BAB I PENDAHULUAN - Campur Kode Dalam Percakapan Santriwati Kelas VIII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Padang Sidempuan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi, pikiran, alat untuk berinteraksi, alat untuk mengekspresikan diri, dan alat untuk menopang kebudayaan.

  Manusia adalah makhluk bahasa (homo lingual); maksud bahasa di sini adalah alat verbal yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Namun sebagai alat komunikasi, manusia tidak hanya mengenal satu bahasa saja, tetapi banyak bahasa, Misalnya, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Cina, dan lain-lain. Alat komunikasi yang merupakan varian dari bahasa disebut dengan istilah kode (Suwito, 1983: 67). Dengan demikian maka dalam bahasa terkandung beberapa macam kode. Kridalaksana (1993: 113) memberikan pengertian tentang kode sebagai berikut, “Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.”

  Selanjutnya pada bahasa-bahasa tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang disebut dengan perbedaan varian-varian regional. Misalnya di dalam bahasa Inggris terdapat perbedaan antara bahasa Inggris London dengan bahasa Inggris Wales, di dalam bahasa Arab terdapat perbedaan antara bahasa Arab Saudi dan bahasa Arab Mesir atau di dalam bahasa Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa Indonesia Jawa Tengah dan bahasa Indonesia Jakarta. Dengan demikian di dalam satu kode terdapat berbagai kemungkinan perbedaan varian regional.

  Penelitian bahasa secara eksternal ini melibatkan dua disiplin ilmu, yaitu gabungan antara disiplin ilmu sosiologi dan linguistik yang disebut dengan sosiolinguistik (Yanti, 2007: 2). Fishman dalam Ohoiwutun (2007: 9) memberikan defenisi bahwa sosiolingistik adalah ilmu yang meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah sosiolinguistik yang disebutnya sebagai

   ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ /‘ilmu al-lugati al- ijtimã’iyyati/ sebagai berikut :

  : ﺕﺎﺠﻬﻠﻟﺍ ﺕﻼﻜﺸﻣ ﺱﺭﺪﻳ ﻲﻘﻴﺒﻄﺘﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻦﻣ ﻉﺮﻓ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻝﺩﺎﺒﺘﻤﻟﺍ ﺮﻴﺛﺎﺘﻟﺍﻭ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﺝﺍﻭﺩﺯﻻﺍﻭ ﺔﻴﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﺕﺎﺠﻬﻠﻟﻭ ﺔﻴﻓﺍﺮﻐﺠﻟﺍ .

  ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍﻭ

  /’Ilmu al-lugati al-ijtim

  ā ’ī : far’un min ‘ilmu al-lugati at-tatbiqi yadrusu

musykil ti al-jagr fiyyati wa al-lahj ti al-ijtim ’iyyati wa al-izdiw i al-lugawiyi

  ā ā ā ā āj

wa at-ta’siri al-mutab dili baina al-lugati wa al-mujtama’i. / ‘Cabang dari ilmu

  ā

  bahasa praktis yang mempelajari masalah dialek masyarakat, perpaduan antar bahasa dan pengaruh saling memberi dan menerima antara bahasa dan masyarakat.’

  Salah satu topik yang umum dalam pembahasan sosiolinguistik adalah campur kode. Kridalaksana (1993: 35) memberikan pengertian bahwa campur kode adalah (1) Interfrensi, (2) Penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Karcu (1978: 28) dalam Umar (1994: 14) memberikan pengertian bahwa campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.

  Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat umum Indonesia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, dalam acara tidak resmi maupun resmi, begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada santri Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan. Dalam penelitian ini santri yang kita maksudkan adalah mereka yang menimba ilmu di pondok pesantren. Baik itu ilmu-ilmu agama secara khusus maupun ilmu pengetahuan umum. Pada umumnya para santri di pesantren menggunakan bahasa lisan saat berinteraksi dengan teman, guru, pegawai, dan masyarakat sekitar. Bahasa tulis dapat terlihat saat mengarang, artikel, puisi, mengirim surat dan pengumuman-pengumuman (Ihsan, 2011). Chaer dan Agustina (1995: 164-165) mengungkapkan bahwa peristiwa campur kode ini secara sederhana dapat terjadi pada setiap penutur bahasa yang mampu menggunakan bahasa lain di luar bahasa ibunya baik secara sempurna maupun tidak. Peristiwa ini lazim terjadi pada masyarakat yang bilingual.

  Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang yang terletak di Desa Manunggang Julu, Kec. Padang Sidempuan Tenggara Kota Padang Sidempuan ini merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk santri dan santriwati yang ingin memperdalam kemampuan berbahasa mereka. Di pesantren ini penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi sesuatu yang diwajibkan, meskipun sebagian santri hanya menggunakan dua bahasa dalam komunikasi sehari-hari mereka, yaitu, bahasa Indonesia sebagai B1 dan bahasa Arab sebagai B2.

  Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti campur kode yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang. Alasan peneliti memilih campur kode pada bahasa santri pondok pesantren sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti sendiri pernah tinggal di pesantren dan melihat secara langsung penggunaan bahasa yang bercampur antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia yang menunjukkan kelemahan siswa dalam menguasai bahasa Arab (B2) secara sempurna. Selain itu peneliti juga ingin melihat perkembangan penggunan bahasa Arab di pondok pesantren. Penggunaan campur kode yang akan diteliti terbatas pada santriwati Kelas VIII disebabkan minimnya akses yang diberikan pondok pesantren terhadap peneliti perempuan untuk mengadakan penelitian terhadap santri. Selain itu, peneliti harus menghormati aturan pesantren yang membuat garis pembatas yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Ruang lingkup penelitian campur kode ini dibatasi pada saat santriwati sedang berada di lingkungan sekolah. yaitu, asrama, ruang kelas, kantin, dan mesjid. Alasan peneliti membatasi wilayah penelitian adalah disebabkan santri dan santriwati hanya menggunakan bahasa Arab sewaktu berada di lingkungan pesantren terlebih saat berada tempat-tempat yang telah peneliti sebutkan di atas.

  Dari pengamatan sementara peneliti melihat bahwa campur kode pada bahasa Arab (B2) baik berupa kata, frasa, idiom, perulangan kata, dan klausa selalu terjadi. Misalnya, Seorang santriwati A mengatakan pada temannya “Suka-

  suka tak ikut” / suka-suka antunna-

ﻦﺘﻧﺃ-lah ﻚﻟﺫ ﻲﺘﺧﺃ , ﺎﻧﺃ lah żālik ukhtī, anā tidak

ikut . / ‘Suka-suka kalianlah itu saudariku, saya tidak ikut.’ Pada kalimat tersebut

  terjadi campur kode ke bahasa Arab, kata

  ﻦﺘﻧﺃ /antunna adalah kata ganti (dhamir)

  dalam bahasa Arab sebagai penunjuk “kamu banyak perempuan” yang dimasuki partikel lah sebagai bentuk penegasan dan menjadikannya kalimat yang bercampur kode ke luar. Kata

  ﻲﺘﺧﺃ /ukhti adalah bentuk muannas dari ﺔﺧﺍ/ukhtun

  yang bararti sapaan untuk saudara perempuan. Penambahan huruf ya (

  ﻱ) pada

  kata

  

ﺖﺧﺃ /ukhtun bermaksud sebagai penunjuk kepemilikan, ﺎﻧﺃ /anā adalah ism

dhamir kata ganti orang pertama tunggal (yang berbicara), dan

  ﻚﻟﺫ /żalik sebagai ism isarah, juga merupakan serpihan kata dari bahasa Arab yang menjadikan kalimat tersebut bercampur kode ke luar (outer code mixing).

  Merujuk pada contoh yang telah dikemukakan di atas peneliti tertarik meneliti “Campur Kode Dalam Percakapan Santriwati Kelas VIII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan”. Karena menurut peneliti, santriwati-santriwati Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang banyak menggunakan serpihan-serpihan kata bahasa Arab dalam percakapan mereka sehari-hari. Selain itu mereka juga wajib menggunakan bahasa Arab dalam 2 minggu setiap bulannya.

  Teori yang digunakan peneliti adalah teori Suwito (1983). Hal ini dikarenakan teori Suwito menjelaskan campur kode secara lebih detail dan terperinci dibandingkan dengan teori lain yang dikemukakan oleh Chaer, Agustina dan Nababan.

1.2 Batasan Masalah

  Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini ialah; Tipe campur kode apa saja yang terjadi dalam percakapan santriwati Kelas VIII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang

  Kota Padang Sidempuan ketika mereka berbahasa Indonesia dengan campur kode bahasa Arab?

2. Jenis campur kode yang terjadi dalam percakapan santriwati Kelas

  VIII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan ketika mereka berbahasa Indonesia dengan campur kode bahasa Arab?

1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.

  Untuk mengetahui tipe campur kode yang terjadi dalam percakapan santriwati Kelas VIII di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan ketika mereka berbahasa Indonesia dengan campur kode bahasa Arab.

  2. Untuk mengetahui jenis campur kode yang terjadi dalam percakapan santriwati Kelas VIII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan ketika mereka berbahasa Indonesia dengan campur kode bahasa Arab.

1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoritis dan pengetahuan dalam bidang sosiolinguistik, khususnya penggunaan pola pemilihan bahasa yang terjadi pada masyarakat multilingual di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan.

2. Manfaat praktis

  Untuk mengetahui perkembangan penggunaan bahasa Arab di pondok pesantren. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas sistem pendidikan dan kualitas kerja di lapangan. Dalam hal ini, hasil penelitian merupakan masukan kongkret yang dapat dijadikan bahan banding bagi yang membutuhkan.