5.1 PROFIL APBD KOTA BANDUNG - DOCRPIJM 6d02661e64 BAB VBAB 5 RPIJM Kota Bandung PDF

  BAB KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

  5 BIDANG CIPTA KARYA

5.1 PROFIL APBD KOTA BANDUNG

  Amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menetapkan dan mengatur pembagian kewenangan ( power sharing) dan pembagian keuangan (financial sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, serta Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungg jawab sesuai dengan kepatutan dan rasa keadilan.

  Berkenaan dengan ha12.tersebut dan sesuai dengan struktur APBD Kota Bandung dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri No

  59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur APBD Kota Bandung terdiri dari:

  1. Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah

  2. Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat Belanja Daerah dan 3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Komponen Pendapatan terdiri dari : (1) Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang berasal dari Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; serta (3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang berasal dari Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

  Komponen Belanja terdiri dari : (1) Belanja Tidak Langsung yang didalamnya terdiri

  9

  • 2

  dari Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; (2) Belanja Langsung yang didalamnya terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal.

  Komponen pembiayaan terdiri dari : (1) Penerimaan Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Lalu, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah; (2) Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah, dan Pembayaran Pokok Utang; (3) Sisa Lebih Pembiyaan Anggaran Tahun Berjalan.

  Kapasitas keuangan daerah akan menentukan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan keuangan pemerintah daerah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah.Struktur APBD Kota Bandung selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  9

  • 3

  

Tabel 5.1

  • – 2012 Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Bandung Tahun 2008

  2008 2009 2010 2011 2012 BELANJA DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Pendapatan 338.376.369.006,00 77,17 369.137.442.213,08 83,57 416.030.066.849,00 106,64 719.988.881.243,00 82,73 933.920.994.572,00 74,53 Asli Daerah Pajak Daerah 213.160.908.731,00 100,58 255.506.475.774,08 97,98 291.800.000.000,00 103,42 546.000.000.000,00 122,18 727.000.000.000,00 112,94 Restribusi

  91.691.795.275,00 79,51 81.758.868.505,00 84,29 91.810.119.947,00 94,19 73.090.784.230,00 98,08 71.174.028.328,00 110,50 Daerah Hasil 4.150.000.000,00 131,27 7.250.658.109,00 98,42 8.837.421.402,00 173,11 10.269.067.395,00 100,58 10.269.067.395,00 70,38 Pengelolaan Kekayaan

  • - Daerah yg

  • Dipisahkan

    Lain-Lain PAD 29.373.665.000,00 74,49 24.621.439.825,00 137,14 23.582.525.500,00 162,46 90.629.029.618,00 92,83 125.477.898.849,00 78,83

  Dana 1.281.695.605.184,00 107,34 1.370.520.000.489,00 107,78 1.571.976.506.631,00 89,81 1.429.761.007.742,00 90,91 1.794.296.154.447,00 100,96 Perimbangan Dana Bagi 317.013.175.184,00 122,01 335.664.569.489,00 123,34 511.413.619.031,00 96,82 365.041.419.742,00 97,74 433.567.652.447,00 102,89 Hasil Dana Alokasi

  956.516.430.000,00 100,00 989.245.660.000,00 100,00 997.018.087.600,00 91,53 1.005.642.188.000,00 100,00 1.323.681.042.000,00 100,00 Umum

  9

9 Dana Alokasi

  • 4
  • -4 8.166.000.000,00 100,00 45.609.771.000,00 100,00 63.544.800.000,00 81,07 59.077.400.000,00 75,00 37.047.460.000,00 100,00

  Khusus

  Lain-Lain Pendapatan 333.709.439.249,00 103,01 547.000.390.655,00 108,49 505.852.335.148,31 106,56 901.381.856.560,23 96,86 881.692.586.335,63 96,86 Daerah Yang Sah Total Belanja 1.953.781.413.439,00 95,84 2.286.657.833.357,08 99,95 2.493.858.908.628,31 101,00 3.051.131.745.545,23 90,17 3.609.909.735.354,63 90,78 Sumber : LKPJ Tahun 2008 - 2012

  9

  9

  • 5
  • 5

  • – 2012
  • – 2012

  9

  9

  

Tabel 5.2

  Perkembangan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun 2008

  BELANJA DAERAH 2008 2009 2010 2011 2012 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Belanja Tidak Langsung - - 1.391.773.886.383,00 97,73 1.653.598.765.229,00 98,52 1.919.949.172.763,64 97,04 2.167.730.394.921,30 97,20 Belanja Langsung - - 1.107.122.907.132,00 79,54 1.201.534.789.793,31 74,36 1.392.247.753.050,59 87,43 1.696.939.175.965,33 81,50

Total Belanja - - 2.498.896.793.515,00 88,64 2.855.133.555.022,31 86,44 3.312.196.925.814,23 92,24 3.864.669.570.886,63 89,35

  Sumber : LKPJ Tahun 2008 - 2012

Tabel 5.3

  Perkembangan Pembiayaan Daerah Kota Bandung Tahun 2008

  BELANJA DAERAH 2008 2009 2010 2011 2012 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Penerimaan Pembiayaan 315.856.408.628,00 99,21 276.159.742.488,00 99,46 374.969.409.630,00 99,34 278.945.180.269,00 99,14 29.375.983.553.200,00 100,00 Pengeluaran Pembiayaan 18.228.630.758,00 80,19 63.920.782.330,00 99,94 13.694.763.236,00 98,82 17.880.000.000,00 99,27 39.000.000.000,00 97,36 Total Pembiayaan Netto 297.627.777.870,00 212.238.960.158,00 361.274.646.394,00 261.065.180.269,00 29.336.983.553.200,00

  • 6
  • 6

  9

  9

  

Sumber : LKPJ Tahun 2008 - 2012

  • 7
  • 7

  Rp4.500.000.000.000 Rp4.000.000.000.000 Rp3.500.000.000.000 Rp3.000.000.000.000 Rp2.500.000.000.000 Rp2.000.000.000.000 Rp1.500.000.000.000 Rp1.000.000.000.000

  Rp500.000.000.000 Rp0 2008 2009 2010 2011 2012

Pendapatan Belanja Pembiayaan

  Gambar 5.1

  Struktur APBD Kota Bandung 2008 - 2012 Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat diketahui bahwa komponen pendapatan mengalami kenaikan pada periode 2008-2012 kenaikan tersebut diakibatkan karena pos PAD mengalami kenaikan yang tajam yakni dari 338 Milyar pada tahun 2008 menjadi 933 Milyar pada tahun 2012. Sementara itu komponen belanja mengalami kenaikan pada periode 2008-2012, kenaikan ini lebih disebabkan karena terjadinya kenaikan baik pada pos belanja langsung maupun tidak langsung.

5.2 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Profil investasi pembangunan Bidang Cipta Karya meliputi data perkembangan investasi pembangunan Bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Data ini mencakup perkembangan dana yang bersumber dari APBN, APBD, Perusahaan Daerah, dan swasta.

5.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

  Dana APBN Cipta Karya yang dialokasikan kepada Pemerintah Kota Bandung dalam 4 tahun terakhir (tahun 2009 sampai dengan tahun 2012) cenderung fluktuatif. Total alokasi dana APBN untuk bidang Cipta karya pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 49.56 Milyar. Pada tahun 2010 jumlah dana yang berasal dari APBN mengalami penurunan menjadi Rp. 33.45 Milyar kemudian meningkat kembali dengan peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2011 menjadi Rp.

  94.79 Milyar dan mengalami penurunan kembali pada tahu 2012 menjadi Rp. 23 Milyar.

  Dari Total alokasi dana APBN tersebut alokasi tertinggi pada sektor Pengembangan Permukiman. Sektor ini memiliki total alokasi terbesar dalam kurun waktu 4 tahun dengan total dana mencapai Rp. 109,54 Milyar. Rata-rata alokasi dana untuk sektor Pengembangan Permukiman setiap tahunnya mencapai Rp. 27,38 Milyar. Sementara itu sektor dengan alokasi dana terkecil adalah sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Perkembangan alokasi Dana APBN Bidang Cipta Karya selama 5 tahun terakhir lihat Tabel 9.4 berikut.

  Tabel 5.4

  Alokasi APBN untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kota Bandung Tahun 2009-2012

  (dalam ribu rupiah)

  

Sektor 2009 2010 2011 2012

4,219,720 - - Air Minum 32,649,160

  • PLP 16,350,000 13,000,000 23,000,000 BANGKIM 16,912,900 15,050,000 - 77,576,930
  • PBL 2,050,000

  

JUMLAH 49,562,060 33,450,000 94,796,650 23,000,000

Sumber: DPU Cipta Karya

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

  Tabel 5.5

  Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Bandung Tahun 2009-2012 (dalam ribu rupiah)

  

Sektor 2009 2010 2011 2012

  • DAK Air Minum 3,330,000 964,004 1,865,360
  • DAK Sanitasi 2,798,766 1,073,100 1,311,650

  

JUMLAH 3,330,000 3,762,770 1,073,100 3,177,010

Sumber: DPU Cipta Karya

  Dari tabel tersebut di atas bahwa perkembangan total DAK untuk kedua sektor tersebut (Air Minum dan Sanitasi) dalam 4 tahun terakhir cenderung memiliki jumlah yang hampir sama kecuali pada tahun 2011. Secara rata-rata total DAK untuk kedua sektor tersebut dalam kurun waktu tahun 2009-2012 mencapai Rp.

  2.84 Milyar.Rata-rata DAK Air Minum relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata DAK Sanitasi.Jumlah DAK untuk kedua sektor tersebut secara berturut- turut adalah sebesar Rp. 1.53 Milyar dan Rp. 1.29 Milyar.

5.2.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD Kota Bandung

  Dana APBD yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk pelaksanaan waktu 2014-2018 diproyeksikan senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, Bidang Cipta Karya dialokasikan mendapat dana sebesar Rp. 209 Milyar (10.10%). Jumlah alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya pada tahun 2018 meningkat menjadi Rp. 274 Milyar(7.04%).Akan tetapi jika dibandingkan dengan total belanja APBD, alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya setiap tahunnya cenderung memiliki persentase menurun (seperti terlihat pada Gambar 9.2).

  Tabel 5.6

  Proyeksi Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2014-2018

  (dalam juta rupiah)

  TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 SEKTOR % % % % % Alokasi APB Alokasi Alokasi Alokasi APB Alokasi APB APBD APBD D

  D D BANGKI

  0.79

  0.66

  0.62 16,500.00 18,150.00 0.75% 19,965.00 0.70% 21,961.50 24,158.00 M %

  % %

  3.87

  3.38

  3.11 PBL 80,405.55 93,409.04 3.85% 104,877.45 3.70% 112,138.95 120,354.72 % % %

  0.25

  0.17

  0.15 AM 5,250.00 5,600.00 0.23% 5,700.00 0.20% 5,800.00 5,800.00 % % %

  5.18

  3.55

  3.21 PLP 107,614.00 116,960.00 4.82% 126,258.00 4.45% 117,616.70 124,329.00 % % %

  TOTAL 2,077,671.0 100 2,427,646.0 2,836,722.0 3,315,338.0 100 3,875,867.0 100 BELANJ 100% 100% % % % A APBD

  Sumber: Rencana Belanja APBD Kota Bandung dalam RPJMD Kota Bandung, 2014-2019

  Dari total alokasi belanja APBD, sektor dengan jumlah belanja terbesar adalah Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan persentase rata-rata terhadap total belanja APBD sebesar 4.24%. Sementara itu sektor denngan jumlah belanja terkecil adalah Sektor Air Minum dengan persentase rata-rata terhadap total belanja APBD sebesar 0.2%.

  4.500.000,00 4.000.000,00 )

  3.500.000,00 h ia p u

  3.000.000,00 r ta

  2.500.000,00 ju ( ja

  2.000.000,00 n TOTAL la BELANJA APBD e

  1.500.000,00 B l ta o

  1.000.000,00 T BELANJA APDB TOTAL

  500.000,00 BIDANG CK

  • 2014 2015 2016 2017 2018

  Tahun Gambar 5.2

  Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD Kota Bandung Tahun 2014-2018 Selain dana APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya, Pemerintah Kota Bandung juga mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) selama 4 tahun terakhir (2009 sampai dengan 2012 ), terlihat pada Tabel 9.7 berikut.

  Tabel 5.7

  Perkembangan DDUB Kota Bandung Tahun 2009-2012 (dalam ribu rupiah)

  2009 2010 2011 2012 Sektor

  • *) Alokasi *) Alokasi *) Alokasi *) Alokasi APBN DDUB DDUB DDUB DDUB APBN APBN APBN

  Air

  • Minum 32,649,160 14,498,000 4,219,720 1,500,000 PLP
  • 16,350,000 12,350,000 13,000,000 7,943,000 23,000,000 BAN>16,912,900 400,000 15,050,000 77,576,930 550,000 PBL
  • 2,050
  • TOTAL 49,562,060 14,898,000
  • - 33,450,000 12,350,000 94,796,650 9,993,000 23,000,000

  Sumber: DPU Cipta Karya

  • ) DDUB bersumber dari APBD Provinsi, Kota, Swasta, dan Masyarakat

  Perkembangan DDUB 5 tahun terakhir cenderung menurun. Pada tahun 2009 DDUB Kota Bandung sebesar Rp. 14.89 Milyar kemudian menurun pada tahun- tahun berikutnya menjadi Rp. 12.35 Milyar pada tahun 2010, Rp. 9.99 pada tahun 2011, dan Rp. 0 pada tahun 2012. Alokasi DDUB terbesar terdapat pada Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan alokasi rata-rata mencapai Rp. 5

  Milyar, sedangkan alokasi DDUB terkecil terdapat pada Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dengan alokasi sebesar Rp. 0.

  

5.2.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

dalam 5 Tahun Terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial ( social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah ( profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, air limbah dan persampahan.

  Perusahaan Daerah yang dimiliki Kota Bandung di antaranya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening dan Perusahaan Daerah Kebersihan.Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Daerah Tingkat II Bandung No.

  2072 tahun 1988, PDAM Kota Bandung memiliki tugas pokok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana air kotor di daerah.

  PDAM Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dilihat dari fungsinya mencakup dua aspek, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi.Sebagai salah satu bentuk perpanjangan tangan Pemerintah Daerah (Pemda) yang bergerak dalam bidang pelayanan umum (public service) khususnya bidang pelayanan air bersih dan pengelolaan air kotor, PDAM dituntut untuk dapat melayani kebutuhan air bersih dan pembuangan air kotor bagi seluruh masyarakat serta aktivitas Kota Bandung.Hal ini bertujuan menciptakan suatu kondisi sanitasi lingkungan yang memadai, yang pada akhirnya dapat menigkatkan tingkat kesehatan dan kesejateraan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu badan usaha, PDAM juga dituntut untuk dapat mengelola perusahaan secara profesional dengan prinsip ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat menghasilkan pendapatan untuk membiayai kelangsungan hidup perusahaan dan perkembangan ke depan, serta dapat memberikan kontribusi

  Berikut merupakan gambaran umum organisasi, kepegawaian, dan keuangan PDAM Tirtawening Kota Bandung.

  Organisasi

  Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 236 Tahun 2009, Direktur Utama PDAM berada di bawah walikota dan dewan pengawas. Direktur Utama PDAM membawahi tiga direktur yakni Direktur Utama, Direktur Air Minum, dan Direktur Air Limbah.

  

Gambar 5.3

  Struktur Organisasi PDAM Tirtawening Kota Bandung

  

Sumber: PDAM Tirtawening, 2012

Kepegawaian

  Pegawai PDAM Tirtawening Kota Bandung terdiri dari pegawai PDAM dan Pegaawai Negeri Sipil yang ditempatkan di Perusahaan Daerah Air Minum, Pabin atau Pengamanan (Polisi dan TNI) yang bertugas ditempatkan di PDAM Tirtawening Kota Bandung untuk mengamankan Perusahaan Vital dan Honorer.Berikut merupakan data kepegawaian PDAM Tirtawening pada tahun 2008-2014.

  

Gambar 5.4

  Kepegawaian PDAM Tirtawening

  

Sumber: PDAM Tirtawening, 2014

Tarif Pelayanan

  Tarif pelayanan air tanki dari PDAM Tirtawening dibedakan berdasarkan penggunanya. Berdasarkan Peraturan Direksi No. 690/Perdir.03-PDAM/2013, pengguna air PDAM Kota Bandung dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok, yakni sosial, rumah tangga, niaga/industri, dan eceran.

  

Gambar 5.5

  Tarif Pelayanan Air Tanki PDAM Tirtawening

  

Sumber: PDAM Tirtawening, 2014 Pendapatan usaha atau pendapatan operasi terdiri dari Penjualan Air Bersih, Pendapatan Air Kotor dan pendapatan Non Air. Pendapatan Usaha meningkat 1,54% dari sebesar Rp.87.214.625.130,- pada tahun 2004 menjadi Rp.88.563.997.802,- .pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 menurun 1,36%, menjadi Rp. 87,367.826.062,-.

  Biaya-Biaya Usaha

  Biaya usaha/operasional terus meningkat 2,48% dari sebesar Rp 80.630.547.926,- pada tahun 2004 menjadi Rp.82.997.159.765.pada tahun 2005, meningkat 89,37%, pada tahun 2006 menjadi Rp. 157.178.799.648, yang diakibatkan dari melonjaknya biaya keuangan pada tahun 2006 sebesar Rp. 76.347.496.182,- yang sebagian besar yaitu sebesar Rp. 68,565.289..421,- merupakan Denda Keterlambatan yang harus dibayar oleh PDAM pada tahun 2006.

  

Tabel 5.8

  Kondisi/ Kinerja Keuangan PDAM Kota Bandung Tahun 2004-2006

NO URAIAN 2006 2005 2004

  

1 Pendapatan Air (Rp) 65.083.413.823 68.699.665.063 67.986.761.824

  

2 Air yang terjual (m3) 34.495117 34.131.176 33.289.109

  3 Tarif Air Minum Efektif Rp 1.886,74 2.012,81 2.042,31

  4 Perubahan 2005 / - 29,50 2004

  5 Perubahan 2006 /

  • 126,07 2005

  7 Perubahan 2006 / - 154,57 - - 2004 Neraca

  Berdasarkan neraca komparatif Total Aktiva mengalami kenaikan relatif rendah yaitu dari Rp. 170.231.184.219,- pada tahun 2004, meningkat menjadi Rp. 177.860.372.638,- tahun 2005 dan meningkat menjadi Rp. 180.737.713.963,- Ini merupakan peningkatan yang sangat lamban bagi sebauah organisasi usaha.

  Tabel 5.8 Rasio Keuangan PDAM Kota Bandung Tahun 2005-2006

NO URAIAN RASIO 2006 2005

  1 Rasio Laba Terrhadap Aktiva Produktif (%) *) - 48, 11 5,78

  2 Rasio Laba Terhadap Penjualan *) - 74,29 8,06

  3 Rasio Aktiva Lancar terhadap Hutang Lancar 0,21 0,25

  4 Rasio Total Aktiva terhadap Total Hutang 0,50 0,62

  5 Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi 1,80 0,94

  6 Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air 1.62 1,44

  7 Rasio waktu Penagihan Hutang (hari) 58,13 70,73

  8 Efektivitas Penagihan 78,27 76,30

  • ) Perusahaan (PDAM) mengalami kerugian

  Laba (Rugi) Usaha

  Laba/Rugi yang diperoleh dalam tiga tahun terakhir sungguh memprihatinkan, yaitu pada tahun 2004 diperoleh laba usaha sebesar Rp. 6.584.077.204,-, pada tahun 2005 walaupun sedikit menurun masih membukukan laba usaha sebesar Rp. 5.566.838.036,-. Tetapi pada tahun 2006 menderita kerugian yang sangat besar rugi sebesar (Rp. 69.790.973.586,-). Kerugian sebesar itu ternyata disebabkan yaitu adanya pembengkakan pada pos Biaya Keuangan sebesar Rp. 76,347.496.181,- sebanyak Rp. 68.565.289.421,- yang merupakan Denda keterlambatan pembayaran pinjaman. Sementara itu pada tahun 2012, laba/rugi PDAM Tirtawening mencapai Rp. 3,366,000,000,-

  Tabel 5.9

  Ikhtisar Keuangan PDAM Tirtawening Tahun 2000-2006

  URAIAN 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000

  1. Total 29.863 23.313 29.188 22.75 18.573 15.266 11.284 Pendapatan

  2. Pendapatan 26.108 26.631 24.553 18.857 12.975 11.111 10.132 Penjualan Air

  3. Pendapatan 3.755 1.682 4.635 3.893 5.598 4.155 1.151 Non Air t Lain-lain

4. Total Biaya 26.616 26.143 23.562 20.951 17.662 17.834 12.021

  5. Biaya Langsung 12.018 11.158

  10.54

  8.75 8.02 7.063 3.702 Usaha

  URAIAN 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 Administrasi dan Lain-lain

  7. Laba Rugi 3.432 2.17 7.397 1.789 911 1.425 736 Sebelum Pajak

  8. Laba Rugi Setelah PPh 2.146 1.259 4.56 1.393 1.131 1.425 736 Badan

  NERACA - BALANCE SHEET

  

1. Total Aktiva 63.968 60.737 60.499 59.597 56.926 49.051 48.114

  

2. Aktiva Tetap 47.885 47.685 51.163 47.683 47.638 41.365 37.409

  

3. Total Kewajiban 29.049 32.997 34.506 35.939 34.562 31.953 31.583

  4. Modal dan 34.918 27.74 25.993 23.757 22.364 17.458

  16.53 Cadargan

  5. Total Kewajiban 63.968 60.737 60.499 59.697 56.926 49.051 48.114 dan Modal Rasio Keuangan 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 - Finacial Ratio RASIO OPERASIONAL (%)

  1. Cakupan 9,89 10,42 11,36 12,00 11,42 5,81 5,68 Pelayanan

  

2. Kualitas Air Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi

syarat syarat syarat syarat syarat syarat syarat

  Distribusi Air Minum

  3. Kontinuitas Air Blm 24 Air Minum Air Minum Air Minum Air Minum Air Minum Air Minum jam

  4. Produktifitas

Pemanfaatan 73,98 89,59 83,27 82,16 74,85 70,56 66,13

Instalasi Produksi

  5. Tingkat 38,12 40,34 40,65 41,58 44,19 49,22 46,72 Kehilangan Air

  6. Peneraan Meter 2,76 2,85 2,32 2,47 1,47 1,66 0,58 Air

  7. Rasio Karyawan

Perusahaan per 6,58 6,85 7,10 7,77 8,27 8,64 10,16

1000 Pelanggan

RASIO KEUANGAN (%)

  URAIAN 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000

  1. Rasio Laba

terhadap Aktiva 5,85 3,89 12,78 3,32 0,71 (3,05) 0,00

Produktif

  2. Rasio Laba

terhadap 11,64 8,15 25,96 9,49 2,12 (9,49) 0,00

Penjualan

  3. Rasio Aktiva

Lancar terhadap 1,26 0,85 0,72 0,25 0,23 0,31 0,26

Hutang Lancar

  4. Rasio Hutang

Jangka Panjang 0,13 0,69 0,87 0,39 0,70 0,81 0,52

terhadap Ekuitas

  5. Rasio Total

Aktiva terhadap 2, 20 1,84 1,75 1,66 1,59 1,55 1,52

Total Hutang

  6. Rasio Biaya Operasi terhadap 0,89 0,93 0,82 0,94 1,00 1,17 1,10 Pendapatan

  Operasi

  7. Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan 1,67 2,18 2,94 0,54 0,27 0,32 0,03 terhadapangsuran Pokok & Bunga Jatuh Tempo

  8. Rasio Aktiva Produktif 2,25 2,10 2,36 2,86 4,06 4,20 4,14 terhadap

  Penjualan Air

  9. Jangka Waktu Penagihan 54,04 54,58 57,42 73,60 69 61 113,00 Piutang

  10. Efektivitas 88,98 97,57 117,18 80,24 81,60 87,33 81,68 Peragihan Sumber: RPKP PDAM, 2007-2012

  Hutang jangka panjang adalah pinjaman yang ditarik untuk membiayai investasi atau biasa disebut dengan pengeluaran modal (capital expenditure) yang akan memberi manfaat untuk beberapa tahun kedepan yang paling tidak seumur dengan jangka waktu pengembalian pinjaman tersebut. Aset yag dibiayai dengan pinjaman akan disusut, sebagai cadangan pengembalian pinjaman tersebut. Pembayaran angsuran akan disesuaikan dengan arus kas masuk yang diharapkan meningkat karena adanya tambahan aset produktif ini.

  9 Jangka waktu penagihan piutang 101

  Posisi atau Saldo Hutang Jangka Panjang sampai akhir tahun 2006 tidak mengalami penurunan yaitu:  Saldo akhir tahun 2004 Rp. 254.550.999.264,-  Saldo akhir tahun 2005 Rp. 269.697.207.440,-  Saldo akhir tahun 2006 Rp. 342.350.689.872,- Melihat saldo Hutang jangka Panjang yang terus meningkat tersebut perlu penanganan dan perhatian lebih, karena hal ini mempunyai efek negatif terhadap keseluruhan performansi di bidang keuangan.

  Sumber: PDAM Tirtawening, 2012

  15 Kapasitas terolah IPAL (m 3 /hari) 58,055

  

14 Sambungan perpipaan air limbah (SR) 99,454

  61.9

  13 Cakupan pelayanan air limbah offsite dan onsite

  12 Saldo kas (Rp juta) 25,001

  11 Investasi (Rp juta) 18,592

  10 Laba/Rugi (Rp juta) 3,366

  5.35

  

Tabel 5.10

  8 Pegawai per 1000 SL (orang)

  7 Cakupan Pelayanan 72%

  6 Tingkat kehilangan air 34%

  5 Full cost recovery

  4 Proyeksi kenaikan tarif

  3 Biaya dasar 2,829

  2 Tarif rata-rata 4,317

  1 Rasio kecukupan tarif 153%

  No Uraian 2012

  Keuangan PDAM Tirtawening Tahun 2012

  Saldo Kas (UangTunai)

  Saldo Kas merupakan uang tunai hasil stok opname posisi akhir tahun dari Kas PDAM, Kas AMDK dan Kas LPKL.Saldo kas minimum PDAM selama 3 tahun berturut-turut mengalami peningkatan, dari Rp. 53.467.405,-. di akhir tahun 2004, menjadi Rp. 58.821.200,- pada akhir tahun 2006. Sementara itu pada tahun 2012 saldo kas Kota Bandung mencapai 25,001,000,000,-

  Kinerja PDAM Kota Bandung

  Berdasarkan tabel berikut, kinerjaPDAM Tirtawening Kota Bandung pada tahun 2007-2008dinilai kurang sehat. Hasil tersebut diperoleh dengan menghitung struktur hutang, efisiensi, dan tingkat keuntungan.Ke depannya PDAM Tirtawening telah menargetkan kinerja yang lebih baik yaitu dengan mencapai kinerja yang sehat (nilai >2), dengan nilai yang terus meningkat seperti tercantum pada tabel berikut.

  

Tabel 5.11

  Hasil Kinerja PDAM Dalam masa Penyehatan dan Restrukturisasi Pinjaman

  Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Nilai Kinerja 1,78 1,81 2,21 2,33 2,37 2,49

KURANG KURANG

  

Hasil Kinerja SEHAT SEHAT SEHAT SEHAT

SEHAT SEHAT Kegiatan PD Kebersihan

  Dalam upaya mendukung pelaksanaan program kerja 2010, PD Kebersihan berupaya mengajukan tambahan fasilitas kendaraan truk sebanyak 5 buah dengan kapasitas 10 M3 kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat denga alokasi dana sebesar 2.500.000.000 dan untuk pengelolaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) PD Kebersihan direncanakan akan mendapatkan alokasi bangunan pengelolaan sebesar Rp 2.400.000.000, yang ditempatkan di lokasi Antapani sebanyak 2 lokasi , Bandung Utara 1 Lokasi serta 1 lokasi di Bandung Barat. Selain itu terdapat beberapa program PD Kebersihan yang telah berjalan, di antaranya:

  • Pemerintah Kota Bandung mengadakan Program Bandung Green and clean

  (BGC) dengan target bahwa dengan program tersebut diharapkan timbulan sampah dapat berkurang ke lokasi tempat pembuangan akhir sampah serta dengan adanya penanaman pohon disekitar lingkungan yaitu dengan menggalakan pemasangan Biopori serta Penanaman Pohon agar menjadi Kawasan yang berwawasan lingkungan

  • Partisipasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam composting untuk mereduksi sampah oleh masyarakat antara lain di Kawasan kelurahan Gedebage , Kelurahan Ciroyom, Kelurahan Cibangkong, Perumahan Griya Cempaka Arum •

  Perusahaan Daerah Kebersihan melakukan kegiatan Pemilahan dan Pengomposan di TPS Indramayu serta melakukan kegiatan pencacahan di TPS Ciroyom dan TPS Kobana juga Kegiatan yang berskala kota dalam hal pengomposan dilakukan di TPA jelekong

  • Perusahaan Daerah Kebersihan membagikan secara gratis sarana pengomposan ke masyarakat baik sarana pengomposan berupa takakura ataupun tong berukuran 120 liter

  

5.2.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber

dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka diperlukan sumber dana lain selain dari pemerintah untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan pada Bidang Cipta Karya. Pendanaan dari sumber lain salah satunya dapat dilakukan melalui skema KPS (Kerjasama Permerintah Swasta) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan Responsibility (CSR) untuk kegiatan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Selain itu masyarakat juga dapat dilibatkan dalam pendanaan kegaitan- kegiatan Bidang Cipta Karya melalui program/kegiatan yang dapat melibatkan masyarakat baik berupa bantuan tenaga maupun sumbangan dana.

  Pada tabel berikut tercantumbeberapa program/kegiatan yang telah dilakukan di Kota Bandung dengan dana yang berasal dari swasta/masyarakat. Program/kegiatan yang telah dilaksanakan melalui skema pendanaan non pemerintah di Kota Bandung di antaranya pembangunan jaringan air limbah terpusat skala kota dengan dana sebesar Rp. 350,000,000,- dan pengembagnan kinerja pengelolaan air minum berupa bantuan program penyehatan PDAM dengan dana sebesar 1,500,000,000,-.

  

Tabel 5.12

  Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya Kota Bandung Tahun 2008-2012

  Dana Tahu Uraian Kegiatan Swasta/Masyarakat n Pembangunan Jaringan Air Limbah Terpusat Skala Kota 350,000,000 2010 Pembangunan PS Air Limbah Terpusat (lanjutan)

  Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum 1,500,000,000 2011 Bantuan Program Penyehatan PDAM

  Pemasangan Keran Air Siap Minum di Taman Kota 50,000,000 2014

  (CSR) TOTAL 1,900,000,000

  Sumber: DPU Cipta Karya

  

5.3 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG

CIPTA KARYA

  Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proyeksi APBD Kota Bandung, rencana pembiayaan Perusahaan Daerah, dan rencana kerja sama antara pemerintah dan swasta.

5.3.1 Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1. Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

  Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Y = Nilai tahun ini

  Y -1 = Nilai 1 tahun sebelumnya

  • 2

  Y = Nilai 2 tahun sebelumnya Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terjadi dari PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.

  2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.

  Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

  n

  Keterangan: Y = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

  3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel-9.6) maka diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya

  

Tabel 5.13

Proyeksi Pendapatan APBD Kota Bandung Tahun 2014-2018 (dalam Milyar)

  Persentase Realisasi Proyeksi Komponen Pertumbuha APBD 2010 2011 2012 2014 2015 2016 2017 2018 n Pendapatan 1,25 1,50 1,78 2,12 416 719 933 51% 2,523 Asli Daerah

  3

  2

  4

  3 Dana 1,57 1,42 1,79 2,04 2,33 2,65 2,97

Perimbanga 8% 3,464

  1

  9

  4

  9

  3

  6

  1 n 1,00 1,32 1,67 1,89 2,11 2,34

DAU 997 16% 2,750

  5

  3 DBH 511 365 433 -5% 319 374 469 540 610 DAK

  63

  59 37 -22%

  60

  69

  79 91 104 Lain-Lain 1,02 1,29

Pendapatan 505 901 881 38% 700 840 1,479

  Yang Sah 4,06 4,47 5,40 6,05 7,00 8,11 9,35 10,93 Total APBD 15%

  3

  8

  1

  1

  8

  8

  5 Sumber: RPJMD Kota Bandung, 2014-2019

  Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

1. NetPublicSaving

  Net Public Saving atau Tabungan Pemerintan adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta kayra. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :

  Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah

  • – Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK)
  • – (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

    -

  

Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai, belanja barang,

belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku .

  Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan serta - kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  Debt Service Coverage

2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah ( Ratio)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

  b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan Debt keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan

  Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPI2-JM dengan rumus sebagai berikut:

5.3.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

  Kota Bandung memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam pelayanan bidang Cipta Karya, yaitu PDAM Tirtawening yang bergerak dalam sektor air bersih.Rencana pembiayaan PDAM Tirtawening untuk pembiayaan tahun 2013- 2017 secara ringkas tertuang dalam business plan berikut ini.

  

Tabel 5.14

  Business Plan PDAM Tirtawening Tahun 2013-2017

  No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

  

1 Rasio kecukupan tarif 156% 157% 154% 58% 159%

  

2 Tarif rata-rata 6,612 7,008 7,218 7,775 8,216

  

3 Biaya dasar 4,251 4,464 4,687 4,921 5,167

  4 Proyeksi kenaikan tarif

  

48

  30

  5 Full cost recovery

  

6 Tingkat kehilangan air 32% 32% 32% 31% 30%

  

7 Cakupan Pelayanan 73% 74% 76% 78% 80%

  8 Pegawai per 1000 SL (orang)

  

6

  6

  6

  6

  6 Jangka waktu penagihan

  9

  

90

  85

  80

  75

  70 piutang

  

10 Laba/Rugi (Rp juta) 9,250 23,445 3,199 64,985 78,416

  

11 Investasi (Rp juta) 49,515 65,000 75,000 90,000 120,000

  

12 Saldo kas (Rp juta) 24,016 28,657 29,032 30,704 35,747

Cakupan pelayanan air limbah

  13

  

64.0

  66.0

  68.0

  70.0

  72.0 offsite dan onsite Sambungan perpipaan air

14 101,454 103,454 105,454 107,454 109,454 limbah (SR) Sumber: PDAM Tirtawening, 2012

  Kebutuhan Investasi PDAM sebagian besar merupakan dana internal PDAM ditambah dengan dukungan sumber pendanaan dari APBD Kota, Provinsi dan Pusat dalam rangka mencapai target cakupan pelayanan sesuai target MDGs. Pada dasarnya investasi akan diupayakan untuk peningkatan pelayanan dan penambahan sambungan baru sehingga kondisi sehat dapat dipertahankan dan dapat melaksanakan pengelolaan pinjaman secara teratur. Hal ini bertujuan agar komitmen penyelesaian hutang berjalan sesuai jadwal. Sampai dengan akhir tahun 2021, (2013 s/d 2021) dialokasikan dana untuk pengembangan dan ekspansi dari interbal PDAM tidak kurang dari Rp 950 review pada tiap-tiap tahun anggaran

  Milyar . Besaran investasi tersebut akan di- dan disesuaikan dengan kebutuhan.

5.3.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

  Dalam menjalankan program/kegiatannya PDAM tentunya tidak dapat berdiri sendiri. Diperlukan berbagai kerja sama baik dari pihak swasta, masyarakat, maupun pemerintah daerah kabupaten/kota lain yang berdekatan. Dalam hal kerjasama antarpemerintah daerah, Kota Bandung memiliki potensi kerjasama antara PDAM Kota Bandung dan PDAM Kabupaten Bandung. Berntuk kerjasama yang dapat dilakukan di antaranya berupa:

  1. Kerjasama Peningkatan Debit Air Baku kedua PDAM Kerjasama PDAM Kota dan Kabupaten Bandung dalam pengelolaan dan pengembangan Sistem Air Baku yang sebagian besar berada dalam wilayah Kabupaten Bandung. Upayakerjasama untuk Meningkatkan Debit Sumber Air Baku bagi keperluan PDAM Kota Bandung dan PDAM Kabupaten Bandung telah dituangkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 610/Kep.305- Bapeda/2002

  2. Kerjasama dalam pelayanan pelanggan di daerah perbatasan Kerjasama dalam pelayanan pelanggan potensial di daerah perbatasan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung namun mempunyai kemudahan untuk dilayani dari sistem Distribusi PDAM Kota Bandung

  3. Pembentukan kerjasama Operasional (JO) dalam mengelola SPAM Menggagas kemungkinan pembentukan kerjasama operasional (JO) dalam mengelola sistem yang bisa dikerjasamakan antara PDAM Kota dan Kabupaten Bandung

  Di samping itu Pemerintah Kota Bandung juga aktif mencari dana CSR dari perusahaan-perusahaan internasional untuk pembangunan di Kota Bandung. Salah satunya adalah rencana pengelolaan air di Kota Bandung yang akan didanai oleh dana CSR perusahaan internasional dengan jumlah ±Rp. 160 Milyar.

  

Tabel 5.15

  Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Kedepan

  Kelayakan Nama Deskripsi Biaya Kegiatan Finansial Keterangan Kegiatan Kegiatan (Rp) (IRR=….)

Pengelolaan air 160,000,000,000 Dana CSR dari

Viten Evides

  

5.4 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI