Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Sampah Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

NAMA

: JULIANA DEBORA

NIM

: 050503158

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 18 Mei 2009 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Juliana Debora NIM : 050503158


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan hormat kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kuasaNya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Harga

Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nst, SE, M.Acc, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini


(4)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan

5. Kedua orang tua saya, Antonius Tennico dan Deice Simon. Terima kasih banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang diberikan kepada saya.

Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin.

Medan, 18 Mei 2009 Penulis

Juliana Debora NIM 050503158


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) secara empiris terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2004-2007.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI diperoleh 42 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menganalisis hubungan antara return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel net profit margin (NPM) dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, serta secara simultan baik return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Kata Kunci: Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin, Earning


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to empirically study the effect of return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) on stock price. This research is classified as causal research and replication of former researches.

Population of this research are manufacturing firms which go public during the period of 2004 to 2007. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 135 go public manufacturing firms, 42 are used as the samples of this study. The statistic method being used is double linear regression with the model being tested previously in classic assumptions.

The result indicates that partially net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) variables significantly influence on stock price,whereas return on assets (ROA) and return on equity (ROE) variables have no significant influence on stock price. Nevertheless, return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), and earning per share (EPS) have simultaneously influenced the stock price of manufacturing firms.

Key Word: Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share and Stock Price


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

ABSTRAK ……….. iv

ABSTRACT ……… v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ………. 5

C. Tujuan Penelitian ……… 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ……… 7

1. Analisis Laporan Keuangan ……… 7

2. Analisis Rasio ……….. 8

a. Return On Assets (ROA) ……….. 8

b. Return On Equity (ROE) ……… 9

c. Net Profit Margin (NPM) ……… 10


(8)

3. Saham ………. 12

4. Harga Saham ………... 14

a. Pengertian Harga Saham ……….. 14

b. Jenis-Jenis Harga Saham ……….. 16

c. Penilaian Harga Saham ………. 17

5. Hipotesis Efisiensi Pasar ……… 19

6. Teori Struktur Modal ……… 21

7. Signalling Theory ………. 22

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ………. 23

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ……… 28

1. Kerangka Konseptual ……… 28

2. Hipotesis ……… 31

BAB III : METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ……… 32

B. Populasi dan Sampel ………. 32

C. Teknik Pengambilan Sampel ……… 33

D. Jenis Data ………. 33

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ……. 34

F. Metode Analisis Data ………... 35

1. Pengujian Asumsi Klasik ………. 35

a. Uji Normalitas ………. 36

b. Uji Multikolinieritas ……… 36


(9)

d. Uji Heteroskedasitas ……… 38

e. Koefisien Determinasi (R2) ………. 38

2. Pengujian Hipotesis ……… 39

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Secara Statistik ………. 41

B. Hasil Analisis ……… 43

1. Pengujian Asumsi Klasik ……….. 43

a. Uji Normalitas ……… 43

b. Uji Multikolinieritas ……… 47

c. Uji Autokorelasi ……….. 48

d. Uji Heteroskedasitas ……… 50

2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi………. 51

3. Pengujian Hipotesis ………. 52

C. Pembahasan Hasil Analisis ………. 56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 61

B. Keterbatasan Penelitian ………. 62

C. Saran ……….. 63

DAFTAR PUSTAKA ……….. 64


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu ……… 26

Halaman Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ……….……… 41

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data ………...…. 44

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural ……….… 45

Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas ………..………. 48

Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ……....… 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi …...………. 49

Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ……….. 52

Tabel 4.8 Hasil Uji t ………..………. 53

Tabel 4.9 Hasil Uji F (F1) ANNOVA ……… 54


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……… 29 Halaman

Gambar 4.1 Histogram setelah ditransformasi………...…… 46 Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot setelah ditransformasi………. 47 Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ………..……… 50


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Di BEI ………. 67

Halaman Lampiran 2 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Sebelum Transformasi).. 68

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Sebelum Transformasi).. 69

Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Sebelum Transformasi).. 70

Data Variabel Penelitian Tahun 2004 (Sebelum Transformasi).. 71

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Setelah Transformasi)… 73 Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Setelah Transformasi)… 74 Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Setelah Transformasi)… 75 Data Variabel Penelitian Tahun 2004 (Setelah Transformasi)… 76 Lampiran 4 Statistik Deskriptif ……… 78

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ……… 78

Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi ………. 79

Histogram dan Grafik Normal P-Plot ……….. 80

Lampiran 6 Uji Multikolinieritas ……… 80

Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……… 81

Lampiran 8 Hasil Uji Autokorelasi ………. 81

Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ……… 81


(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) secara empiris terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2004-2007.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI diperoleh 42 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menganalisis hubungan antara return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel net profit margin (NPM) dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, serta secara simultan baik return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Kata Kunci: Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin, Earning


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to empirically study the effect of return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) on stock price. This research is classified as causal research and replication of former researches.

Population of this research are manufacturing firms which go public during the period of 2004 to 2007. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 135 go public manufacturing firms, 42 are used as the samples of this study. The statistic method being used is double linear regression with the model being tested previously in classic assumptions.

The result indicates that partially net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) variables significantly influence on stock price,whereas return on assets (ROA) and return on equity (ROE) variables have no significant influence on stock price. Nevertheless, return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), and earning per share (EPS) have simultaneously influenced the stock price of manufacturing firms.

Key Word: Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share and Stock Price


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada tanggal 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru yaitu Bursa Efek Indonesia.

Keputusan investasi merupakan suatu masalah penting yang sering dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang go-public termasuk perusahaan-perusahaan manufaktur. Keputusan ini mempengaruhi nilai perusahaan di mata para investor yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan tersebut.

Harga pasar suatu saham mencerminkan nilai dari perusahaan, sehingga naik turunnya harga saham suatu perusahaan menunjukkan naik turunnya nilai perusahaan bagi para investor. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja keuangan perusahaan, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, tingkat resiko, laju inflasi, kebijakan pemerintah, politik dan keamanan suatu Negara. Walaupun demikian, kondisi keuangan dan kinerja pada umumnya masih mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pembentukan harga saham. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk mengevaluasi


(16)

kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja akan berlanjut. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, seorang investor biasanya berpandu pada prospek dan laporan keuangan perusahaan.

Investor perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai bagaimana kinerja keuangan emiten. Oleh karena itu, investor membutuhkan banyak informasi baik informasi mengenai perusahaan itu sendiri maupun informasi umum lainnya. Salah satu informasi utama yang dibutuhkan tersebut adalah informasi akuntansi yang diperlukan untuk menilai resiko yang melekat dalam investasi maupun untuk memperkirakan return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Investor dapat menilai kinerja keuangan emiten dengan cara menganalisis informasi akuntansi emiten yang terdapat dalam laporan keuangan emiten, yang merupakan produk akhir dari siklus akuntansi. Apabila investor memutuskan untuk menanamkan dananya dalam bentuk obligasi maka imbalan yang akan diperoleh investor tersebut adalah bunga wajib yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sedangkan apabila investor memutuskan alternatif bentuk investasi yang lain, yaitu dengan membeli saham suatu perusahaan maka imbalan yang diharapkan oleh investor tersebut adalah berupa capital gain yaitu keuntungan atas penjualan saham biasa daripada saat dibeli dan dividen yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham.

Salah satu bentuk yang lazim digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Dalam penerapan analisis rasio


(17)

keuangan, dipakai beberapa rasio pada penelitian ini antara lain return on asset, return on equity, net profit margin, dan earning per share.

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan. Return perusahaan akan semakin meningkat apabila laba perusahaan meningkat. Oleh karena itu, ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Return on common equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, ROE berpengaruh terhadap harga saham. Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban, termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Informasi Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan harga saham. Oleh karena itu, EPS berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Noer Sasongko dan Nila Wulandari tahun 2003, mereka menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic earning power (BEP). Untuk menguji ada


(18)

tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini adalah berbentuk replikasi dari beberapa penelitian sebelumnya, dengan mengubah dan menambah variabel-variabel independen yang dipakai sebagai dasar untuk meneliti pengaruh terhadap variabel dependen.

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar serta penggabungan usaha (Business Combination).


(19)

Berdasarkan uraian sebelumnya dan mengingat bahwa rasio-rasio keuangan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi investor untuk menilai kinerja keuangan emiten sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam membuat keputusan investasinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham emiten, penulis tertarik untuk menganalisis hal tersebut dan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu apakah return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun secara parsial.


(20)

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan:

1. bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham,

2. bagi calon investor, sebagai salah satu referensi dalam memprediksi kondisi perusahaan manufaktur pada masa yang akan datang dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atas suatu investasi,

3. bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan masukan dan untuk memberikan informasi tentang pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai return on asset, return on equity, net profit margin, dan earning per share.

4. bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data − data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Wild, 2005:3).

Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun. Laporan laba rugi merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun. Wild, et al. (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga


(22)

termasuk skedul dan informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

2. Analisis Rasio

Analisis rasio merupakan salah satu alat penting yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Untuk melakukan analisis rasio ini, dihitung rasio keuangan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan.

Menurut Drs. Djarwanto Ps (2001:123), “Yang dimaksud dengan “ratio” dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.”

a. Return On Assets (ROA)

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktivanya sehingga menghasilkan pendapatan. ROA mengukur efektivitas dalam menghasilkan laba melalui aktiva perusahaan.

Menurut Boynton, et al. (2003:36): “Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.”

Menurut Gallagher dan Andrew (2003: 101): ”The return on assets (ROA) ratio indicates how much income each dollar of assets produces on average. It


(23)

shows whether the business is employing its assets effectively. The ROA ratio is calculated by dividing net earnings available to common stockholders by the total assets of the firm.” Assets atau disebut juga aktiva di dalam Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 49 (IAI:2004) adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

Rumus :

x

100

%

Aktiva

Bersih

Laba

ROA

=

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income.

Menurut Brigham dan Daves (2004:240), “Ultimately, the most important, or ‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net income to common equity, which measures the return on common equity (ROE). Stockholders invest to get a return on their money, and thus ratio tells how well they are doing in an accounting sense”. Rasio keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan


(24)

keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi. The return on equity (ROE) ratio measures the averages return on firm’s capital contributions from its owners (for a corporation, that means the contributions of common stockholders). It indicates how many dollars of income were produced for each dollar invested the common stockholders (Gallagher dan Andrew, 2003:102). Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

Rumus :

x

100

%

Ekuitas

Bersih

Laba

ROE

=

c. Net Profit Margin (NPM)

Persentase laba atas kegiatan usaha yang murni dari kegiatan perusahaan yang bersangkutan ditunjukkan oleh rasio Net Profit Margin (NPM) yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

Rumus : x100%

Penjualan Bersih Laba


(25)

d. Earning Per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah

Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

Menurut Nachrowi (2006:71), ”dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham (earning per share atau EPS)”. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

Rumus :

Saham Lembar

Jumlah

Pajak Setelah Bersih

Laba EPS =

3. Saham

Salah satu efek yang paling popular diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Menurut Basir dan Fakhruddin (2005:11), yang dimaksud dengan saham (stock) adalah “surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan”. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu


(26)

perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek, saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Dengan demikian, pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pengertian pasar modal yang dalam bahasa Inggris disebut dengan stock exchange atau stock market, adalah ”an organized market or exchange where shares (stocks) are traded”, yaitu suatu pasar yang terorganisir di mana berbagai jenis efek-efek diperdagangkan.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi


(27)

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock), saham preferen (preferred stock), saham harta (treasury stock), dan saham kelas ganda (dual class stock). Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan aset, dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemgang saham preferen dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain). Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki beberapa kelas saham (contohnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C) masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri. Saham harta adalah saham yang telah dibeli balik dari masyarakat.


(28)

Saham biasa, dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas atau cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing – masing lembar saham bisa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan.

4. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham menunjukkan gambaran nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan suatu kepuasan bagi investor yang rasional. Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand terjadi karena berbagai faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak), maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial – politik, maupun rumor-rumor yang berkembang.

Pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.


(29)

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal.

Adapun faktor internalnya antara lain adalah: 1) laba perusahaan,

2) pertumbuhan aktiva tahunan, 3) likuiditas,

4) nilai kekayaan total, 5) penjualan.

Sementara itu, faktor eksternalnya adalah: 1) kebijakan pemerintah dan dampaknya, 2) pergerakan suku bunga,

3) fluktuasi nilai tukar mata uang, 4) rumor dan sentimen pasar,

5) penggabungan usaha (Business Combination).

Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut, informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.


(30)

b. Jenis-Jenis Harga Saham

Dalam prakteknya, terdapat beberapa harga saham yang diperdagangkan dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham yaitu nilai nominal (nilai pari), nilai dasar dan nilai pasar. (Rusdin, 2006:74)

1) Nilai Nominal (Nilai Pari)

Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.

2) Nilai Dasar

Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham seperti right issue, stock split, waran, dan lain-lain.

3) Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya.


(31)

Harga saham dapat berubah setiap saat. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) kinerja keuangan perusahaan, 2) permintaan dan penawaran saham, 3) tingkat suku bunga,

4) tingkat resiko, 5) laju inflasi,

6) kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan suatu negara.

Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, para investor perlu menilai telebih dahulu saham-saham yang akan dipilih dan selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat pengembalian (return) sesuai yang diharapkan. Menurut Darmadji (2006:189) penilaian terhadap surat berharga dapat dikelompokkan menjadi analisis fundamental dan analisis teknikal.

1) Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penelitian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

2) Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.

Menurut Anoraga (2001:108) teknik analisis investasi yang paling banyak dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan.

1) Analisis Fundamental.

Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana


(32)

operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak, dan sebagainya karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Data yang dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data-data historis. Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang.

2) Analisis Teknikal.

Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalisis dalam jangka panjang, dengan didukung dengan data-data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. 3) Analisis Ekonomi.

Analisis ini cukup penting karena seringkali sangat berpengaruh terhadap analisis efek secara keseluruhan. Untuk melakukan analisis ini digunakan berbagai indikator yang biasanya juga digunakan oleh pengambil kebijakan dalam bidang perekonomian. Salah satu indikator yang banyak digunakan adalah tingkat GDP (Gross Domestic Product). Pertumbuhan ekonomi yang baik secara umum menunjukkan tingkat perbaikan kesejahteraan masyarakat dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang semakin bergairah. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang lesu akan ditunjukkan juga dari kegiatan pasar modal yang melemah.

4) Analisis Rasio Keuangan.

Analisis ini banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas dan rasio pasar.

5. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient Market Hypothesis)

Pergerakan suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut


(33)

cenderung akan bergerak turun. Sehubungan dengan hal itu, hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis/EMH) menyatakan reaksi harga pasar terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis efisiensi pasar, informasi direfleksikan ke dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keunutungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik. Wild, et al (2005:49) menyatakan bahwa ada tiga bentuk EMH, yaitu:

• bentuk lemah (weak form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis,

• bentuk semi kuat (semistrong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik,

• bentuk kuat (strong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi, termasuk informasi dari dalam.

Tandelilin (2001:114) mengklasifikasikan pasar yang efisien ke dalam tiga bentuk, yaitu:

• efisien dalam bentuk lemah (weak form),

• efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form), • efisien dalam bentuk kuat (strong form).

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis.


(34)

Efisien pasar dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu) juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earnings, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan return abnormal jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan. Sebaliknya, jika pasar tidak efisien maka akan ada lag (ketinggalan/kelambatan) proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan ini dapat digunakan investor untuk mendapatkan return abnormal.

Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisiensi pasar dimana semua informasi baik yang terpublikasikan atau tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal. Pasar modal di Indonesia termasuk dalam kategori bentuk lemah (weak form). Oleh karena itu, harga saham mencerminkan informasi historis, merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.

6. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)

Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur


(35)

modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Manajer keuangan tidak perlu memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham akan naik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya laba tidak relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham.

7. Signalling Theory

Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.


(36)

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Menurut Sharpe (1997: 211), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Haryanto (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di BEJ. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 7 perusahaan yang bergerak di bidang industri minuman yang tercatat di BEJ dari tahun 2000 sampai tahun 2001. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.


(37)

Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic earning power (BEP). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Susi dan Setiawan (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham industri barang konsumsi yang tergabung dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan sebagai variabel independen adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS). Hasil penelitian yang didapatkan adalah kesemua variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta, dengan sampel sebanyak 55 perusahaan dengan periode waktu 2004-2006. Harga saham merupakan variabel dependen. Variabel independennya meliputi return on equity, debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian menunjukkan ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.


(38)

Elvira (2008) menganalisis hubungan antara Economic Value Added (EVA), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan infrastruktur di BEJ. Penelitian ini mengambil sampel 11 perusahaan infrastruktur yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di BEJ. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EVA, ROA dan EPS secara simultan berpengaruh cukup signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial menunjukkan hanya EVA dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan. Variabel ROE tidak dianalisis lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regresi sebagai tindakan perbaikan terhadap gejala multikolinearitas.

Juventus (2008) meneliti pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap harga saham perbankan di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio leverage yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio (DAR). Penelitian ini mengambil sampel 23 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2004-2006. Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa secara simultan rasio profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perbankan di BEJ. Sacara parsial, variabel ROE dan DAR memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.


(39)

Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ. Penelitian ini mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2003-2005 di BEJ. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CAR), Total Debt to Total Asset (DTA), Total Asset Turnover (TATO), Inventory Turnover (ITO), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi berganda diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen baik secara simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya variabel CR, NPM dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu

Tahun Peneliti Variabel Uraian Hasil Skala

2003 Haryanto Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) Harga saham merupakan variabel dependen Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 7 perusahaan yang bergerak di bidang industri minuman yang tercatat di BEJ

dari tahun 2000 sampai tahun 2001. Hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, sedangkan ROA

dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga

saham


(40)

2003 Sasongko dan Wulandari Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Return On Sales (ROS) dan Basic Earning Power (BEP) Harga saham merupakan variabel dependen Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang tecatat di

BEI periode 2001-2002.

Hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga

saham, sedangkan ROA,

ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga

saham

Rasio

2003 Susi dan Setiawan Return On Assets (ROA), Return On equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) Harga saham merupakan variabel dependen Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri barang konsumsi yang tergabung dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ.

Kesemua variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham Rasio

2007 Halim Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM) Harga saham merupakan variabel dependen Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 55 perusahaan manufaktur yang listing di

Bursa Efek Jakarta dengan

periode waktu 2004-2006.

ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio

NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur Rasio


(41)

Sumber: Penulis, 2009

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2008 Elvira Economic Value Added (EVA), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Harga saham merupakan variabel dependen Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 11 perusahaan infrastruktur yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di BEJ. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

EVA, ROA dan EPS secara simultan berpengaruh cukup signifikan terhadap harga saham Secara parsial, EVA dan EPS

yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan Variabel ROE tidak dianalisis lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regresi sebagai tindakan perbaikan terhadap gejala multikolinearitas Rasio


(42)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan. Return perusahaan akan semakin meningkat apabila laba perusahaan meningkat. Apabila return perusahaan tinggi maka akan menyebabkan harga saham perusahaan bergerak naik. Jadi, Return On Assets berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Return on assets (x1)

Return on equity (x2)

Net profit margin (x3)

Earning per share (x4)

Harga Saham (Y)


(43)

Return on common equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan. Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut bergerak naik. Jadi, Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham.

Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban, termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba yang pada akhirnya menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Jadi, Net Profit Margin berpengaruh terhadap harga saham.

Earning per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan harga saham. Oleh karena itu, Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.


(44)

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan, berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat.

Hipotesisnya adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun secara parsial.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan (desain) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal menurut Widayat dan Amirullah (2005:61) dalam bukunya yang berjudul Metode Riset Akuntansi Terapan, adalah “desain yang berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.”

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2007 yaitu sebanyak 135 perusahaan. Dari populasi sebanyak 135 perusahaan yang ada akan diambil 42 perusahaan sebagai anggota sampelnya yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2004 sampai dengan 2007, dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pengamatan dan variabel yang diteliti bernilai positif.


(46)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004:78). Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007. 2. Perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pengamatan.

3. Perusahaan tercatat mempunyai harga saham selama tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007.

4. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak sedang berada dalam proses delisting pada tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007.

5. Nilai ROA, ROE, NPM, dan EPS adalah nilai positif.

6. Merupakan perusahaan manufaktur yang data semua variabelnya baik variabel dependen maupun independen tersedia dan dapat diperoleh, baik dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006, JSX Watch 2008-2009 atau dari laporan-laporan keuangan yang diambil dari sumber lain maupun situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2002:147), yang diperoleh dari


(47)

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006, JSX Watch 2008-2009 dan situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Variabel tidak bebas (Dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Harga saham (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing price pertahun masing-masing perusahaan yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

2. Variabel bebas (Independent variable) yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50). Yang termasuk variabel independen disini adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) dengan skala pengukurannya adalah rasio.

a) Return On Assets mengukur efektivitas dalam menghasilkan laba melalui aktiva perusahaan. Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan.

%

100

)

1

(

x

Aktiva

Bersih

Laba

x

ROA

=

b) Return On Equity membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham.


(48)

%

100

)

2

(

x

Ekuitas

Bersih

Laba

x

ROE

=

c) Net Profit Margin merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban, termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi.

% 100 ) 3 ( x Penjualan Bersih Laba x NPM =

d) Earning Per Share merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

% 100 ) 4 ( x Saham Lembar Jumlah Pajak Setelah Bersih Laba x EPS =

F. Metode Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji autokorelasi.


(49)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu, dapat digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:91). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) VIF (variance inflation factor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Menurut Ghozali (2005), cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu:


(50)

1) mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi,

2) menggabungkan data cross section dan time series (pooling data), 3) menambah data penelitian.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) adalah sebagai berikut:

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Dengan menggunakan program SPSS, deteksi adanya problem autokorelasi adalah dengan melihat besaran DURBIN-WATSON, yaitu panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) pada tabel D-X. Mengacu pada pendapat Santoso, Singgih (2002), secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

Autokorelasi bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi.


(51)

d. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas dijelaskan oleh Ghozali (2005:105) sebagai berikut: Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedasitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas.

e. Koefisien Determinasi (R2); untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 berarti kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel - variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang ( cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk


(52)

data kurun waktu ( time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ROA, ROE, NPM, dan EPS secara bersama terhadap harga saham, digunakan uji ANOVA atau uji statistik F dengan rumus (Sugiyono,2004:211):

Y=α+β1X1+ β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 + e Keterangan:

Y = harga saham

α = konstanta

β1..β4 = koefisien regresi

X1 = Return on assets (ROA) X2 = Return on Equity (ROE) X3 = Net Profit Margin (NPM) X4 = Earning per Share (EPS) e = Kesalahan pengganggu (error)

Kemudian dilakukan proses pengujian analisis t untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yaitu return on assets, return on equity, net profit margin, dan earning per share secara individu berpengaruh terhadap harga saham.


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Secara Statistik

Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2004-2007 perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ, tetapi karena data penelitian diambil pada tahun 2008, maka peneliti menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 42 perusahaan.

Tabel 4.1 berikut ini merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan :

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LN_ROA 168 .1739 3.7782 1.9715 1.09804 LN_ROE 168 .1222 4.3993 2.6237 1.02508 LN_NPM 168 .0676 3.2534 1.5355 1.03509 LN_EPS 168 .0099 8.8482 4.5836 2.15515 LN_HS 168 3.8066 11.6082 7.2281 1.84917 Valid N(listwise) 168

Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel ROA, ROE, NPM, EPS maupun harga saham memiliki nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata yang positif karena baik

ROA, ROE, NPM, EPS maupun harga saham nilainya adalah positif. Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah :


(54)

1. Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar 0.1739 dapat ditemukan pada perusahaan Siwani Makmur Tbk, nilai maksimum sebesar 3.7782 dapat ditemukan pada perusahaan Merck Tbk, nilai rata-rata sebesar 1.9715, dan standar deviasi sebesar 1.09804 dengan jumlah sampel sebanyak 168.

2. Variabel ROE memiliki nilai minimum sebesar 0.1222 terdapat pada perusahaan Delta Dunia Petroindo Tbk, nilai maksimum sebesar 4.3993 terdapat pada perusahaan H M Sampoerna Tbk, nilai rata-rata sebesar 2.6237, dan deviasi standar sebesar 1.02508 dengan jumlah sampel sebanyak 168. 3. Variabel NPM memiliki nilai minimum sebesar 0.0676 terdapat pada

perusahaan Pan Brothers Tex Tbk, nilai maksimum sebesar 3.2534 terdapat pada perusahaan Roda Vivatex Tbk, nilai rata-rata sebesar 1.5355, dan deviasi standar sebesar 1.03509 dan jumlah sampel sebanyak 168.

4. Variabel EPS memiliki nilai minimum sebesar 0.0099 terdapat pada perusahaan Delta Dunia Petroindo Tbk, nilai maksimum sebesar 8.8482 terdapat pada perusahaan Aqua Golden Mississi Tbk, nilai rata-rata sebesar 4.5836, dan deviasi standar sebesar 2.15515 dan jumlah sampel sebanyak 168.

5. Variabel Harga Saham memiliki nilai minimum sebesar 3.8066 terdapat pada perusahaan Pyridam Farma Tbk, nilai maksimum sebesar 11.6082 terdapat pada perusahaan Aqua Golden Mississi Tbk, nilai rata-rata sebesar 7.2281, dan deviasi standar sebesar 1.84917 dan jumlah sampel sebanyak 168.

B. Hasil Analisis


(55)

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang akan dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Tabel 4.2 pada halaman selanjutnya merupakan Hasil Uji Normalitas sebelum transformasi data:

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


(56)

Unstandardized Residual

N 168

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 7.30378119E3

Most Extreme Differences Absolute .300

Positive .300

Negative -.248

Kolmogorov-Smirnov Z 3.892

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Pada Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas di halaman sebelumnya, diperoleh bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal, dimana variabel memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0.000.

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari persamaan Harga Saham = f(ROA) menjadi LN_Harga_Saham = f(LN_ROA). Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Tabel 4.3 berikut ini merupakan hasil uji normalitas setelah transformasi dengan logaritma natural:

Tabel 4.3


(57)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 168

Normal Parametersa Mean .0000000

Std.

Deviation .71365162

Most Extreme Differences Absolute .082

Positive .082

Negative -.032

Kolmogorov-Smirnov Z 1.062

Asymp. Sig. (2-tailed) .210

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas setelah transformasi dengan logaritma natural di atas, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi residual lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.210 yang berarti bahwa H0 diterima. Setelah data terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal:


(58)

Gambar 4.1 Histogram Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari grafik histogram pada Gambar 4.1 diatas terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data menggunakan LN, grafik histogram memperlihatkan pola distribusi yang normal. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Apabila grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.


(59)

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari grafik normal probability plot pada Gambar 4.2 diatas, grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar/mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

b. Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) VIF (variance inflation factor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau


(60)

sama dengan nilai VIF > 10. Tabel 4.4 berikut merupakan hasil uji multikolinieritas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari Hasil Uji Multikolinieritas pada Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance pada variabel-variabel > 0.10 dan VIF-nya < 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel penelitian.

c. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan/ atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.

Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Pengambilan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.964 .191 15.772 .000

LN_ROA .146 .196 .087 .744 .458 .167 7.846

LN_ROE .149 .173 .082 .861 .390 .131 9.043

LN_NPM .313 .116 .175 2.699 .008 .216 3.619


(61)

keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali (2005: 96) dapat dilihat dalam Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi

positif

No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi

negatif

Tolak 4 − dl < d < 4 Tidak ada korelasi

negatif

No decision 4 − du ≤ d ≤ 4 − dl Tidak ada korelasi,

positif atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 − du

Tabel 4.6 berikut ini merupakan Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson dengan menggunakan program SPSS versi 16.0:

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .923a .851 .847 .72236 1.599

a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_ROE, LN_NPM, LN_ EPS

b. Dependent Variable: LN_HS Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari Hasil Uji Autokorelasi pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson (Dw) sebesar 1.599. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 168, dan jumlah variabel independen (k) = 4, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1.330 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.227. Oleh karena itu, nilai (Dw) lebih besar dari 1.330 dan lebih kecil dari 4 – 1.330 atau dapat dinyatakan bahwa 1.330 < 1.599 < 4 - 1.330 (du < d < 4 – du). Dengan


(62)

demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot pada Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009


(63)

Dari Gambar 4.3 Grafik Scatterplots, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi harga saham pada perusahaan manufaktur dengan variabel independen return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS).

2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.

Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 di halaman berikutnya merupakan hasil analisis koefisien korelasi dan koefisien determinasi:


(64)

Tabel 4.7

Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .923a .851 .847 .72236

Sumber: Data yang diolah Penulis, 2009

Dari Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.923 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara HS (variabel dependen) dengan ROA, ROE, NPM, dan EPS (variabel independen) adalah kuat dengan didasarkan pada nilai R yang berada di atas 0.5.

Angka adjusted R square atau koefisien determinasi yang disesuaikan adalah 0.847. Hal ini berarti bahwa 84.7% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi ROA, ROE, NPM, dan EPS, sedangkan sisanya sebesar 15.3% dijelaskan oleh variasi atau faktor lainnya. Kemudian standard error of the estimate adalah sebesar 0.72236. Semakin kecil angka ini akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi HS.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test). Adapun hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:

H1 : Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham


(1)

INTP

0.64

1.38

0.92

3.45

8.03

JPRS

3.60

4.23

2.80

6.03

6.80

KAEF

2.35

2.72

1.40

2.64

5.32

KLBF

3.07

3.98

2.39

3.83

6.31

LION

3.15

3.35

3.05

6.12

7.44

LMSH

2.94

3.83

1.82

6.35

7.33

MERK

3.72

3.98

2.73

7.85

10.03

MLBI

3.14

3.89

2.50

8.32

10.66

MRAT

1.94

2.11

1.68

3.43

6.02

MYOR

2.28

2.67

1.82

4.71

7.09

PBRX

2.24

2.70

1.02

3.10

6.00

RDTX

1.61

1.78

1.87

3.76

6.72

RICY

2.15

2.47

2.51

3.75

5.87

SIMA

1.77

2.11

1.01

3.12

5.58

SMGR

2.46

3.06

2.15

6.78

9.83

SMSM

2.71

3.35

2.06

3.79

5.67

SOBI

2.46

2.99

1.81

5.27

6.98

TIRT

0.54

2.00

0.29

2.30

5.22

TOTO

1.73

3.32

1.51

6.26

8.70

UNIC

2.15

3.08

1.77

6.06

7.83

PYFA

1.10

1.22

1.44

0.99

4.09


(2)

Lampiran 4

Descriptive Statistic

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_ROA 168 .1739 3.7782 1.9715 1.09804

LN_ROE 168 .1222 4.3993 2.6237 1.02508

LN_NPM 168 .0676 3.2534 1.5355 1.03509

LN_EPS 168 .0099 8.8482 4.5836 2.15515

LN_HS 168 3.8066 11.6082 7.2281 1.84917

Valid N(listwise) 168

Lampiran 5

Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 168

Normal Parametersa Mean .0000000

Std.

Deviation 7.30378119E3 Most Extreme Differences Absolute .300

Positive .300 Negative

-.248

Kolmogorov-Smirnov Z 3.892

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Lampiran 5 (lanjutan)

Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Dengan Logaritma

Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual


(3)

Negative -.032

Kolmogorov-Smirnov Z 1.062

Asymp. Sig. (2-tailed) .210

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(4)

Lampiran 5 (lanjutan)

Lampiran 6

Uji Multikolinieritas

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.964 .191 15.772 .000

LN_ROA .146 .196 .087 .744 .458 .167 7.846 LN_ROE .149 .173 .082 .861 .390 .131 9.043 LN_NPM .313 .116 .175 2.699 .008 .216 3.619 LN_EPS .965 .037 1.125 20.869 .000 .484 2.068


(5)

Lampiran 7

Lampiran 8

Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .923a .851 .847 .72236 1.599

a.

Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_ROE, LN_NPM, LN_ EPS

b.

Dependent Variable: LN_HS

Lampiran 9

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.964 .191 15.772 .000

LN_ROA .146 .196 .087 .744 .458 .167 7.846 LN_ROE .149 .173 .082 .861 .390 .131 9.043 LN_NPM .313 .116 .175 2.699 .008 .216 3.619 LN_EPS .965 .037 1.125 20.869 .000 .484 2.068


(6)

Lampiran 10

Hasil Uji F

ANOVA

b

a. Predictors: (Constant), ROA, ROE, NPM, EPS

b. Dependent Variable: HS

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 485.993 4 121.498 232.846 .000a

Residual 85.053 164 .522


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 51 84

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 58 98

Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 36 82

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Haham Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 40 98

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 1 15

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 30

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 0 12

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2007 - 2009.

0 0 13

Analisis Pengaruh Rasio keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11