Pemanfaatan Limbah Uang Kertas Sebagai B (1)

PEMANFAATAN LIMBAH UANG KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF

Disusun Oleh

:

1.Ahmad Gerri Novrian
(NIS : 111210027)
2.Muhammad Rafif Sujatmoko (NIS : 111210016)

SMA PRIBADI DEPOK
PRIBADI BILINGUAL BOARDING SCHOOL
2014

1

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul pemanfaatan limbah uang kertas sebagai
bahan bakar alternatif yang disusun oleh :


1. Ketua TIM
a. Nama

: Ahmad Gerri Novrian

b. NIS

: 111210027

2. Anggota TIM
a. Nama

: Muhammad Rafif Sujatmoko

b. NIS

: 111210016

Telah disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan disyahkan oleh

Kepala SMA PRIBADI Depok.
Depok,
Pembimbing,

Ketua Tim,

Fendi Rohmawan S.Pd.

Disyahkan di

Ahmad Gerri Novrian

: Depok

Pada Tanggal

:

Kepala SMA Pribadi Depok,


Angky Dwi S, SAB.

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat yang menggunakan uang kertas sebagai alat
pembayaran memicu produksi uang kertas dalam jumlah yang besar. Dari
keseluruhan uang kertas yang diproduksi tidak semuanya dapat beredar di
masyarakat. Beberapa uang kertas mengalami cacat selama proses pencetakan
sehingga uang tersebut berakhir sebagai limbah. Selain itu, uang yang telah
beredar di masyarakat juga banyak yang sudah mengalami kerusakan dan harus
diganti dengan yang baru, sehingga menambah jumlah limbah uang yang ada.
Oleh karena itu dibutuhakan suatu cara untuk menangani masalah penumpukan
limbah tersebut.
Dari berbagai macam bahan bakar alternatif yang digunakaan di
Indonesia, salah satunya adalah briket. Banyak perusahaaan yang menggunakaan
batubara atau kayu bakar. karena suhu pembakarannya yang tinggi dan harganya

yang terjangkau karenanya, batubara maupun kayu bakar banyak diminati.
Namun, di sisi lain limbah hasil pembakaran batu bara yang berbentuk cair, padat,
dan gas sangat sulit di tangani dan membutukan biaya yang tidak sedikit untuk
mengolahnya. Penggunaan kayu bakar juga memiliki batasan. Suhu
pembakarannya yang lebih rendah dari batubara dan tidak tahan lama
mengakibatkan dibutuhkannya lebih banyak kayu bakar dalam penggunaannya.
Di sisi lain, tiap harinya berton-ton limbah dihasilkan dari proses
pencetakan uang kertas dalam bentuk briket. Tercatat rata-rata dihasilkan 20 ton
perhari limbah dari Jakarta, 2 ton perhari dari Bandung dan dalam jawa di dapat
rata-rata 25 ton per hari (PT. Green Line Care,2012). Dengan tingginya jumlah
kalor yang terkandung, limbah uang kertas tersebut sangat berpotensi sebagai
bahan bakar alternatif yang menjanjikan jika dapat diolah dengan benar
(SUCOFINDO, 2011). Dari hal tersebut dapat dilihat keterkaitan antara
berlimpahnya limbah uang kertas yang potensial sebagai bahan bakar alternatif
dan kebutuhan untuk mengurangi penggunaan batu bara karena dampak buruk
yang dihasilkannya atau menggantikan kayu bakar karena bahan pokoknya yang
lebih lama lebih sedikitpersediaannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik
untuk menjadikan limbah uang kertas sebagai bahan bakar alternatif yang dapat
bersaing dengan batu bara atau kayu bakar yang "eco-friendly".
Kita juga harus menaruh perhatian lebih pada lingkungan kita yang saat

ini sudah tercemar berbagai macam polusi. Itu lah yang menjadikan fokus dari
penelitian penulis untuk menghasilkan efek ganda pada lingkungan; mengatasi
masalah limbah uang yang menumpuk dengan memberdayakannya dan
menanggulangi masalah lingkungan sungai dan hutan yang tercemar dengan
meminimalisir penggunaan batu bara dan kayu.

3

1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara terbaik untuk memproduksi briket limbah uang kertas?
2. Apakah efektifitas briket limbah uang kertas dapat menyaingi batu bara dan
kayu bakar?
3. Apakah nantinya harga briket limbah uang kertas terjangkau dan dapat
digunakan secara luas?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan lebih dalam tentang limbah uang kertas dan potensinya.
2. Menentukan cara terbaik dan paling efisien dalam memproduksi bahan bakar
alternatif limbah uang kertas.
3. Mencari tahu efektifitas briket limbah uang kertas sebagai bahan bakar
alternatif.

1.4. Manfaat penelitian
1. Membantu memberdayakan limbah uang kertas.
2. Membantu mengurangi efek pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari
penggunaan batu bara atau kayu bakar.
3. Sebagai langkah pencegahan kerusakan lingkungan.

4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Potensi Limbah Uang Kertas
Limbah uang kertas merupakan limbah buangan dari Bank Indonesia
berupa uang rusak dan tak layak pakai hasil dari operasi dan sirkulasi uang di
seluruh Indonesia. Setiap bulan jumlah limbah uang Bank Indonesia mencapai Rp
1 triliun. Dari jumlah itu, selalu ada uang yang tak layak edar (rusak, robek,
lusuh, terpotong, terbakar, dan banyak coretan).
BI mencatat secara nasional jumlah uang yang rusak sejak Januari hingga
Oktober 2012 sebanyak Rp 42,4 triliun dengan jumlah 3 miliar lembar. Selama
ini seluruh uang yang rusak tersebut dimusnahkan. Pemusnahan uang tidak hanya

untuk uang yang rusak tetapi juga yang tidak layak, yang telah dicabut dari
peredaran, dan tidak lagi mempunyai manfaat ekonomi (Bank Indonesia, 2013).
Inilah potensi yang sangat menggiurkan untuk dijadikan briket pengganti
bahan bakar industri semacam minyak bumi dan batubara yang semakin hari
semakin menipis.
Briket uang kertas adalah bahan bakar alternatif berupa briket yang dibuat
melalui proses pengepresan dengan menggunakan sistem pengepresan sederhana
atau manual, dan dengan mesin pres. Bahan dasar pembuatan briket uang kertas
adalah Limbah uang kertas, Lem putih PVAc (lem kertas) DAN Lem tepung
kanji.

2.2. Batubara Sebagai Bahan Bakar
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsurunsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Sementara itu dari tingkat konsumsi batubara, menurut International
Energy Agency (IEA) pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai

3.461 juta ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat
sebesar 59,5%, atau rata-rata 3,5% per tahun dan IEA juga memperkirakan
konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6% per tahun antara periode
2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7% per tahun sepanjang
2015-2030 (IEA, 2007).
Meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak terlepas dari meningkat
pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara merupakan pemasok energi
kedua terbesar setelah minyak dengan kontribusi 26%. Peran ini diperkirakan

5

akan meningkat menjadi 29% pada 2030. Sedangkan kontribusinya sebagai
pembangkit listrik diperkirakan juga akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi
46% pada 2030. Meningkatnya peran batubara sebagai pemasok energi di masamasa mendatang membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi
para investor tak terkecuali di Indonesia.
World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti
mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di lebih dari 50 negara.
Berdasarkan kandungan kalorinya, sebesar 50,8% berupa anthracite (kalori sangat
tinggi) dan bituminous (kalori tinggi), dan 48,2% berupa sub bituminous (kalori
sedang) and lignite (kalori rendah). IEA memperkirakan, dengan tingkat produksi

saat ini batubara dunia dapat dieksploitasi setidaknya hingga 133 tahun ke depan,
lebih lama dibanding cadangan minyak terbukti dan gas yang diperkirakan hanya
dapat dieksploitasi sekitar 42 dan 60 tahun kedepan
Meskipun tersebar di lebih dari 50 negara, sekitar 76,3% cadangan
batubara terbukti terkonsentrasi di 5 negara yakni Amerika Serikat (28,6%), Rusia
(18,5%), China (13,5%), Australia (9%) dan India (6,7%). Pada 2007 kelima
negara ini memberikan kontribusi sebesar 82% terhadap total produksi batubara
dunia yang sebesar 5.543 juta ton.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1.

2.

3.

4.
5.


Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 810% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

2.3. Kayu bakar
Energi biomassa, khususnya kayu bakar, masih merupakan sumber energi
dominan bagi masyarakat pedesaan yang pada umumnya berpenghasilan rendah.
Diperkirakan 50% penduduk Indonesia menggunakan kayu bakar sebagai sumber
energi dengan tingkat konsumsi 1,2 m3/orang/tahun. Selain itu, sekitar 80%
sumber energi masyarakat pedesaan diperoleh dari kayu bakar (Kementrian
ESDM, 2005), khususnya untuk memasak. Hal ini menuntut Kementrian

Kehutanan untuk proaktif memfasilitasi dan mensosialisasikan energi biomassa

6

secara luas kepada masyarakat. Jika tidak dilakukan, kemungkinan akan
menimbulkan ancaman peningkatan degradasi hutan akibat pengambilan kayu
yang tidak memperhatikan asas kelestarian seperti yang telah terjadi pada hutanhutan muda yang dikelola Perhutani di Jawa.
Keadaan seperti ini sejak lama telah disadari dan usaha untuk
memecahkannya sudah banyak dilakukan. Usaha-usaha lainnya adalah
menggantikan kayu bakar dengan bahan bakar pengganti seperti bioethanol.
Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan sekaligus dapat
mengamankan pohon-pohon yang diusahakan. Selain itu, dapat dilakukan dengan
memanfaatkan potensi limbah pembalakan dan pengolahan hasil hutan seperti
serbuk gergaji, limbah kertas, seresah dan lain-lain menjadi energi alternatif
dalam bentuk sederhana, ringkas, praktis, dan mudah dipindahkan dan digunakan
serta murah harganya seperti briket kertas yang peneliti lakukan.

7

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 November s.d. 30 Desember
2013. Penelitian ini kami laksanakan di:
1. Laboratorium kimia SMA Pribadi Depok
2. Laboratorium Teknik Kimia Universitas Indonesia
3. Laboratorium Balai Besar Teknologi Energi Puspitek Serpong
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dongkrak max 900 kg
2. Plat besi
3. Cetakan briket diameter 4,5 cm
4. Gelas Beaker
5. Spatula
6. Timbangan analitik
7. Panci
8. Pemanas
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Limbah uang kertas Bank Indonesia
2. Lem PVCa
3. Tepung tapioca
4. Akuades
5. Batubara
3.3 Cara Kerja Penelitian
3.3.1. Cara Pembuatan Sederhana Briket Limbah uang Kertas
Tabel 1. Komposisi bahan dasar briket limbah uang kertas sampel A dan B.
Sampel

Limbah Uang Kertas

Lem

A

88.89%

30 g

11.11%

3.75 g

B

88.89%

30 g

11.11%

3.75g

Untuk hasil yang optimal, dalam penelitian kami membedakan briket uang
kertas menjadi dua jenis sampel yang dibuat dengan perbedaan lemnya. Sampel A
menggunakan lem tepung kanji, sedangkan sampel B menggunakan lem putih

8

PVCa. Perbandingan pada table di atas digunakan untuk menghasilkan briket
dengan berat yang sama pada setiap sampel yaitu 33.75 g.

Limbah uang kertas

Tuang

Masuk
Proses

Lem PVCa / Tapioka
Cetakan
(diameter
4.5 cm)
Briket
Limbah uang
kertas

Dijemur 1 Hari

Sistem Pres
Sederhana
(dongkrak +
besi penahan)

Keluarkan
dari
cetakan

Press

Didiamkan 5
menit.

Gambar 1. Proses Pembuatan Sederhana Briket Limbah Uang Kertas
Cara pembuatan briket uang kertas cukup sederhana. Pertama, campurkan
limbah uang kertas dengan lem dan aduk hingga merata. Setelah limbah uang dan
lem tercampur merata, limbah uang tersebut dimasukkan ke dalam cetakan
berdiameter 4.5 cm. Selanjutnya, briket dipres menggunakan dongkrak. ditekan
terhadap besi penahan cetakan. Semua jenis sampel dipres dengan tekanan yang
kurang lebih sama. Karena pada dongkrak tidak ada alat pengukur tekanan
(ukuran psi), tekanan diketahui dengan cara mengukur panjang regangan
dongkrak dengan penggaris dalam centimeter. Lalu, setelah dipres, briket
ditunggu terlebih dulu selama 5 menit sebelum dikeluarkan dari alat pengepres.
Terakhir, setelah dikeluarkan dari alat pengepres, briket limbah uang dijemur
selama kurang lebih 1 hari agar lem mengering.

3.3.2. Cara Pembuatan Briket Limbah Uang Kertas Dengan Mesin.
Selain produksi briket uang kertas dengan cara sederhana, ada juga cara
produksi yang lebih efektif namun konsumtif terhadap energi yaitu cara
pembuatan dengan menggunakan mesin pengepresan. Mesin pres yang digunakan
ini adalah mesin yang biasa digunakan untuk pencetakkan besi atau karet.

9

Tabel 2. Komposisi bahan dasar briket limbah uang kertas sampel C.
Sampel
C

Limbah Uang Kertas
88.89%

4000g

Lem
11.11%

500g

Briket yang dibuat dengan cara ini menggunakan lem PVCa dan dinamai
dengan sampel C. jumlah limbah uang dan lem yang digunakan berbeda dari cari
pembuatan sederhana namun dengan perbandingan yang sama.
Limbah uang kertas

Mesin Pres
(tekanan
1414,39 psi

Tuang
Masuk
Proses

Lem PVCa / Tapioka

Suhu 50°C)

Cetakan
(diameter
8 cm)
Briket limbah
uang kertas
Gambar 2. Proses pembuatan briket limbah uang kertas dengan mesin pres
Untuk membuat briket limbah uang kertas, pertama, campurkan limbah
uang kertas dengan lem dan aduk hingga merata. Lalu, limbah uang tersebut
dimasukkan ke dalam cetakan berdiameter 8cm. Briket dipres menggunakan
mesin pres listrik dengan tekanan 1414,39 psi dan suhu 50°C. Briket yang
dihasilkan dengan cara ini sudah kering dan siap pakai. Tidak memerlukan lagi
proses pengeringan.
3.3.3. Pengujian Proxymate Analysis
Pengujian proxymate analysis dilakukan untuk mengetahui kualitas briket
limbah uang dan diuji oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di
Balai Besar Teknologi Energi (BBTE) Puspiptek, Serpong, Tangerang. Dua briket
yang diujikan yaitu briket sampel C yang menggunakan lem PVCa dan sampel A
yang menggunakan lem kanji. Standar metode yang digunakan dalam pengujian
adalah ASTM D-5142-09. Berikut adalah hal-hal yang diuji:

10

3.3.3.1. Moisture/Kelembaban
Kelembaban mempengaruhi proses penyalaan briket. Jika tingkat
kelembaban briket rendah, maka kandungan airnya juga sedikit, sehingga untuk
menyalakan briket dibutuhkan panas yang lebih sedikit.
3.3.3.2. Ash/Kadar abu
Kadar abu diuji untuk mengetahui hasil sisa pembakaran briket limbah uang
kertas. Semakin rendah nilainya, maka semakin efisien pembakaran. Karena
menyisakan zat sisa yang sedikit.
3.3.3.3. Volatile matter/Zat terbang
Zolatile matter atau zat terbang adalah kandungan yang terbebaskan pada
suhu tinggi tanpa keberadaan oksigen. Jika jumlah volatile matter tinggi pada
suatu briket, maka penyalaan dan pembakaran batubara menjadi lebih mudah.
3.3.3.4. Fixed carbon
Pengujian fixed carbon dilakukan untuk mengetahui kadar karbon tetap yang
terdapat dalam briket setelah volatile matters dipisahkan dari briket.
3.3.4. Pengujian Ultimate Analysis
Pengujian ultimate analysis bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan
zat organik dalam briket seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen.
Pengujian ini dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
di Balai Besar Teknologi Energi (BBTE) Puspiptek, Serpong, Tangerang. Dua
briket yang diujikan yaitu briket dengan sampel C yang menggunakan lem PVCa
dan sampel A yang menggunakan lem kanji. Pengujian dilakukan dengan metode
ASTM D-5373-08.
3.3.5. Pengujian Calor Value.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur suhu pembakaran yang dihasilkan
oleh briket. Pengujian calor value atau nilai kalor dilakukan oleh Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Balai Besar Teknologi Energi
(BBTE) Puspiptek, Serpong, Tangerang. Standar metode yang digunakan ialah
ASTM D-5865-7a.
3.3.6. Pengujian Durasi Pembakaran Batubara Dan Briket Limbah Uang Kertas.
Untuk membandingkan lama pembakaran batubara dan briket limbah uang
kertas, maka dilakukan sebuah pengujian sederhana selama 1 jam. Briket dan
batubara diletakkan di dua wadah khusus yang berbeda. Di sisi wadah tersebut
terdapat banyak lubang yang berguna sebagai tempat udara masuk. Lalu keduanya
disirami minyak tanah dan kemudian dibakar.
Jika bara api sudah merata, lalu briket dan batubara dikipas melalui lubang
lubang yang ada di sisi wadah. Setelah itu, dimulailah menghitung waktu selama 1
jam. Dilihat stabilnya pembakaran briket limbah uang kertas dan batu bara. Jika
sebelum waktu 1 jam habis nyala api mulai meredup, batubara atau briket limbah
uang kertas akan terus ditambahkan sampai pembakarannya stabil.

11

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan pembuatan Briket Limbah Uang Kertas
Briket yang di buat di bedakan menjadi 3 jenis sampel; sampel A, B, dan
C. Briket sampel A dibuat dengan menggunakan lem tapioka. Sampel B dibuat
dengan menggunakan lem PVCa dan cara pembuatannya sederhana. Sampel C
dibuat dengan bahan dasar yang sama dan perbandingan yang sama dengan
sampel B, hanya saja cara pembuatannya yang berbeda. Briket sampel C dicetak
dengan menggunakan mesin press dengan kekuatan 1414,39 psi. kokohnya briket
ditentukan oleh jumlah tekanan pressnya. Dari ketiga briket tersebut, yang paling
kokoh adalah briket sampel C.
4.2. Proxymate Analisys
Tabel 3. Data proximate analysis.
Proxymate analysis

Sampel A

Sampel C

Moisture (%)

6.82

5.26

Ash (%)

4.97

4.74

Volatile matter (%)

76.37

78.27

Fixed carbon (%)

11.84

11.73

Berdasarkan data di atas, sampel C lebih unggul dari sampel A dari sisi
tingkat kelembaban (moisture), kadar abu (ash), dan volatile matter. Sampel C
lebih mudah untuk dinyalakan karena tingkat kelembaban yang lebih rendah.
Sedangkan sampel A unggul dari sisi fixed carbon-nya karena pengaruh
penggunaan lem tapioka sebagai perekatnya. Sehingga pembakarannya lebih
bagus dibandingkan sampel C.

4.3. Ultimate analysis
Setelah dilakukan pengujian ultimate analysis diketahui kandungan zat
organic dari masing-masing sampel.
Tabel 4. Data ultimate analysis

12

Ultimate analysis

Sampel A

Sampel C

Karbon (%)

4.97

4.74

Hidrogen (%)

5.56

6.10

Nitrogen (%)

0.00

0.00

Total sulphur (%)

0.14

0.18

Oksigen (%)

38.99

37.31

Briket limbah uang kertas sampel A mempunyai kandungan karbon dan
oksigen yang lebih tinggi dari sampel C. Sedangkan sampel C unggul di
kandungan hidrogen dan sulfurnya.

4.4 Pengujian Calor value
Setelah dilakukan pengujian, diketahui jumlah energi (calor value) yang
dapat dihasilkan briket sampel A dan C.
Tabel 5. Data pengujian Calor Value
Jenis sampel

Calor value (%)

Sampel A

3791

Sampel C

4066

Dapat dilihat bahwa calor value briket sampel C lebih tinggi dibandingkan
sampel A. Jadi energi yang dihasilkan briket sampel C lebih banyak.

4.5. Pengujian Briket Limbah Uang Kertas Dengan Kayu Bakar di Pabrik
Briket limbah uang kertas juga sudah diuji oleh PT. Dalam pengujian kali
ini briket limbah uang kertas dibandingkan dengan kayu bakar. Selama proses
pengeringan daun teh dalam waktu 1 jam, didapat hasil berikut :
Tabel 6. Hasil Perbandingan Pengujian Jumlah Hasil Pemanasan Kayu bakar
dibandingkan dengan Briket Limbah Uang Kertas

13

Faktor

Kayu bakar

Briket limbah uang

Berat

39 kg

13 kg

Suhu

120 °C

175°C ฀ 200 °C

Hasil daun teh
kering

400 kg

1000 kg

Sumber: PT. ARGO PANGAN, 2013

Data pengujian diatas menunjukkan bahwa briket limbah uang kertas lebih
unggul dari kayu bakar. Dengan jumlah yang lebih sedikit, pengeringan dengan
menggunakan briket limbah uang kertas mampu memproduksi lebih banyak daun
teh kering. 3 kg kayu bakar setara dengan 1 kg briket limbah uang kertas.

4.6. Pengujian Durasi Pembakaran Batubara Dengan Briket Limbah Uang
Kertas.
Pengujian durasi pembakaran dilakukan untuk mengetahui stabilnya
pembakaran selama 1 jam.
Tabel 7. Durasi pembakaran briket limbah uang kertas dan batubara.

Berat
Lama pembakaran

Briket limbah uang
1 kg
1 jam + 30 menit*

Batubara
10kg
1 jam

Saat pembakaran dilakukan selama 1 jam, nyala batubara sering meredup.
sehingga untuk menjaga stabilnya pembakaran selama 1 jam perlu ditambah
sampai dengan 10 kg batubara. Lain halnya dengan briket limbah uang kertas.
Hanya dengan jumlah seberat 1 kg, pembakaran briket limbah uang kertas dapat
stabil selama 1 jam. *Bahkan, pembakaran briket tersebut mampu bertahan
selama 30 menit lagi.

14

4.7. Perbandingan briket limbah uang kertas dan batu bara
Tabel 8. Perbandigan Briket Limbah Uang Kertas dan Batubara.
Parameter of analysis
Sampel
Briket limbah uang
batubara
kertas
Moisture(%)
5.26
3.23
Ash(%)
Volatile matter(%)

4.74
78.27

17.22
45.15

Fixed carbon(%)
Calor value

11.73
4066

34.40
6409

Sumber : data batubara dari PT Carsurin Banjarmasin Laboratory , 2013.
Perbandingan di atas menunjukkan bahwa nilai fixed carbon batubara dan
jumlah kalornya (calor value) lebih tinggi dibandingkan briket limbah uang
kertas. Hal inilah yang menyebabkan pembakaran batubara lebih bagus. Akan
tetapi, jumlah volatile matter yang terdapat dalam briket limbah uang kertas lebih
rendah. Sehingga memudahkannya untuk dinyalakan. Selain itu kadar abu (ash)
briket limbah uang kertas juga jauh lebih rendah. Menjadikannya bahan bakar
yang lebih ramah lingkungan.
Ada juga solusi untuk masalah nilai kalor (calor value) briket limbah uang
kertas yang lebih rendah. Nilai tersebut bisa ditingkatkan dengan merendam
terlebih dahulu limbah uang kertas di dalam limbah tinta sebelum dicampur
dengan perekat. Akan tetapi cara ini belum sempat diuji di laboratorium. Sehingga
tidak ada data proxymate analysis dan ultimate analysis-nya.
4.8. Biaya Pembuatan Briket Limbah Uang Kertas
Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan briket limbah uang kertas:
a.
b.
c.
d.

Biaya transportasi limbah uang ke pabrik briket di bandung.
Biaya alat perlekat PVCa.
Biaya listrik sebagai sumber tenaga alat pres.
Biaya tenaga kerja.

Dengan semua keperluan diatas, kami memperkirakan bahwa briket limbah uang
kertas memerlukan biaya sebesar Rp 3000 untuk setiap kilogram yang diproduksi.

4.9. Analisa perbandingan harga
Untuk mengetahui apakah harga briket limbah uang kertas terjangkau dan
dapat dipakai secara luas, perlu dilakukan analisa perbandingan harga terhadap

15

kayu bakar dan batubara. Berikut adalah harga per kilogram dari ketiga jenis
bahan bakar tersebut:
Tabel 9. Perbandingan harga Briket limbah uang kertas, kayu bakar, dan
batubara.
Jenis bahan bakar
Harga per kg
Briket limbah uang kertas

Rp. 3000

Kayu bakar

Rp. 500

Batu bara
Rp. 500
sumber : harga batubara (PT. Carsurin Bandarmasin, 2013)
Jika data diatas dicocokkan dengan tabel 5, maka didapati bahwa harga
untuk 13 kg briket limbah uang kertas adalah Rp 39000 dan untuk 39 kg kayu
bakar adalah Rp 19500. Walaupun harganya lebih mahal, 13 kg briket limbah
uang kertas dapat menghasilkan 600 kg lebih banyak daun teh kering
dibandingkan dengan 39 kg kayu bakar. Berarti dibutuhkan 150% lebih banyak
kayu bakar (97.5 kg) dengan harga Rp 48750 untuk mendapatkan hasil yang sama
dengan briket limbah uang kertas. Dengan begitu jika dibandingkan dengan kayu
bakar, penggunaan briket limbah uang kertas dapat menghemat biaya sebesar
20%.
Jika dibandingkan dengan batubara, penggunaan briket limbah uang kertas
juga dapat menghemat biaya hingga 60%. Karena jika data diatas dicocokkan
dengan tabel 6, maka harga 1 kg briket limbah uang adalah Rp 3000 dan harga 10
kg batubara adalah Rp 5000. Walaupun lebih mahal, 1 kg briket limbah uang
kertas dapat stabil pada pembakaran selama 1 jam 30 menit. Sedangkan jika
menggunakan batubara, diperlukan 10 kg untuk pembakaran yang stabil selama 1
jam.

16

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas menyimpulkan bahwa:
1. Briket sampel C adalah briket dengan cara produksi terbaik. Karena
pembuatannya praktis dan juga lebih ramah lingkungan. (kadar abu
4.74%)
2. Briket limbah uang kertas unggul dengan kayu bakar dan juga batubara
baik dari sisi biaya produksi maupun durasi pembakaran.
3. Penggunaan briket limbah uang kertas untuk keperluan industry dapat
menghemat biaya 20% dibandingkan kayu bakar dan 60 % dibandingkan
batubara.
5.2. Saran
1. Supaya penelitian ini dapat di manfaatkan untuk mengatasi limbah uang
kertas di Indonesia dan Negara-negara lainya.
2. Bisa di gunakaan di perusahaan-perusahaan industri menengah dan besar.
3. Untuk penelitian lebih lanjut mohon di teliti pembuatan briket limbah kertas
dengan campuran limbah tinta.

17

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian ESDM. 2005. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025.
Jakarta.
PT. Carsurin Bandarmasin Laboratory. 2013. Uji proxymate analysis batubara.
Banjarmasin.
PT. Green Line Care. 2012. Data limbah uang kertas. Jakarta.
Ridwan , Muhammad, Shnews.co. 2012. Ketika uang limbah jadi berkah. solo.
PT. Carsurin Bandarmasin. 2013. Penetapan harga batubara. Banjarmasin.
SUCOFINDO.
Bekasi.

2011. Measurement inorganic analysis limbah uang kertas.

Wikipedia. 2013. batubara.

18

LAMPIRAN

Gambar Briket Sampel C

Gambar Mesin Press

Gambar Briket Sampel A

Gambar Briket Sampel B

19