesekan (µ)

  c. Koefisien Gesekan (µ) Perencanaan didasarkan bahwa antara pelat dan pondasi bawah tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada

  0,8813

  ...........................................................(2.10)

  1,1924

  ................................................................(2.9) Untuk 150 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef CBK150 = 10,864 × CBR

  1,052

  ...............................................................(2.8) Untuk 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef CBK125 = 9,631 × CBR

  0,9959

  = 7,0691 × CBR

  BP150

  ...............................................................(2.7) Untuk 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef

  0,9216

  ...............................................................(2.6) Untuk 125 mm BP (Bahan Pengikat) Ef BP125 = 5,0229 × CBR

  2 ) terdekat.

  Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton dapat dihitung pada rumus berikut:

  f =K cf f dalam c MPa..................

  ................... (2.12)

  dimana: f'c = kuat tekan beton karakteristik 28 hari f cf = kuat tarik lentur beton 28 hari K = 0,7 untuk agregat tidak pecah

  = 0,75 untuk agregat pecah

  e. Konfigurasi Sumbu Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau 2 tahun terakhir.

  Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton.

  Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu, yaitu:

  • Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
  • Sumbu tunggal roda ganda (STRG)
  • Sumbu tandem roda ganda (STdRG)
  • Sumbu tridem roda ganda (STrRG)

  f. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi (C) Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4.

  Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana Lebar Perkerasan (Lp)

  Jumlah Lajur (n)

  Koefisien Distribusi (C)

  1 Arah

  2 Arah Lp < 5,50 m 1 lajur

  1

  1 5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 lajur 0,70 0,50

  8,25 m ≤ Lp <11,25 m 3 lajur 0,50 0,475 11,25 m ≤ Lp < 15,00 m 4 lajur - 0,45 15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 lajur - 0,425 18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 lajur - 0,40

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

  g. Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 30 tahun.

  h. Pertumbuhan Lalu Lintas Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu lintas yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  UR

  (1+i) - 1 R = ------------------- ....................................(2.13)

  I dimana: R = faktor pertumbuhan lalu lintas i = laju pertumbuhan lalu lintas per tahun (%) UR = umur rencana (tahun) i. Lalu Lintas Rencana

  Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  JSKN = JSKNH × 365 × R × C ................................(2.14) dimana: JSKN = jumlah sumbu total kendaraan niaga selama umur rencana

  JSKNH = jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka R = faktor pertumbuhan lalu lintas C = koefisien distribusi kendaraan j. Faktor Keamanan Beban

  Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (F KB ) seperti dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5 Faktor Keamanan Beban (F KB )

  No. Peranan Jalan Nilai F KB

  1. Jalan Tol 1,2

  2. Jalan Arteri 1,1

  3. Jalan Lokal 1,0

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

  k. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk menentukan nilai tegangan ekivalen dan faktor erosi, digunakan tabel yang terdapat pada Pedoman Bina Marga seperti dapat dilihat pada

Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Tebal Pelat (mm) CBR Eff (%) Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,7 2,72 2,25 1,68 2,8 3,4 3,5 3,55 2,6 3,21 3,3 3,37 150 10 1,62 2,56 2,09 1,58 2,79 3,39 3,46 3,5 2,59 3,2 3,28 3,32 150 15 1,59 2,48 2,01 1,53 2,78 3,38 3,44 3,47 2,59 3,2 3,27 3,3 150 20 1,56 2,43 1,97 1,51 2,77 3,37 3,43 3,46 2,59 3,19 3,26 3,29 160 160 150 150 150 150 25 1,54 2,37 1,92 1,48 2,77 3,37 3,42 3,44 2,59 3,19 3,25 3,28 35 1,49 2,28 1,82 1,43 2,76 3,36 3,39 3,4 2,58 3,18 3,23 3,25 50 1,43 2,15 1,73 1,4 2,74 3,34 3,36 3,37 2,57 3,17 3,21 3,22 75 1,38 2,02 1,64 1,36 2,72 3,32 3,33 3,32 2,56 3,16 3,19 3,19 5 1,54 2,49 2,06 1,55 2,72 3,32 3,43 3,47 2,52 3,12 3,22 3,3 10 1,47 2,34 1,92 1,44 2,71 3,31 3,39 3,43 2,51 3,11 3,2 3,26 170 160 160 160 160 160 160 15 1,44 2,26 1,84 1,39 2,7 3,3 3,37 3,41 2,61 3,11 3,19 3,24 20 1,41 2,22 1,8 1,37 2,69 3,29 3,36 3,4 2,5 3,1 3,18 3,23 25 1,39 2,17 1,76 1,34 2,69 3,29 3,35 3,38 2,5 3,1 3,17 3,21 35 1,34 2,07 1,87 1,29 2,68 3,28 3,32 3,34 2,49 3,09 3,15 3,18 50 1,3 1,96 1,58 1,25 2,66 3,26 3,28 3,3 2,49 3,09 3,13 3,15 75 1,24 1,85 1,49 1,23 2,64 3,24 3,26 3,25 2,48 3,08 3,12 3,12 5 1,41 2,27 1,93 1,44 2,64 3,24 3,37 3,43 2,44 3,04 3,15 3,24 170 170 170 170 170 170 170 10 1,34 2,14 1,78 1,33 2,62 3,22 3,33 3,38 2,43 3,03 3,13 3,2 15 1,31 2,07 1,71 1,28 2,62 3,22 3,31 3,35 2,43 3,03 3,12 3,18 20 1,29 2,03 1,67 1,26 2,81 3,21 3,3 3,34 2,42 3,02 3,11 3,17 25 1,27 1,99 1,63 1,23 2,81 3,21 3,28 3,32 2,42 3,02 3,1 3,15 35 1,23 1,9 1,54 1,18 2,6 3,2 3,25 3,28 2,41 3,01 3,08 3,12 50 1,19 1,81 1,46 1,14 2,58 3,18 3,22 3,24 2,4 3,01 3,06 3,08 75 1,14 1,7 1,37 1,1 2,57 3,17 3,19 3,19 2,4 3 3,04 3,05 180 180 180 180 180 180 180 180 5 1,29 2,1 1,81 1,35 2,57 3,17 3,33 3,37 2,36 2,97 3,09 3,2 10 1,23 1,98 1,66 1,24 2,55 3,15 3,28 3,32 2,35 2,96 3,07 3,15 15 1,2 1,92 1,59 1,19 2,55 3,15 3,25 3,29 2,35 2,96 3,05 3,12 20 1,18 1,88 1,55 1,17 2,54 3,14 3,24 3,28 2,35 2,95 3,04 3,11 25 1,16 1,84 1,51 1,14 2,54 3,14 3,23 3,26 2,35 2,95 3,03 3,09 35 1,12 1,76 1,43 1,09 2,53 3,13 3,2 3,22 2,34 2,94 3,01 3,06 50 1,09 1,67 1,35 1,05 2,51 3,11 3,17 3,19 2,33 2,93 2,99 3,02 75 1,03 1,57 1,26 1,01 2,49 3,1 3,13 3,14 2,32 2,92 2,97 2,99 190 190 190 190 190 190 5 1,19 1,95 1,69 1,27 2,5 3,11 3,28 3,32 2,29 2,8 3,03 3,15 10 1,13 1,84 1,55 1,16 2,48 3,09 3,23 3,27 2,28 2,89 3 3,1 15 1,1 1,78 1,49 1,11 2,48 3,08 3,2 3,24 2,28 2,88 2,98 3,07 20 1,09 1,75 1,45 1,09 2,47 3,07 3,19 3,23 2,27 2,88 2,98 3,06 25 1,07 1,71 1,41 1,06 2,47 3,07 3,17 3,21 2,27 2,88 2,97 3,04 35 1,03 1,63 1,33 1,01 2,46 3,06 3,14 3,17 2,26 2,87 2,95 3 190 190 50 1 1,55 1,26 0,97 2,44 3,04 3,1 3,14 2,26 2,86 2,93 2,97 75 0,96 1,46 1,17 0,91 2,43 3,03 3,07 3,09 2,25 2,85 2,91 2,93

  200 200 200 200 200 200 200 200 5 1,1 1,81 1,6 1,2 2,44 3,04 3,23 3,27 2,23 2,83 2,97 3,1 10 1,05 1,7 1,46 1,1 2,42 3,02 3,18 3,22 2,22 2,82 2,95 3,05 15 1,02 1,65 1,4 1,05 2,42 3,02 3,15 3,19 2,22 2,82 2,93 3,02 20 1,01 1,62 1,36 1,02 2,41 3,01 3,14 3,18 2,21 2,81 2,92 3,01 25 0,99 1,59 1,33 0,99 2,4 3,01 3,12 3,16 2,21 2,81 2,91 2,99 35 0,96 1,52 1,25 0,94 2,39 3 3,09 3,12 2,2 2,8 2,89 2,95 50 0,92 1,44 1,18 0,89 2,38 2,98 3,06 3,09 2,19 2,79 2,87 2,92 75 0,89 1,36 1,1 0,84 2,36 2,96 3 3,04 2,18 2,78 2,85 2,88 210 210 210 210 210 210 210 210 5 1,02 1,69 1,5 1,14 2,38 2,99 3,18 3,23 2,17 2,77 2,92 3,06 10 0,97 1,59 1,38 1,04 2,36 2,97 3,13 3,18 2,16 2,76 2,89 3,01 15 0,94 1,54 1,32 0,99 2,36 2,96 3,1 3,15 2,15 2,75 2,87 2,98 20 0,93 1,51 1,28 0,96 2,35 2,95 3,09 3,13 2,14 2,75 2,87 2,96 25 0,92 1,48 1,25 0,93 2,34 2,95 3,07 3,11 2,14 2,75 2,86 2,94 35 0,89 1,41 1,18 0,88 2,33 2,94 3,04 3,07 2,13 2,74 2,84 2,9 50 0,86 1,35 1,11 0,83 2,32 2,92 3,01 3,04 2,13 2,73 2,81 2,86 75 0,82 1,27 1,03 0,78 2,3 2,9 2,95 2,98 2,12 2,72 2,79 2,83

Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton (lanjutan)

  Tebal Pelat (mm) CBR Eff (%) Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,94 1,58 1,42 1,08 2,33 2,93 3,14 3,19 2,11 2,71 2,87 3,02 220 10 0,9 1,49 1,3 0,98 2,31 2,91 3,09 3,13 2,1 2,7 2,84 2,96

  230 220 220 220 220 220 220 15 0,88 1,44 1,25 0,93 2,3 2,9 3,06 3,1 2,09 2,69 2,82 2,93 20 0,87 1,42 1,22 0,91 2,29 2,89 3,05 3,09 2,08 2,69 2,81 2,92 25 0,85 1,39 1,18 0,88 2,29 2,89 3,03 3,07 2,08 2,69 2,8 2,9 35 0,82 1,33 1,11 0,83 2,28 2,88 2,99 3,03 2,07 2,68 2,78 2,86 50 0,79 1,27 1,04 0,79 2,26 2,88 2,96 3 2,07 2,67 2,76 2,83 75 0,76 1,19 0,97 0,73 2,24 2,85 2,92 2,95 2,06 2,68 2,72 2,78 5 0,88 1,49 1,35 1,03 2,28 2,88 3,1 3,14 2,05 2,65 2,82 2,98 230 230 230 230 230 230 230 10 0,84 1,41 1,24 0,94 2,26 2,86 3,05 3,09 2,04 2,64 2,79 2,92 15 0,82 1,38 1,19 0,89 2,25 2,85 3,02 3,06 2,03 2,64 2,77 2,89 20 0,81 1,34 1,16 0,87 2,24 2,84 3 3,05 2,03 2,63 2,76 2,88 25 0,8 1,31 1,12 0,84 2,23 2,83 2,98 3,03 2,03 2,63 2,75 2,86 35 0,77 1,25 1,05 0,78 2,21 2,81 2,94 2,99 2,02 2,62 2,73 2,82 50 0,74 1,19 0,99 0,74 2,2 2,8 2,91 2,95 2,01 2,61 2,7 2,78 75 0,71 1,12 0,91 0,7 2,19 2,79 2,86 2,91 2 2,6 2,68 2,74 240 240 240 240 240 240 240 240 5 0,82 1,4 1,29 0,98 2,23 2,83 3,06 3,11 1,99 2,6 2,78 2,94 10 0,79 1,32 1,18 0,89 2,21 2,81 3,01 3,05 1,98 2,59 2,74 2,88 15 0,77 1,28 1,13 0,85 2,2 2,8 2,98 3,02 1,98 2,58 2,72 2,85 20 0,76 1,26 1,1 0,83 2,19 2,79 2,96 3,01 1,97 2,57 2,72 2,84 25 0,75 1,23 1,06 0,8 2,18 2,78 2,94 2,99 1,97 2,57 2,71 2,82 35 0,72 1,17 0,99 0,74 2,17 2,76 2,9 2,95 1,96 2,56 2,69 2,78 50 0,69 1,12 0,94 0,7 2,15 2,75 2,88 2,91 1,95 2,55 2,66 2,74 75 0,67 1,05 0,86 0,66 2,13 2,74 2,83 2,88 1,94 2,54 2,63 2,69 250 250 250 250 250 250 250 250 5 0,77 1,33 1,23 0,94 2,18 2,78 3,02 3,07 1,94 2,54 2,73 2,9 10 0,74 1,25 1,12 0,86 2,16 2,76 2,97 3,01 1,93 2,53 2,7 2,85 15 0,72 1,21 1,07 0,81 2,15 2,75 2,94 2,98 1,93 2,53 2,68 2,82 20 0,71 1,18 1,04 0,79 2,14 2,74 2,93 2,97 1,92 2,52 2,67 2,8 25 0,7 1,16 1,01 0,76 2,13 2,73 2,91 2,95 1,92 2,52 2,66 2,78 35 0,68 1,11 0,95 0,71 2,12 2,71 2,87 2,91 1,91 2,51 2,64 2,74 50 0,65 1,06 0,89 0,67 2,1 2,7 2,83 2,88 1,9 2,5 2,61 2,7 75 0,63 0,99 0,82 0,61 2,08 2,69 2,79 2,83 1,89 2,49 2,59 2,65 260 260 260 260 260 260 260 260 5 0,73 1,26 1,18 0,9 2,13 2,73 2,99 3,03 1,89 2,49 2,69 2,87 10 0,7 1,18 1,08 0,82 2,11 2,71 2,93 2,98 1,88 2,48 2,66 2,81 15 0,68 1,15 1,03 0,78 2,1 2,7 2,9 2,95 1,88 2,48 2,64 2,78 20 0,67 1,12 1 0,75 2,09 2,69 2,89 2,93 1,87 2,47 2,63 2,76 25 0,66 1,1 0,97 0,73 2,08 2,69 2,87 2,91 1,87 2,47 2,62 2,74 35 0,64 1,05 0,91 0,68 2,07 2,68 2,83 2,87 1,86 2,46 2,59 2,7 50 0,61 1 0,85 0,64 2,05 2,65 2,8 2,84 1,85 2,45 2,56 2,67 75 0,59 0,95 0,78 0,58 2,03 2,64 2,75 2,78 1,84 2,44 2,54 2,61 270 270 270 270 270 270 270 5 0,68 1,19 1,13 0,87 2,09 2,69 2,95 3 1,84 2,44 2,65 2,83 10 0,66 1,12 1,03 0,79 2,07 2,67 2,9 2,94 1,83 2,43 2,62 2,78 15 0,64 1,09 0,98 0,75 2,06 2,66 2,87 2,91 1,83 2,43 2,6 2,75 20 0,63 1,06 0,96 0,72 2,05 2,65 2,85 2,9 1,82 2,42 2,59 2,73 25 0,62 1,04 0,93 0,7 2,04 2,64 2,83 2,88 1,82 2,42 2,58 2,71 35 0,6 0,99 0,87 0,65 2,02 2,63 2,79 2,84 1,81 2,41 2,55 2,67 50 0,58 0,95 0,81 0,61 2 2,61 2,76 2,8 1,8 2,4 2,52 2,63 280 280 280 280 280 280 270 75 0,56 0,89 0,74 0,57 1,99 2,59 2,7 2,75 1,79 2,39 2,5 2,58 5 0,65 1,13 1,08 0,83 2,05 2,65 2,92 2,97 1,8 2,4 2,62 2,8 10 0,62 1,06 0,99 0,75 2,03 2,63 2,86 2,91 1,79 2,39 2,58 2,74 15 0,6 1,03 0,94 0,72 2,01 2,62 2,83 2,88 1,78 2,38 2,56 2,71 20 0,6 1,01 0,92 0,69 2 2,61 2,82 2,87 1,77 2,37 2,55 2,7 25 0,59 0,99 0,89 0,67 1,99 2,6 2,8 2,85 1,77 2,37 2,54 2,68 35 0,57 0,94 0,83 0,62 1,97 2,58 2,76 2,81 1,76 2,36 2,51 2,64 280 280 50 0,55 0,9 0,78 0,59 1,96 2,56 2,72 2,77 1,75 2,35 2,48 2,6 75 0,53 0,86 0,71 0,53 1,94 2,55 2,68 2,72 1,74 2,34 2,46 2,55

Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton (lanjutan)

  Tebal Pelat (mm) CBR Eff (%) Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,61 1,08 1,04 0,8 2,01 2,61 2,89 2,93 1,75 2,35 2,58 2,77 290 10 0,59 1,01 0,95 0,73 1,99 2,59 2,83 2,88 1,74 2,34 2,54 2,71

  300 290 290 290 290 290 290 15 0,58 0,98 0,9 0,7 1,97 2,58 2,8 2,85 1,74 2,34 2,52 2,68 20 0,57 0,96 0,88 0,67 1,96 2,58 2,79 2,83 1,73 2,33 2,51 2,67 25 0,56 0,94 0,85 0,65 1,95 2,56 2,77 2,81 1,73 2,33 2,5 2,65 35 0,54 0,9 0,8 0,6 1,93 2,54 2,73 2,77 1,72 2,32 2,47 2,61 50 0,52 0,86 0,75 0,56 1,92 2,52 2,69 2,74 1,71 2,31 2,44 2,56 75 0,5 0,81 0,68 0,52 1,9 2,5 2,64 2,68 1,7 2,3 2,42 2,51 5 0,58 1,03 1 0,77 1,97 2,57 2,86 2,9 1,71 2,31 2,55 2,74 300 300 300 300 300 300 300 10 0,56 0,97 0,91 0,7 1,95 2,55 2,8 2,85 1,7 2,3 2,51 2,68 15 0,55 0,94 0,87 0,67 1,93 2,54 2,77 2,82 1,69 2,3 2,49 2,65 20 0,54 0,92 0,85 0,65 1,92 2,53 2,76 2,8 1,68 2,29 2,48 2,64 25 0,53 0,9 0,82 0,63 1,91 2,52 2,74 2,78 1,68 2,29 2,46 2,62 35 0,51 0,86 0,77 0,58 1,89 2,5 2,7 2,74 1,67 2,28 2,43 2,58 50 0,49 0,82 0,72 0,54 1,88 2,48 2,66 2,7 1,66 2,26 2,41 2,53 75 0,47 0,78 0,65 0,5 1,86 2,46 2,61 2,65 1,65 2,26 2,37 2,48 310 310 310 310 310 310 310 310 5 0,55 0,98 0,97 0,74 1,94 2,54 2,83 2,88 1,67 2,27 2,51 2,71 10 0,53 0,92 0,89 0,68 1,91 2,51 2,77 2,82 1,66 2,26 2,47 2,65 15 0,52 0,89 0,84 0,65 1,89 2,49 2,65 2,79 1,65 2,25 2,45 2,62 20 0,51 0,88 0,82 0,63 1,89 2,49 2,64 2,77 1,64 2,24 2,44 2,61 25 0,5 0,86 0,79 0,6 1,88 2,48 2,64 2,75 1,64 2,24 2,43 2,59 35 0,49 0,82 0,74 0,55 1,86 2,46 2,63 2,71 1,63 2,23 2,4 2,55 50 0,47 0,78 0,69 0,51 1,84 2,44 2,62 2,67 1,62 2,22 2,37 2,5 75 0,45 0,74 0,63 0,48 1,82 2,42 2,58 2,62 1,61 2,21 2,34 2,45 320 320 320 320 320 320 320 320 5 0,53 0,94 0,93 0,71 1,9 2,5 2,8 2,85 1,63 2,23 2,48 2,69 10 0,51 0,88 0,85 0,65 1,87 2,48 2,74 2,79 1,62 2,22 2,44 2,63 15 0,5 0,85 0,81 0,62 1,85 2,46 2,71 2,76 1,61 2,21 2,42 2,6 20 0,49 0,84 0,79 0,6 1,85 2,45 2,7 2,74 1,6 2,2 2,41 2,58 25 0,48 0,82 0,76 0,58 1,84 2,44 2,68 2,72 1,6 2,2 2,4 2,56 35 0,46 0,78 0,71 0,54 1,82 2,42 2,64 2,68 1,59 2,19 2,37 2,52 50 0,44 0,75 0,67 0,51 1,8 2,4 2,6 2,64 1,58 2,18 2,33 2,47 75 0,43 0,71 0,61 0,45 1,78 2,38 2,55 2,59 1,57 2,17 2,31 2,42 330 330 330 330 330 330 330 330 5 0,5 0,9 0,9 0,69 1,87 2,47 2,78 2,82 1,59 2,19 2,45 2,66 10 0,48 0,85 0,82 0,63 1,84 2,44 2,72 2,76 1,58 2,18 2,41 2,6 15 0,47 0,82 0,79 0,6 1,82 2,42 2,69 2,73 1,57 2,17 2,39 2,57 20 0,46 0,8 0,76 0,58 1,81 2,42 2,67 2,72 1,56 2,16 2,38 2,55 25 0,46 0,78 0,74 0,56 1,8 2,41 2,65 2,7 1,56 2,16 2,36 2,53 35 0,45 0,74 0,69 0,52 1,78 2,39 2,61 2,66 1,55 2,15 2,33 2,49 50 0,42 0,71 0,64 0,48 1,76 2,36 2,57 2,62 1,54 2,14 2,3 2,45 75 0,41 0,68 0,59 0,45 1,74 2,35 2,52 2,57 1,53 2,13 2,28 2,4 340 340 340 340 340 340 340 5 0,48 0,86 0,87 0,65 1,84 2,44 2,75 2,79 1,55 2,15 2,42 2,63 10 0,46 0,8 0,79 0,61 1,81 2,41 2,69 2,74 1,54 2,14 2,38 2,57 15 0,45 0,78 0,76 0,58 1,79 2,39 2,66 2,71 1,53 2,14 2,36 2,54 20 0,44 0,77 0,73 0,57 1,78 2,38 2,64 2,69 1,52 2,13 2,35 2,52 25 0,44 0,75 0,71 0,55 1,77 2,37 2,62 2,67 1,52 2,12 2,33 2,5 35 0,43 0,72 0,66 0,51 1,75 2,35 2,58 2,63 1,51 2,11 2,3 2,46 50 0,4 0,68 0,62 0,47 1,73 2,33 2,54 2,59 1,5 2,1 2,27 2,42 350 350 350 350 350 350 340 75 0,39 0,65 0,56 0,43 1,71 2,31 2,49 2,54 1,49 2,09 2,24 2,37 5 0,46 0,83 0,85 0,63 1,8 2,41 2,72 2,77 1,51 2,11 2,39 2,61 10 0,44 0,78 0,77 0,59 1,77 2,38 2,67 2,71 1,5 2,1 2,35 2,55 15 0,43 0,75 0,74 0,56 1,75 2,36 2,64 2,68 1,5 2,1 2,33 2,52 20 0,42 0,74 0,71 0,55 1,75 2,35 2,62 2,66 1,49 2,09 2,32 2,5 25 0,42 0,72 0,69 0,53 1,74 2,34 2,6 2,64 1,49 2,09 2,3 2,48 35 0,41 0,69 0,64 0,49 1,72 2,32 2,56 2,6 1,48 2,08 2,27 2,44 350 350 50 0,39 0,65 0,6 0,46 1,69 2,29 2,52 2,56 1,46 2,07 2,24 2,39 75 0,37 0,62 0,54 0,42 1,67 2,28 2,47 2,51 1,46 2,06 2,21 2,34

  (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)