Taksonomi dan Morfologi Bakau Putih (B. cylindrica)

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekosistem Mangrove

  Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai (Harahab, 2010).

  Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik, tempat berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tanin. Masing- masing kawasan pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda. Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia. Seperti ekosistem pada umumnya, ekosistem mangrove memiliki aliran rantai makanan, materi, dan energi yang spesifik dan berbeda dengan ekosistem lainnya. Hal itu dikarenakan ekosistem mangrove ditinggali oleh flora dan fauna yang khas seperti telah dijelaskan sebelumnya (Arifin, 2003).

  Kondisi Ekosistem Mangrove

  Adaptasi pohon mangrove hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari empat genera (Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan

  

Bruguiera ), memiliki kemampuan adaptasi yang khas untuk dapat hidup dan

berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam dan anoksik.

  Kemampuan adaptasi ini meliputi: adaptasi terhadap kadar oksigen rendah pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar ayam, penyangga, papan dan lutut (Arief, 2003).

  Tanah terjadi dari pelapukan batuan yang merupakan suatu campuran dari beberapa unsur. Tanah aluvial ialah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Tanah ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian bahan-bahan makanan. Dataran aluvial yang luas terdapat di daerah Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tengah dan Papua bagian selatan (Notohadiprawiro, 1998).

  Kerusakan mangrove dapat terjadi secara alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara alami umumnya kadar kerusakannya jauh lebih kecil daripada kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya topan badai atau iklim kering berkepanjangan yang menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan hutan mangrove yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat mangrove sehingga tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna di hutan mangrove. Tekanan tersebut termasuk kegiatan reklamasi, pemanfaatan kayu mangrove untuk berbagai keperluan (Irwanto, 2008).

  Taksonomi dan Morfologi Bakau Putih (B. cylindrica)

  Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Rhizophoraceae Genus : Bruguiera Spesies : B. cylindrica

  B. cylindrica adalah pohon kecil yang tumbuh sampai 20 meter (66 kaki)

  tinggi tetapi sering tumbuh sebagai semak. Kulit halus dan abu-abu, dengan patch corky mengangkat mengang digunakan dalam pertukaran gas dan bagasi ditopang oleh akar. Akar udara ataproyek dari tanah di lutut berbentuk loop dan memiliki lentisel banyak yang memungkinkan udara ke akar interkoneksi sementara tidak termasuk air dan pada Akar menyebar secara luas untuk memberikan stabilitas di tanah tergenang air (Woodi, 2011).

  Daun hijau mengkilap yang berlawanan, sederhana dan elips dengan ujung runcing. Bunga-bunga dalam tandan kecil dari 2-5 di axils daun. Mereka memiliki 8 hijau panjadengan bulu kecil yang beberapa di ujung. Bunga-bunga yang diserbuki oleh serangga dan melepaskan awan serbuk sari saat diperiksa di dasar mulut oleh serangga. Benih tidak melepaskan diri dari tangkai bunga tetapi berkecambah di mana itu dan dikenal sebagaiWoodi, 2011).

  Pembibitan Tanaman Mangrove

  Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu didahuli survey untuk menetapkan kawasan yang potensialuntuk rehabilitasi berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya. Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove. Kawasan rehabilitasi mangrove dilakukan sesuai dengan manfaat dan fungsinya (Irwanto, 2008).

  Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan berkualitas tinggi dan siap tanam, maka peluang keberhasilan tumbuh di lapangan akan tinggi. Sebaliknya, penggunaan bibit berkualitas rendah hanya akan menyebabkan kegagalan kegiatan rehabilitasi. Cara membibitkan tanaman mangrove sangat berbeda dengan tanaman pantai lainnya. Persemaian mangrove membutuhkan lokasi basah yang terpengaruh pasang surut. Karenanya, persemaian mangrove dapat juga disebut sebagai persemaian pasang surut (Wibisono dkk, 2006).

  Benih yang berkualitas baik yaitu benih yang dengan ukuran ≥ 60 cm karena bibit berukuran tersebut memiliki cadangan makanan yang banyak yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman mangrove. Untuk benih yang berukuran sedang hingga besar (misalnya bakau) penanaman dilakukan sebaiknya secara langsung dalam polybag (Kamal, 2006).

  Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan denganjenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media yang tepat dan standard untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angina yang berbeda. Secaraumum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Mukhlis, 2007).

  Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar. Selain itu, hindari lokasi persemaian di daerah ketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Lokasi persemaian diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi penanaman dan sebaiknya terendam air pasang lebih kurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit. Dari luas areal yang ditentukan untuk tempat persemaian, sekitar 70% dipergunakan untuk keperluan bedeng pembibitan dan sisanya 30 % digunakan untuk jalan inspeksi, saluran air, gubuk kerja, dan bangunan ringan lainnya. Naungan dapat menggunakan daun nipah atau alang- alang dengan ketinggian 1-2 m agar terhindar dari gangguan (Khazali, 1999).

  Dalam penanaman mangrove, kegiatan pembibitan tidak mudah dilakukan. Apabila keberadaan pohon mangrove disekitar lokasi penanaman sedikit atau tidak ada, kegiatan pembibitan akan mengalami kendala dalam melakukan pembibitan. Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bila penanaman dilaksakan pada saat tidak musim puncak berbuah atau pada saat dilakukan penyulaman tanaman. Selain itu, penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkan persentase tumbuh yang tinggi. Propagul yang akan ditanam harus sudah tersedia satu hari sebelum penanaman (Khazali, 2000).

  Penaman langsung ini dinilai lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan penyemaian pada bedeng tabor dan penyapihan. Untuk tanaman mangrove, media tanam yang dipergunakan adalah lumpur atau lumpur berpasir diutamakan berasal dari sekitar pohon induk. Dalam penyiapan bibit, dilakukan pengumpulan buah (propagul) yang berasal dari kawasan hutan mangrove. Buah- buah ini untuk semua jenis, setiap jenis akan memiliki perbedaan waktu masak dan waktu jatuh. Penanaman jenis mangrove sebaiknya diusahakan sedemikian rupa sehingga mirip dengan kejadian dikawasan alaminya, misalnya masalah zonasi, pasang surut penggenangan, dan salinitas (Harahab, 2010).

  Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove

  a. Salinitas Salinitas merupakan berat garam dalam gram per kilogram air laut.

  Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Salinitas dapat juga diukur melalui konduktivitas air laut. Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan. Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang.

  b. Fisiografi Pantai

  Topografi pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur hutan mangrove, khususnya komposisi spesies, distribusi spesies dan ukuran serta luas hutan mangrove. Karakteristik pantai, misalnya area, panjang, dan lokasi berhubungan dengan penggenangan pasang (tidal inundation), sedimentasi, dan karakterisitik sedimen. Hamparan lumpur (mudflats) dan estuaria dipengaruhi oleh gelombang-gelombang atau sungai-sungai yang umumnya berasosiasi dengan kesuburan areal mangrove yang mendukung suatu keberagaman yang sangat luas, baik flora maupun fauna.

  c. Iklim

  Pengaruh langsung iklim adalah terhadap komposisi epifit yang terdapat pada hutan mangrove. Mangrove yang terdapat di daerah yang selalu basah memiliki banyak spesies epifit, sedangkan pada hutan mangrove di daerah dengan iklim yang mempunyai masa-masa kering, epifit jarang dijumpai.

  d. Gelombang dan arus

  Gelombang pantai yang sebagian besar dipengaruhi angin merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi sedimen. Pada pantai berpasir dan berlumpur, gelombang dapat membawa partikel pasir dan sedimen laut. Partikel besar atau kasar akan mengendap, terakumulasi membentuk pantai berpasir.

  Mangrove akan tumbuh pada lokasi yang arusnya tenang.

  e. Tanah

  Mangrove terutama tumbuh pada tanah berlumpur, namun berbagai spesies mangrove dapat tumbuh pula di tanah berpasir, koral, tanah berkerikil, bahkan tanah gambut. Pada umumnya ciri tanah di hutan mangrove selalu basah, mengandung garam, sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Susunan spesies dan kerapatan pada hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh susunan tekstur tanah dan konsentrasi ion tanah yang bersangkutan.