BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Strategi Pemenangan Kandidat Walikota Periode 2012 - 2017 pada Pemilihan Umum (PEMILU) Kepala Daerah di Kota Padang Sidempuan

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

  Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan- pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lain - lain. Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.

  Indonesia sebagai salah satu negara penganut demokrasi, juga sudah tentu melaksanakan pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. (UUD RI, 2007: 105) Di dalam Pemilu, hak-hak dan aspirasi rakyat dapat disalurkan secara langsung dan bebas.

  Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) bagi sebuah negara yang menganut paham demokrasi sejatinya merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan. Dengan sebuah konsep dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Huntington (1995), demokrasi adalah suatu sistem dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi dalam sistem ini dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala. Karena itu, pemilu tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan pemerintah akan keabsahan kekuasaannya, juga yang terpenting adalah sebagai sarana bagi rakyat untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Ibramsyah, 2008).

  Sepanjang sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), telah diselenggarakan sebanyak sepuluh kali Pemilu anggota lembaga legislatif yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Pemilu tersebut diselenggarakan sesuai dengan UUD 1945 yaitu: 1.

  Pasal 18 (3): Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

  2. Pasal 19 (1): Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.

  3. Pasal 22C (1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum; (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari seperti jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

  Pada awalnya, penyelenggaraan pemilu di Indonesia hanya terbatas pada pemilihan anggota legislatif di tingkat nasional (DPR), Daerah tingkat I maupun tingkat II saja (DPRD kota dan Provinsi). Setelah itu, pemilihan presiden selanjutnya diserahkan kepada hasil sidang paripurna DPR RI atau yang disebut sistem demokrasi perwakilan. Namun pasca reformasi tahun 1998, sistem penyelenggaraan Pemilu di Indonesia mengalami perubahan secara menyeluruh dan bersifat demokrasi liberal (bebas dan langsung oleh rakyat). Perubahan sistem tersebut merupakan hasil dari amanah dari agenda reformasi yang menginginkan sistem pemerintahan yang dipilih langsung oleh rakyat tanpa keterwakilan. Mulai dari pemilihan anggota legislatif (DPR RI, DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat

  II), presiden dan wakil presiden hingga kepala daerah (tingkat provinsi dan kabupaten atau kota).

  Begitu pula ketika berbicara tentang pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah di Indonesia pada saat ini juga dilakukan secara langsung oleh masyarakat, berbeda ketika di zaman orde baru yang mekanisme pemilihannya melalui penunjukan langsung oleh presiden. Aturan mengenai pemilihan kepala daerah pertama kali diatur dalam Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat 1 yang mengatakan bahwa “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. (UU Otonomi daerah, 2008: 46-

  47). Kemudian dilanjutkan pada pasal 2 yang berbunyi “Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik”. (UU Otonomi Daerah: 2008: 47) Undang-undang ini kemudian direvisi berbagai penjelasan teknisnya dalam PP Nomor 6 tahun 2005. Maka sejak tahun 2005 pelaksanaan Pemilukada pertama kali dilaksanakan di Indonesia.

  Dengan diterapkannya sistem pemilihan langsung tersebut, pastinya setiap peserta pemilu harus berusaha keras untuk mengambil simpatik masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk memilih. Beberapa cara dan strategi terus dilakukan seperti melakukan sosialisasi dan terjun langsung ke masyarakat.

  Sehingga tidak jarang dalam setiap musim pemilu berlangsung, setiap peserta pemilu terlihat begitu gencar mengadakan program – program di beberapa daerah pemilihannya agar nantinya program tersebut membuahkan hasil yang positif dalam mendongkrak jumlah pemilihnya.

  Dalam menerapkan strategi pendekatan kepada masyarakat, esensi yang harus diperhatikan terlebih dahulu oleh setiap peserta pemilu adalah bagaimana mengenal karakteristik pemilih di wilayah tersebut, dimana hal – hal tersebut menyangkut pola pikir masyarakat, pemahaman politik maupun budaya – budaya setempat di dalam masyarakat yang tentu saja memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk karakter berpolitik masyarakatnya.

  Hal inilah yang nantinya akan menjadi referensi dalam merancang strategi- strategi apa saja yang harus dilakukan. Gambaran-gambaran yang harus mereka dapatkan harus meliputi aspek-aspek yang bersifat sosiologis dan kultural. Tentunya tiap-tiap masyarakat di daerah-daerah tertentu memiliki karakteristik yang berbeda dalam menilai proses berdemokrasi dan figur kepemimpinan yang mereka inginkan dengan latar belakang baik secara sosial dan kultural pastinya tidak akan lepas dari penilaian-penilaian tersebut. Dengan karakter dan budaya yang berbeda di setiap wilayah, tentu saja strategi yang diaplikasikan di setiap wilayah haruslah juga berbeda. Hal tersebut juga berkaitan dengan mengenal konflik dan dinamika yang akan terjadi di masyarakat dan bagaimana setiap kandidat meminimalisir potensi – potensi tersebut agar tidak merugikan pihaknya.

  Mungkin sudah menjadi hal yang biasa ketika dalam penyelenggaraan pemilu banyak diwarnai oleh dinamika-dinamika di dalam masyakarat baik secara sosial, kultural dan politik. Dinamika-dinamika yang terjadi tentunya merupakan imbas dari ketatnya pertarungan politik yang terjadi diantara kandidat yang bertarung dalam pemilihan tersebut hingga ke tingkatan masyarakat pendukung dan tim sukses yang berada di lapangan dan tak jarang dari dinamika politik tersebut banyak menimbulkan konflik-konflik di dalam masyarakat. Dalam melihat situasi masyarakat baik dari segi sosiologis maupun dalam pemahaman politik, tentunya para penyelenggara pemilu harus lebih jeli membuat langkah – langkah strategis dalam mengemas pemilu agar sesuai dengan harapan masyarakat sehingga konflik – konflik yang terjadi dapat diminimalisir. Selain itu, peran serta para peserta pemilu baik partai politik dan kandidat –kandidat harusnya juga turut andil dalam menyusun langkah – langkah yang bijak dalam pertarungan politik yang akan mereka hadapi tanpa menimbulkan efek yang dikhawatirkan akan berimbas kepada masyarakat.

  Padang Sidempuan merupakan salah kota yang terletak di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kekayaan dan kekhasan budaya yang cukup berbeda dengan daerah-daerah lain di Sumatera Utara pada umumnya. Daerah ini memiliki karakter yang cukup berbeda disamping karena aspek budaya yang dilatar belakangi oleh dominasi suku Batak Angkola atau Mandailing dan juga karena di daerah ini mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Hal ini tentunya akan berkaitan langsung dengan penilaian masyarakat di Kota Padang Sidempuan dalam menilai sosok pemimpin yang mereka inginkan sesuai dengan pemahaman dan latar belakang sosial yang mereka punya.

  Sejak awal sejarahnya, Kota Padang Sidempuan merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya, kota ini berada di tengah-tengah seluruh wilayah Tapanuli Selatan sebelum pemekarannya menjadi tiga daerah tingkat dua, yaitu Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan, Daerah Tingkat II Kabupaten Mandailing-Natal dan Daerah Tingkat II Pemerintah Kota Padang Sidempuan. Sebagai kota utama di wilayah Selatan Sumatera Utara, Kota Padang Sidempuan juga menjadi kota yang mendapat manfaat besar dalam kegiatan ekonomi dari dua provinsi tetangga, Sumatera Barat dan Riau (Basyral H. Harahap, 2003) .

  Kota Padang Sidempuan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukaan Kota Padang Sidempuan, meskipun kota ini memiliki posisi strategis untuk perdagangan dan sebagai pusat pertumbuhan di wilayah selatan Sumatera Utara. Sebagai kota baru, daerah ini tentu saja juga masih sedikit menyelenggarakan Pemilukada. Diantaranya berlangsung pada tahun 2007 dan 2012, dan ini dapat dinilai bahwa di daerah ini masih membutuhkan proses pendewasaan diri dalam berpolitik. Dalam memberikan pemahaman dan pendewasaan politik kepada masyarakat di suatu daerah apalagi daerah tersebut masih kental dalam nuansa kultural dan budayanya tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Baik itu bagi penyelenggara pemilu (KPU Daerah) maupun bagi calon-calon kepala daerah yang bertarung di daerah tersebut.

  Meninjau proses penyelenggaraan Pemilukada tahun 2012 di Kota Padang Sidempuan. Penulis merasa tertarik untuk meneliti seperti apa strategi-strategi politik yang digunakan pada calon walikota Padang Sidempuan pada saat itu yang memenangkan pemilukada tahun 2012 di Kota Padang Sidempuan. Kita melihat bahwa dalam pelaksanaan pemilukada waktu itu diikuti oleh 6 pasangan calon walikota dan wakil walikota. Seperti biasa, pemilukada terbuka bagi siapa saja yang ingin mencalonkan diri untuk menjadi kepala daerah dan tidak harus berlatar belakang pendidikan dan profesi tertentu. Setiap kandidat memiliki latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda – beda, beberapa diantaranya ada yang berlatar belakang pengusaha, anggota dewan, aktivis sosial, penggiat pendidikan dan lain – lain. Hal ini tentu saja menarik ketika setiap kandidat dengan latar belakang yang berbeda bertarung dalam satu momen politik yang pastinya akan mewarnai kontestasi politik yang terjadi selama pemilu berlangsung hingga berujung pada terpilihnya kepala daerah.

  1.2. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap proses pemilukada tersebut khususnya menyangkut strategi pemenangan pemilukada yang dilakukan oleh pasangan yang memenangkan pemilu. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk menggambarkan seperti apa langkah- langkah strategis dan taktis politik yang dilakukan oleh pasangan calon beserta tim pemenangannya sehingga mampu memenangkan pemilukada dan tentu saja penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan teori sosiologi dan tidak terlepas juga menggunakan pendekatan teori politik. Oleh sebab itu, berdasarkan pembahasan latarbelakang masalah di atas, penulis mencoba menyusun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi yang dilakukan tim konsultan politik dalam memenangkan walikota dan wakil walikota Padang Sidempuan periode 2012-2017?”.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana strategi yang dilakukan dalam memenangkan walikota dan wakil walikota Padang Sidempuan periode 2012 – 2017 yang dilihat dari aspek sosiologisnya.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan konstribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian tentang Pengembangan Masyarakat dan Sosiologi Politik.

  2. Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat, agar dapat menyadarkan masyarakat dan semua pihak akan pentingnya penge- tahuan tentang politik khususnya dalam strategi pemenangan pemilukada di Padang Sidempuan.

1.5. Defenisi Konsep

  Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah suatau penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang di teliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain adalah :

  1. Strategi

  Strategi dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan. Karena strategi merupakan upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi, perasaan dan hasil pengalaman. Strategi juga dapat merupakan ilmu, yang langkah-langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana atau tindakan.

  2. Kampanye

  Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suat kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politikmpanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan.

  Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suat

  3. Tim Sukses / Konsultan Politik

  Merupakan tim yang dibentuk oleh Pasangan Calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang bertugas dan berkewenangan membantu penyelenggaraan kampanye serta bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan strategis penyelenggaraan kampanye.

  4. Pemilu

  Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2) kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar.

  Dalam demokrasi modern, yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat maka dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik (Syarbaini, 2002:80)

  5. Jaringan Sosial

  Jejaring sosial adalah suatyang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti

  Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan jejaring sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji.

  Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentuka aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.

Dokumen yang terkait

Kualitas Demokrasi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 ( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 )

4 88 116

Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015

0 4 34

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - UEU Undergraduate 10298 BAB 1.Image.Marked

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PenerapanElectronic Voting Sebagai Perwujudan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Kualitas Demokrasi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 ( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 )

0 0 33

Kualitas Demokrasi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 ( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012 )

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 1 42

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

0 0 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosialisasi Politik 2.1.1 Pengertian Sosialisasi Politik - Strategi Pemenangan Kandidat Walikota Periode 2012 - 2017 pada Pemilihan Umum (PEMILU) Kepala Daerah di Kota Padang Sidempuan

0 0 16