BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARAT - DOCRPIJM 3a3c8d3e3b BAB IIBAB 2

BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARAT

  2.1 GAMBARAN DAN ADMINISTRASI

  Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi Jawa Barat yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat

  II berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 4688).

  Geografis Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º 19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki luas sebesar Luas wilayah 2

  1.305,77 Km atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan Saguling. Kabupaten Bandung Barat meliputi 165 desa, dengan batas wilayah administrasi meliputi: a. Sebelah : berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Kulon

  Utara Kabupaten Cianjur; Kecamatan (Maniis, Darangdan, Bojong dan Wanayasa) Kabupaten Purwakarta; Kecamatan (Sagalaherang, Jalan Cagak dan Cisalak) Kabupaten Subang.

  b. Sebelah : berbatasan dengan Kecamatan (Cilengkrang, Timur Cimenyan, Margaasih dan Soreang) Kabupaten

  Bandung, Kecamatan (Cidadap dan Sukasari) Kota Bandung dan Kecamatan (Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan) Kota

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-1 Cimahi. berbatasan dengan Kecamatan (Campaka,

  c. Sebelah : Barat Ciranjang, dan Mande) Kabupaten Cianjur.

  d. Sebelah : Berbatasan Kabupaten Bandung dan Selatan Kabupaten Cianjur.

  Secara administratif, Kabupaten Bandung Barat mempunyai luas 2 1.305,77 km atau 3,75 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat yang terbagi dalam 16 kecamatan dan 165 desa. Kecamatan terluas adalah 2 Kecamatan Gununghalu dengan luas 160,64 Km atau 12,30% dari luas

  Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil 2 adalah Kecamatan Batujajar dengan luas 32,04 Km atau 2,45% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Selengkapnya wilayah Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel-2.1 dan Gambar-2.1

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-2

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

  2-4 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  16

  10 Padalarang 51,40 3,94

  10

  11 Ngamprah 36,01 2,76

  11

  12 Parongpong 45,15 3,46

  7

  13 Lembang 95,56 7,32

  14 Cisarua 55,11 4,22

  9 Cipatat 126,05 9,65

  8

  15 Cikalongwetan 112,93 8,65

  13

  16 Cipeundeuy 101,09 7,74

  12 Jumlah 1305,7 100,00 165 Sumber: Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013

  2.2 GAMBARAN DEMOGRAFI

  Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat sampai dengan tahun 2013 berjumlah 1.589.900 jiwa, yang terdiri dari 809.200 jiwa penduduk laki- laki dan 780.700 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Barat pada tahun 2013 berkisar 1.218 jiwa/km 2 . Kecamatan Lembang memiliki kepadatan 1.613 jiwa/km 2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bandung

  12

  6

  Jumlah Desa Terbanyak ada di Kecamatan Lembang yaitu 16 Desa sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Saguling sebanyak 6 desa. Secara administrasi, luas wilayah masing-masing Kecamatan di Kabupaten bandung Barat dapat dilihat pada tabel berikut :

  11

Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung Barat

  No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa KM 2 Presentasi

  1 Rongga 113,12 8,66

  8

  2 Gununghalu 160,64 12,30

  9

  3 Sindangkerta 120,47 9,23

  4 Cililin 77,79 5,96

  8 Saguling 51,46 3,94

  11

  5 Cihampelas 46,99 3,60

  10

  6 Cipongkor 79,96 6,12

  14

  7 Batujajar 32,04 2,45

  7

  Barat Sedangkan Kecamatan Saguling memiliki kepadatan penduduk 257 jiwa/km 2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah. Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel-2.2.

  2-5 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  

9 Cipatat 126,05 63.818 61.852 125.670 1.111

  Sumber : Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013

  

16 Cipeundeuy 101,09 39.808 38.883 78.691 696

1305,77 809.200 780.700 1.589.900 2.370.600

  

15 Cikalongwetan 112,93 58.061 56.138 114.199 1.010

  

14 Cisarua 55,11 35.757 34.592 70.349 622

  

13 Lembang 95,56 93.058 89.429 182.487 1.613

  

12 Parongpong 45,15 52.178 50.698 102.876 909

  

11 Ngamprah 36,01 82.130 80.165 162.295 1.435

  

10 Padalarang 51,40 83.505 80.227 163.732 1.447

  

8 Saguling 51,46 14.864 14.244 29.108 257

Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013

  

7 Batujajar 32,04 46.242 44.927 91.169 806

  

6 Cipongkor 79,96 44.151 41.974 86.125 761

  

5 Cihampelas 46,99 55.572 52.347 107.919 954

  

4 Cililin 77,79 43.165 41.299 84.464 747

  

3 Sindangkerta 120,47 32.518 32.011 64.529 570

  

2 Gununghalu 160,64 36.794 35.256 72.050 637

  

1 Rongga 113,12 27.579 26.658 54.237 479

  No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2) Laki- laki Perempuan Jumlah

  Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat dipengaruhi oleh pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi). Berdasarkan data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sampai tahun 2012 sebesar 1,59 % . Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Cihampelas sedangkan untuk laju pertumbuhan terkecil terdapat di Kecamatan Rongga Lebih jelas mengenai laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung Barat terlihat pada Tabel-2.3.

  

Tabel-2.3

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bandung Barat 5 Tahun Terakhir

Laju Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan No Kecamatan

  Penduduk 2008 2009 2010 2011 2012 (%)

  1 Cililin 88,478 89,585 80,230 82,747 84,121 1,66

  2 Cihampelas 100,144 101,566 102,516 105,728 107,910 2,06

  3 Sindangkerta 66,281 67,187 61,296 63,215 64,086 1,38

  4 Gununghalu 76,394 77,555 68,442 70,585 71,348 1,08

  5 Rongga 59,042 60,060 51,521 53,134 53,464 0,62

  6 Cipongkor 86,610 87,887 81,813 84,374 85,618 1,47

  7 Batujajar 112,401 114,205 114,249 89,314 91,091 1,99

  8 Lembang 170,439 172,959 171,484 178,777 181,473 1,51

  9 Parongpong 89,381 90,678 96,250 100,784 102,546 1,75

  10 Cisarua 65,499 66,493 66,314 68,918 69,751 1,21

  11 Ngamprah 140,515 142,742 154,166 158,993 161,957 1,86

  12 Padalarang 155,802 158,051 155,457 160,404 163,147 1,71

  13 Cipatat 123,605 125,33 119,321 123,114 124,719 1,30

  14 Cipeundeuy 85,789 87,198 74,736 77,089 78,080 1,29

  15 Cikalongwetan 114,489 116,143 108,477 111,876 114,168 2,05

  16 Saguling 28,517 28,847 1,16

Jumlah 1,534,869 1,557,639 1,506,272 1,557,569 1,582,326 1,59

  Sumber:BPS Kabupaten Bandung Barat

  2.3 GAMBARAN TOPOGRAFI

  Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan indah pemandangannya dengan kondisi geografis yang potensial (berbukit- terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi pada ketinggian 2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota Padalarang).

  Berdasarkan analisis kesesuaian lahan pada RTRW Kabupaten Bandung, Tahun 2001-2010, wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah yang sangat sesuai untuk tanaman pangan lahan basah dan tanaman lahan kering. Lahan yang sesuai untuk tanaman pangan lahan basah terdapat di Kecamatan Padalarang, Batujajar, Ngamprah, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Lembang, Cisarua, Parongpong, dan Cihampelas, sedangkan lahan yang cukup sesuai untuk

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-6

  2-7 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  

7 Cipatat 2.950 710 1.950 - 6.940

  

15 Gununghalu 320 - 400 1.880 13.480

Total 29.539 2.852 25.904 11.452 60.841

  

14 Sindangkerta 1.064 600 4.350 425 5.596

  

13 Rongga 1.700 - 292 507 8.812

  

12 Cipongkor 2.210 200 2.050 1.090 2.075

  

11 Cililin 1.640 1.140 - 710 3.986

  

10 Cihampelas 2.150 - 490 2.701

  

9 Batujajar 4.899 - 580 - 2.889

  

8 Padalarang 4.096 202 860 - -

  

6 Ngamprah 1.160 - 379 1.650 420

  tanaman lahan kering terdapat di Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Cikalongwetan, Cipeundeuy dan Cihampelas. Adapun yang sangat sesuai untuk tanaman tahunan/agroforesty, terdapat di kecamatan Padalarang, Batujajar, Cipatat, Ngamprah, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Gununghalu, Rongga, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Lembang dan Parongpong, dan yang sesuai sebagai tempat waduk/bendungan, yaitu di Kecamatan Padalarang, Batujajar, Cililin, Cihampelas, Cipongkor, Cipatat dan Cipeundeuy.

  

5 Cipeundeuy 2.450 - 3.200 - 4.475

  

4 Cikalongwetan 550 - 3.400 3.200 4.058

  

3 Cisarua 530 - 2.292 1.500 1.214

  

2 Parongpong 2.290 - 950 - 1.225

  

1 Lembang 1.530 - 5.201 - 2.970

  

No. Kecamatan 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tabel 2.4 Kemiringan Lereng per Kecamatan (Ha) Di kabupaten Bandung Barat

  Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40% ) dengan Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan terluas. Adapun kemiringan lereng datar (0-8% ) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan dengan luas lereng datar (0-8% ) terluas. Kemiringan lereng 8- 15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.

  Profil Kemiringan

  Sumber : Master Plan Persampahan 2009

Gambar 2.2 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Bandung Barat

  2.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI

  Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat delapan sub DAS yang semuanya bermuara ke sungai Citarum, yaitu Sub. DAS Cikapundung, Sub. DAS Cigundul, Sub. DAS Cikaso, Sub. DAS Cimeta, Sub. DAS Ciminyak, Sub. DAS Cisokan, Sub. DAS Citarum Hilir dan Sub. DAS Ciwidey.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-8

Gambar 2.3 Peta DAS Wilayah Kabupaten Bandung Barat

  2.5 GAMBARAN GEOLOGIS

  Secara geologis Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang berpotensi terjadi gempa bumi, terutama tipe tektonik dan gempa vulkanik. Wilayah berpotensi terjadi gempa tektonik adalah sesar Lembang, sedangkan daerah-daerah yang berpotensi terjadi gempa akibat letusan gunung/vulkanik adalah Gunung Tangkuban Perahu.

  Longsor juga merupakan bencana yang kerap menimpa wilayah Kabupaten Bandung Barat. Longsor bisa disebabkan oleh pergerakan tanah yang disebabkan oleh gerusan air akibat adanya hujan lebat.

  Beberapa wilayah yang sering mengalami bencana longsor adalah Cikalongwetan, Lembang, Gununghalu, Rongga, Cipatat, Sindangkerta, Batujajar, Cisarua dan Cililin.

  Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam beberapa zona:

   Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan 3 maksimum 100 m per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-9 air tanah di Kabupaten Bandung Barat sebagian ada di Kecamatan Batujajar. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 3 100 m /bulan. Zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan: Batujajar. Daerah resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan: Lembang dan Cisarua.Daerah aman pengambilan air tanah pengambilan baru 3 diperbolehkan dengan debit 170 m /hari dengan jumlah sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan: Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah dan

  Parongpong.

   Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi pengambilan air tanah kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan 3 maksimum 100 m /bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan:

  Lembang dan Cisarua.

   Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga 3 dengan pengambilan maksimum 100 m /bulan per sumur Zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu dan Rongga.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-10

Gambar 2.4 Peta Hidrogeologi

  Profil Guna Lahan

  Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau 36,9% sedangkan kawasan budidaya pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19% dan kawasan budidaya non pertanian 12.536,45 Ha atau 9,58% dan lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34% . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kawasan budidaya masih merupakan areal yang terluas dibandingkan dengan kawasan hutan.

  Berdasarkan hasil analisis kesesuaian tanah aktual menunjukkan bahwa tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung Barat dapat dikatagorikan sebagai berikut : a.

  Sangat sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB) mencapai luas sekitar 18.410,03 Ha (14,09% ) dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) mencapai luas sekitar 26.957,26 Ha (20,63% ) dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bandung Barat; b. Sangat sesuai untuk Tanaman Tahunan (TT) mencapai luas sekitar 39.571,24 Ha (30,30% ) dari seluruh luas wilayah

  Kabupaten Bandung Barat;

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-11 c.

  Tidak sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB), Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Tahunan (TT), yang pada saat ini merupakan Tanaman Tahunan berupa hutan yang berfungsi sebagai konservasi mencapai luas sekitar 39.243,75 Ha (30,05% ) dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bandung Barat.

  Kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB) yang terluas adalah Kecamatan Batujajar, dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) yang terluas adalah Kecamatan Cipeundeuy. Kecamatan yang memiliki areal tidak sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB) dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) adalah Kecamatan Gununghalu, Rongga dan Cihampelas. Sedangkan kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Hutan, Tanaman Tahunan (TT) yang terluas juga adalah adalah Kecamatan Gununghalu.

  Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, khususnya bahan batuan dari tanah, sudah lama berlangsung di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Khusus untuk kawasan perbukitan Rajamandala dan sekitarnya sangat kaya dengan batu gamping sebagai bahan baku industri kapur, marmer dan semen, serta terdapat pula batu andesit, kaolin, sirtu dan pasir kuarsa.

  Lebih dari pada itu, luas kawasan hijau yang ada di Kabupaten Bandung Barat merupakan potensi bagi produksi berbagai jenis sumber daya alam hayati dari sektor pertanian. Oleh karenannya dapat potensial yang ditunjang dengan keragaman berbagai komoditas.

  Morfologi

  Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan di lapangan morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan dan morfologi pegunungan.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-12

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  

Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

  2.6 GAMBARAN GEOLOGI Litologi (Bahan Penyusunan)

  Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Bandung, Cianjur, dan Garut, yang selanjutnya dikompilasi oleh Ratman & Gafoer (1998)kedalam peta geologi Skala 1 : 500.000, maka tataan dan urutan batuan penyusun daerah Bandung Barat adalah sebagai berikut :

  

Kabupaten Bandung Barat bagian Barat (Padalarang- Cipatat-

Rajamandala)

  Batuan tertua di daerah Bandung dan sekitartnya tersingkat di sekitar Rajamandala (terletak di sebelah barat) yaitu berupa kelompok batuan yang terdiri dari batu lempung napal, batugamping terumbu, batupasir berumur 15 -2 0 juta tahun lalu (Oligo-Miosen). Kelompok batugamping terumbu yang sebarannya membentang hampir barat

  • – timur dari Padalarang-Cipatat-Rajamandala telah membentuk bentang alam perbukitan kars dengan berbagai fenomena khas, seperti gua-gua, speleoterm, dan karingan sungai bawah tanah. Sejak tahun 1970-an sampai sekarang kawasan pebukitan kars Formasi Rajamandala telah menjadi kawasan pertambangan batukapur dan marmer. Di atas kelompok batuan berumur Oligo-Miosen tersebut ditutpi oleh batuan lebih muda berumur kuarter seperti breksi gunung api (volkanik), lava, lahar, batupasir tufaan (tras) dan aluvium. Batuan penyusun wilayah Bandung Utara didominasi oleh batuan gunung api. Soetoyo & Hadisantono (1992) telah membagi batuan komplek Gunung Sunda menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu batuan pra-gunung api Sunda, Gunungapi Sunda, Komplek Kerucut Bukit Tunggul-Manglayang dan Gunungapi Tangkuban Parahu. Endapan kipas alluvial atau endapan dan delta (Dam 1992) berselang

  seling dengan endapan danau menempati dan tersebar luas di Cekungan Bandung, disusun oleh batupasir berukuran menengah sampai kasar, breksi dan lumpur.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-14

  Kabupaten Bandung Barat bagian Selatan

  Batuan tertua yang dijumpai di wilayah Bandung Barat bagian Selatan adalah perselingan antara batulempung dan batulanau berumur sekitar 15 juta tahun (Miosen Tengah) yang dinamakan sebagai kelompok batuan Formasi Cimandiri. Batuan tersebut menjemari dengan Anggota Sindangkerta, yang terdiri dari perselingan tufa batuapung dengan Batu pasir tufa dan breksi tufa. Diatasnya ditutupi secara tidak selaras oleh perselingan lava dan breksi tufa bersusunan andesit dari Formasi Beser berumur sekitar 10 juta tahun (Miosen Akhir). Batuan gunungapi berumur sekitar 5 juta tahun (Pliosen) berupa tufa hablur, tufa sela dan breksi tufa andesitis menindih secara tak selaras Formasi Beser. Secara setempat dijumpai pula batuan terobosan berupa andesit piroksen dan andesit hornblende yang umumnya membentuk morfologi kerucut intrusi. Batuan gunungapi tua berumur lebih muda dari 1,8 juta tahun (Kuarter) menindih tak selaras batuan gunung api Pliosen. Batuan gunungapi Kuarter Tua diduga merupakan hasil kegiatan G. Waringin, G. Bedil, G. Malabar Tua, Komplek G. Guntur

  • – G. Pangkalan – G. Kendang, G. Kracak – G. Puncakgede, G. Madalawangi – G. Mandalagiri dan G. Malabar – G. Tilu. Batuan gunungapi Kuarter muda dihasilkan dari G. Windu, G. Papandayan, G. Cikuray, G. Masigit, G. Haruman dan G. Kaledong. Endapan termuda di bagian Selatan Wilayah Bandung terdiri atas endapan danau, koluvium, alluvium

  Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air beberapa zona: a.

  Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3 perbulan. Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar.

  b.

  Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan ramah rangga dengan debit maksimum 100 m³ per bulan. Zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-15 resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang dan Cisarua.

  c.

  Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan dengan debit 170 m³ per hari dengan sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Cikalong wetan, Padalarang, Ngamprah, dan Parongpong.

  d.

  Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m³ per bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua. Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimal 100 m³ per bulan per sumur. Zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.

1. Air permukaan

  Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai Citarum Hulu, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar.

  Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan yang tersusun oleh batuan vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata. Daerah-daerah mata air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat disebut sebagai daerah yang sangat jarang dijumpai. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan yang terdapat di daerah kajian yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-16

  2-17 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kondisi situ dan waduk masing-masing dapat dirinci sebagai berikut:

   Situ Ciburuy terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m 3 . Situ Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m 3 dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km 3 .

   Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta m 3 . Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan sekitar 2.000 juta m 3 , dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl 2.

   Air Tanah

  Di Kabupaten Bandung Barat terdapat daerah resapan air tanah yang merupakan resapan utama atau primer meliputi bagian lereng bervegetasi lebat pada ketinggian tertentu sampai puncak gunung yang terutama dibentuk oleh batuan gunung api muda. Selain itu, zona resapan utama meliputi pula bagian daerah pegunungan dan perbukitan berupa punggungan yang bertindak sebagai tinggian pemisahan air utama bagi sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan. horizontal cekungan air tanah yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan yang kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2003, cekungan air tanah di Jawa Barat terdapat 27 buah, dengan 2 cekungan air tanah diantaranya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat.

  2.7 GAMBARAN KLIMATOLOGI

  Wilaya-wilayah yang mempunyai curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun adalah wilayaj pedataran yaitu sebagian kecamatan Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah

  2-18 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian kecamatan Batujajar, Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan Parongpong. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2000-2500 mm/tahun adalah sebagian kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipatat, Cipongkor, Sindangkerta.

  Yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang

  Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pertambahan angkatan kerja tersebut dapat ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri, yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia.

  21 Rata-rata 135,3 14,2 Sumber : Bandung Barat dalam Angka 2012

  24 Desember 177,5

  11 Nopember 303,8

  4 Oktober 110,3

  11 Agustus 0,0 - September 20,4

  6 Juli 83,7

  17 Juni 96,2

  22 Mei 123,5

  17 April 235,9

  17 Maret 113,0

  20 Februari 189,5

  Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Januari 169,5

  Tabel 2.5

Kondisi Klimatologi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011

Bulan Kondisi Klimatologi

  Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah hujan tertinggi terjadi di daerah pegungungan di bagian utara Kabupaten Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Cikalongwetan dan Cipeundeuy.

2.8 KONDISI SOSIAL EKONOMI

2.8.1 KONDISI SOSIAL

  sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan kerja.

  Tabel-2.6:

Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis

Kegiatan Utama dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2010

  • – 2011 2011 2012 Jenis Kegiatan Utama Jumlah % Jumlah %

  Bekerja 267 1611 Mencari Pekerjaan 2456 3677 Sekolah 65542 68034 Mengurus R. Tangga Lainnya Jumlah T P T

2.8.2 KONDISI PEREKONOMIAN

  Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan, kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah.

  Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu wilayah, dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan suatu ukuran kuantitatif dari hasil-hasil pembangunan ekonomi yang telah dilakukan pada suatu saat tertentu untuk memberikan gambaran mengenai keadaan perekonomian pada masa-masa lalu dan masa sekarang.

  Profil Ekonomi

  Salah satu indikator kinerja Pembangunan suatu daerah diukur melalui indikator-indikator makro ekonomi yang secara umum telah diakui dan diberlakukan. Pencapaian perekonomian suatu daerah merupakan gambaran dari prestasi Pemerintah Daerah dalam mengatasi kendala- kendala yang ada di daerah. Indikator pencapaian pembangunan ekonomi

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-19 yang secara umum diakui adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Inflasi.

  Besaran kontribusi perekonomian di Kabupaten Bandung Barat masih tetap dipengaruhi oleh sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian.

a. Potensi Unggulan Daerah

  Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Bandung Barat cukup banyak dan beragam, mulai dari lahan pertanian, perbukitan/pegunungan dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal ini apabila diolah dan dimanfaatkan akan menjadi sumber ekonomi yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun Potensi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut :

  1) Letak geografis yang strategis bila dilihat dari perspektif sistem perkotaan Metropolitan Bandung Raya seiring dengan pertumbuhan sektor industri dan pengembangan pemukiman yang dapat menunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat.

  2) Letak geografis kawasan Bandung Barat sebelah utara meliputi

  Lembang, Parongpong dan Cisarua yang berada di dataran tinggi dimana alam dan lingkungannya sangat mendukung dalam pengembangan peternakan dan pertanian tanaman holtikultura. Keberadaan 2 (dua) waduk besar di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki potensi besar dalam pengembangan dan pengelolaan waduk sebagai wisata ramah lingkungan yang didukung agroindustri perikanan melalui pemberdayaan UMKM dan koperasi yang mampu menggerakan perekonomian masyarakat. 4)

  Keberadaan obyek wisata yang di bagi menjadi 3 (tiga) zona wisata utama yaitu Zona Wisata Bandung Utara, Zona Wisata Bandung Selatan dan Zona Wisata Bandung Barat merupakan salah satu kunci pengembangan Kabupaten Bandung Barat jika merujuk pada Visi yang ada dalam menopang perekonomian masyarakat.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-20

  5) Potensi sumber daya alam yang subur merupakan faktor primer kegiatan usaha tani, dimana struktur perekonomian masyarakat pada umumnya masih bersifat agraris sehingga memungkinkan pengembangan usaha agrobisnis yaitu suatu usaha di bidang pertanian untuk memperoleh keuntungan dengan cara mengelola aspek budidaya, pasca panen proses pengolahan hingga tahap pemasaran. Dimana potensi unggulan bidang agrobisnis Kabupaten Bandung Barat, adalah sebagai berikut:

  a) Potensi Pertanian

  (1) Padi sawah & gogo

  (2) Palawija: Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar.

  (3) Bawang Daun, Kentang, Kubis, Sayuran:

  Petsai/Sawi/Sosin, Kacang Panjang, Buncis, Labu Siam, Kembang Kol dan Jamur. (4) Alpukat, Belimbing,

  Buah-buahan: Duku/Langsa/Kokosan, Durian, Jambu Biji, Jeruk Siam/Keprok, Mangga, Manggis, Nangka/ Cempedak, Nanas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Salak, Sawo, Jeruk Besar, Sirsak, Sukun, Melinjo dan Petai.

  (5) Tanaman Hias: Anggrek, Anthurium, Gladiul, Heliconia,

  Krisan, Mawar, Melati, Palem, Sedap Malam, Gerbera (Hebras) dan Anyelir. Tanaman obat-obatan: Jahe, Lengkuas, Kencur, Kunyit,

  Lempuyang, Temu Lawak, Keji Beling, Kapulaga dan Mengkudu.

  b) Potensi Kehutanan dan Perkebunan

  (1) Kehutanan:

  (a) Kayu Jati,

  (b) Kayu Pinus

  (c) Getah Pinus

  (2) Perkebunan:

  (a) Teh, Kopi, Karet, Kelapa. (b) Cengkeh, Aren dan Kakao.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-21

c) Potesi Peternakan

  (1) Peternakan Kelinci

  (2) Peternakan Sapi Perah dan Sapi Potong

  (3) Peternakan Domba dan Kambing

  (4) Peternakan Ayam Buras dan Ras

  (5) Peternakan Itik

  (6) Peternakan Kuda

  (7) Perikanan b.

   Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

  Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian pula halnya di Kabupaten Bandung Barat, dalam Recana Strategi (Renstra), laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting, untuk selalu di evaluasi.

  Secara umum, pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Bandung Barat mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,79 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif semua sektor. Seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang menguat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 2.9 PDRB Kabupaten Bandung Barat

  

Tahun 2008 – 2010 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB ADH. Berlaku PDRB ADH. Konstan

  2008) 14.220.412,09 7.157.633,43 2009*) 15.487.957,82 7.507.423,19 2010 **) 17.100.027.11 7.822.165.19

  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010 Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

  Selama periode tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Nilai Tambah Bruto yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bandung Barat mencapai 17,10 triliyun atau mengalami peningkatan sebesar 10, 41 persen di bandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar 15, 49 triliyun. Untuk lebih jelasnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga berlaku selama periode tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut ini:

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-22

Tabel 2.10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat atas Dasar Harga

  

Berlaku

Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008*) 2009*) 2010*)

  

1. Primer 1.637.882.,84 1.835.945,40 2.066.074,56

  1. Pertanian 1.579.761,59 1.773.336,83 1.996.500,34

  2. Pertambangan dan 58.121,25 62.608,58 69.574,22 Penggalian

2. Sekunder 7.905.900,13 8.304.598,12 8.948.815,80

  3. Industri 6.624.524,15 6.921.771,98 7.390.494,35 Pengolahan 1. 919.660,89 1.003.988,45 1.131.863,86

  Listrik, Gas dan Air

2. Bangunan 361.715,09 378.837,69 426.457,59

  

3. Tertier 5.347.414,29 6.085.136,75

4.676.629,12

  3. Perdagangan, Hotel dan 2.634.504,96 3.081.115,57 3.515.998,49 Restoran

  4. Pengangkutan dan 951.601,54 1.036.131,0 1.166.240,33 Komunikasi 5. Keuangan, Persewaan & Jasa 369.958,66 413.541,07 477.369,08

  Perusahaan 6. 720.563,96 816.625,75 925.528,85 Jasa-jasa

  14.220.412,0 17.100.027.1 PDRB 15.487.957,82

  9

  1 Catatan : *)Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010

  Dengan mengelompokkan sembilan sektor ekonomi menjadi tiga sektor yaitu: sektor primer, sekunder, dan tersier, tampaknya bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bandung Barat. Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder di tahun 2010 mencapai Rp.8,95 trilyun, atau meningkat 7,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp.8,30 trilyun.

  Adapun kelompok sektor tersier dan primer masing-masing menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 6,08 triliyun dan Rp. 2,07 triliyun atau mengalami peningkatan 13,79 persen dari 12,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut belumlah menunjukan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-23

Tabel 2.11 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat

  

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2010

(Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008*) 2009**) 2010***)

  

1. Primer 840.622,07 871.958,15 906.060,20

1. 802.995,28 832.429,32 864.568,50 Pertanian

  2. Pertambangan dan 37.626,79 39.528,83 41.491,70 Penggalian

  4.258.537.0

  2. Sekunder 3,985.866.04 4.111.437.92

  3 3.

  Industri 3.313.355,90 3.395.983,47 3.495.146,43 Pengolahan 4. 505.209,68 541.215,47 580.142,08

  Listrik, Gas dan Air 5. 167.300,28 174.240,30 183.248,52 Bangunan

  2.657.567,9

  3. Tertier 2.330.535.28 2.516.401,49

  4 6.

  Perdagangan, Hotel dan 1.367.910,41 1.468.810,40 1.583.740,78 Restoran 7. Pengangkutan dan 405.694,95 421.167,09 451.235.35

  Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa 203.295,97 214.673,08 231.468,16

  Perusahaan 9. 354.244,06 376.616,68 391.123,65 Jasa-jasa

  PDRB 7.157.633,43 7.507.423.19 7.822.165,19 Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010

  Apabila PDRB tersebut dihitung atas dasar harga konstan 2000, kinerja sektor sekunder tahun 2010 tumbuh sebesar 3,58 persen dari tahun 2009. PDRB sektor sekunder meningkat menjadi sebesar Rp. 2,66 triliyun di tahun 2010 dari nilai Rp. 2,52 triliyun pada tahun 2009. Sementara itu kelompok sektor primer pada tahun 2010 mampu tumbuh sebesar 3,91 persen. Yaitu dari 0,87 triliyun pada tahun 2009, menjadi Rp.0,91 triliyun pada tahun 2010.

  Adapun kelompok sektor jasa-jasa (tersier) yang merupakan sektor- sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2010 mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 2, 66 triliyun sedangkan tahun 2009 sebesar Rp. 2,52 triliyun atau mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,40 persen.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 2-24