Dampak sosial penjajahan jepang di

TUGAS SEJARAH
WAJIB
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Aoki F. Huda (04)
Arya Mei A.
(07)
Devina Rizqya A. (12)
Farelia Tasha D.(15)
Fatma Ayu P. (17)
Nafia Dyas M. (27)

Penjajahan
Jepang di
Indonesia
dalam

bidang
Sosial

Dampak sosial akibat
penjajahan Jepang
Mobillitas Sosial

Dampak Positif

Kebijakan Jepang

Dampak Negatif

Mobilitas sosial oleh Jepang
• Pelaksanaan kinrohoshi atau latian
kerja paksa
• Pelaksanaan romusha atau kerja
paksa tanpa bayar selamanya
• Pembentukan tonarigumi atau
organisasi rukun tetangga


Romusha
• Romusha adalah kerja paksa (tanpa
dibayar) pada zaman pendudukan Jepang.
Tujuannya adalah membangun sarana dan
prasarana untuk kepentingan rakyat
Jepang. Sarana dan prasarana tersebut
antara lain jembatan, lapangan terbang,
serta gua-gua tempat persembunyian.

VIDEO

Foto
KEMBALI

KEMBALI

Kinrohoshi
• Kinrohosi adalah kerja paksa (tanpa
dibayar) untuk para pamong desa

dan pegawai rendahan. Mereka
diperlakukan sebagai tenaga
romusha yang lainnya. Para kinrohosi
banyak yang dikirim ke luar Jawa
untuk membantu membuat
pertahanan tentara Jepang.
KEMBALI

Tonarigumi
• Tonarigumi adalah Rukun Tetangga
(RT) satuan pemerintahan terbawah
yang di bentuk pada masa
pendudukan Jepang untuk
mengawasi aktifivtas warga, serta
mendukung kebijakan Politik dan
Ekonomi Jepang

KEMBALI

Kebijakan Jepang di

Indonesia dalam bidang
Sosial
Pendidikan

Penggunaan bahasa
Indonesia

Pendidikan


Kegiatan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mengalami
penurunan yang drasts. Penurunan itu meliputi jumlah sekolah,
jumlah murid, dan jumlah guru. Pada zaman Jepang untuk sekolah
dasar hanya ada satu macam yaitu sekolah dasar lima tahun,
sistem pengajaran dan kurikulumnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kepentingan perang. Murid-murid diwajibkan
masuk organisasi murid (pelajar yang disebut Gakutotai) mereka
wajib mengikuti pelatihan dasar kemiliteran, juga wajib melakukan
kerja bhakti (kinrohosy) antara lain mengumpulkan bahan-bahan
yang diperlukan untuk perang, misalnya menanam pohon jarak,

menyiangi sawah, membasmi hama.



Jepang juga menanamkan semangat Nippon Sieshin
(semangat Jepang). Para pelajar wajib hafal lagu
kebangsaan Jepang, Kimigayo, upacara bendera yang
disertai seikeirie (penghormatan terhadap kaisar Jepang
dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari
terbit). Untuk para guru, Jepang mewajibkan untuk
mengikuti kursus-kursus bahasa Jepang. Mereka yang lulus
ujian diberi tunjangan tambahan. Melalui pendidikan,
Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan
mempelopori dan merealisasikan konsepsi kemakmuran
bersama Asia Timur Raya (Hakko ichiu) dan Jepang sebagai
pemimpinnya.



Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk

membuka sekolah-sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan
membuka sekolah kejuruan dan bahasa. Para guru juga diwajibkan untuk
mengikuti dasar kemiliteran dan indoktrinasi. Sekolah-sekolah yang ada
pada waktu itu adalah :

1.Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun
2.Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
3.Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
4.Sekolah Menengah Tinggi
5.Djan Sihan Gakku (SGB)
6.Kooto Sihan Gakku (SGA)
7.Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
8.Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
9.Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
10.kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)

Penggunaan Bahasa
Indonesia

• Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa

Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa
pendudukan Jepang merupakan masa
bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun
1942, pemerintah pendudukan Jepang
melarang penggunaan Bahasa Belanda dan
digantikan dengan Bahasa Indonesia.
Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan
yang berbahasa Belanda dihapuskan
diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.

• Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa
pergaulan, tetapi telah menjadi bahasa resmi
pada instansi pemerintah dan lembaga
pendidikan. Pada masa ini
(1943) bermunculanlah tokoh-tokoh sastra
Indonesia, seperti Armin Pane, Abu Hanifah
(El Hakim) dan lain-lain dengan karya-karya
satra mereka yang sangat luar bisa. Ada
lagi Chairil Anwar yang disebut sebagai
tokoh Angkatan ‘45, dengan karyanya: Aku,

Kerawang Bekasi, dan sebagainya. 

• Memang, pemerintahan Balatentara Jepang
memberikan wewenang dan kebebasan yang
sangat luas bagi penggunaan Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia di kalangan pribumi pada
waktu itu, sudah menjadi bahasa pengantar,
bahasa komunikasi, bahasa resmi, bahasa
penulisan, bahasa ilmiah, dan sebagainya.
Berbeda jauh bila dibandingkan pada waktu
zaman Belanda dulu yang sangat dibatasi
penggunaannya untuk menekan timbulnya
semangat persatuan dan nasionalisme di
kalangan masyarakat pribumi.

Dampak positif
• Munculnya sikap persatuan untuk mengusir penjajahan
• Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara
massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian di dalam
masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi

kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan
tugas.
• Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan
akibat didikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran
dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
• Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling
bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi.

Dampak negatif
• Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang
dipaksa menjalani romusha. Mereka dipaksa bekerja
keras tanpa diberi upah dan makanan. Pengerahan
tenaga kerja secara paksa dengan kondisi yang sangat
menyedihkan untuk membangun infrastruktur perang
Jepang.
• Terjadinya perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak
wanita muda Indonesia yang digunakan sebagai wanita
penghibur bagi militer Jepang.
• Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang
independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.

• Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah
seperti perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.