Campur Kode Pada Remaja Di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan

(1)

CAMPUR KODE PADA REMAJA

DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH

PAYA BUNDUNG MEDAN

SKRIPSI

Oleh

YUNI WULANDARI 060701018

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN


(2)

CAMPUR KODE PADA REMAJA

DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN

Oleh

YUNI WULANDARI 060701018

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Gustianingsih, M. Hum Dra. Rosliana Lubis

NIP. 19640828 198903 2 001 NIP. 19630524 198903 2 002

Departemen Sastra Indonesia Ketua

Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum NIP. 19620419 198703 2 001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skipsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2010


(4)

CAMPUR KODE PADA REMAJA DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN

Oleh

YUNI WULANDARI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Campur Kode pada Remaja di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan”. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak catat, teknik pancing dan teknik catat seperti yang disampaikan oleh Sudaryanto (1993: 135-137). Data kemudian dianalisis berdasarkan metode padan dan teknik pilah unsur penentu dengan landasan teori Suwito dan Chaer mengenai campur kode. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk campur kode pada remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa komunikasi pada remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan sangat berpotensi untuk terjadinya campur kode khususnya dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan ketiga. Demikian juga dengan pola campur kode yang dikemukakan oleh Suwito dan Dani yang diperoleh dari data lapangan berbentuk: Nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), verba (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), Penjelas (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), preposisi (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia), se-nya (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab), nomina (bahasa Indonesia) + perulangan adjektiva (bahasa Arab), ungkapan dalam bentuk frase verba (bahasa Arab) + preposisi (bahasa Indonesia), dan klausa→ Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). Melalui penelitian ini dapat disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti campur kode yang terjadi dalam ruang lingkup yang lebih luas dan penelitian juga dapat dikembangkan dengan teori alih kode yang erat hubungannya dengan campur kode.

Kata kunci: Campur kode, pola campur kode, remaja, Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan, dan sosiolinguistik.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, baik berupa bantuan moril seperti doa, dukungan, nasihat, dan petunjuk praktis, maupun bantuan material. Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A., sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M. Hum., sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Rosliana Lubis, sebagai pembimbing II yang telah bersedia membantu, membimbing dan mengajari penulis dari penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara,

khususnya staf pengajar Departemen Sastra Indonesia yang telah mengajarkan berbagai materi perkuliahan selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Kabiro Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan yang banyak membantu penulis selama masa penelitian, semua Bapak dan Ibu guru dan staf yang membantu penulis dalam mengumpulkan data.

7. Teristimewa untuk orang tua penulis, Bapak Zulchairi dan Ibu Raidayani yang senantiasa memberi dukungan baik material maupun spiritual. Dengan


(6)

kesungguhan penulis persembahkan semua ini sebagai tanda sayang dan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, baik berupa bantuan moril seperti doa, dukungan, nasihat, dan petunjuk praktis, maupun bantuan material dukungan yang telah diberikan selama ini.

8. Saudara penulis yaitu Adelia Chairunisa sebagai adik yang selalu memberi dukungan doa dan semangat kepada penulis.

9. Teman-teman di Departemen Sastra Indonesia stambuk 2006 atas semua bantuan dan dukungan mereka kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK……….. ii

PRAKATA……….. iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 4

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep ... 6

2.1.1. Campur Kode ... 6

2.1.2. Remaja ... 7

2.1.3. Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Bilingualisme ... 8

2.2.2. Campur Kode ... 9

2.3. Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 14


(8)

3.2. Populasi dan Sampel ... 14

3.2.1. Populasi ... 14

3.2.2. Sampel ... 14

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.4. Metode dan Teknik Analisis Data ... 16

BAB IV CAMPUR KODE PADA REMAJA DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN 4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode……… 24

4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata……….. 24

4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frase………. 31

4.1.3 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Baster…………... 34

4.1.4 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata… 36

4.1.5 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Ungkapan atau Idiom ... 36

4.1.6 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Klausa ... 37

4.2 Pola Campur Kode pada Remaja di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III


(9)

CAMPUR KODE PADA REMAJA DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN

Oleh

YUNI WULANDARI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Campur Kode pada Remaja di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan”. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak catat, teknik pancing dan teknik catat seperti yang disampaikan oleh Sudaryanto (1993: 135-137). Data kemudian dianalisis berdasarkan metode padan dan teknik pilah unsur penentu dengan landasan teori Suwito dan Chaer mengenai campur kode. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk campur kode pada remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa komunikasi pada remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan sangat berpotensi untuk terjadinya campur kode khususnya dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan ketiga. Demikian juga dengan pola campur kode yang dikemukakan oleh Suwito dan Dani yang diperoleh dari data lapangan berbentuk: Nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), verba (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), Penjelas (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), preposisi (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia), se-nya (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab), nomina (bahasa Indonesia) + perulangan adjektiva (bahasa Arab), ungkapan dalam bentuk frase verba (bahasa Arab) + preposisi (bahasa Indonesia), dan klausa→ Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). Melalui penelitian ini dapat disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti campur kode yang terjadi dalam ruang lingkup yang lebih luas dan penelitian juga dapat dikembangkan dengan teori alih kode yang erat hubungannya dengan campur kode.

Kata kunci: Campur kode, pola campur kode, remaja, Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan, dan sosiolinguistik.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing. Menyadari kenyataan tersebut, masyarakat sadar bahwa pentingnya mempelajari bahasa asing yang dirasakan berguna bagi bermacam bidang kehidupan seperti agama, ilmu pengetahuan, perdagangan maupun ekonomi.

Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi, pikirian, alat untuk berinteraksi, alat untuk mengekspresikan diri, dan alat untuk menampung kebudayaan.

Kemajuan ilmu dan teknologi juga menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas. Bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Fishman, 1975 : 73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu (B1), dan bahasa kedua adalah bahasa lain (B2). Weinrich (dalam Chaer dan Agustina 1995: 87) mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama.


(11)

Membicarakan suatu bahasa tidak terlepas membicarakan katagori kebahasaan yaitu variasi bahasa. Bahasa merupakan suatu kebulatan yang terjadi dari beberapa unsur. Unsur-unsur ini disebut variasi bahasa. Selanjutnnya varasi bahasa memiliki beberapa keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang disebut dengan kode. Hal ini menunjukkan adanya semacam hierarki kebahasaan yang dimulai dari bahasa sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam. Istilah kode dalam hal ini dimasudkan untuk menyebut salah satu varian dalam hierarki bahasa. Weinrich (dalam Chaer dan Agustina, 1995 : 87) mengatakan bahasa dan kode mempunyai hubungan timbal balik artinya bahasa adalah kode dan sebuah kode dapat saja berupa bahasa. Untuk memperkuat pendapat ini penulis mengutip pendapat sarjana linguistik seperti Harimurti Kridalaksana (1982) mengatakan kode merupakan :

1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.

2. Sistem bahasa dalam masyarakat. 3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa.

Situasi kebahasaan, perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin canggih, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mengakibatkan terjadinya campur kode dalam berbahasa. Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat umum Indonesia dalam bentuk lisan maupun tulisan, khususnya remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur dua belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan modern yang mempelajari pengetahuan agama dan pengetahuan umum, sekaligus sebagai tempat tinggal remaja yang duduk di bangku SMP.


(12)

Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah salah satu pendidikan untuk santri dan santriwati yang memiliki kemampuan berbahasa, baik itu bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris, sebagian dari remaja pesantren banyak yang menggunakan dua bahasa yakni bahasa Indonesia (B1) dan bahasa kedua adalah bahasa Arab (B2).

Dalam penelitian ini penulis melihat peristiwa kebahasaan yang terjadi di dalam pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, yakni penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian dengan memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara konsisten yang disebut dengan campur kode. Campur kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada pembelajaran B2 tidak mungkin dihindarkan.

Penggunaan serpihan-serpihan dari bahasa lain yang bisa berupa kata, frase, dan dalam berbahasa Indonesia menyelipkan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Peristiwa campur kode ini secara sederhana dapat terjadi pada setiap penutur bahasa yang mampu menggunakan bahasa lain di luar bahasa ibunya baik secara sempurna maupun tidak. Peristiwa ini lazim terjadi pada masyarakat yang bilingual (Chaer dan Agustina, 1995 : 164-165).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk campur kode pada remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan ?

2. Bagimanakah pola campur kode pada remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan ?


(13)

1.3 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini, campur kode yang terjadi pada remaja yaitu santriwati kelas 3 SMP di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menjelaskan bentuk campur kode yang terjadi pada remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan.

2. Menjelaskan pola campur kode pada di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitan

1. Penelitian ini dijadikan sebagai pengetahuan baru bagi masyarakat, khususya bagi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia agar semakin berminat menggali kembali peristiwa kebahasaan yang terjadi di sekitar kita.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah penelitian terhadap pemakaian bahasa tulis melalui pendekatan sosiolinguistik dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

3. Memberi informasi kepada pembaca tentang campur kode yang terdapat di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan.


(14)

4. Memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran bahasa Indonesia serta menjadi referensi tinjauan pustaka bagi penelitian selanjutnya.


(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa konsep yaitu konsep campur kode dan remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Penelitian ini berfokus pada campur kode unsur leksikal dalam sebuah kalimat.

2.1.1 Campur Kode

Campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu kedalam bahasa lain secara konsisten. Campur kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Menurut Chaer dan Agustina (2004: 116) campur kode itu dapat berupa serpihan kata, frase, dan klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan. Intinya, ada satu bahasa yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa lain. Hal ini biasanya berhubungan dengan karekteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan maupun rasa keagamaan.

2.1.2 Remaja

Usia remaja dapat dikelompokkan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berusia dua belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Remaja berada


(16)

diantara anak-anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.

2.1.3 Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

Pesantren adalah salah satu model pendidikan yang sudah lama didirikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pesantren sering disebut dengan pondok yaitu sekolah Islam yang berasrama. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan mempelajari bahasa Arab.

Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah merupakan salah satu pesantren yang modern yang berada di jalan Jamin Ginting, Paya Bundung Medan. Santri dan santriwati pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dididik dengan baik oleh para ustadz ‘guru laki-laki’ dan ustadzah ‘guru perempuan’ dan para santri harus mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ditentukan, baik dari cara berpakaian, perilaku maupun berbahasa.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami yaitu berkaitan dengan penggunaan dua bahasa, sedangkan bilingual atau dwibahasawan berkaitan dengan orang yang dapat berbicara dalam dua bahasa. Untuk dapat menentukan seseorang itu bilingual atau tidak ada batasan-batasan mengenai bilingualisme yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

Weinrich (dalam Umar, 1993: 8) mengartikan kedwibahasaan sebagai praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian. Dalam hal ini tidak diisyaratkan tingkat penguasannya. Menurut Mackey 1962 (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 112) bilingualisme


(17)

diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Nababan ( 1991: 27) mengemukakan pendapatnya tentang bilingualisme dan bilingualitas. Ia mengatakan langsung sebagai berikut :

Kalau kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi, bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita berpikir tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa, yaitu pemakai dua bahasa, kita akan sebut ini biligualitas (dari bahasa Inggris bilinguality).

Bloomfield (dalam Chaer dan Agustin, 1995: 113) mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Jadi, menurut Bloomfield seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) dengan derajat yang sama baiknya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah kemampuan penutur dalam memahami, mengerti, atau menggunakan dua bahasa atau lebih.

2.2.2 Campur Kode

Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual atau berdwibahasa, bahkan yang multilingual. Nababan (1984: 32) mengatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain apabila orang mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa lain yang menuntut adanya pencampuran bahasa tersebut. Sementara itu, Chaer dan Agustina (2004: 114) mengatakan kesamaan yang ada antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat tutur.

Banyak pendapat mengenai alih kode dan campur kode. Pada alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing-masing,


(18)

dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu, sedangkan dalam campur kode ada sebuah kode utama dan kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode.

Thelander dan Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2005: 115) memberikan pendapat mengenai campur kode. Thelander menjelaskan bahwa apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clause, hybrid pharases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, peristiwa yang terjadi adalah campur kode. Sementara itu, Fasold menjelaskan bahwa seseorang menggunakan satu kata atau frase satu bahasa dan dia memasukkan kata tersebut dalam bahasa lain yang digunakannya dalam komunikasi, maka ia telah melakukan campur kode.

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Kata dapat dibagi atas empat bagian yaitu :

1. Kata benda atau nomina

Contoh: Saya memiliki dua orang sister di rumah 2. Kata kerja atau verba

Contoh : Rina crying di ruang kelas 3. Kata sifat atau adjektiva

Contoh : Wajah anak itu beatiful 4. Kata tugas


(19)

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 1995: 151). Berdasarkan jenis atau kategori frase dibagi menjadi:

1. Frase nominal

Contoh : Saya menemui dosen di english centre kemarin sore 2. Frase verbal

Contoh : Ali positive thinking dalam mengerjakan suatu pekerjaan 2. Frase adjektival

Contoh : Tina mendapat nilai very good dari guru kimia 3. Frase preposisi

Contoh : Lina mengerjakan tugas at house

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster (Hybrid) atau kata campuran menjadi serpihan dari kata yang dimasukinya.

Contoh : Fauzi men support adiknya dalam belajar 4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata.

Penyisipan unsur yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat.

Contoh : Sinta sering shoping-shoping bersama teman kampus 5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya.


(20)

6.Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak.

Contoh : Ayah playing foodball

Dalam penelitian mengenai bentuk-bentuk campur kode ini peneliti mengambil pendapat Suwito sebagai acuan karena hanya pendapat ahli tersebut yang sesuai dengan penelitian peneliti.

Poplack 1980 (dalam Dani 2007: 200) memanfaatkan data dari percakapan penutur-penutur dwibahasa Spanyol-Inggris di Amerika Serikat yang sejalan dengan pendapat Suwito. Contoh dari kajian Poplack (1980: 615) sebagai berikut:

1)I went to the chiquita house. 2)I went to la casa chiquita.

(Saya telah pergi ke rumah yang kecil itu)

Pada contoh pertama salah karena kata adjektiva chiquita memisahkan unit sintaksis pada contoh yaitu berpola FN + FN. Peraturan pola FN +FN, kata adjektiva bahasa Spanyol chiquita tidak boleh hadir dengan kata nomina house dalam bahasa Inggris. Frase nomina pada contoh pertama diganti dengan frase nomina bahasa Spanyol seperti contoh kedua.

2.3 Tinjauan Pustaka

Menurut KBBI (2003: 1198) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, primbon. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumber tesebut adalah sebagai berikut :

Tarihoran (2000) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Campur Kode dalam Majalah Tempo. Dalam skripsinya Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur kode dalam


(21)

majalah Tempo dan latar belakang penutur menggunakan campur kode. Dikemukannya bahwa bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah Tempo berupa penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk kata, frase, dan klausa. Peneliti juga berpendapat bahwa peranan dan fungsi kebahasaan sangat menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan yang dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai penutur dan tuturannya.

Siregar (2003) yang mengkaji campur kode dalam rapat organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat di Universitas Sumatra Utara mengatakan bahwa unsur-unsur yang disisipkan dalam campur kode dalam rapat organisasi tersebut terdiri atas frase, bentuk blaster, dan pengulangan kata dalam bahasa Arab. Jenis kata yang disisipkan tersebut adalah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata ganti (pronomina).

Para peneliti sebelumya membahas terjadinya campur kode akibat situasi formal dan informal, maupun akibat faktor kebiasaan. Namun, pada penelitian ini campur kode yang terjadi diteliti dari sisi keterbatasan kemampuan linguistik yang masih sangat sederhana dalam situasi formal yakni saat proses belajar mengajar di sekolah. Campur kode yang akan diteliti dikhususkan pada remaja yang duduk di bangku SMP kelas 3, di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.


(22)

BAB III

METODE PENELITAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan letak atau tempat (KBBI, 2005: 680). Yang menjadi lokasi penelitan penulis adalah di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

3.1.2 Waktu Penelitan

Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2010. 3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi menurut Arikunto (1998: 130) adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk dibangku kelas 3 SMP yang berjumlah 200 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel penelitian menurut Arikunto (1998: 120) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Simple Random Sample (sampel acak sederhana). Sebuah sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah populasi sebanyak 200 orang yaitu santri dan santriwati yang terbagi dalam delapan kelas yang masing-masing santri terdiri dari 94 orang dan 106 orang santriwati satu kelas. Menurut Arikunto (1998: 120) apabila populasi lebih 100, maka dapat diambil 10 % - 15 % atau 15 % - 20 % sebagai sampel. Dalam penelitian, penulis


(23)

mengambil sampel 10 % dari 106 jumlah santriwati maka yang didapat adalah 106 10 00

=10,6

siswa. Jadi, peneliti hanya mengambil empat kelas secara acak tiap kelas 10 orang, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 10 x 4 = 40 orang santriwati atau 40 orang responden.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian diperlukan data yang dijadikan bahan baku untuk penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah pertama dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap. Menurut Sudaryanto (1993: 133) metode simak adalah suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Peneliti menyimak mitra bicara yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu dengan memperhatikan bahasa yang digunakan mitra bicara. Metode cakap merupakan metode yang dilakukan dengan percakapan dan kontak langsung antara penelitian dengan mitra bicara.

Sesuai dengan jenis data yang digunakan, teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik pancing dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135-137). Teknik pancing dilakukan untuk memancing informan dengan memperoleh data yang diinginkan. Sewaktu percakapan berlangsung diikuti oleh pencatatan. Teknik catat dapat membantu dalam proses pengumpulan data yang diperoleh dari informan.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah kedua yaitu metode survei. Metode survei adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau daftar tanyaan yang terstruktur dan rinci untuk memperoleh informasi dari sejumlah besar informan yang dapat mewakili populasi penelitian. Kuesioner survei berisi daftar pertanyaan yang bersifat terbuka. Pertanyaan bersifat terbuka maksudnya informan menjawab pertanyaan peneliti yang sesuai dan berbentuk esai, seperti:


(24)

SW: Keadaan pesantren baik-baik saja

PN : Bagaimanakah peraturan di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah? SW: Peraturan di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah wajib menggunakan pakaian muslimah, bersikap yang santun dengan sesamanya.

PN : Bahasa apakah yang digunakan di pesantren? Jawaban SW:

Bahasa yang digunakan adalah [allughotularobiyatu] ‘bahasa Arab’ dan bahasa Inggris.

PN : Bagaimanakah pelajaran [fii] pesantren? Bagaimanakah pelajaran ‘di’ pesantren? Jawaban SW:

Pelajarannya [so’bun] ‘susah’ [jiddan] ‘sangat’ Pelajarannya ‘sangat susah’

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dengan teknik atau metode yang sesuai. Dalam penelitian ini, teknik yang dilakukan yaitu dengan metode padan yaitu alat penentunya di luar atau terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan dapat dilakukan dengan metode pilah. Campur kode yang terjadi pada remaja akan diketahui berkat daya pilah yang akan digunakan oleh peneliti. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Arab sebagai bahasa yang dipadankan yang berupa serpihan-serpihan (pieces). Dengan metode padan maka campur kode antara bahasa Indonesia (B1) dengan bahasa Arab (B2) dapat dipadankan dalam satu kalimat.

Teknik dasar yang digunakan penelitian ini adalah teknik pilah. Disebut demikian karena setiap kata yang telah dipandankan tersebut dipilah-pilah dari bahasa pertamanya.


(25)

Daya pilah sebagai pembeda referen digunakan untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis, maka perbedaan referen yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu. Untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti harus digunakan. Dengan daya pilah itu, dapat diketahui bahwa referen itu ada yang berupa kata benda, kerja, dan sifat. Demikian juga dalam penentuan jenis frase ataupun kalimat.

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi enam macam, ditambah dengan unsur serpihan yang dicampurkan dalam bahasa Arab yang didapat berdasarkan atas data lapangan sekaligus menjawab pertanyaan 1 dan 2 pada masalah penelitian adalah sebagai berikut:

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Kata dapat dibagi atas empat bagian yaitu :

2. Kata benda atau nomina

Contoh: Saya membaca [kitaabun] ‘buku’

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur kata benda. Kata tersebut adalah [kitaabun] ‘buku’.

2. Kata kerja atau verba

Contoh : Dia [yata’allamu] ‘belajar’

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur kata kerja. Kata tersebut adalah [yata’allamu] ‘belajar’.

3. Kata sifat atau adjektiva

Contoh : Wanita itu [jamiilatun] ‘cantik’

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur kata sifat. Kata tersebut adalah [jamiilatun] ‘cantik’.


(26)

4. Kata tugas

Contoh : Toni adalah siswa yang bodoh [laakin] ‘tetapi’ dia sangat rajin Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur kata tugas. Kata tersebut adalah [laakin] ‘tetapi’.

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 1995: 151). Berdasarkan jenis atau kategori frase dibagi menjadi:

4. Frase nominal

Contoh : Rani masuk[ baru] pada hari senin

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur frase nomina. Kata tersebut adalah [madrasatun/h] yang artinya ‘sekolah’, jadi frase nomina pada contoh di atas adalah [madrasatun/h] baru ‘sekolah baru’. Pola frase nominal yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah nomina (bahasa Arab), jadi polanya berbentuk nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Indonesia).

2. Frase verbal

Contoh : Andi [ baik] dalam mengerjakan persoalan

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur frase verba. Kata tersebut adalah [aklun] yang artinya ‘berpikir’, jadi frase verba pada contoh di atas adalah [aklun] baik ‘berpikir baik’. Pola frase verbal yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah verba (bahasa Arab), jadi polanya berbentuk verba (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Indonesia).

3. Frase adjektival


(27)

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur frase adjektiva. Kata tersebut adalah [hasanun] yang artinya ‘baik’, jadi frase adjektiva pada contoh di atas adalah sangat [hasanun] ‘sangat baik’. Pola frase adjektival yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah adjektiva (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk penjelas (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab).

4. Frase preposisi

Contoh : Lusi adalah murid pindahan [ sekolah Darma Agung]

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur frase preposisi. Frase tersebut adalah [min] yang artinya ‘dari’. Pola frase preposisi yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah preposisi (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk preposisi (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia). 3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster (Hybrid) atau kata campuran menjadi serpihan dari kata yang dimasukinya.

Contoh : Feny mengerjakan laporan dengan [se nya]

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur berbentuk baster. Kata tersebut adalah [hasanun] yang artinya ‘sebaiknya’. Pola berwujud baster yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah adjektiva (bahasa Arab), jadi polanya berbentuk konfiks se-nya (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab).

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata.

Penyisipan unsur yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat.


(28)

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur perulangan kata. Kata tersebut adalah - [mahlan-mahlan] yang artinya ‘pelan-pelan’. Pola perulangan kata yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah perulangan adjektiva (bahasa Arab), jadi polanya berbentuk nomina (bahasa Indonesia) + perulangan adjektiva (bahasa Arab).

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya.

Contoh: [ sampai ke negeri China]

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur ungkapan atau idiom. Kata tersebut adalah [utlubul ilma] yang artinya ‘tuntutlah ilmu’. Pola ungkapan yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah verba (bahasa Arab) + preposisi (bahasa Indonesia).

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak.

Contoh : [Ibu nasi]

Dalam contoh di atas terdapat campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur klausa. Kata tersebut adalah [tatbakhu] yang artinya ‘memasak’. Pola klausa yang disisipkan kedalam kalimat di atas adalah verba (bahasa Arab), jadi polanya berbentuk nomina (bahasa Indonesia) + verba (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia).


(29)

Poplack 1980 (dalam Dani 2007: 200) memanfaatkan data dari percakapan penutur-penutur dwibahasa Spanyol-Inggris di Amerika Serikat yang sejalan dengan pendapat Suwito. Contoh dari kajian Poplack (1980: 615) sebagai berikut:

1)I went to the chiquita house. 2)I went to la casa chiquita.

(Saya telah pergi ke rumah yang kecil itu)

Menurut Poplack (1980), pada contoh pertama salah karena kata adjektiva chiquita memisahkan unit sintaksis pada contoh yaitu berpola FN + FN. Peraturan pola FN +FN, kata adjektiva bahasa Spanyol chiquita tidak boleh hadir dengan kata nomina house dalam bahasa Inggris. Frase nomina pada contoh pertama diganti dengan frase nomina bahasa Spanyol seperti contoh kedua.

Pfaff 1979 (dalam Dani 2007: 201) mengatakan bahwa kata adjektiva dan kata nomina yang hibrid harus sepadan dengan susunan stuktur permukaan pada contoh bahasa yang utama. Untuk pencampuran kode seperti dalam contoh pertama, Pfaff (dalam Dani 2007: 201) menambah unsur frase dalam campur kode bahasa Spanyol-Inggris. Contoh kedua menggunakan frase la casa chiquita yang gramatikal.

Berdasarkan bentuk campur kode yang dikemukakan oleh Suwito ditambah data lapangan campur kode bahasa Arab dapat dipaparkan pola sebagai berikut:

1. Nomina (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia). 2. Verba (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia). 3. Penjelas (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab). 4. Preposisi (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). 5. Se-nya (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab).

6. Nomina (bahasa Indonesia) + Perulangan Adjektiva (bahasa Arab).


(30)

8. Klausa → Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). (Suwito 1985: 78; Dani 2007: 200)


(31)

BAB IV

CAMPUR KODE PADA REMAJA

DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH

PAYA BUNDUNG MEDAN

4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode

Campur kode pada remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan berupa unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing (outercode mixing), yaitu campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi enam macam, ditambah dengan unsur serpihan yang dicampurkan dalam bahasa Arab yang didapat berdasarkan atas data lapangan adalah sebagai berikut:

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata

Dalam penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata ini, sebuah kata dari bahasa asing yakni bahasa Arab menyisip ke dalam bahasa inti yaitu bahasa Indonesia. Jenis kata yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva). Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata tersebut dapat dilihat pada kata di bawah ini:


(32)

1. Kata Benda atau Nomina

Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi, 2005: 514). Kata benda atau nomina yang berasal dari bahasa Arab banyak ditemukan dalam komunikasi di dalam kelas saat proses belajar sedang berlangsung. Kata benda dalam komunikasi tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:

a. Kata benda atau nomina yang menyatakan sapaan

Contoh pada data percakapan 1:

(1) Hadir [utadzatun/h]

Contoh pada data percakapan 2:

(2) Saya memiliki dua [qolamun]

Contoh pada data percakapan 2:

(3) [ummun] menyuruh saya belajar dengan giat

Kata-kata bahasa Arab yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas adalah kata [ustadzatun/h] ‘guru perempuan’, [qolamun] ‘pena’, [ummun] ‘ibu’. Kata-kata tersebut merupakan jenis nomina yang sama-sama menyatakan sapaan atau hubungan kekerabatan.

b. Kata benda atau nomina yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan suatu pekerjaan.


(33)

Contoh pada data percakapan 3:

(5) Mira yang jadi [faaizatun/h] saat perlombaan tenis meja

Contoh pada data percakapan 2:

(6) Dia dipanggil ke ruangan [roiisulmudaris] karena tidak mengerjakan tugasnya

Data 4 sampai dengan data 6 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Arab yang termasuk kategori kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan suatu pekerjaan. Kata-kata tersebut adalah kata [taajirun] ‘pedagang’, [faaizatun/h] ‘pemenang’, [roiisulmudaris] ‘kepala sekolah’.

c. Kata benda atau nomina yang menyatakan nama benda

Contoh pada data percakapan 3:

(7) Bagan batu adalah nama [qoryatun/h]

Contoh pada data percakapan 1:

(8) Guru saya pergi ke sekolah naik [jawwaalatun/h]

Contoh pada data percakapan 2:

(9) Saya sudah mengerjakan sampai sepuluh [kaliimatun/h]

Contoh pada data percakapan 1:

(10) Kita membuat seperti yang di [mitsaalun] tersebut

Contoh 7 sampai dengan contoh 10 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Arab yang termasuk kategori nomina yang menyatakan nama benda. Kata-kata tersebut adalah kata


(34)

[qoryatun/h] ‘kota’, [jawwaalatun/h] ‘sepeda motor’, [kaliimatun/h] ‘kalimat’, [mitsaalun] ‘contoh’.

d. Kata benda atau nomina yang menyatakan hal atau proses yang dapat dilihat pada data.

Contoh pada data percakapan 3:

(11) [afwan] saya sudah melanggar bahasa

Contoh pada data percakapan 6:

(12) Waktu untuk [aklunnahaari] sudah selesai, kita akan masuk ke ruang kelas

Contoh pada data percakapan 6:

(13) Sepulang sekolah Rani pergi [tabaddho’] bersama temannya

Contoh pada data percakapan 5:

(14) Jam keenam kita akan belajar [ilmufarooid] dengan ustadz Bukhori

Adapun kata-kata yang menyisip pada data 11 sampai dengan data 14 adalah kata [afwan] ‘maaf’, [aklunnahaari] ‘makan siang’, [tabaddho’] ‘belanja’,

[ilmufarooid] ‘ilmu ahli waris’. Jadi, data 1 sampai dengan 14 adalah data campur kode dalam bentuk nomina seperti yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 78) bahwa nomina berhubungan dengan kata benda unsur yang dibendakan unik untuk menyatakan benda sapaan, pelaku atau orang yang melakukan suatu pekerjaan, nama benda, dan kata benda yang menyatakan hal atau proses, seperti: [ustadzatun/h] ‘guru perempuan’, [qolamun] ‘pena’, [ummun] ‘ibu’, [taajirun] ‘pedagang’, [faaizatun/h] ‘pemenang’, [roiisulmudaris] ‘kepala sekolah’, [qoryatun/h] ‘kota’, [jawwaalatun/h]


(35)

‘sepeda motor’, [kaliimatun/h] ‘kalimat’, [mitsaalun] ‘contoh’, [afwan] ‘maaf’, [aklunnahaari] ‘makan siang’, [tabaddho’] ‘belanja’, [ilmufarooid] ‘ilmu ahli waris’.

2. Kata Kerja atau Verba

Kata kerja atau verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan (aksi), atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, 2005: 260). Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. Verba juga dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan.

Kata kerja atau verba yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia dalam penelitian ini adalah:

a. Kata kerja atau verba yang menyatakan aksi atau perbuatan

Contoh pada data percakapan 5:

(15) Lusi [taknusu] ruangan kelas

Contoh pada data percakapan 5:

(16) Dia [tastaiiru] buku catatan saya

Contoh pada data percakapan 6:

(17) Guru fisika [yaghdhobu] dengan muridnya

Kata-kata bahasa Arab yang menyisip pada data 15 sampai dengan 17 adalah kata [taknusu] ‘menyapu’, [tastaiiru] ‘meminjam’, [yaghdhobu] ‘marah’.


(36)

b. Kata kerja atau verba yang menyatakan keadaan digunakan untuk di dalam kalimat yang subjeknya berperan sebagai sesuatu yang tengah berada dalam situasi.

Contoh pada data percakapan 6:

(18) Nisa [tanziilu] dari tangga mesjid

Contoh pada data percakapan 6:

(19) Dia [tata’ajjabu] karena dipukul oleh teman kelasnya

Contoh pada data percakapan 6:

(20) Kami [nakhoofu] dengan guru fisika karena sangat kejam dalam mengajar

Kata-kata bahasa Arab yang menyisip pada data tersebut adalah kata [tanziilu] ‘turun’, [tata’ajjabu] ‘terkejut’, [nakhoofu] ‘takut’. Jadi, data 15 sampai dengan 20 adalah data campur kode dalam bentuk verba seperti yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 78) bahwa verba berhubungan dengan kata kerja unsur mengerjakan untuk menyatakan aksi atau perbuatan dan kata kerja yang menyatakan keadaan digunakan untuk subjek yang berperan sebagai sesuatu yang tengah berada dalam situasi, seperti: [taknusu] ‘menyapu’, [tastaiiru] ‘meminjam’, [yaghdhobu] ‘marah’, [tanziilu] ‘turun’,

[tata’ajjabu] ‘terkejut’, [nakhoofu] ‘takut’.

3. Kata Sifat atau Adjektiva

Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Penyisipan kata sifat dalam penelitian ini adalah:


(37)

Contoh pada data percakapan 2:

(21) Cuaca hari ini [bariidun] banget

Contoh pada data percakapan 6:

(22) Wajahnya sok [jamiilatun/h]

Contoh pada data percakapan 5:

(23) Jam tangannya yang berwarna [asfaarun] hilang saat jam istirahat

Contoh pada data percakapan 4:

(24) Saya [atta’ajjabu] saat dipanggil dengan guru biologi

Kata-kata bahasa Arab yang menyisip dalam contoh di atas adalah kata [bariidun] ‘dingin’, dan [jamiilatun/h] ‘cantik’ digunakan untuk menyatakan penilaian pada kata benda. Penilaian ini baik mengenai keadaan sikap batin maupun lahir.

Pada data 23 terdapat kata [asfaarun] yang artinya kuning termasuk dalam adjektiva yang menyatakan warna pada kata benda. Data 24 adalah kata [ata’ajjabu] ‘kaget’ yang menyatakan perasaan batin digunakan pada kata benda atau frase benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan. Jadi, data 21 sampai dengan 24 adalah data campur kode dalam bentuk adjektiva seperti yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 78) bahwa adjektiva berhubungan dengan kata sifat yang menyatakan penilaian pada kata benda, baik mengenai penilaian keadaan sikap batin maupun lahir dan kata sifat yang menyatakan warna pada kata benda dan menyatakan perasaan batin pada kata benda atau frase benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan seperti: [bariidun] ‘dingin’, [jamiilatun/h] ‘cantik’, [asfaarun] ‘kuning’, [ata’ajjabu] ‘kaget’.


(38)

4. Kata Tugas

Salah satu bagian dari kata tugas adalah kata sambung atau konjungsi. Kata sambung atau konjungsi adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Alwi, 2005: 587).

Contoh pada data percakapan 3:

(25) Jam kedua kita pelajaran tajwid [auw] pelajaran biologi?

Contoh pada data percakapan 3:

(26) Kamu belajar [auw] main-main?

Kata yang menyisip dalam campur kode di atas adalah kata [auw] ‘atau’. Kata [auw] merupakan jenis kata sambung atau konjungsi koordinatif yang menyatakan hubungan pemilihan.

Contoh pada data percakapan 3:

(27) Hari ini Ibu tidak masuk karena ada rapat guru [laakin] tetap belajar, jangan ada yang ribut!

Kata yang menyisip dalam campur kode di atas adalah kata [laakin] ‘tetapi’. Kata [laakin] merupakan jenis kata sambung atau konjungsi koordinatif yang menyatakan hubungan perlawanan atau pertentangan. Jadi, data 25 sampai dengan 27 adalah data campur kode dalam bentuk kata tugas seperti yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 78) bahwa kata tugas adalah kata sambung atau konjungsi yaitu konjungsi koordinatif yang menyatakan hubungan pemilihan dan hubungan perlawanan atau pertentangan, seperti: [auw] ‘atau’, [laakin] ‘tetapi’.


(39)

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase maksudnya penyisipan frase dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa inti. Selama masa penalitian jenis frase yang ditemukan berupa frase nomina atau benda, frase adjektiva atau sifat, frase verba atau kerja dan frase preposisi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase dapat dilihat pada data berikut:

1. Frase Nomina

Frase nomina adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina (Ramlan, 1995: 158).

Contoh pada data percakapan 3:

(28) Adeisma memakai [qomiisun] [jadiidun] di hari senin.

Contoh pada data percakapan 3:

(29) Siti masuk [qismu] [allughoh] karena melanggar bahasa.

Contoh pada data percakapan 5:

(30) Teman-teman yang datang di [yaumu] [alwilaadatu/h] Salsa sangat banyak.

Pada contoh di atas terdapat penyisipan frase nomina bahasa Arab seperti [qomiisun] [jadiidun] ‘baju baru’, [qismu] [allughoh] ‘pusat bahasa’ dan [yaumu] [alwilaadatu/h] ‘pesta ulang tahun’. Ketiga frase tersebut termasuk frase nomina yang menyatakan hal yang dapat dilihat.


(40)

Contoh pada data percakapan 5:

(31) Tas sekolah santriwati seperti [mahfazotun] [almasyu]

Pada contoh di atas terdapat penyisipan frase nomina bahasa Arab yaitu [mahfazotun] [almasyu] diantara kata-kata Indonesia dalam kalimat bahasa Indonesia yang artinya tas perjalanan.

2. Frase Verba

Frase verba adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal (Ramlan, 1995: 168).

Penyisipan jenis frase verba dapat dilihat pada data percakapan 5:

(32) Bagaimanakah dengan [aklun] [hasanun] ?

Contoh pada data percakapan 6:

(33) Novi selalu [aklun] [qobiihun]

Frase bahasa Arab di atas adalah [aklun] [hasanun] ‘berpikir baik’ dan [aklun] [qobiihun] ‘berpikir buruk’ yang keduanya merupakan frase verba yang menyatakan sikap.

3. Frase Adjektiva

Frase adjektiva adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata adjektiva (Ramlan, 1995: 176).

Frase adjektiva yang ditemukan pada penelitian ini dapat dilihat pada data percakapan 5:


(41)

(34) Dilarang membuang sampah sembarangan di dalam kelas!. Karena membuat pandangan yang [qobiihun] [jiddan].

Contoh pada data percakapan 6:

(35) Mengapa cuaca hari ini [bariidun] [jiddan] ?

Contoh pada data percakapan 6:

(36) Aku dapat nilai [hasanun] [jiddan] pada pelajaran bahasa Inggris.

Frase Adjektiva bahasa Arab yang menyisip pada contoh di atas adalah [qobiihun] [jiddan] ‘sangat buruk’, [bariidun] [jiddan] ‘sangat dingin’, dan [hasanun] [jiddan] ‘sangat baik’. Keseluruhan dari contoh frase tersebut adalah frase adjektiva yang menyatakan sifat buruk, sifat dingin dan sifat baik.

4. Frase Preposisi

Frase preposisi adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata depan.

Penyisipan frase preposisi dalam bahasa Arab dapat dilihat pada data percakapan 4:

(37) Niar jatuh [min] tangga asrama

Contoh pada data percakapan 6:

(38) Ibu guru menerangkan pelajaran bahasa Indonesia [fii] ruang kelas

Contoh pada data percakapan 6:


(42)

Frase preposisi bahasa Arab yang menyisip pada contoh di atas adalah [min] ‘dari’, [fii] ‘di’, [ilaa] ‘ke’. Frase tersebut termasuk kategori frase preposisi yang menyatakan suatu tempat yang dituju.

4.1.3 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Bentuk Baster

Istilah bentuk baster dalam penelitian ini mengacu pada bentuk campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab yang digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia yang merupakan inti. Berdasarkan data yang diperoleh, bentuk baster yang didapat selama masa penelitian adalah sebagai berikut:

1. awalan + kata 2. kata + enklitik 3. frase + enklitik

1. Awalan + Kata

Contoh pada data percakapan 5:

(40) Kita harus men- [bahtsun] buku perpustakaan yang hilang

Bentuk baster yang menyisip pada contoh 40 di atas adalah me- [bahtsun] yang berasal dari bentuk baster dari awalan me- dan kata [bahtsun]. Awalan me- berasal dari bahasa Indonesia dan kata [bahtsun] ‘cari’ berasal dari bahasa Arab. Jadi arti men-[bahtsun] adalah mencari.

2. Kata + Enklitik


(43)

(41) Feny [wajhun] –nya terluka karena jatuh dari sepeda motor

Contoh pada data percakapan 6:

(42) Yanti [lisaanun] -nya sangat baik

Bentuk baster yang menyisip pada contoh 41 adalah kata [wajhun] -nya. Kata [wajhun] ‘wajah’ berasal dari bahasa Arab dan enklitik –nya berasal dari bahasa Indonesia. Kata [wajhun] merupakan kata nomina atau benda yang menyatakan hal menyatakan milik atau kepunyaan. Jadi, [wajhun] –nya artinya wajahnya.

Pada contoh 42 juga dijumpai bentuk baster yaitu kata [lisaanun] –nya. Kata [lisaanun] ‘pengucapan’ berasal dari bahasa Arab dan enklitik –nya berasal dari bahasa Indonesia. Kata [lisaanun] termasuk kata kerja yang menyatakan aksi atau perbuatan, sedangkan enklitik –nya dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti yang menyatakan milik atau kepunyaan. Jadi, [lisaanun] –nya artinya pengucapannya.

3. Frase + Enklitik

Contoh pada data percakapan 6:

(43) [khidzaaun] [jadiidun] –nya kekecilan sewaktu dipakai pergi ke sekolah

Pada data 43 dijumpai bentuk baster yang terdiri dari frase [khidzaaun] [jadiidun] dan enklitik –nya. Frase [khidzaaun] [jadiidun] ‘sepatu baru’ berasal dari bahasa Arab dan enklitik –nya berasal dari bahasa Indonesia. Frase [khidzaaun] [jadiidun] termasuk frase nomina yang menyatakan nama benda, sedangkan enklitik –nya dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai kata ganti dan mengandung makna milik atau kepunyaan. Jadi, frase [khidzaaun] [jadiidun] –nya artinya sepatu barunya.


(44)

4.1.4 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Perulangan Kata

Dalam penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata adalah bahasa Arab dimasukkan ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Selama masa penelitian, hanya terdapat beberapa bentuk perulangan kata adjektiva (kata sifat), dan kata verba (kata kerja). Penyisipan tersebut dapat dilihat dalam data percakapan 6:

(44) Guru kita menggunakan mobil dengan - [mahlan-mahlan]

Contoh pada data percakapan 6:

(45) Ayu - [godhobun-godhobun] di ruangan kelasnya

Contoh pada data percakapan 6:

(46) Dia sering - [istabdho’-istabdho’] bersama temannya

Pada contoh 44 dan 45 di atas terdapat penyisipan perulangan kata yaitu - [mahlan-mahlan] ‘pelan-pelan’ dan - [godhobun-godhobun] ‘marah-marah’. Perulangan kata - [mahlan-mahlan] dan - [godhobun-godhobun] berasal dari bahasa Arab dan berbentuk perulangan kata adjektiva (kata sifat).

Pada contoh 46 di atas terdapat penyisipan perulangan kata yaitu -

[istabdho’-istabdho’] ‘belanja-belanja’. Perulangan kata - [istabdho’-istabdho’] berasal dari bahasa Arab dan berbentuk perulangan kata verba (kata kerja).

4.1.5 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Ungkapan atau Idiom

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom adalah penyisipan kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya (Tarihoran, 2009: 9).


(45)

Bentuk ungkapan dalam bahasa Arab dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia yang merupakan bahasa inti. Penyisipan tersebut dapat dilihat pada contoh data percakapan 2:

(47) [utlub] [al-Ilma] sampai ke negeri China

Bentuk ungkapan yang menyisip pada contoh kalimat di atas adalah [utlub] [al-Ilma] yang artinya tuntutlah ilmu.

4.1.6 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa

Klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak (Ramlan, 1995: 89).

Contoh pada data percakapan 6:

(48) Santi [tata’allamu] bahasa Arab

Klausa bahasa Arab yang menyisip pada contoh di atas adalah [tata’allamu] ‘belajar’. Klausa tersebut termasuk klausa verbal. Hal ini dapat dilihat dari unsur predikat yang berupa kata kerja atau verba.


(46)

4.2 Pola Campur Kode pada Remaja di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi delapan pola, ditambah dengan unsur serpihan yang dicampurkan dalam bahasa Arab yang didapat berdasarkan atas data lapangan adalah sebagai berikut:

4.2.1 Nomina (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia)

Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adapun contoh pola campur kode adalah sebagai berikut:

Contoh pada data percakapan 6:

(5) Rina masuk [ baru] pada hari rabu

Contoh pada data percakapan 3:

(6) Susi memakai [ bagus] di sore hari

Pada contoh 5 dan 6 termasuk frase nomina dalam bahasa Arab yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina. Kata tersebut adalah [madrasatun/h] ‘sekolah’ dan [qomiisun] ‘baju’. Pola frase nomina yang disisipkan pada kalimat di atas [madrasatun/h] ‘sekolah’ adalah nomina (bahasa Arab) dan [qomiisun] ‘baju’ adalah nomina (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk menjadi nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Indonesia).


(47)

Verba atau kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan (aksi), atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, sedangkan adjektiva atau kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

Contoh pola campur kode pada data percakapan 3:

(7) Ibu Lusi [ baik] dalam mengerjakan persoalan

Contoh pola campur kode pada data percakapan 4:

(8) Fanni [ buruk] di depan gurunya

Pada contoh 7 termasuk frase verba dalam bahasa Arab yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verba. Kata tersebut adalah [aklun] ‘berpikir’. Pola frase verba yang disisipkan pada kalimat di atas [aklun] ‘berpikir’ adalah verba (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk menjadi verba (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Indonesia).

Pada contoh 8 termasuk frase verba dalam bahasa Arab yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verba. Kata tersebut adalah [ta’malu] ‘berperilaku’. Pola frase verba yang disisipkan pada contoh 8 di atas [ta’malu] ‘berperilaku’ adalah verba (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk menjadi verba (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Indonesia).

4.2.3 Penjelas (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab)

Penjelas bertujuan untuk menyatakan penilaian yaitu bersifat buruk, bersifat baik, dingin, cantik, dan biasa terjadi pada frase adjektiva. Adjektiva atau kata sifat adalah kata


(48)

yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adapun contoh pola campur kode adalah sebagai berikut:

Contoh pada data percakapan 4:

(9) Leny [sangat ] jika menggunakan baju itu

Pada contoh 9 termasuk frase adjektiva dalam bahasa Arab yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata adjektiva. Kata tersebut adalah [jamiilatun] ‘cantik’. Pola frase adjektiva yang disisipkan pada kalimat di atas [jamiilatun] ‘cantik’ adalah adjektiva (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk menjadi penjelas (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab).

4.2.4 Preposisi (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia)

Preposisi disebut dengan kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi dengan konstituen di belakang preposisi, misalnya: pergi [ilaa] ‘ke’ pasar termasuk preposisi ‘ke’ menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar, sedangkan nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.

Contoh pola campur kode pada data percakapan 4:

(10) Yuli adalah murid pindahan [ sekolah Darma Agung]

Pada contoh 10 termasuk frase preposisi dalam bahasa Arab yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata depan, kata tersebut adalah [min] ‘dari’. Pola frase preposisi yang disisipkan pada kalimat di atas [min] ‘dari’ adalah preposisi (bahasa Arab), jadi pola tersebut berbentuk menjadi preposisi (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia).


(49)

4.2.5 Se-nya (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab)

Awalan se-nya termasuk unsur-unsur yang berwujud bentuk baster yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab yang digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia yang merupakan inti, sedangkan adjektiva atau kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

Contoh pola campur kode pada data percakapan 4:

(11) Feny mengerjakan laporan dengan [se nya]

Pada contoh 11 termasuk penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster. Kata tersebut adalah [hasanun] ‘baik’, jadi se nya artinya ‘sebaiknya’. Pola berwujud baster yang disisipkan pada kalimat di atas se nya adalah konfiks se-nya (bahasa Indonesia) + adjektiva (bahasa Arab).

4.2.6 Nomina (bahasa Indonesia) + Perulangan Adjektiva (bahasa Arab)

Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian, sedangkan perulangan adjektiva bahasa Arab maksudnya perulangan kata adjektiva menyisip ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat. Adapun contoh pola campur kode adalah sebagai berikut:

Contoh pada data percakapan 3:

(12) [Fitri - ]dengan temannya

Pada contoh 12 termasuk penyisipan yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat, kata tersebut adalah - [taghdob-taghdob] ‘ marah-marah’. Pola berwujud perulangan


(50)

kata yang disisipkan pada kalimat di atas - [taghdob-taghdob] adalah nomina (bahasa Indonesia) + perulangan adjektiva (bahasa Arab).

4.2.7 Ungkapan dalam bentuk frase verba (bahasa Arab) + Preposisi (bahasa Indonesia) Ungkapan dalam bentuk frase verba maksudnya adalah kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya. Preposisi atau kata depan yaitu menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi dengan konstituen di belakang preposisi. Adapun contoh pola campur kode adalah sebagai berikut:

Contoh pada data percakapan 2: (13) [ sampai ke negeri China]

Pada contoh 13 termasuk penyisipan berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya. Kata tersebut adalah [utlubu] [al-Ilma] ‘tuntutlah ilmu’. Pola berwujud ungkapan yang disisipkan pada kalimat tersebut [utlubu] [al-Ilma] adalah verba (bahasa Arab) + preposisi (bahasa Indonesia).

4.2.8 Klausa → Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia)

Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak (Ramlan, 1995: 89).

Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian, sedangkan verba atau kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan (aksi), atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.


(51)

(14) [Ibu nasi]

Contoh pola campur kode pada data percakapan 6: (15) [Pak guru Andi bahasa Arab]

Contoh pola campur kode pada data percakapan 6: (16) [Eni catatan biologi]

Pada contoh 14 sampai dengan 16 termasuk penyisipan berwujud klausa yaitu [tatbakhu] ‘memasak’, [yuallim/u] ‘mengajar’, [taktub/u] ‘menulis’. Pola berwujud klausa yang disisipkan pada kalimat tersebut [tatbakhu] adalah nomina (bahasa Indonesia) + verba (bahasa Arab) + nomina (bahasa Indonesia).

Jadi pola yang terbentuk menurut Suwito (1985: 78) terbentuk seperti di bawah ini: 1. Nomina (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia).

2. Verba (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia). 3. Penjelas (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab). 4. Preposisi (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). 5. Se-nya (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab).

6. Nomina (bahasa Indonesia) + Perulangan Adjektiva (bahasa Arab).

7. Ungkapan dalam bentuk frase verba (bahasa Arab) + Preposisi (bahasa Indonesia). 8. Klausa → Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa


(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan diwajibkan para santri dan santriwati menggunakan bahasa Arab dan Bahasa Inggris, oleh karena itu dalam berkomunikasi sehari-hari sering terjadi alih kode dan campur kode.

Campur kode dapat terjadi dalam komunikasi remaja yang ada di sekolah ataupun di luar sekolah. Keadaan campur kode ini terjadi di dalam pesantren Ar-Raudhatul Hasanah sebagai sekolah yang menerapkan komunikasi dan pembelajaran dalam bahasa Arab. Bentuk-bentuk campur kode yang terjadi pada remaja yang duduk di bangku sekolah kelas tiga SMP di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan adalah penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase, penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster, penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Pola campur kode pada remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah sebagai berikut:

1. Nomina (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia). 2. Verba (bahasa Arab) + Adjektiva (bahasa Indonesia). 3. Penjelas (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab). 4. Preposisi (bahasa Arab) + Nomina (bahasa Indonesia). 5. Se-nya (bahasa Indonesia) + Adjektiva (bahasa Arab).


(53)

6. Nomina (bahasa Indonesia) + Perulangan Adjektiva (bahasa Arab).

7. Ungkapan dalam bentuk frase verba (bahasa Arab) + Preposisi (bahasa Indonesia). 8. Klausa → Nomina (bahasa Indonesia) + Verba (bahasa Arab) + Nomina (bahasa

Indonesia).

5.2 Saran

Penelitian ini khusus membahas campur kode yang terjadi pada remaja dalam lingkungan pesantren yang diikat oleh berbagai peraturan. Oleh sebab itu, penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti campur kode yang terjadi dalam ruang lingkup yang lebih luas. Selain itu, penelitian juga dapat dikembangkan dengan teori alih kode yang erat hubungannya dengan campur kode.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta : Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Dani, Noor Aina. 2007. Pengantar Psikolinguistik. Malaysia : Sasbadi.

Fishman, J.A. 1975. The Description of Societal Bilingualism. Paris : Mouton.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kelas Kata Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Ramlan, 1995. Sintaksis. Yogyakarta : Karyono

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press.

Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik. Surakarta: Henary Offset Solo.

Umar, Azhar. 1993. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik Suatu Pengantar. Medan : Pustaka Widyasarana.


(55)

Skripsi

Siregar Sofia, 2003. “Campur Kode antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa

Arab dalam Rapat Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat USU”. (Skripsi). Fakultas Sastra USU Medan.

Tarihoran, Muhammad Sofian. 2000. “Analisis Campur Kode dalam Majalah

Tempo”. (Skripsi). Fakultas Sastra USU Medan.

Kamus

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta : P.T. Hidakarya Agung.

Internet

Mappiare. 1982. Pengertian Remaja

`pada tanggal 12/11/2009.

Howard M. Federspiel. Pesantren


(56)

LAMPIRAN I

Data Percakapan 1

Ibu guru : “Anak-anak, kita lanjutkan pelajaran bahasa Arab untuk hari ini. Topik

Kita hari ini tentang [fi’lu] [almudhoori’] ‘kata kerja dalam

bahasa Arab. Jadi, disaat ibu menerangkan tidak boleh ribut dan

mengantuk dalam kelas karena pelajaran hari ini sangat sulit. Kata kerja

dalam bahasa Arab dibedakan menjadi delapan macam antara lain: saya dalam bahasa Arab [ana], kita dalam bahasa Arab [nahnu],

kamu laki-laki dalam bahasa Arab [anta], kamu perempuan dalam

bahasa Arab [anti], dia laki-laki dalam bahasa Arab [huwa], dia

perempuan dalam bahasa Arab [hiya], mereka perempuan dalam

bahasa Arab adalah [hunna], dan mereka laki-laki dalam bahasa Arab

adalah [hum]”.


(57)

Ibu Guru : Kata kerja bahasa Arab dalam contoh adalah ibu [tatbakhu] artinya

ibu memasak. Apakah kamu sudah mengerti?

Murid : Sudah buk....

Ibu guru : “Baiklah kita akan lanjutkan pelajaran kita tentang kosa kata yang belum

diketahui”.

Murid : Setelah itu kami menghafalnya buk?

Ibu guru : Iya, kamu sangat [maahirun/r] ‘cerdas’, kemana si Susi?

Murid : “Hadir [ustadzah], tapi dia permisi dengan ketua kelas ke kamar

mandi”.

Ibu guru : Baiklah anak-anak, siapa yang [ta’rif] ‘mengerti’ kosa kata sepeda

motor?

Murid : saya ngerti buk.

Ibu guru : Baiklah coba kamu masukkan kosa kata itu beserta kalimat?

Murid : Guru saya pergi ke sekolah naik [jawwaalatun/h] ‘sepeda motor’

Ibu guru : Baiklah anak-anak, kerjakan soal yang ada di papan tulis!

Murid : Kita membuat seperti yang di [mitsaalun/l] ‘contoh’ buk?

Ibu guru : Iya anak-anak, mengerjakannya jangan ada yang ribut!


(58)

Data Percakapan 2

Bel berbunyi, menandakan untuk beristirahat. Para remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah beristirahat, ada yang sholat duha dan ada juga yang pergi ke kantin.

Yanti : “Cuaca hari ini [bariidun/d] ‘dingin ya, tidak mendukung untuk

belajar”.

Feny : “Walaupun cuaca hari ini dingin tetapi kita harus tetap semangat dong”.

Yanti : “Wah semangat banget Fen?”

Feny : Kita harus semangat, [ummun] ‘ibu’ menyuruh saya belajar dengan

giat.

Yanti : “Oh begitu ya?”

Feny : Iya dong.

Yanti : Baguslah kalau begitu.

Feny : “Ayo kita ke kantin Yan?”

Yanti : Waktu istirahat kan sudah mau habis, apa masih bisa?

Feny : Bisa Yan. Oh ya si Lusi dimana kok nggak nampak dari tadi?

Yanti : Oh dia dipanggil ke ruangan [roiisulmudaris] ‘kepala

sekolah’ karena tidak mengerjakan tugasnya.


(59)

Yanti : Nggak ah, ayahku seorang [taajirun/r] di pasar tradisional.

Feny : “Ayo kita ke ruang kelas”.

Yanti : Ok.

Mira : Fen, ada pulpen dua?

Feny : [afwan] ‘maaf’ pulpenku cuma satu.

Rani : Saya memiliki dua [qolamun/m] ‘pulpen’.

Mira : Boleh [ana] ‘saya’ pinjam?

Rani : Boleh.

Mira : [syukron] ‘terima kasih’.

Rani : [na’am] ‘iya’.

Nisa : Ran, kamu sudah selesai tugas al-Insya’?

Rani : [kholas] ‘sudah’. Saya sudah mengerjakan sampai sepuluh

[kalimatin/tun] ‘kalimat’.

Nisa : Hebat ya?

Rani : Memang harus begitu.

Ibu guru : “Anak-anak, kita akan belajar mahfuzot. Baiklah sebelum pelajaran baru

Ibu ingin bertanya pelajaran minggu lalu, apakah artinya [utlubu]

[alilma] sampai ke negeri China?


(60)

China.

Ibu guru : Iya kamu pintar. Baiklah kita lanjutkan pelajaran mahfuzot sekarang.

Anak-anak dengarkan baik-baik, [man] [jadda] [wajada].

Yanti : Apa buk artinya?

Ibu guru : Artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia akan dapat.

Lusi : Bagus sekali ya buk kalimatnya.

Data Percakapan 3

Santi : Jam kedua kita pelajaran tajwid [auw] ‘atau’ pelajaran biologi?

Novi : Jam kedua kita pelajaran biologi, emang [anti] ‘kamu’ belum ada

Roster pelajarannya?

Santi : Belum.

Novi : “Oh…pantas nggak tau pelajaran les kedua”.

Ade : Ibu Ani guru biologi datang nggak?

Linda : Hari ini ibu tidak masuk karena ada rapat guru [laakin] ‘tetapi’ kita

Tetap belajar, jangan ada yang ribut!

Novi : Lin, kita ada tugas dari ibu Ani?


(61)

sama Linda ya teman-teman’.

Laily : Emang kita mengerjakan soal halaman berapa?

Novi : “Halaman 123 yang pilihan berganda, tapi [ana] ‘saya’ udah siap. Oh

Ya pemenang lomba tenis meja kemarin siapa San?

Santi : Mira yang jadi [faaizatun/h] saat perlombaan tenis meja kemarin.

Novi : “Wah bangga dong wali kelas kita?”

Santi : [na’am] ‘iya’ dong.

Ade : Woi hati-hati si Susi tadi malam di panggil ustadzah, Susi masuk

[qismu] [allugho] ‘bagian bahasa’.

Santi : Emangnya kenapa?

Ade : Biar kita berhati-hati!

Santi : “Jangan berbahasa Indonesia di depan dia dong”.

Ade : “Iya sih. Bagus juga ide si Santi”.

Ayu : San, [anti] tinggal di Bagan batu?

Santi : Iya.

Ayu : Bagan batu nama [qoryatun/h]?

Santi : Iya, Bagan batu adalah nama [qoryatun/h] ‘kota’.

Linda : [limaadza] ‘kenapa’ [billughotul watoniyyati/h] ‘berbahasa


(62)

Ayu : [afwan] ‘maaf’ saya sudah melanggar bahasa.

Linda : “Tiba-tiba [tadribu/b] ‘memukul’ teman kelasnya si Ade, karena

[ana] ‘saya’ udah diamanahkan tidak boleh ribut dalam kelas!”

Ayu : “Baguslah Lin”.

Santi : [ana] ‘saya’ lapar banget. Masih lama istirahat kedua Yu?

Ayu : “Bentar lagi San”.

Santi : Si Susi memakai [qomiisun] ‘baju’ bagus.

Susi : [na’am] ‘iya’ baru dibeli [ummii] ‘ibuku’.

Yuli : Oh ya teman-teman, ibu Lusi sangat cerdas ya?

Fitri : Ibu Lusi memang cerdas, ibu Lusi aja [aklun] ‘berpikir’ baik dalam

mengerjakan persoalan.

Susi : “Hebat ya ibu Lusi”.

Fitri : Contohlah sifat ibu itu?

Susi : “Pasti kita contohlah yang baik-baik sifatnya”.

Niar : “Sepertinya ada yang memakai baju baru neh di hari senin”.

Susi : Emang siapa?

Niar : Adeisma memakai [qomiisun] ‘baju’ [jadiidun] ‘baru’ hari

senin ini.


(63)

Niar : Belajar dong, kan nggak ada gurunya.

Tika : Jadi, kalau ada guru baru belajar?

Niar : Ya, begitulah. Sok rajin si Tika.

Fitri : Udah jangan ribut di kelas!

Susi : “Si Fitri - [tagdhobu-tagdhobu] ‘marah-marah’ aja dengan

temannya”.

Data Percakapan 4

Saatnya bel untuk pulang, remaja-remaja kelas tiga SMP berpulangan ke asrama masing-masing untuk melaksanakan sholat zuhur berjama’ah di mesjid, setelah itu mereka maka siang.

Rina : “Saya [ata’ajjabu] ‘terkejut’ saat dipanggil dengan guru biologi

Waktu pelajaran biologi tadi”.

Fanni : Emangnya kenapa?

Rina : “Karena [ana] ‘saya’ belum siap tugas biologi”.

Fanni : “Oh pantaslah kamu terkejut”.


(64)

ya?

Fanni : Siapa yang bilang?

Rina : [ana] ‘saya’ taunya dari Tika.

Fanni : Awas dia ya!

Yuli : “Udah gak boleh jadi musuh Fan”.

Rina : Yuli anak pindahan dari mana?

Yuli : “Yuli adalah murid pindahan [min] ‘dari’ sekolah Darma Agung”.

Rina : “Jadi teman Yuli masih sedikit dong”.

Yuli : Iya sih. Oh ya murid kelas III E yang putih itu siapa namanya?

Rina : “Oh dia itu si Amel”.

Yuli : Leny sangat [jamiilatun/h] ‘cantik’ jika menggunakan baju itu.

Rina : “Dia memang cantik di kelas III E apalagi menggunakan baju itu. Tapi,

lebih senang melihat orang pintar. Si Feny adalah murid kelas III C, dia

mengerjakan laporan dengan se [hasanun] nya ‘sebaiknya’ karena

kepintarannya orang senang melihatnya”.

Yuli : Wah bagus banget dia, ada juga teman sekolah Yuli dulu namanya Susi.

Dia adalah murid yang pintar [laakin] ‘tetapi’ dia sangat malas,

karena dia sangat malas maka dia tinggal kelas.


(65)

Yuli : “Mungkin mau hujan. Oh ya si Niar katanya jatuh tangga asrama,

kita nggak menjenguk dia di rumah sakit?”

Fanni : “Ayolah jenguk [soohibatun/h] ‘sahabat’ kita”.

Rina : Kita [nahmilu/l] ‘membawa’ apa untuk dia?

Yuli : “Buah aja ya”.

Rina : Boleh juga.

Data Percakapan 5

Suasana di ruang kelas III SMP di pagi hari, mereka sibuk masing-masing. Ada yang sarapan dan ada juga yang mempersiapkan roster pelajaran.

Leny : Jam keenam kita akan belajar [ilmu] [alfarooid] ‘ilmu ahli

waris’ ya dengan ustadz Bukhori?

Lusi : Iya.

Leny : [anti] ‘kamu’ piket kelas ya Lus?. Wah rajin banget Lusi

[taknusu/s] ‘menyapu’ ruangan kelas.

Nisa : Len, sebelum ustadz Bukhori datang, [ana] ‘saya’ boleh nggak pinjam

buku catatan al-Farooid?

Leny : “Waduh…dia udah [tastaiiru/r] buku catatan saya. Pinjam aja


(66)

Nisa : [syukron] ‘terima kasih’ Len.

Leny : Si Feny kenapa dengan [wajhun] nya?

Nisa : “Feny [wajhun] ‘wajah’nya terluka karena jatuh dari sepeda motor

pergi bersama buk Lala”.

Leny : “Kasihan banget dia”.

Tiba-tiba murid kelas III C membuang sampah tidak pada tempatnya, karena sudah kebiasaan buruk yang tidak patut diikuti.

Lusi : Ayu…..dilarang membuang sampah sembarangan di dalam kelas!.

Karena membuat pandangan yang [qobiihun] [jiddan]’sangat

Jelek’.

Ayu : “Baiklah nggak [ana] ‘saya ulangi lagi perbuatanku”.

Lusi : Ingat itu!

Ayu : Iya.

Rani : “Lus, kita kan sudah menghilangkan buku perpustakaan. Jadi, kita harus

men- [bahtsun] ‘mencari’ buku perpustakaan yang hilang”.

Lusi : Kapan kita cari?

Rani : “Nanti sepulang dari sekolah. Oh ya teman-teman yang datang di

[yaumu] [alwilaadatu/h] Salsa sangat banyak juga ya?”


(67)

[hasanun] ‘berpikir baik’?

Rani : “Itu sangat mudah Lus, yang penting kita tidak boleh terpengaruh dengan

teman kita yang berpikiran buruk”.

Lusi : [syukron] ‘terima kasih’Ran, kamu teman yang sangat baik.

Ibu guru : Mengapa tas sekolah santriwati seperti [mahfazotun]

[almasyu] ‘tas perjalanan’?

Murid : Iya buk, tas kami sangat berjasa dengan kami buk.

Ibu guru : Kenapa berjasa?

Murid : “Iya buk, berjasa membawa buku-buku kami buk”.

Ibu guru : “Kalau begitu [antunna] ‘kalian permpuan’ harus menjaga tasnya

supaya tidak rusak”.

Salah satu murid kelas III E melapor ke gurunya bahwa jam tangannya hilang di letakkan di kamar mandi.

Santi : Ran, jam tangannya hilang ya?

Rani : “Iya San”.

Santi : Jam tangannya yang bewarna [asfaarun] ‘kuning’?

Rani : “Iya San, hilang saat jam istirahat di kamar mandi”.

Santi : [ana] ‘saya’ menemukannya Ran.


(68)

Santi : Iya.

Rani : [syukron] ‘terima kasih’ ya San.

Santi : Iya sama-sama, lain kali jangan letak sembarangan!

Rani : Oke.

Data Percakapan 6

Rina adalah murid pindahan dari sekolah Al-Manar, di hari rabu Rina masuk [madrasatun/h] ‘sekolah’ baru yang terletak di jalan Jamin Ginting KM.11 Paya Bundung Medan, yaitu di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Rina : Saya membeli [qomiisun/s] ‘baju’ karena saya masuk sekolah baru.

Yuli : “Kami menyambut Rina dengan senang hati, karena sudah berminat

sekolah disini”.

Rina : “Terima kasih semuanya”.

Yuli : “Itu adalah Santi, dia sedang [tata’allamu] ‘belajar’ bahasa Arab. San

kenalkan ini Rani murid baru pindahan dari sekolah Al-Manar”.

Santi : “Iya [ana] ‘saya’ Santi Fuji Lestari”.

Rina : “Kalau saya Rina Andriana”.


(69)

Rina : Terima kasih. Oh ya yang di ujung sana siapa namanya?

Santi : Oh…dia adalah Ayu, dia sering - [godhobun-godhobun]

‘marah-marah’ nggak jelas di ruangan kelas.

Rina : Kenapa?

Santi : “Tanya aja sama orangnya”.

Rina : Oh gitu ya?

Santi : “Karena saya sendiri kurang ngerti kenapa dia begitu”.

Rina : Kalau yang sebelahnya siapa?

Yuli : “Dia adalah Yanti, Yanti itu [lisanun]’ucapan’ nya sangat baik,

apalagi kalau membaca Al-Qur’an sangat merdu suaranya”.

Rina : Dalam satu lokal ini karakternya berbeda-beda ya?

Yuli : “Oh emang iya”.

Novi : Wah…..ada murid baru neh, kenalan dong?

Rina : Saya Rina.

Novi : [ana] ‘saya’ Nida. Wah wajahnya sok [jamiilatun/h] gitu.

Yuli : [anti] ‘kamu’ tidak boleh begitu, maklum aja ya Rin si Novi itu selalu

[aklun] [qobiihun] ‘berpikir buruk’ dengan orang lain, padahal


(70)

Rina : “Nggak apa kok Yul”.

Yuli : Udah makan siang San?

Santi : Belum, waktu untuk [aklu] [annahaari] sudah selasai, kita akan

masuk ruangan kelas.

Yuli : “Ya udah sepulang sekolah aja San”. Oh ya sepulang sekolah Rani pergi

[tabadho’] ‘belanja’ bersama temannya, kalian nggak nitip?

Rina : “Nggaklah perlengkapanku masih ada kok”.

Santi : Mengapa cuaca hari ini [bariidun] [jiddan]?

Yuli : “Mungkin [anti] ‘kamu’ mau sakit”.

Santi : Mungkinlah ya.

Yuli : Langsung minum obat San!

Santi : Iyalah nanti.

Teman-teman [ana] ‘saya’ dapat nilai [hasanun] [jiddan] pada pelajaran bahasa Inggris.

Tika : Kok bisa Eni?. Padahal ibu itu agak sulit dalam membuat soal.

Eni : Bisalah, karena belajar.

Tika : En, nanti temani Tika membeli buku tulis [ilaa] ‘ke’ koperasi sekolah.

Eni : Oke.


(1)

Kelas : III-g

Alamat : Jln. Ujung Batu Rokan Hilir Riau

Umur : 14 tahun

28. Nama : Intan Yusrika Hanum

Kelas : III-i

Alamat : Desa Pasir Tuntung No. 350 Kota Pinang

Umur : 14 tahun

29. Nama : Siti Hafizah

Kelas : III-e

Alamat : Jln. Penghulu Lama Ling.V Medan Merelan

Umur : 14 tahun

30. Nama : Zulfa Wahyuni

Kelas : III-c

Alamat : Jln. Garu II No. 25B Medan

Umur : 14 tahun

31. Nama : Rizka Ayu Ulfari

Kelas : III-e

Alamat : Jln. Bersama Kel. Bandar Selamat No. 7 Medan


(2)

32. Nama : Nursaidah Rani

Kelas : III-i

Alamat : Jln. Baharu No. 92C Medan

Umur : 14 tahun

33. Nama : Nurul Maysaroh

Kelas : III-c

Alamat : Jln. Tengku Umar Kec. Penagian Kab. Aceh Singkil

Umur : 14 tahun

34. Nama : Rachmayanti

Kelas : III-g

Alamat : Jln. Coklat No. 12 Simalingkar Medan

Umur : 14 tahun

35. Nama : Dewi Suci Arianti

Kelas : III-i

Alamat : Jln. Bajak II No. 78 Marindal Medan

Umur : 14 tahun

36. Nama : Lily Adelina

Kelas : III-e


(3)

Umur : 14 tahun

37. Nama : Fuji Ramadhani

Kelas : III-c

Alamat : Jln. Besar Serdadap Kec. Air Batu Kab. Asahan

Umur : 14 tahun

38. Nama : Agustina Sari

Kelas : III-i

Alamat : Jln. Ade Irma Suryani No. 65 Langkat

Umur : 14 tahun

39. Nama : Puspa Romayanti

Kelas : III-g

Alamat : Jln. Iskandar No. 18 Banda Aceh

Umur : 14 tahun

40. Nama : Toyibah Hutasuhut

Kelas : III-e

Alamat : Jln. Merdeka No. 26 Panyabungan Tapanuli Selatan

Umur : 14 tahun


(4)

LAMPIRAN III

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET)

CAMPUR KODE PADA REMAJA DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH

PAYA BUNDUNG MEDAN

I. Identitaas Responden Nama :

Kelas :

Alamat :

II. Pertanyaan

1) Bagaimanakah sistem belajar mengajar di pesantren Ar-Raudhatul hasanah? Jawaban SW:


(5)

2) Bagaimanakah kehidupan di lingkungan pesantren? Jawaban SW:

3) Mengapa di pesantren wajib menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris? Jawaban SW:

4) Bagaimanakah anda mengetahui dan mempelajari bahasa Arab yang baik? Jawaban SW:

5) Apakah remaja di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah memiliki potensi yang tinggi? Jelaskan!

Jawaban SW:

6) Apa sajakah peraturan di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah? Jawaban SW:

7) Apa sajakah kegiatan remaja di pesantren dalam sehari-hari? Jawaban SW:

8) Mengapa anda minat masuk pesantren? Jawaban SW:


(6)

9) Bagaimanakah cara belajar santriwati yang berada di pesantren? Jawaban SW:

10) Mengapa santriwati harus berbusana sopan? Jawaban SW:


Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SANTRI PADA ORGANISASI PELAJAR RAUDHATUL HASANAH (OPRH) DI PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH PAYA BUNDUNG MEDAN.

0 4 35

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 2

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 4

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 3

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 8

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 30

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 13

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

1 29 68

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 4

Manajemen Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di Madrsah Aliyah Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 3