Pengukuran daya Suka Pada Ternak Domba
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR ILMU NUTRISI
PENGUKURAN DAYA SUKA PADA TERNAK
RUMINANSIA
Oleh :
Kelompok 6
1. Hamzah Nata Siswara
D14130026
2. Jasman Sultani
D14130037
3. Sri Widyawati
D14130047
4. Vannya Agita D
D14130107
5. Riyan Fatissan
D14130110
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak merupakan hewan yang dipelihara untuk diambil manfaatnya oleh
manusia. Ternak memiliki tipe makanan yang berberda-beda, dalam kelompok
ruminansia yang memiliki rumen maka ternak ruminansia memanfaatkan selulosa
dari tanaman sebagai makanan atau nutrisinya. Sebab di dalam lambung
rumunansia khusunya rumen-retikulum terdapat mikroorganisme yang dapat
mencerna selulosa menjadi nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ruminansia.
Ternak ruminansia adalah hewan yang secara alami pemakan tumbuhan
(herbivora) yang mempunyai sifat memamah biak (ruminasi). Memamah biak
adalah mengeluarkan kembali hijauan yang sudah dimakan ke mulut untuk
dikunyah dan dilembutkan dan selanjutnya ditelan kembali. Biasanya dilakukan
pada saat istirahat.
Ketergantungan ternak ruminansia terhadap tumbuhan sangat tinggi.
Berbagai tumbuhan banyak ditemui di alam, hanya tidak semua dapat dimakan
ternak. Pada umumnya tumbuhan yang disukai ternak ruminansia adalah dari jenis
rumputan (famili Poaceae/Gramineae), kacangan (famili Leguminosae) dan
ramban (selain kedua famili tersebut). Ternak domba cenderung menyukai
rumputan, Setiap bahan pakan memiliki komposisi kimia yang berbeda.
Komposisi kimia ini berupa kadar air, lemak kasar, protein kasar, vitamin, mineras
maupun kandungan antinutrisi yang berbeda-beda. Kandungan yang berbeda ini
membuat rasa dari hijauan pakan berbeda. Sehingga menimbulkan daya suka yang
berbeda masing-masing pada hijauan pakan tergantung jenis-jenisnya. Oleh
karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui daya suka domba terhadap
perlakuan rasa asin, manis, dan asam.
Tujuan
Mengetahui tingkat kesukaan ternak ruminansia (domba) terhadap rasa
asam, manis, asin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal
orang banyak karena dipelihara untuk dimanfaatkan rambut (disebut wol), daging,
dan susunya. Yang paling dikenal orang adalah domba peliharaan (Ovis aries),
yang diduga keturunan dari moufflon liar dari Asia Tengah selatan dan barat-daya.
Untuk tipe lain dari domba dan kerabat dekatnya, lihat kambing antilop. Domba
berbeda dengan kambing.
Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminasia (hewan pemamah biak) .
Ciri yang biasa kita lihat pada Domba yaitu pada rambut tebal di bagian
tubuhnya, memiliki daun telinga, berkaki 4, memiliki kelenjar susu pada betina.
Keberagaman jenis domba membuatnya memiliki ciri khas masing-masing, di
Indonesia saja ada jenis Domba yang tidak memiliki tanduk seperti Domba texel
Wonosobo (Dombos), Domba Batur Banjarnegara (Domas), dan yang memiliki
tanduk seperti Domba Ekor Tipis (Domba Gembel) , domba Garut (Domba
Priangan).
Ciri-ciri umum pada domba yaitu, sebagai berikut:
1. Tubuhnya tertutup rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari
pengaruh panas maupun dingin.
2. Pada betina terdapat kelenjar mammae (glandula mammae) yang tumbuh
baik.
3. Mempunyai cuping telinga.
4. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe yaitu gigi seri, gigi taring, gigi
remolar, dan gigi molar.
5. Memiliki kuku yang berjumlah genap pada masing-masing kaki.
6. Berkaki empat
Domba adalah ruminansia yang menjadi salah satu hewan ternak yang
banyak diminati oleh masyarakat. Dewasa ini masyarakat masih susah
membedakan antara domba dengan kambing, domba memiliki ciri–ciri rambut
lebat, badan lebih bungkuk, mampu memakan hijauan yang sangat pendek dan
merenggut dan juga dedaunan yang biasanya tidak dimakan oleh ternak lain.
Domba memiliki kebiasaan untuk memakan rumput dengan menggunakan bibir
atasnya, jika tidak dikontrol akan menyebabkan kerusakan pada bagian tersebut.
Domba adalah ternak yang digunakan untuk dimanfaatkan daging, rambut (wool),
dan sebagian jenis domba digunakan sebagai domba aduan atau domba hias.
(Davendra, C. dan M. Burns.1994).
Palatabilitas pada Domba
Menurut Kartadisastra (1997), palatabilitas merupakan sifat performansi bahanbahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh
bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan,
bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi (Kartadisastra, 1997).
Pakan Ternak Domba
Kebutuhan
ternak
ruminansia
terhadap
pakan
dicerminkan
oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),
kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,
kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi.
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat
bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zatzat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana
yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya
sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak
akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan
hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah
menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini
disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1984).
Konsumsi Air Minum
Air adalah zat makanan yang penting, ternak akan lebih menderita dengan
kekurangan air daripada kekurangan makanan (Tillman et al., 1991). Air memiliki
dua fungsi dasar yaitu sebaga komponen utama dalam metabolisme dan sebagai
zat yang mengontrol temperature tubuh (Church dan Pond, 1988). Parakkasi
(1999) menyatakan bahwa kebutuhan air minum dipengaruhi oleh konsumsi BK
ransum, jenis bahan makanan, kelembaban, angin, dan temperature. Davendra
dan Burns (1994) menyatakan bahwa kebutuhan air dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, jumlah BK yang dikonsumsi, keadaan makanan, kondisi fisiologis,
temperatur air minum, temperature lingkungan, kekerapan minum dan genotip
ternak.
Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa kebutuhan air minum domba
yang sedang tumbuh pada suhu > 200C dalah 3 liter/kg BK terkonsumsi. Menurut
Davendra dan Church (1971), konsunmsi air minum dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain tingkat konsumsi ransum, tingkat produksi hewan, tingkat
pertumbuhan dan bobot badan hewan.
Pakan Hijauan Untuk Domba-Kambing
Secara umum sumber bahan pakan untuk ternak dibagi menjadi 2 yaitu
hijauan dan non hijauan. Berdasarkan asalnya, sumber hijauan banyak didapatkan
dari jenis rumput, legum dan daun-daunan sedangkan sumber non hijauan banyak
didapatkan dari biji-bijian dan bahan sumber mineral. Secara pengadaannya,
hijauan dapat disediakan secara alami ataupun buatan (dengan budidaya). Untuk
pengadaan secara alami biasanya sudah tersedia di alam atau tumbuh dengan
sendirinya di lahan-lahan tertentu seperti perkebunan, pertanian dan kehutanan.
Sedangkan
pengadaan
secara
budidaya
harus
melalui
penanaman
dan
pemeliharaan secara intensif.
Hijauan adalah salah satu jenis bahan makanan ternak yang berasal dari
tanaman dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan
penyajiannya, hijauan dibedakan menjadi hijauan segar (Kadar air > 80 %) dan
hijauan kering (Kadar air < 80 %). Setiap jenis hijauan memiliki karakteristik
yang berbeda diantaranya dari ciri, morfologi (bentuk, warna dan bau) dan nilai
gizinya. Sedangkan berdasarkan kelompoknya (family), hijauan dibagi menjadi 3
kelompok besar, yakni :
Kelompok rumput-rumputan (Graminae)diantaranya adalah :
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
2. Rumput Raja (King grass)
3. Rumput Benggala (Panicum maximum)
4. Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana)
5. Rumput Setari (Setaria sphacelata)
6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
7. Rumput Para (Brachiaria mutica)
8. Rumput Pangola (Digitaria decumbens)
9. Rumput Jaragua (Hyparrhenia rufa)
10. Rumput Paspalum dilatatum
11. Rumpur Rhodes (Chloris gayana)
12. Rumput Jukut caladi (Melinis minutiflora)
Kelompok kacang-kacangan (Leguminoceae) diantaranya adalah :
1. Kacang Kupu (Centrocema pubescens)
2. Gamal (Gliricidia sepium)
3. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
4. Turi (Sesbania grandiflora)
5. Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
6. Kacang-kacangan (Arachis pintoii)
7. Kacang-kacangan (Arachis glabrata)
Kelompok daun-daunan diantaranya adalah :
1. Daun Nangka
2. Daun Pepaya
3. Daun Pisang
4. Daun Ubi jalar
5. Daun Singkong
6. Babadotan
7. Paku-pakuan
BAB III
MATERI DAN METODE
Bahan dan Alat
Jumlah domba : 12 ekor, 3 ekor per perlakuan
Rumput, larutan asam, garam, gula
Kandang individu
Timbangan
Alat pengaduk
6 buah gelas air mineral 200 ml ( 3 buah diantaranya dilubangi bagian
bawahnya) dibawa oleh tiap kelompok yang bertugas.
Tempat: Kandang NTDK, Blok B, Fapet IPB.
Waktu: pagi hari, sebelum domba diberi makan (05.30-06.30 WIB).
Metode
Ke-12 ekor domba dibagi menjadi 4 perlakuan, masing-masing 3 ekor.
Anggota kelompok kecil yang bertugas, member makan 1 domba yang ada
pada setiap perlakuan (ada perwakilan tiap KK pada tiap perlakuan)
PERLAKUAN:
1) RN = RUMPUT SAJA (NORMAL)
2) RC = RUMPUT + LARUTAN CUKA (ASAM)
3) RG = RUMPUT + LARUTAN GARAM (ASIN)
4) RL = RUMPUT + LARUTAN GULA (MANIS)
ASAM
= Cuka (5 gram) di larutkan dengan air menjadi 200 ml larutan cuka
GARAM = Garam (5 gram) dilarutkan dengan air menjadi 200 ml larutan garam
GULA
= Gula (5 gram) dilarutkan dengan air menjadi 200 ml larutan gula
Penentuan jumlah rumput :
Domba ditimbang bobot badannya.
Rumput ditimbang sebanyak 3% BB (%BK)
Misal BB = 10 kg = 3%x10kg x 100/20 (BK)
= 1,5 kg rumput segar
Rumput segar (dipotong-potong) yang diberikan pada praktikum ini
adalah500 gram/ekor.
Pencampuran larutan :
Masing-masing
larutan
dicampurkan
ke
rumput
secara
merata
menggunakan gelas air mineral yang sudah dilubangi kecil-kecil pada bagian
bawahnya.
Rumput diberikan pada masing-masing domba sesuai dengan perlakuan
yang sudah ditentukan.
Rumput diamati yang lebih dulu dimakan.
Pengamatan dilakukan selama 30 menit.
Rumpu ditimbang sisa setelah 30 menit.
Dibuat rata-rata dari ketiga ulangan.
Disimpulkan : rumput pada perlakuan mana yang paling disukai domba.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data rata-rata praktikum kelompok 5, 6, 7
Perlakuan
Pemberian
Sisa
Konsumsi
Normal
Cuka
Garam
Manis
pertama
500
700
700
700
322,33
562,33
500,33
524,6
177,66
137,66
199,66
175,33
Pembahasan
Unsur-unsur kimia dalam bahan pakan haruslah lengkap yang memenuhi
kadar air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Pakan yang di
berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang di perlukan oleh
tubuh ternak dalam hidupnya (Parakkasi, 1995). Kebutuhan ternak ruminansia
terhadap pakan merupakan kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan
nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan,
dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat
hidupnya (temperatur, kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap
ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra,
1997).
Domba merupakan ruminansia yang memakan rumput-rumputan. Rumput
merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena
memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering
dipotong atau dimakan langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para
peternak atau pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat yang
berupa selulosa yang dapat dicerna dan difermentasi dalam lambung (rumen)
menghasilkan energi.
Palatabilitas dan nafsu makan pada ternak banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor penentu. Secara fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis
kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat
mempengaruhi konsumsi pakannya. Jenis kelamin jantan biasanya lebih banyak
makan, dan betina saat hamil juga makan lebih banyak.
Praktikum pengukuran daya suka ternak domba atau palatabilitas terhadap
beberapa jenis pakan dapat diukur dengan menguji palatabilitas dari domba yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan domba terhadap pakan hijauan yang
diberikan dengan dipengaruhi oleh rasa. Setelah pemberian pakan dengan
beberapa perlakuan, diperoleh data hasil konsumsi pakan yang menunjukkan
ternak domba lebih banyak mengkonsumsi pakan rumput dengan perlakuan asam,
hal ini berbeda dengan standar yang sesuai yaitu domba menyukai pakan yang
memiliki rasa manis atau hambar (Kartadisastra, 1997).
Perbedaan hasil pengamatan dengan standar yang sesuai dapat diakibatkan
oleh kondisi fisiologis domba saat percobaan. Kemudian rasa manis tidak dipilih
karena mempengaruhi kekenyangan pada domba, sebab kandugan energy pada
glukosa yang tinggi membuat domba cepat kenyang. Sehingga rasa asin lebih
dipilih oleh domba sebab tidak membuatnya cepat kenyang, selain itu karena
kebiasaan sehari-hari domba yang sering memakan rasa asin juga membuatnya
memilih pakan yang asin. Kemudian terdapat pula kesalahan dari praktikan seperti
kesalahan dalam menimbang atau ada rumput yang berjatuhan dati tempat pakan.
Stress pada domba juga mengakibatkan perubahan palatabilitas, hal ini akibat
banyaknya mahasiswa yang melakukan praktikum.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
palatabilitas ternak ruminansia terhadap rumput berasa asin sangat tinggi
dibandingkan dengan rumput yang sudah diberi manis, asam dan normal.
selanjutnnya adalah rumput normal, dan yang terakhir adalah rasa asam. Keadaan
ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari hari maupun kondisi fisiologis ternak
saat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Batubara A. dan M. Doloksaribu. 2005. Koleksi ex-situ dan Karakterisasi
Plasma Nutfah Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2005.
Lokasi Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Sumatra Utara.
Church,. D. C. and W. G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 3rd Edition. New York : John Willey and Sons.
Devendra C. dan M. Burnas. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan I DK HARYA PUTRA. ITB. Bandung.
Kartadisastra.1997.Teknologi Bioenergi. Bogor: PT Agro Media Pustaka.
Iniguez, L., W. A Paouie, dan B. Gunawan. 1993. Aspek-aspek Pemuliaan
Domba Ditekankan Terutama pada Lingkungan Tropis yang Lembab Di
Indonesia. In.I.K. Sutama, H. Prasetyo, IGM. Budiarsana, Supriyati, Sumanto dan
D. Priyanto. 2010. Praktik Kambing Sapera dengan Produksi Susu 2 Liter dan
Pertumbuhan Pasca Sapih >100 g/Hari. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian
ternak. Bogor.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta
(ID) : Universitas Indonesia Press.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekono. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-V. Yogyakarta
(ID) : Gadjah Mada University Press.
PENGUKURAN DAYA SUKA PADA TERNAK
RUMINANSIA
Oleh :
Kelompok 6
1. Hamzah Nata Siswara
D14130026
2. Jasman Sultani
D14130037
3. Sri Widyawati
D14130047
4. Vannya Agita D
D14130107
5. Riyan Fatissan
D14130110
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak merupakan hewan yang dipelihara untuk diambil manfaatnya oleh
manusia. Ternak memiliki tipe makanan yang berberda-beda, dalam kelompok
ruminansia yang memiliki rumen maka ternak ruminansia memanfaatkan selulosa
dari tanaman sebagai makanan atau nutrisinya. Sebab di dalam lambung
rumunansia khusunya rumen-retikulum terdapat mikroorganisme yang dapat
mencerna selulosa menjadi nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ruminansia.
Ternak ruminansia adalah hewan yang secara alami pemakan tumbuhan
(herbivora) yang mempunyai sifat memamah biak (ruminasi). Memamah biak
adalah mengeluarkan kembali hijauan yang sudah dimakan ke mulut untuk
dikunyah dan dilembutkan dan selanjutnya ditelan kembali. Biasanya dilakukan
pada saat istirahat.
Ketergantungan ternak ruminansia terhadap tumbuhan sangat tinggi.
Berbagai tumbuhan banyak ditemui di alam, hanya tidak semua dapat dimakan
ternak. Pada umumnya tumbuhan yang disukai ternak ruminansia adalah dari jenis
rumputan (famili Poaceae/Gramineae), kacangan (famili Leguminosae) dan
ramban (selain kedua famili tersebut). Ternak domba cenderung menyukai
rumputan, Setiap bahan pakan memiliki komposisi kimia yang berbeda.
Komposisi kimia ini berupa kadar air, lemak kasar, protein kasar, vitamin, mineras
maupun kandungan antinutrisi yang berbeda-beda. Kandungan yang berbeda ini
membuat rasa dari hijauan pakan berbeda. Sehingga menimbulkan daya suka yang
berbeda masing-masing pada hijauan pakan tergantung jenis-jenisnya. Oleh
karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui daya suka domba terhadap
perlakuan rasa asin, manis, dan asam.
Tujuan
Mengetahui tingkat kesukaan ternak ruminansia (domba) terhadap rasa
asam, manis, asin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal
orang banyak karena dipelihara untuk dimanfaatkan rambut (disebut wol), daging,
dan susunya. Yang paling dikenal orang adalah domba peliharaan (Ovis aries),
yang diduga keturunan dari moufflon liar dari Asia Tengah selatan dan barat-daya.
Untuk tipe lain dari domba dan kerabat dekatnya, lihat kambing antilop. Domba
berbeda dengan kambing.
Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminasia (hewan pemamah biak) .
Ciri yang biasa kita lihat pada Domba yaitu pada rambut tebal di bagian
tubuhnya, memiliki daun telinga, berkaki 4, memiliki kelenjar susu pada betina.
Keberagaman jenis domba membuatnya memiliki ciri khas masing-masing, di
Indonesia saja ada jenis Domba yang tidak memiliki tanduk seperti Domba texel
Wonosobo (Dombos), Domba Batur Banjarnegara (Domas), dan yang memiliki
tanduk seperti Domba Ekor Tipis (Domba Gembel) , domba Garut (Domba
Priangan).
Ciri-ciri umum pada domba yaitu, sebagai berikut:
1. Tubuhnya tertutup rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari
pengaruh panas maupun dingin.
2. Pada betina terdapat kelenjar mammae (glandula mammae) yang tumbuh
baik.
3. Mempunyai cuping telinga.
4. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe yaitu gigi seri, gigi taring, gigi
remolar, dan gigi molar.
5. Memiliki kuku yang berjumlah genap pada masing-masing kaki.
6. Berkaki empat
Domba adalah ruminansia yang menjadi salah satu hewan ternak yang
banyak diminati oleh masyarakat. Dewasa ini masyarakat masih susah
membedakan antara domba dengan kambing, domba memiliki ciri–ciri rambut
lebat, badan lebih bungkuk, mampu memakan hijauan yang sangat pendek dan
merenggut dan juga dedaunan yang biasanya tidak dimakan oleh ternak lain.
Domba memiliki kebiasaan untuk memakan rumput dengan menggunakan bibir
atasnya, jika tidak dikontrol akan menyebabkan kerusakan pada bagian tersebut.
Domba adalah ternak yang digunakan untuk dimanfaatkan daging, rambut (wool),
dan sebagian jenis domba digunakan sebagai domba aduan atau domba hias.
(Davendra, C. dan M. Burns.1994).
Palatabilitas pada Domba
Menurut Kartadisastra (1997), palatabilitas merupakan sifat performansi bahanbahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh
bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan,
bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi (Kartadisastra, 1997).
Pakan Ternak Domba
Kebutuhan
ternak
ruminansia
terhadap
pakan
dicerminkan
oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),
kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,
kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi.
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat
bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zatzat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana
yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya
sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak
akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan
hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah
menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini
disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1984).
Konsumsi Air Minum
Air adalah zat makanan yang penting, ternak akan lebih menderita dengan
kekurangan air daripada kekurangan makanan (Tillman et al., 1991). Air memiliki
dua fungsi dasar yaitu sebaga komponen utama dalam metabolisme dan sebagai
zat yang mengontrol temperature tubuh (Church dan Pond, 1988). Parakkasi
(1999) menyatakan bahwa kebutuhan air minum dipengaruhi oleh konsumsi BK
ransum, jenis bahan makanan, kelembaban, angin, dan temperature. Davendra
dan Burns (1994) menyatakan bahwa kebutuhan air dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, jumlah BK yang dikonsumsi, keadaan makanan, kondisi fisiologis,
temperatur air minum, temperature lingkungan, kekerapan minum dan genotip
ternak.
Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa kebutuhan air minum domba
yang sedang tumbuh pada suhu > 200C dalah 3 liter/kg BK terkonsumsi. Menurut
Davendra dan Church (1971), konsunmsi air minum dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain tingkat konsumsi ransum, tingkat produksi hewan, tingkat
pertumbuhan dan bobot badan hewan.
Pakan Hijauan Untuk Domba-Kambing
Secara umum sumber bahan pakan untuk ternak dibagi menjadi 2 yaitu
hijauan dan non hijauan. Berdasarkan asalnya, sumber hijauan banyak didapatkan
dari jenis rumput, legum dan daun-daunan sedangkan sumber non hijauan banyak
didapatkan dari biji-bijian dan bahan sumber mineral. Secara pengadaannya,
hijauan dapat disediakan secara alami ataupun buatan (dengan budidaya). Untuk
pengadaan secara alami biasanya sudah tersedia di alam atau tumbuh dengan
sendirinya di lahan-lahan tertentu seperti perkebunan, pertanian dan kehutanan.
Sedangkan
pengadaan
secara
budidaya
harus
melalui
penanaman
dan
pemeliharaan secara intensif.
Hijauan adalah salah satu jenis bahan makanan ternak yang berasal dari
tanaman dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan
penyajiannya, hijauan dibedakan menjadi hijauan segar (Kadar air > 80 %) dan
hijauan kering (Kadar air < 80 %). Setiap jenis hijauan memiliki karakteristik
yang berbeda diantaranya dari ciri, morfologi (bentuk, warna dan bau) dan nilai
gizinya. Sedangkan berdasarkan kelompoknya (family), hijauan dibagi menjadi 3
kelompok besar, yakni :
Kelompok rumput-rumputan (Graminae)diantaranya adalah :
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
2. Rumput Raja (King grass)
3. Rumput Benggala (Panicum maximum)
4. Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana)
5. Rumput Setari (Setaria sphacelata)
6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
7. Rumput Para (Brachiaria mutica)
8. Rumput Pangola (Digitaria decumbens)
9. Rumput Jaragua (Hyparrhenia rufa)
10. Rumput Paspalum dilatatum
11. Rumpur Rhodes (Chloris gayana)
12. Rumput Jukut caladi (Melinis minutiflora)
Kelompok kacang-kacangan (Leguminoceae) diantaranya adalah :
1. Kacang Kupu (Centrocema pubescens)
2. Gamal (Gliricidia sepium)
3. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
4. Turi (Sesbania grandiflora)
5. Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
6. Kacang-kacangan (Arachis pintoii)
7. Kacang-kacangan (Arachis glabrata)
Kelompok daun-daunan diantaranya adalah :
1. Daun Nangka
2. Daun Pepaya
3. Daun Pisang
4. Daun Ubi jalar
5. Daun Singkong
6. Babadotan
7. Paku-pakuan
BAB III
MATERI DAN METODE
Bahan dan Alat
Jumlah domba : 12 ekor, 3 ekor per perlakuan
Rumput, larutan asam, garam, gula
Kandang individu
Timbangan
Alat pengaduk
6 buah gelas air mineral 200 ml ( 3 buah diantaranya dilubangi bagian
bawahnya) dibawa oleh tiap kelompok yang bertugas.
Tempat: Kandang NTDK, Blok B, Fapet IPB.
Waktu: pagi hari, sebelum domba diberi makan (05.30-06.30 WIB).
Metode
Ke-12 ekor domba dibagi menjadi 4 perlakuan, masing-masing 3 ekor.
Anggota kelompok kecil yang bertugas, member makan 1 domba yang ada
pada setiap perlakuan (ada perwakilan tiap KK pada tiap perlakuan)
PERLAKUAN:
1) RN = RUMPUT SAJA (NORMAL)
2) RC = RUMPUT + LARUTAN CUKA (ASAM)
3) RG = RUMPUT + LARUTAN GARAM (ASIN)
4) RL = RUMPUT + LARUTAN GULA (MANIS)
ASAM
= Cuka (5 gram) di larutkan dengan air menjadi 200 ml larutan cuka
GARAM = Garam (5 gram) dilarutkan dengan air menjadi 200 ml larutan garam
GULA
= Gula (5 gram) dilarutkan dengan air menjadi 200 ml larutan gula
Penentuan jumlah rumput :
Domba ditimbang bobot badannya.
Rumput ditimbang sebanyak 3% BB (%BK)
Misal BB = 10 kg = 3%x10kg x 100/20 (BK)
= 1,5 kg rumput segar
Rumput segar (dipotong-potong) yang diberikan pada praktikum ini
adalah500 gram/ekor.
Pencampuran larutan :
Masing-masing
larutan
dicampurkan
ke
rumput
secara
merata
menggunakan gelas air mineral yang sudah dilubangi kecil-kecil pada bagian
bawahnya.
Rumput diberikan pada masing-masing domba sesuai dengan perlakuan
yang sudah ditentukan.
Rumput diamati yang lebih dulu dimakan.
Pengamatan dilakukan selama 30 menit.
Rumpu ditimbang sisa setelah 30 menit.
Dibuat rata-rata dari ketiga ulangan.
Disimpulkan : rumput pada perlakuan mana yang paling disukai domba.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data rata-rata praktikum kelompok 5, 6, 7
Perlakuan
Pemberian
Sisa
Konsumsi
Normal
Cuka
Garam
Manis
pertama
500
700
700
700
322,33
562,33
500,33
524,6
177,66
137,66
199,66
175,33
Pembahasan
Unsur-unsur kimia dalam bahan pakan haruslah lengkap yang memenuhi
kadar air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Pakan yang di
berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang di perlukan oleh
tubuh ternak dalam hidupnya (Parakkasi, 1995). Kebutuhan ternak ruminansia
terhadap pakan merupakan kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan
nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan,
dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat
hidupnya (temperatur, kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap
ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra,
1997).
Domba merupakan ruminansia yang memakan rumput-rumputan. Rumput
merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena
memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering
dipotong atau dimakan langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para
peternak atau pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat yang
berupa selulosa yang dapat dicerna dan difermentasi dalam lambung (rumen)
menghasilkan energi.
Palatabilitas dan nafsu makan pada ternak banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor penentu. Secara fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis
kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat
mempengaruhi konsumsi pakannya. Jenis kelamin jantan biasanya lebih banyak
makan, dan betina saat hamil juga makan lebih banyak.
Praktikum pengukuran daya suka ternak domba atau palatabilitas terhadap
beberapa jenis pakan dapat diukur dengan menguji palatabilitas dari domba yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan domba terhadap pakan hijauan yang
diberikan dengan dipengaruhi oleh rasa. Setelah pemberian pakan dengan
beberapa perlakuan, diperoleh data hasil konsumsi pakan yang menunjukkan
ternak domba lebih banyak mengkonsumsi pakan rumput dengan perlakuan asam,
hal ini berbeda dengan standar yang sesuai yaitu domba menyukai pakan yang
memiliki rasa manis atau hambar (Kartadisastra, 1997).
Perbedaan hasil pengamatan dengan standar yang sesuai dapat diakibatkan
oleh kondisi fisiologis domba saat percobaan. Kemudian rasa manis tidak dipilih
karena mempengaruhi kekenyangan pada domba, sebab kandugan energy pada
glukosa yang tinggi membuat domba cepat kenyang. Sehingga rasa asin lebih
dipilih oleh domba sebab tidak membuatnya cepat kenyang, selain itu karena
kebiasaan sehari-hari domba yang sering memakan rasa asin juga membuatnya
memilih pakan yang asin. Kemudian terdapat pula kesalahan dari praktikan seperti
kesalahan dalam menimbang atau ada rumput yang berjatuhan dati tempat pakan.
Stress pada domba juga mengakibatkan perubahan palatabilitas, hal ini akibat
banyaknya mahasiswa yang melakukan praktikum.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
palatabilitas ternak ruminansia terhadap rumput berasa asin sangat tinggi
dibandingkan dengan rumput yang sudah diberi manis, asam dan normal.
selanjutnnya adalah rumput normal, dan yang terakhir adalah rasa asam. Keadaan
ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari hari maupun kondisi fisiologis ternak
saat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Batubara A. dan M. Doloksaribu. 2005. Koleksi ex-situ dan Karakterisasi
Plasma Nutfah Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2005.
Lokasi Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Sumatra Utara.
Church,. D. C. and W. G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 3rd Edition. New York : John Willey and Sons.
Devendra C. dan M. Burnas. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan I DK HARYA PUTRA. ITB. Bandung.
Kartadisastra.1997.Teknologi Bioenergi. Bogor: PT Agro Media Pustaka.
Iniguez, L., W. A Paouie, dan B. Gunawan. 1993. Aspek-aspek Pemuliaan
Domba Ditekankan Terutama pada Lingkungan Tropis yang Lembab Di
Indonesia. In.I.K. Sutama, H. Prasetyo, IGM. Budiarsana, Supriyati, Sumanto dan
D. Priyanto. 2010. Praktik Kambing Sapera dengan Produksi Susu 2 Liter dan
Pertumbuhan Pasca Sapih >100 g/Hari. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian
ternak. Bogor.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta
(ID) : Universitas Indonesia Press.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekono. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-V. Yogyakarta
(ID) : Gadjah Mada University Press.