Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit U

1

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).1

Endik Hidayat2/1406518004
Universitas Indonesia

Abstrak
Tulisan ini akan membidik berbagai fonemena kebijakan Kredit Usaha Rakyat yang menjadi
program pemerintah dalam menggerakan sektor riil. Mekanisme penyaluran KUR oleh bank
penyalur, ternyata di lapangan masih ditemui suku bunga yang masih tingggi dan jatuh tempo yang
dipatok maksimal 3 tahun. Dari realitas temuan penelitian tersebut maka dibutuhkan sinergi antara
pemerintah dan bank penyalur untuk lebih mempromosikan program KUR, pihak bank penyalur
tentunya harus mampu menekan suku bunga, karena ini adalah program dari pemerintah.
Konsekuensi dari penurunan suku bunga adalah laba (fee based income) dari bank penyalur yang
menurun. Oleh karena itu dibutuhkan kordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait agar kebijakan
KUR ini mampu memberikan (value added) nilai tambah ekonomi bagi Indonesia.

1
2


Makalah ini Tugas Politik Kebijakan Publik Politik Pascasarjana UI
Endik hidayat Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Poltik Universitas Indonesia dan pernah bekerja di Bank Mandiri

2

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi yang
baik untuk berkembang. Namun seiring perkembangannya memiliki permasalahan keuangan yang
cukup pelik dalam menjalankan kegiatan pemerintahannya. Perbankan sebagai pilar utama di
sektor keuangannya mempunyai peranan yang penting untuk penyaluran dana antara debitur dan
kreditur. Peran perbankan sangat strategis dalam penyaluran program pemerintah melalui
kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kontribusi bank yang sangat besar yaitu menyalurkan dana
bagi masyarakat sebagai pengguna jasa bank. Dana tersebut dalam istilah perbankan disebut
dengan kredit. Sedangkan penerima pinjaman disebut kreditur.
Pemerintah melalui Kementrian Kordinator Perkonomian, dalam rangka perberdayaaan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan
penanggulangan kemiskinan. Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan
meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan usaha kecil dan menengah. Kebijakan
pengembangan UMKMK terdiri dari;3 Pertama, peningkatan akses pada sumber pembiayaan.

Kedua, pengembangan kewirausahaan. Ketiga, peningkatan pasar produk UMKMK. Keempat,
reformasi regulasi UMKMK.
Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan
memberikan pinjaman kredit bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Koperasi (UMKMK) melalui Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Pada tanggal 5 November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR), dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan
Perum Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara
(BTN), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Bukopin. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

3

Kemenko Perekonomian web: komite-kur.com

3

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.4


Bank mengandalkan pemberian kredit sebagai sumber pendapatan laba yang utama
disemping aktivitas jasa keuangan yang lainnya. Karena dalam pengucuran kredir bank mendapat
pengembalian bunga dari setiap jumlah kredit yang diberikan kepada nasabah. Salah satu jenis
kredit berdasarkan penggunaannya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat
adalah program kredit lunak dari pemerintah berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang
khusus diperuntukan bagi Usaha Kecil Menengah (UMKM) yang usahanya layak (feasible) namun
tidak mempunyai agunan cukup sesuai dengan besar pinjamannya dan belum masuk jangkauan
layanan bank (bankable).5
2. Kebijakan Kredit Usaha Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, pengertian KUR adalah “kredit atau pembiayaan kepada
UMKM-K dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan
untuk usaha produktif”. UMKM-K yang dimaksud adalah usaha produktif layak, yakni jika hasil
usahanya diperkirakan mampu untuk membayar pokok pinjaman dan bunga sampai lunas. “usaha
telah feasible namun belum bankable (usaha yang sudah berjalan namun masih mempunyai
keterbatasan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan bank.6
Peluncuran KUR merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman
Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit dan Pembiayaan kepada
UMKM dan Koperasi antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan,

Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian,
Perusahaan Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit Indonesia)
dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank
Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia.

4

Diakses, www.sjdh.depkeu.go.id/fulltext/1998/10Tahun
Dilihat, www.bri.co.id
6
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional: Potret Ekonomi Rakyat Kecil ,2011, Jakarta: Gramedia Pustaka
Tama
5

4

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung resiko yang dapat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup usaha bank, sehingga dalam pelaksanaannya harus
didasarkan pada asas-asas perkreditan yang sehat secara konsisten, sebagaimana ditulis dalam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 “kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko,
sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk
mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan
factor penting yang harus diperhatikan bank”7
Tabel 1. Tujuan Kebijakan Kredit Usaha Rakyat8

PARA PIHAK
FUNGSI
Pemerintah (6 Kementrian)
1. Membantu dan mendukung
pelaksanaan kredit/pembiayaan
penjaminan
kredit/pembiayaannya.
2. Mempersiapkan UMKM dan
Koperasi yang melakukan usaha
produktif yang bersifat individu,
kelompok, kemitraan dan/atau
cluster untuk dapat dibiyai
Departemen Keuangan

dengan kredit/pembiayaan.
3. Menetapkan Kebijakan dan
prioritas bidang usaha yang akan
menerima penjaminan
kredit/pembiayaan.
4. Melakukan pembinaan dan
pendampingan selama masa
kredit/pembiayaan.
5. Menfasilitasi hubungan antara
Kementrian Pertanian
UMKM dan Koperasi dengan
pihak lainnya seperti
Kementrian Kehutanan
Kementrian Kelautan dan Perikanan perusahaan yang memberikan
kontribusi dan dukungan
Kementrian Perindustrian
kelancaran usaha.
Kementrian Negara Koperasi dan
UKM


7

Dilihat, www.sjdh.depkeu.go.id/fulltext/1998/10Tahun
Dilihat, www.bni.co.id

8

5

Perbankan terdiri 6 Bank

Bank BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank
BTN, Bank Bukopin, Bank Syariah
Mandiri

Melakukan penilaian kelayakan
usaha dan memutuskan
pemberian kredit/pembiayaan
sesuai ketentuan yang berlaku.


Perusahaan Penjamin Kredit

PT Askrindo dan Perum Sarana
Pengembangan Usaha

Memberikan persetujuan
penjaminan atas
kredit/pembiayaan yang
diberikan perbankan sesuai
dengan ketentuan asuransi.

Program KUR ini tentunya tidak lepas dari instansi-instansi pemerintah yang mendukung
pelaksanaannya. Dalam rangka mengkoordinasikan program KUR, Pemerintah membentuk
Komite Kebijakan. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan instansi
Pembina mengkoordinasikan kebijakan penjaminan kredit usaha rakyat tanpa jaminan ini.
Beberapa hal yang dikoordinasikan berupa; Pertama, penyiapan UMKM dan Koperasi sesuai
dengan kewenangan instansi Pembina. Kedua, kebijakan dan prioritas bidang usaha. Ketiga,
pembinaan dan pendampingan UMKM dan Koperasi. Keempat, koordinasi penyaluran KUR
dengan Perbankan dan Perusahaan Penjamin. Kelima, sosialisasi program dan koordinasi dengan
daerah. Keenam, kebijakan penjaminan kredit.9

Secara umum skema KUR yang telah disepakati bank pelaksana dengan perusahaan
penjamin dan permerintah adalah:Nilai kredit maksimal Rp.500 juta per debitur. Bunga maksimal
16 % per tahun (efektif) dan hingga 24% untuk penyaluran melalui lembaga keuangan mikro
dengan skema linkage program. Pembagian resiko penjamin : perusahaan penjamin 70 % dan bank
pelaksana 30%. Penilaian Kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan
Bank Pelaksana. UMKM dan Koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjamin (IJP). Sejak
diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007, KUR
ditawarkan dengan berbagai pilihan, yaitu:

a. KUR s/d Rp. 500 juta
b. KUR (Mikro) s/d Rp.5 juta
9

Dilihat, www.depkop.co.id

6

c. KUR Linkage Program
Tabel 2: Persyaratan KUR s/d 500 juta
KETERANGAN

Calon Debitur

Lama Usaha
Besar Kredit
Bentuk Kredit
Suku Bunga

Perijinan

Legalitas

PESYARATAN
Individu (Perorangan/Badan
Hukum), kelompok, koperasi yang
melakukan usaha produktif

Minamal 6 bulan
Maksimal Rp.500 juta
1. KMK menurun - maksimal tiga
tahun

2. KI - maksimal 5 tahun
Efektif Maksimal 16%
1. saldo Rp. 0 s/d Rp 100 juta: SIUP,
TDP & SITU atau Surat Keterangan
dari Lurah/Kepala Desa.
2. lebih dari > Rp. 100 juta:
minimal SIUP atau sesuai ketentuan
berlaku.
1. Individu: KTP dan KK
2.
Kelompok: Surat pengukuhan dari
instansi terkait atau surat
keterangan dari Kepala
Desa/Keluruhan. 3. Koperasi/
Badan usaha lain: sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

Sumber: www.bni.co.id

Tabel 3: Persyaratan KUR s/d 5 juta
KETERANGAN

PESYARATAN

Calon Debitur

Individu yang melakukan
usaha produktif yang
layak

Lama Usaha
Besar Kredit

Minamal 6 bulan
Maksimal Rp. 5 juta

Bentuk Kredit

KMK atau KI menurun
maksimal 3 tahun

Suku Bunga
Legalitas

Efektif maksimal 1,125%
flate rate per bulan
KTP dan KK

7

Tabel 4: Persyaratan KUR Linkage Program
KETERANGAN

PESYARATAN

Calon Debitur

BKD, KSP/USP, BMT dan LKM
lainnya

Lama Usaha

Minamal 6 bulan

Besar Kredit

1. Maksimal Rp. 500 juta.
2. Pinjaman BKD, KSP/USP, BMT,
LKM ke peminjam akhir
maksimal Rp. 5 juta

Jenis Kredit

KMK menurun maksimal 3 tahun

Suku Bungan

Efektif Maksimal 16% per tahun

Legalitas

1. Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga.
2. Memiliki ijin usaha dari yang
berwenang.
3. Pengurus Aktif

Sumber: www.bni.co.id

4. Analisi Kebijakan KUR
Partisipasi semua stakeholder merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan
dalam pembuatana kebijakan. Proses penyusunan kebijkan publik harus melibatkan peran serta
masyarakat dan pihak terkait dalam menentukan arah kebijakan. Melalui cara pastisipatif, yakni
melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Model social marketing digagas oleh J.A
Altman10,dimana pejabat Negara dituntut untuk aktif dalam proses kebijakan, namun keaktifan
tersebut tidak menghilangkan mereduksi arti penting kesepakatan (consent) dari masyarakat.
Menurut penulis Model Focus Group Discussion (FGD) sangat mengedepankan arti
penting belajar dan konsensus seperti ide yang digagas J.A Altman. Salah satu FGD yang
membahas tentang Kebijakan Kredit Usaha Rakyat adalah kerja sama antara Komnas PKMI
(Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia) dengan UKM Center Fakultas Ekonoi Universitas

10

Erman I.Rahim, Partisipasi Dalam Perspektif Kebijkan Publik, Jurnal Ekonomi dan Bisnis

8

Indonesia, dalam rangka mencapai tujuan kebijakan KUR. Beberapa rekomendasi FGD adalah
sebagai berikut di bawah ini 11:
a. Pola Hubungan Bank dan LKM
1. Perlunya perubahan plafon KUR dari Bank ke LKM antara 500 juta hingga 10 Miliar
2. Suku Bunga Lembaga Keuangan yang bersistem konvensional, maksimal 12% (dari
Bank ke LKM) selanjutnya maksimal 24% (dari LKM ke penerima KUR)
3. Untuk Lembaga Keuangan Syariah, margin bagi hasilnya menyesuaikan di atas.
4. Jangka waktu kredit dibatasi maksimal 3 tahun.
5. Jangka waktu penyaluran dari LKM ke penerima KUR maksimal 3 bulan.
6. Masalah grace period belum dibicarakan , hendaknya dibicarakan pada Workshop.
7. Perlu paying hukum LKM, terutama yang belum masuk kategori bank atau koperasi.

b. Pola Pengelolaan Resiko KUR Mikro
1. Perlu adanya risk sharing antara pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari KUR.
2. Perlu adanya kesatuan di antara LKM sehingga tercipta komunikasi di tingkat nasional
sebagai informasi dan panduan bagi Bank menjalin kerja sama dengan LKM-LKM di
masing-masing daerah.
3. Perlu komunikasi integral antar LKM di berbagai levelnya kepada Bank Pelakasana,
upaya ada standart pelaksanaannya di lapangan.
4. Perlu adanya informasi yang mencukupi mengenai Debitur usaha Mikro dan profilnya
dibuat oleh LKM dan disampaikam secara sistematis kepada Bank Pelaksana.
5. Perlua adanya pembagian resiko antara Bank Pelaksana dengan LKM dalam hal
menanggung sisa penjaminan sebesar 30%.
6. Perlu adanya kriteria yang disepakati bersama antara Lembaga Penjamin, Bank
Pelaksana dan LKM mengenai jenis usaha yang dikategorikan usaha mikro.
7. Perlu adanya kesepakatan antara Bank Pelaksana dengan LKM mengenai batasanbatasan jangkauan usaha mikro yang layak di-cover oleh LKM dalam pola
Channelling-nya.

11

Dilihat, www.ukm-center.org

9

Menurut penulis tujuan diluncurkannya kebijakan KUR

adalah mempercepat

pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, meningkatkan akses pembiayaan kepada
UMKM, serta penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Oleh karena itu
dibutuhkan formulasi kebijkan yang lebih menjembatani debitur dan kredit dalam proses
pemberian KUR tersebut. Beberapa poin penting untuk menyempurnakan kebijakan KUR, yang
menurut penulis perlu ditambahkan diantaranya :
1. Suku bunga yang berlaku di tiap bank penyalur KUR masih terlalu tinggi, yaitu rata-rata
di atas 10% per tahun atau 1% per bulan. Dari data ini maka seharusnya suku bunga dapat
ditekan lebih rendah lagi, supaya menjadi insentif bagi pengusaha UKM yang belum
bankable.

2. Beberapa bank penyalur KUR mematok jangka waktu pinjaman maksimal 3 tahun.
Menurut penulis jatuh tempo seharusnya bisa lebih dari 3 tahun atau maksimal 5 tahun.
Karena jangka waktu pinjaman akan berpengaruh kepada jumlah cicilan yang dibayar oleh
debitur tiap bulannya. Semakin kecil jumlah cicilan akan memudahkan masyarakat miskin
untuk membuka usaha melalui mekanisme Kredit Usaha Rakyat.
3. Untuk menjangkau masyarakat pelosok desa yang belum bankable, maka makanisme
linkage program KUR lebih didorong, agar lembaga keuangan mikro yang menjadi patner

bank penyalur KUR lebih menjangkau masyarakat di pelosok desa. Tetapi suku bunga
harus dikontrol ketat agar LKM ini tidak mematok bunga diatas batas normal.