BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan - Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Analisis Laporan Keuangan

  Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan (financial statcment analysis) adalah aplikasi dari teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermafaat dalam analisis bisnis (Wild, 2005:3).

  Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun. Laporan laba rugi merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun. mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analiysis) merupakan penggunaan laporan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan (Wild, 2005:16).

  Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang skedul dan informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

  2.1.2. Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat penting yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Untuk melakukan analisis rasio ini, dihitung rasio keuangan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan.

  Rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. (Drs.Djarwanto, 2001: 123).

  2.1.3. Return On Assets (ROA) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktivanya sehingga menghasilkan pendapatan.

  ROA mengukur efektivitas dalam mengahasilkan laba melalui aktiva perusahaan.

  Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan (Boynton, et al. 2003:36).

  “The return on asssets (ROA) ratio indicates haw much income each

  

dollar of assets produces on averages. It show wheather the business is employing

its assets effectiely. The ROA ratio is calculated by divinding net earnings

available to common to stockholders by the total assets of the firm .’’ (Gallagher

  dan Andew 2003:101) Assets atau disebut juga aktiva di dalam Kerangka Dasar

  Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 49 (IAI:2004) adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan

  Rumus: ROA = x 100%

2.1.4. Return On Equity (ROE)

  (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak

  Return On Equity

  dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemapuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal tersedia untuk memperoleh net income

  “Ultimately, the most important, or ‘bottom line’ accounting ratio is the

ratio of net income to common equity, which measures the return on common

equity (ROE). Stockholders invest to get a return on their money,and thus ratio

tells how well they are doing in an accounting sense” (Brigham, 2004:240). Rasio

  keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan Laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau return

  

on equity (ROE) mengidikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan

keuntungan bagi pemegang saham secara akuntansi.

  The return on equity (ROE) ratio measures the averagers return on firm’s

capital contributions from its owners (for a corporation, that means the

contributions of commom stockholders). It indicates how many dollars of income

were produced for each dollar invested the common stocholders. (Andrew,

  2003:102) Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

  Rumus : ROE = x 100%

  2.1.5. Net Profit Margin (NPM)

  Persentase laba atas kegiatan usaha yang murni dari kegiatan perusahaan yang bersangkutan ditunjukkan oleh rasio Net Profit Margin (NPM) yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapat bersih. Rasio ini menunjukan tingkat keutungan bersih yang diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin mengukur efektifitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

  : =

  Rumus NPM x100%

  2.1.6. Earning Per Share (EPS)

  Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektifitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

  Dalam berinvestasi di bursa investor akan memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham (earning per share atau EPS) EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

  (Nachrowi, 2006:71).

  Rumus : EPS =

2.1.7. Saham

  Saham (stock) adalah “surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu perusahaan berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek, saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut (Nachrowi, 2006:71).

  Saham (stock atau share) dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas saham berwujud selembar kertas bahwa dia pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang di tanamkan di perusahaan tersebut. (Darmaji, 2006:6)

  Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pengertian pasar modal yang dalam bahasa Inggris disebut

  

stock exchange atau stock market adalah an organized market or exchange where

shares (stocks) are traded yaitu suatu pasar yang terorganisir dimana berbagai

  jenis efek di perdagangkan.

  Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan return sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

  Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock), saham preferren (preferred stock), saham harta (treasury stock), dan saham kelas ganda (dual class stock). Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian deviden dan asset, dan kadangkala memiliki hak pilih yang tinggi seperti kemampuannya untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham preferen dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain). Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki beberapa kelas saham (contohnya, kelas A, kelas B, kelas C) masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri atau saham yang telah dibeli balik dari masyarakat.

  Saham biasa dikenal sebagai sekuritas penyertaan sekuritas ekuitas atau cukup disebut ekuitas (equities) menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan dan penggunaan suara dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan.

2.2. Harga Saham

2.2.1 Pengertian Harga Saham

  Harga saham menunjukan gambaran nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan suatu kepuasan bagi investor yang rasional. Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand terjadinya karena berbagai faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak), maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial-politik, maupun rumor - rumor yang berkembang, pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diprediksi secara pasti. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik.

  Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.

  Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham oleh karena perubahan setiap detik tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah: 1) laba perusahaan 2) pertumbuhan aktiva tahunan

  3) likuditas 4) nilai kekayaan total 5) penjualan.

  Sementara itu, faktor eksternalnya adalah: 1) kebijakan pemerintah dan dampaknya 2) pergerakan suku bunga 3) fluktuasi nilai tukar mata uang 4) rumor dan sentimen pasar, 5) penggabungan usaha (Business Combination).

  Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market

  

Hypothesis ) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap

  informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut, informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

2.2.2. Jenis-Jenis Harga Saham

  Saham memiliki jenis yang berbeda-beda dari beberapa harga saham yang diperdagangkan dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham yaitu nilai nominal (nilai pari) nilai dasar dan nilai pasar (Rusdin, 2006:74).

1. Nilai Nominal (Nilai Pari)

  Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam seritifikat saham yang bersangkutan, diIndonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.

  2. Nilai Dasar Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham seperti right issue, stock split, waran, dan lain-lain.

  3. Nilai pasar Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya.

2.2.3. Penilaian Harga Saham

  Harga saham dapat berubah setiap saat. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) kinerja keuangan perusahaan 2) permintaan dan penawaran saham 3) tingkat suku bunga 4) tingkat resiko 5) laju inflasi 6) kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan suatu negara.

  Para investor perlu menilai terlebih dahulu saham-saham yang akan dipilih sebelum melakukan investasi dan selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat pengembalian (return) sesuai yang diharapkan. Penilaian terhadap surat berharga dapat dikelompokkan menjadi analisis fundamental dan analisis teknikal (Darmadji, 2006:189). 1)

  Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penelitian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi industri perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. 2)

  Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana metode ini para analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.

  Teknik analisis investasi yang paling banyak di pakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan (Anoraga, 2001: 108). 1) Analisis Fundamental.

  Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak, dan sebagainya karena biasanya nilai suatu saham sangat mempengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Data yang dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data- data historis. Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. 2) Analisis Teknikal.

  Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk menganalisis ini digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka panjang menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalis dalam jangka panjang, dengan di dukung dengan data-data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. 3) Analisis Ekonomi analisis efek secara keseluruhan. Untuk melakukan analisis ini digunakan berbagai indikator yang biasanya juga digunakan oleh pengambil kebijakan dalam bidang perekonomian. Salah satu indiaktor yang banyak digunakan adalah Tingkat GDP (Gross Domestic Product). Pertumbuhan ekonomi yang baik secara umum menunjukan tingkat perbaikan kesejahteraan masyarakat dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang semakin bergairah. Sebaliknya,kondisi ekonomi yang lesu akan ditunjukkan juga dari kegiatan pasar modal yang melemah.

  4) Analisis Rasio Keuangan.

  Analisis ini Banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya anlisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Rasio keuangan dapat dikelompokan dalam 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu likuditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas dan rasio pasar.

2.3. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient Market Hypothesis)

  Pergerakan suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak orang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Sehubung dengan hal itu, hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis/ EMH) menyatakan reaksi harga pasar terhadap informasi keuangan dan informasi lainya. Berdasarkan hipotesis efisiensi pasar, informasi direfleksikan ke dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik. (Wild, et al 2005:49) menyatakan bahwa ada tiga bentuk EHM, yaitu:

  • Bentuk lemah (weak form) EHM, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis
  • Bentuk semi kuat (semistrong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik
  • Bentuk kuat (strong form) EMH menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi, termasuk informasi dari dalam.

  Tandeilin (2001:114) mengklasifikasikan pasar yang efisien ke dalam tiga bentuk yaitu:

  • Efisien dalam bentuk lemah (weak form)
  • Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form) • Efisien dalam bentuk kuat (strong form). Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu

  (historis) akan tercermin dalam harga yang berbentuk sekarang. Informasi tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa digunakan untuk memprediksi perubahan harga saham di masa akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa akan datang dengan menggunakan data historis.

  Efisien pasar dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham selain dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu) juga dipengaruhi oleh semua informasi di publikasikan (seperti earnings, deviden, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini, investor tidak dapat berharap return abnormal jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan. Apabila pasar tidak efisien maka akan ada lag (ketinggalan/kelambatan) proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan ini dapat digunakan investor untuk mendapat return abnormal.

  Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisien pasar dimana semua informasi baik yang terpublikasikan atau dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal. Pasar modal di Indonesia termasuk dalam kategori bentuk lemah (weak form). Harga saham mencerminkan Informasi historis, merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu

  2.3.1.Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory) Struktur modal merupakan pertimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa akan datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Manajer keuangan tidak perlu memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya deviden yang akan di bagikan kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham naik.

  Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya laba tidak relevan mempengaruhi tinggi rendahnya saham.

2.3.2. Signalling Theory

  Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang

  dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Hasil penelitian Halim (2007) menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Sasongko dan wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI periode 2001-2002. Variabel independen yang teliti yaitu return on assets (ROA),

earning per share (EPS), return on sale (ROS) dan basic earning power (BEP).

  Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan

  

t-test . Hasil penelitian menunjukan hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.

  Susi dan setiawan (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham industri barang konsumsi yang tergabung dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan sebagai variable independen adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE) net profit margin (NPM) dan earning per share (EPS). Hasil penelitian yang didapatkan adalah kesemua variable independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

  Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta, dengan sampel sebanyak 55 perusahaan dengan periode waktu 2004-2006. Harga saham merupakan variabel dependen. Variabel Independennya meliputi return on equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian menunjukan ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

  Elvira (2008) menganalisis hubungan antara Economic Value Added (EVA), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan Infrastruktur di BEJ. Penelitian ini mengambil sampel 11 perusahaan infrastuktur yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di BEJ. Metode statistik yang digunakan adalah regenerasi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa EVA, ROA dan EPS secara simultan berpengaruh cukup signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial menunjukan hanya EVA dan EPS yang berpengaruh signifikan.Variabel ROE tidak dianalisis lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regesi sebagai tindakan perbaikan terhadap gejala multikolinearlitas.

  Juventus (2008) meneliti pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap harga saham perbankan di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio leverage yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio (DAR).

  Penelitian ini mengambil sampel 23 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2004-2006. Berdasarkan analisis regnresi linear berganda yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa secara simultan rasio profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perbankan di BEJ.

  Secara parsial, variabel ROE dan DAR memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

  Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuditas, solvabilitas dan pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ. Penelitian ini mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2003-2005 di BEJ. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CAR),

  

Total Debt to Total Asset (DTA), Total Asset Turnover (TATO) Inventory

Turnover (ITO), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price

Earning Ratio (PER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai

  variabel dependen. Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya CR, NPM, dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER tidak bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu

  

Tahun Peneliti Variabel Uraian Hasil Skala

  2003 Haryanto Return On Sampel yang Hanya ROE Rasio Assets digunakan yang

  (ROA) Return dalam berpengaruh On Equity penelitian terhadap

  (ROE), dan adalah 7 perubahan Net Profit perusahaan harga

  Margin (NPM) yang bergerak saham, Harga saham di bidang sedangkan merupakan industri ROA dan variabel minuman yang NPM tidak dependen tercatat di BEJ berpengaruh dari tahun terhadap

  2000sampai harga tahun 2001. saham 2003 Sasongko Return On Sampel yang Hanya EPS Rasio

  Assets digunakan yang Dan (ROA) adalah berpengaruh

  Earning Per perusahaan yang terhadap Wulandari Share bergerak di harga

  (EPS),Return bidang industri saham, on Sales manufaktur sedangkan (ROS) dan yang tercatat di ROA,ROS

  Basic Earning BEI periode dan BEP Power (BEP) 2001-2002 tidak Harga Saham berpengaruh merupakan terhadap variabel harga dependen saham

  2003 Susi dan Setiawan

  Earning per Share (EPS) dan Net Profit

  EVA, ROA dan EPS secara simultan berpengaruh cukup signifikan terhadap saham secara parsial

  Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan infrastruktur yang terdaftar selama tahun

  Earning Per Share (EPS)

  (ROA).Return on Equity (ROE) dan

  Rasio 2008 Elvira Economic Value Added (EVA) return on Asset

  NPM dan DER tidak memilikin pengaruh yang signifikan terhadap saham perusahaan manufaktur

  2004-2006 ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio

  Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 55 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek jakarta dengan periode waktu

  Margin (NPM) Harga saham merupakan variabel dependen

  Equity Ratio (DER),

  Return On Assets

  Equity (ROE),Debt to

  LQ45 yang go public di BEJ 2007 Halim Return On

  Konsumsi yang tergabung dalam indeks

  Rasio Variabel dependen

  Kesemua variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham

  Share (EPS) harga saham Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri barang

  Margin (NPM)dan earning per

  (ROE), dan Net Profit

  (ROA) Return On Equity

  EVA dan EPS yang Rasio Harga saham 2003-2006 di berpengaruh merupakan BEJ. Metode signifikan variabel statistik yang terhadap harga dependen digunakan saham adalah regresi sedangkan ROA linear tidak berganda berpengaruh signifikan

  Variabel ROE tidak dianalis Lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regresi sebagai tindakan perbaikan terhadap gejala multikolinearitas

2.5. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terlebih dahulu serta alasan- alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  Return on assets (x ) 1 Net profit margin Harga (x ) 3 Saham (Y)

  Return on equity (x ) 2 Earning per share (x 4 )

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

  Sumber :Penulis, 2012 (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang

  Return on assets

  diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan. Return perusahaan akan semakin meningkat apabila laba perusahaan meningkat. Apabila return perusahaan tinggi maka akan menyebabkan harga saham perusahaan bergerak naik (Debora, 2010).

  (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan

  Return on common equity

  dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan.

  Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut bergerak naik (Debora 2010).

  (NPM) merupakan sebuah rasio keuangan yang

  Net Profit Margin

  digunakan untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban termasuk bunga, pajak, dan deviden saham preferen dikurangi.

  Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba yang pada akhirnya menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Pernyataan tersebut menunjukkan Net Profit Margin berpengaruh terhadap saham (Debora, 2010).

  Earning per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

  Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan harga saham. Pernyataan tersebut menunjukkan

  Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham (Debora, 2010).

  Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut di tentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor, harga saham mencermikan nilai suatu perusahaan.

2.6. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiono 2004:51). Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka penelitian sebagai berikut H1: ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  H2: ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H3: NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham H4: EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham H5: ROA, ROE, NPM, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 51 84

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 58 98

Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 36 82

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Sampah Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia

4 40 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori tentang Kinerja Keuangan 2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Signalling Theory - Analisis Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) - Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Karakterisitik Perusahaan Pertambangan - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 19